Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“ DIRAYA FAEDAH DAN PENERAPANNYA”


Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Studi Hadits

Dosen : M. Mukhlas, M.Pd


Kelompok 8:
1. MISNAWI
2. RIZKIL MUBAROK

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI BISNIS ISLAM SIDOGIRI
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya,kami
masih diberi kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MAJELIS
HADIST ini dapat diselesaikan oleh kami dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam dalamnya kepada orang
tua kami yang telah membantu, baik moral maupun material Penulis menydari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya,untuk itu
peneliti sangat mengharapkan adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.akhir kata peneliti berharap semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca

Pasuruan , 21 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................4
B. Perumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah.........................................................................................5
B. Manfaat Mempelajari ilmu Hadis Dirayah........................................................................6
C. Penyusun kitab-kitab Ilmu Hadis Dirayah.........................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................................8
DAFTARPUSTAKA…………………………………………………………………………8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al Qur’an, akan tetapi
keaslian matan sebuah hadits tidak ada jaminan secara langsung baik dari Allah
Subḥānahu Wa Ta’Ala maupun dari Rosululloh sendiri, beda halnya dengan Al
Qur’an yang keasliannya mendapat jaminan dari Allah Subḥānahu Wa Ta’Ala. Oleh
karena itu, kita selaku ummat islam harus selektif terhadap teks – teks yang dikatakan
hadits apakah itu sohih, hasan atau bahkan do’if. Untuk menyekesi hadits tersebut
maka kita perlu mengetahui ulumul hadits.Diantara sebahagian dari ulumul hadits ada
ilmu hadis Berangkat dari permasalahan di atas, maka dalam makalah ini akan di
bahas sedikit tentang ilmu hadits dirayah.

B. Perumusan Masalah
Dalam pembahasan Hadits dirayah ini, penulis mencoba mengambil dari berbagai
sumber, baik itu yang sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ataupun yang
masih bahasa arab Isi pembahasanya adalah pengertian ilmu hadits dirayah dari
berbagai pandangan para ulama hadits dan cabang dari ilmu hadits dirayah.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Setiap langkah yang kita lakukan itu harus adamaksud dan tujuan, jangan sampai kita
melakukan suatu pekerjaan tanpa maksud dan tujuan, karena hal itu hanya akan
membuang waktu kita untuk hal yang tidak berguna, maka dari itu ada beberapa
tujuan penulis menyusun makalah ini, diantaranya adalah :

1. Untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah ulumul Hadits
2. Membuka pemikiran kita untuk lebih mengenal macam  macam Hadits
3. Untuk mendapatkan ridho Allah Subḥānahu Wa Ta’Ala.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah.


Dalam mendefinisikan ilmu hadis dirayah, ada beberapa pendapat di kalangan ulama,
di antaranya pendapat Ibn Akfani yang memberikan pengertian bahwa ilmu hadis dirayah
adalah: Ilmu yang mempelajari hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan
hukum-hukumnya, sifat-sifat para perawi dan syarat-syaratnya,serta macam macamsesuatu
yang diriwayatkan serta hal-hal yang terkait dengannya.
Menurut pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H), ilmu hadis dirayah adalah
pengetahuan tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi dan sesuatu yang
diriwayatkan. Pengertian ini diikuti oleh sebagian besar ahli hadis. Dari pengertian di atas
dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan perawi (sanad) dan sesuatu yang diriwayatkan (matan) dari sisi
diterima (maqbul) dan tidak keadaan perawi dan sesuatu yang diriwayatkannya (mardud).
Jadi, objek kajian atau pokok pembahasan ilmu hadis dirayahi, berdasarkan definisi di
atas, adalah penelitian terhadap keadaan para perawi hadis (sanad) dan matannya (teks
hadis/matan) Pembahasan tentang sanad meliputi;
1. Sanadnya bersambung (ittis al as-sanad), yaitu bahwa suatu rangkaian sanad hadis
haruslah bersambung mulai dari sahabat sampai pada periwayat terakhir yang
menuliskan atau membukukan hadis tersebut. Oleh karenanya, tidak dibenarkan suatu
rangkaian sanad tersebut yang terputus (tidak pernah bertemu, tidak semasa),
tersembunyi, tidak diketahui identitasnya atau tersamar.
2. Segi kepercayaan sanad (Siqat as-sanad), yatu setiap perawi yang terdapat di dalam
sanad suatu hadis harus memiliki sifat adil dan dabit (kuat dan cermat daya hapalan
hadisnya)
3. Bebas dari kejanggalan (syaz).
4. Bebas dari cacat (‘illat).
Sedangkan pembahasan mengenai matan (teks hadis) adalah meliputi segi kesahihan atau ke-
daif-an matan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Apakah matan hadis tersebut sesuai atau tidak dengan kandungan/ajaran al-Qur’an.
2. Bebas dari kejanggalan redaksi (rakiku al-alfaz)
3. Bebas dari cacat atau kejanggalan makna (fasad al- ma’na), karena bertentangan
dengan akal dan panca indera, atau dengan kandungan dan makna Al-Qur’an, atau
dengan fakta sejarah; dan
4. Bebas dari kata-kata asing (garib) yaitu kata-kata yang tidak bisa dipahami
berdasarkan maknanya yang umum dikenal

B. Manfaat Mempelajari ilmu Hadis Dirayah


Ketika umat Islam menyakini bahwa hadis Nabi Muhammad Saw. merupakan
sumber dan pedoman hidup yang utama setelah al-Qur’an, maka kajian terhadap ilmu
hadis menjadi sangat penting. Berikut ini adalah beberapa manfaat mempelajari ilmu
hadis, antara lain:

2
1. Dengan mengkaji ilmu hadis, kita dapat menyeleksi hadis-hadis secara akademis
untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.
2. Dengan mempelajari ilmu hadis kita dapat mengetahui hadis-hadis yang sahih, da’if,
hasan, mauquf, marfu, maqbul (dapat diterima), mardud (ditolak) ma’mul bih (dapat
diamalkan) dan gairu ma’mul bih (tidak dapat diamalkan).

C. Penyusun kitab-kitab Ilmu Hadis Dirayah.


Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw masih hidup,
akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasulullah Saw wafat, terutama sekali
ketika umat Islam memulai upaya mengumpulkan hadis dan mengadakan perlawatan,
sudah barang tentu secara langsung atau tidak, memerlukan kaidah-kaidah guna
menyeleksi periwayatan hadis. Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam
bentuk kaidah-kaidah yang sederhana.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kaidah-kaidah tersebut semakin
disempurnakan oleh para ulama yang muncul pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah, baik
mereka yang secara khusus menspesialisasikan dirinya dalam mempelajari satu
disiplin ilmu maupun bidang-bidang lainnya, sehingga menjadi satu disiplin ilmu
yang berdiri sendiri. Sekalipun demikian, dalam perkembangannya tercatat bahwa
ulama yang pertama kali menyusun ilmu hadis sebagai salah satu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri secara lengkap adalah:
1. Al-Qazi Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi ( w. 360 H/975 M ), seorang ulama hadis
non-Arab, asal Iran dengan kitab al-Muhaddis al-Fasil baina ar-Rawi wa al-Wa’i.
2. Imam Al-Hakim Abu Abdillah an-Naisaburi (321-405 H/948-1038 M) dengan kitab
Ma’rifah Ulum Al-Hadis dan al-Madkhal ila Kitab al-Iklil.
3. Abu Na’im Al-Asfihani ( w. 460 H) dengan kitab al-Mustakhraj
4. Al-Khatib Al-Bagdadi (w. 463 H) dengan kitab al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah.
5. Al-Qazi ‘Iyaz (w. 544 H) dengan kitab al-Ilma’ fi Usul ar-Riwayah wa as-Sima
6. Abu Hafs ‘Umar bin Abdul Majid al-Mayanaji ( w. 580 H. ) dengan kitab Ma la
Yasa’ al-Muhaddis Jahluh.
7. Abu ‘Amar ‘Usman bin Salah asy-Syahrazuri dengan kitab Ma’rifah Ulum al-Hadis
atau yang dikenal dengan Muqaddimah Ibn Salah fi Ulum al-Hadis. Kitab yang
terakhir ini telah di-syarah-i oleh para ulama berikutnya dan terdapat 27 mukhtasar
(ringkasannya) sehingga dapat dijadikan pegangan oleh generasi berikutnya.
8. Demikianlah kemudian muncullah berbagai kitab mustalah al-Hadis dengan berbagai
jenisnya baik berupa nazam maupun nasar atau prosa dan syarah-syarahnya, misal
Nazham al-Fiyyah karya As-Suyuti yang disyarahi oleh Syekh Mahfuz at-Tirmasi
dengan judul Manhaj Zaw al-Nadar dan at-Taqrib karya Imam Nawawi yang
disyarahi oleh As-Suyuthi dengan judul Tadrib al- Rawi.
9. Kitab karya ulama kontemporer misalnya Qawa’id At-Tahdis karya Jamaluddin Al
Qasimi w. 1332 H), Taisir Mustalah al-hadis karya Mahmud At-Tahhan dan Usul al-
Hadis ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu karya‘Ajjajal-Khatib,dan lain-lain. (Dr.Moh. Zaki)

3
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al Qur’an, akan tetapi
keaslian matan sebuah hadits tidak ada jaminan secara langsung baik dari Allah
Subḥānahu Wa Ta’Ala maupun dari Rosululloh sendiri, beda halnya dengan Al
Qur’an yang keasliannya mendapat jaminan dari Allah Subḥānahu Wa Ta’Ala. Oleh
karena itu, kita selaku ummat islam harus selektif terhadap teks teks yang dikatakan
hadits apakah itu sohih, hasan atau bahkan do’if. Untuk menyekesi hadits tersebut
maka kita perlu mengetahui ulumul hadits.Diantara sebahagian dari ulumul hadits ada
ilmu hadits dirayah.
Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw masih hidup,
akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasulullah Saw wafat, terutama sekali
ketika umat Islam memulai upaya mengumpulkan hadis dan mengadakan perlawatan,
sudah barang tentu secara langsung atau tidak, memerlukan kaidah-kaidah guna
menyeleksi periwayatan hadis. Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam
bentuk kaidah-kaidah yang sederhana.

4
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Moh. Zaki ( 2014.). bacaan madani. Dipetik November


22https://www.bacaanmadani.com/2018/04/pengertian-ilmu-hadis-dan-macam-
macam.html, 2021, dari https://www.bacaanmadani.com/.

Anda mungkin juga menyukai