Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

KONTRIBUSI ISLAM PADA EKONOMI MODERN

1. Teori-teori ilmu ekonomi yang berlaku saat ini diakui berasal dari hasil pemikiran ilmuwan
barat.

2. Terjadinya great gap, yaitu adanya rentang masa atau waktu yang cukup lama dalam hal
pemikiran kritis ilmu pengetahuan terutama tentang ilmu ekonomi yakni selama 500 tahun
atau yang dikenal dengan sebutan Dark Ages.

3. Dark Ages adalah masa dimana dunia barat sedang mengalami kegelapan dan
keterbelakangan dalam hal ilmu pengetahuan, sedangkan Islam saat itu sedang mengalami
masa gemilang dan banyak melahirkan ilmuwan muslim yang hebat.

4. Terjadinya perang salib yang mengakibatkan pemikiran-pemikiran ilmuwan muslim dicuri


dan disembunyikan oleh Bangsa Barat.

FILOSOFI DAN BENTUK PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

A. DEFINISI EKONOMI ISLAM

Ekonomi islam sebagai suatu ilmu pengetahuan lahir melalui proses keilmuan yang
panjang, ekonomi islam dapat menjadi suatu sistem ekonomi alterrnatif yang mampu
meningkatkan kesejahteraan umat, tidak seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis
yang telah terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan dari umat.
Dawan raharjo memilih istilah ekonomi islam dalam tiga kemungkinan
pemaknaan,yaitu:

a. Ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran islam.
b. Ekonomi islam adalah suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan, yaitu
pengaturan kegiatan ekonomi masyarakat atau negara berdasarkan cara atau
metode tertentu.
c. Ekonomi islam dalam pengertian perekonomian umat islam.

Definisi ekonomi islam juga dikemukan oleh umer chapra bahwa ekonomi islam
diartikan oleh sebagai “cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya alam yang langka
yang sesuai dengan maqashid, tanpa mengekang kebebasan individu untuk
menciptapkan keseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkesinambungan,
membentuk solidaritas keluarga, sosiaol, dan jaringan moral masyarakat”.
Muhammad abdul manan, berpendapat bahwa “ilmu ekonomi islam dapat dikatakan
sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh nilai-nilai islam”

Monzer kahf, ekonomi adalah subset dari agama. Sehingga ekonomi islam difahami
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari paradigma islam yang sumbernya merujuk
pada al-quran dan sunnah.

Hasanuzzaman, ilmu ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari ajaran dan
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber-sumber daya
material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan
perintah allah dan masyarakat.

M.nejatullah siddiqi, ilmu ekonomi islam sebagai jawaban dari pemikir muslim
terhadap tantangan-tantangan konomi pada zamannya, dengan panduan al-quran dan
sunnah, akal dan pengalaman.

M.M Metwally, ekonomi islam sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim
dalam suatu masyarakat islam yang mengikuti al-quran, as-sunnah, qiyas dan ijma.

Akan tetapi, secara umum ekonomi islam dapat didefinisikan sebagai perilaku
individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan
tuntunan syariat islam, dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah
(agama, jiwa, akal, nasab, dan harta).

DEFINISI SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM

1. Ekonomi islam adalah bagian dari aktivitas manusia dalam rangka


memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
yang ada dengan berpedoman pada syariat yang bersumber dari al-quran
dan sunnah
2. Sejarah pemikiran ekonomi islam mempelajari tentang ekonomi islam
yang dikaitkan dengan pemikiran para tokoh mulai dari masa rasulullah
SAW hingga saat ini dengan segala latar belakang sosial, politik, dan
budayanya.
3. Pembahasan pemikiran ekonomi islam lebih kepada refleksi para tokoh
ekonomi islam dalam memaknai konsep hingga penerapan ekonomi islam
yang sesuai dengan al-quran dan sunnah rasulullah SAW. Oleh karena itu
pemikiran ekonomi islam sangat bervariatif, tergantung dari sudut pandang
mana seorang tokoh melihat ekonomi islam.
TUJUAN EKONOMI ISLAM

Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar
dalam Islam, yaitu Tauhid dan berdasarkan rujukan pada Al-Qur‟an dan Sunnah adalah:

a). Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.

b). Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang.

c).Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana


distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat.

d). Memastikan kepada setiap orang kebebasan untk mematuhi nilai-niali moral.

e). Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam


Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam didasarkan atas
lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian),
khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk
menyusun teori-teori ekonomi Islam.1 Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan
menjadi sistem, akan menjadikan ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa
member dampak pada kehidupan ekonomi. Karena itu, dari kelima nilai-nilai universal
tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem
ekonomi Islami. Ketiga prinsip derivatif itu adalah multitype ownership, freedom to act, dan
social justice.
Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas, dibangunlah konsep yang
memayungi kesemuanya, yakni konsep Akhlak. Akhlak menempati posisi puncak, karena
inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah para Nabi, yakni untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam
melakukan aktivitasnya. Nilai- nilai Tauhid (keEsaan Tuhan), ‘adl (keadilan), nubuwwah
(kenabian), khilafah (pemerintah, dan ma’ad (hasil) menjadi inspirasi untuk membangun
teori-teori ekonomi Islam :

1. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan bahwa “Tiada
sesuatupun yang layak disembah selain Allah dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya,
selain daripada Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus
pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada. Karena itu, Allah
adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk memiliki untuk sementara waktu,
sebagai ujian bagi mereka.
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.
Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu segala
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan sumber daya serta manusia
(mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya
manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan
bisnis
2. ‘Adl
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia tidak
membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim. Manusia sebagai
khalifah di muka bumi harus memelihara hukum tentang bagaimana hidup yang baik dan
benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-muasal segala sesuatu
yaitu Allah. Fungsi Rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus diteladani manusia
agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat Muslim,Allah telah
mengirimkan manusia model yang terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir
zaman, Nabi Muhammad Saw. Sifat-sifat utama sang model yang harus diteladani oleh
manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi serta bisnis pada khususnya adalah Sidiq
(benar, jujur), amanah ( tanggung jawab, dapat dipercaya, kredibilitas), fathonah (kecerdikan,
kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh (komunikasi keterbukaan dan pemasaran).
3. Khilafah
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi
artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Karena itu pada dasarnya setiap
manusia adalah pemimpin. Nabi bersabda: “setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya”. Ini berlaku bagi semua manusia,
baik dia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin masyarakat atau kepala Negara. Nilai
ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa).
Fungsi utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi antar kelompok termasuk dalam
bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau dikurangi.
Dalam Islam pemerintah memainkan peranan yang kecil tetapi sangat penting dalam
perekonomian. Peran utamanya adalah untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai
dengan syari’ah, dan untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia.
Semua ini dalam kerangka mencapai tujuan-tujuan syari’ah untuk memajukan kesejahteraan
manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan
manusia.
Status khalifah atau pengemban amanat Allah itu berlaku umum bagi semua manusia, tidak
ada hak istimewa bagi individu atau bangsa tertentu sejauh berkaitan dengan tugas
kekhalifahan itu. Namun tidak berarti bahwa umat manusia selalu atau harus memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan keuntungan dari alam semesta itu. Mereka memiliki kesamaan
hanya dalam hal kesempatan, dan setiap individu bisa mendapatkan keuntungan itu sesuai
dengan kemampuannya. Individu-individu diciptakan oleh Allah dengan kemampuan yang
berbeda-beda sehingga mereka secara instinktif diperintahh untuk hidup bersama, bekerja
bersama, dan saling memaafkan keterampilan mereka masing-masing. Namun demikian, ini
tidak berarti bahwa Islam memberikan superioritas (kelebihan) kepada majikan terhadap
pekerjaannya dalam kaitannya dengan harga dirinya sebagai manusia atau dengan statusnya
dalam hukum. Hanya saja pada saat tertentu seseorang menjadi majikan dan pada saat lain
menjadi pekerja.5 Pada saat lain situasinya bisa berbalik, mantan majikan bisa menjadi
pekerja dan sebagainya dan hal serupa juga bisa diterapkan terhadap budak dan majikan.

Selain pemaparan di atas, prinsip-prinsip mendasar dalam ekonomi Islam mencakup antara
lain yaitu
a. Landasan utama yang harus dijadikan pegangan bagi seseorang khusunya dalam dunia
perekonomian adalah Iman, menegakkan akal pada landasan Iman, bukan iman yang
harus didasarkan pada akal/pikiran. Jangan biarkan akal/pikiran terlepas dari landasan
Iman. Dengan demikian prinsip utama ekonomi Islam itu bertolak kepada
kepercayaan/keyakinan bahwa aktifitas ekonomi yang kita lakukan itu bersumber dari
syari’ah Allah dan bertujuan akhir untuk Allah
b. Prinsip persaudaraan atau kekeluargaan juga menjadi tolak ukur. Tujuan ekonomi Islam
menciptakan manusia yang aman dan sejahtera. Ekonomi Islam mengajarkan manusia
untuk bekerjasama dan saling tolong menolong. Islam menganjurkan kasih saying antar
sesame manusia terutama pada anak yatim, fakir miskin, dan kaum lemah
c. Ekonomi Islam memerintahkan kita untuk bekerja keras, karena bekerja adalah sebagai
ibadah. Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia untuk mewujudkan
kehidupan yang baik, sejahtera dan makmur di bumi ini.
d. Prinsip keadilan sosial dalam distribusi hak milik seseorang, juga merupakan asas
tatanan ekonomi Islam. Penghasilan dan kekayaan yang dimiliki seseorang dalam
ekonomi Islam bukanlah hak milik nutlak, tetapi sebagian hak masyarakat, yaitu antara
lain dalam bentuk zakat, shadaqah, infaq dan sebagainya.
e. Prinsip jaminan sosial yang menjamin kekayaan masyarakat Muslim dengan landasan
tegaknya keadilan.

Fase-fase pemikiran ekonomi islam


Sejarah Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari masa ke masa

A. Sejarah Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Zaman Rasulullah


Misi mulia Rasulallah Saw. di muka bumi adalah membangun masyarakat yang beradab.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkonstruksi secara mendasar pemahaman
manusia terhadap keberadaannya di dunia. Rasulallah Saw. menganjurkan agar manusia
saling menghormati dan menyayangi dalam penyelenggaraan hidupnya sesuai dengan al-
Quran dan hadits. Rasulallah Saw. melarang manusia melakukan tindakan yang melanggar
nilai-nilai agama karena alasan kemuliaannya di dunia, jabatan, kekayaan atau lainnya. Sebab
apapun yang dilakukan manusia akan sia-sia karena pada hakikatnya manusia yang mulia
dilihat dari ketakwaannya. Muhaimin, dkk., Studi Islam Dalam Ragam Dimensi &
Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 231 Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh
Allah Swt. dalam (Q. 49 al-Hujrat: 13) berikut ini:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.

Ajaran Rasulallah Saw. menjadikan manusia sebagai pribadi bebas dalam mengoptimalkan
potensi dirinya. Kebebasan merupakan unsur kehidupan yang paling mendasar untuk
dipergunakan sebagai syarat untuk mencapai keseimbangan hidup. Nilai-nilai manusiawi
inilah yang menyebabkan ajaran Rasulallah Saw. berlaku sampai akhir zaman. Kehidupan
yang didasarkan nilai-nilai Tauhid menjadikan masyarakat mampu mengembangkan
pengetahuan, ia mampu mengubah sesuatu yang lebih bermanfaat dalam menerima berbagai
masalah dalam kehidupan ini. Setelah wafatnya Rasulallah Saw. pemimpin pemerintahan
dipegang oleh Khulafaurasyidin, terutama tercermin dari kebijakan-kebijakannya berbeda
antara satu khalifah dengan khalifah yang lain. Munculnya berbagai kebijakan tersebut
sebagai akibat dari timbulnya masalah-masalah baru. Salah satu masalah pada waktu itu,
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehingga problem teknis untuk
mengatasi masalah-masalah perniagaan (muamalah) muncul pada waktu itu. Sejumlah aturan
(ijtihad) yang merujuk pada al-Quran dan hadits hadir untuk menyelesaikan berbagai masalah
ekonomi yang ada. Masalah muamalah menjadi bagian penting dari perkembangan
masyarakat di dominan dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Perkembangan ekonomi Islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah Islam. Walaupun literatur tidak secara implisit menyebutkan
keberadaan pemikiran ekonomi Islam, tetapi hal ini diakibatkan perkembangan ekonomi
Islam tidak dipisahkan dari perkembangan sosial kemasyarakatan. Di samping itu, ekonomi
bukan ilmu spesifik yang menjadikan alasan untuk dipisahkan dari perkembangan sosial
kemasyarakatan di masa Rasulallah Saw. dan Khulafaurasyidin. Tetapi, bukan berarti
pemikiran tentang ekonomi Islam minim, tetapi hal ini menunjukkan tidak adanya pemisahan
antara satu urusan dengan urusan lain dalam mencari keridhan Allah Swt.

Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Rasulallah Saw. dipilih sebagai seorang Rasul
(utusan Allah Swt). Rasulallah Saw. mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum (fiqh),
politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah
ekonomi umat menjadi perhatian Rasulallah Saw. Karena

Rasulallah Saw. biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut
menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk dirinya dan keluarganya, bagian kedua untuk
kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang membutuhkan dan orang
yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagi diantara para prajurit
yang ikut dalam perang, dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam
perang juga mendapat bagian. Penunggang kuda mendapatkan dua bagian, untuk dirinya
sendiri dan kudanya. Bagian untuk prajurit wanita yang hadir dalam perang untuk membantu
beberapa hal tidak mendapatkan bagian dari rampasan perang. Selain pertempuran-
pertempuran kecil, perang pertama antara orang-orang Mekah dan muslim terjadi di Badar.
Perang ini orang Mekah menderita kekalahan dan banyak yang ditawan oleh orang muslim.
Rasulallah Saw. menetapkan besar uang tebusannya rata-rata 4.000 dirham untuk tiap
tawanan. Tawanan yang miskin dan tidak dapat memberi jumlah tersebut diminta untuk
mengajar sepuluh orang anak muslim. Melalui tebusan tersebut kaum muslim menerima uang
melainkan juga mendorong keadilan antara generasi dan mewujudkan sikap egaliter dalam
Islam.

Pada tahun ke-2 setelah hijrah shadaqah fitrah diwajibkan. Shadaqah yang juga dikenal
dengan zakat fitrah ini diwajibkan setiap bulan puasa Ramadhan. Besarnya satu sha kurma,
gandum (berley), tepung keju atau kismis, atau setengah sha gandum untuk tiap muslim,
budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum shalat
Id fitri.

Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 H sementara shadaqah fitrah pada tahun ke-2 H. Akan
tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 H. ketika Maulana
Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun
setelahnya.11 Sebelum diwajibkan zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus
atau ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9
H. ketika dasar Islam telah kokoh, wilayah negara berekspansi dengan cepat dan orang-orang
berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi sistem pengumpulan
zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase zakat untuk
barang yang berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan
waktu dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapatkan bayaran
dari dana zakat.

a. Sumber Pendapatan Primer di Masa Rasulallah Saw

Pendapatan utama bagi negara di masa Rasulallah Saw. adalah zakat dan ushr. Keduanya
berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushr merupakan
kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam. Pengeluaran untuk keduanya sudah
diuraikan secara ekplisit di dalam al-Quran (Q. 9 al-Taubah: 60) berikut ini:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.

Sumber Pendapatan Sekunder di Masa Rasulallah Saw Di antara sumber-sumber pendapatan


sekunder yang memberikan hasil adalah:

1. Uang tebusan untuk para tawanan perang, hanya dalam kasus perang Badar pada perang
lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang.
2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukan kota Mekah untuk pembayaran uang
pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000
dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam
beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah.
3. Khumus fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli
warits atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negerinya.
4. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Allah Swt.
dan pendapatannya didepositokan di Baitul Mal.
5. Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada kaum muslimin
yang kaya dalam rangka menutup pengeluaran negara selama masa darurat dan ini
pernah terjadi pada masa perang Tabuk.
6. Khumus atau rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam.
7. Zakat fitrah, zakat yang ditarik pada masa bulan Ramadhan dan dibagi sebelum shalai id.
8. Bentuk lain shadaqah seperti kurban dan kaffarat. Kaffarat adalah denda atau kesalahan
yang dilakukan seseorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu pada musim
haji

Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa hidup Rasulallah Saw. juga tidak
tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang ada tidak
dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan kepada
pengumpul zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh
Rasulallah Saw. Beliau juga memberi nasihat kepada pengumpul zakat mengenai hadiah yang
ia terima.

Setelah melakukan berbagai upaya stabilisasi di bidang sosial, politik serta pertahanan dan
keamanan, Rasulallah Saw. meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara sesuai dengan
ketentuan-ketentuan al-Qur’an. Seluruh paradigma berpikir di bidang ekonomi serta
aplikasinya dalam kehidupan seharihari yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dihapus dan
digantikan dengan paradigma baru yang sesuai dengan nilai-nilai Qurani, yaitu persaudaraan,
persamaan, kebebasan dan keadilan.

Peletakan dasar-dasar Sistem Keuangan Negara yang dilakukan oleh Rasulallah Saw.
merupakan langkah yang sangat signifikan, sekaligus brilian dan spektakuler pada masa itu,
sehingga Islam sebagai sebuah agama dan negara dapat berkembang dengan pesat dalam
jangka waktu yang relatif singkat.

B. Perekonomian Islam para Masa Khulafa’ al-Rasyidin


a. Masa Abu Bakar
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah pertama.
Abu Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abu Quhafah al-Tamimi. Masa
pemerintahan Abu Bakar tidak berlangsung lama, hanya sekitar dua tahunan. Dalam
kepemimpinannya Abu Bakar banyak menghadapi persoalan dalam negerinya, di antaranya
kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang membayar zakat. Berdasarkan musyawarah
dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk memerangi kelompok tersebut melalui
apa yang disebut sebagai perang Riddah (perang melawan kemurtadan) (Yatim, 2000).

Sebelum menjadi Khalifah Abu Bakar tinggal di Sikh yang terletak di pinggiran kota
Madinah. Setelah berjalan 6 bulan dari kekhalifahannya, Abu Bakar pindah ke pusat kota
Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi khalifah,
kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Abu Bakar diperbolehkan
mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal
dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan
2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun (Al-Usairy, 2006).
Namun di sisi lain, beberapa waktu menjelang wafatnya Abu Bakar, ia banyak menemui
kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga ia menayakan berapa banyak
upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa jumlah tunangannya
sebesar 8000 dirham, ia langsung memerintahkan untuk menjual sebagian besar tanah yang
dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada negara. Juga, Abu bakarr
mempertanyakan tentang berapa banyak fasilitas yang telah dinikmatinya selama menjadi
khalifah. Ketika diberitahukan tentang fasilitasnya, ia segera menginstruksikan untuk
mengalihkan semua fasilitas tersebut kepada pemimpin berikutnya nanti .

Dalam menjalankan pemerintahan dan roda ekonomi masyarakat Madinah Abu Bakar sangat
memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga mengambil langkah-langkah
yang strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui
(a’rabi) yang kembali memperlihatkan tanda-tanda pembangkangan membayar zakat
sepeninggal Rasulullah saw. Dalam kesempatan yang lain Abu Bakar mengintruksikan pada
pada amil yang sama bahwa kekayaan dari orang yang berbeda tidak dapat digabung, atau
kekayaan yang telah digabung tidak dapat dipisahkan. Hal ini ditakutkan akan terjadi
kelebihan pembayaran atau kekurangan penerimaan zakat. Hasil pengumpulan zakat tersebut
dijakan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk langsung
didistribusikan seluruhnya kepada kaum Muslimin hingga tidak ada yang tersisa

Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul mal adalah prinsip
kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah saw.
dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu memeluk Islam dengan
sahabat yang kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria dengan wanita.
Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul mal tidak pernah
menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh
kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam
perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin diberikan bagian hak yang sama dari hasil
pendapatan negara. Apabila pendapatan meningkat seluruh kaum muslimin mendapat
manfaat yang sama dan tidak ada seorangpun yang dibiarkan dalam kemiskinan.

C. Tradisi Dan Prakek Ekonomi Daulah Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M)


Bani Abbasiyah meraih tampuk kekuasaan Islam setelah berhasil menggulingkan
pemerintahan dinas Bani Umayyah pada tahun 750 H. Para pendiri dinasti ini adalah
keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, sehingga khilafah tersebut dinakamakan
khilafah Abbasiyah. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas (132-136H) (Amalia, 2010). Pada masa Daulah Bani Abbasiyah, pusat
pemerintahan Islam dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad. Dalam kurun waktu lebih dari
lima abad dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan hal ini, Ahmad Syalabi membagi
membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi tiga periode, yaitu: a) Periode
pertama, berlangsung dari tahun 132 H sampai 232 H. Pada periode ini, kekuasaan berada
ditangan para khalifah secara penuh. b) Periode kedua, berlangsung dari tahun 232 H sampai
590H. Pada periode ini kekuasaan politik berpindah dari tangan khalifah kepada golongan
Turki (232 H-334 H), dan Bani Saljuk (447 H-590 H). c) Periode ketiga, berlangsung dari
tahun 590 H sampai 656 H. Pada periode ini kekuasaan kembali di tangan khalifah, tetapi
hanya di Baghdad dan sekitarnya.
Diantara periode-periode pemerintahannya tersebut, dinasti Abbasiyah mencapai masa
keemasan pada periode pertama. Pada masa ini, secara politis, para khalifah benar-benar
tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai puncaknya. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Karena Abdullah
Al-Saffah hanya memerintah dalam waktu yang singkat, pembina yang sesungguhnya dan
Daulah Abbsiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur (136-148 H).

Perkembangan ekonomi islam pada Dinasti Umayyah dan Abbasiyah merupakan sebuah
catatan sejarah yang dapat diambil pelajarannya. Sebuah sistem yang kuat tentunya di dukung
pula oleh elemen-elemen lainnya, sehingga sebuah sistem itu dapat berjalan dengan baik.
Terutama oleh penguasannya. Masa kekhalifahan bani umayyah hanya berumur 90 tahun
yaitu dimulai pada kekuasaan muawiyyah bin abu sofyan. Pemikiran ekonomi islam bani
umayyah pada masa pemerintahan bani umayyah, kebijakan ekonomi banyak dibentuk
berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhna rentang
waktu antara zaman kehidupan Rasulullah dan masa pemerintahan tersebut. Khalifah
abbasiyah atau kekuasaan dinasti bani abbas, sebagai mana disebutkan melanjutkan
kekuasaan dinasti bani umayah. Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang panjang .
selama dinasti bani abbasiyah berkuasa dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuain dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.

D. Menuju Sistem Eknomi Alterntaif (Islam) Masa Depan


Setelah kita meyakini bahwa sistem ekonomi Islam tersebut memang ada secara yuridis dan
defacto, kini tugas kita adalah memformulasikan bangun dan konsep ekonomi Islam tersebut
dalam bentuk Sistem ekonomi Islam yang dapat diakui dan diterima sebagai satu alternatif
sistem ekonomi yang akan mampu menjawab berbagai persoalan ekonomi yang belum
terpecahkan oleh kedua sistem sebelumnya yaitu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.

Penyusunan kembali konsep dan teori ekonomi Islam dalam metodologinya, dapat
menempuh dua alternatif. Pertama, tetap merujuk pada teori lama, namun melakukan banyak
revisi sesuai dengan prinsip dan karakteristik ekonomi Islam itu sendiri dan ini merupakan
alternatif yang paling mudah dilakukan karena tiada memerlukan kajian yang terlalu
mendalam serta waktu yang cukup lama. Kedua, adalah melakukan rekonstruksi sejarah
lewat karyakarya terdahulu seperti yang tertuang pada tabel terhadap pemikiran ekonomi
Islam dan memformulasikan kembali sesuai dengan prinsip dan karakteristik ekonomi Islam,
sehingga melahirkan satu konsep baru yang benar benar merupakan hasil kajian dan
pemikiran mendalam terhadap sistem ekonomi Islam. Tentu saja alternatif kedua ini
membutuhkan waktu, biaya serta semangat yang sangat besar. Dan diperlukan pengujian
berulang ulang atas teori tersebut sehingga mampu diakui oleh masyarakat pengguna.

Sejalan dengan penulis, Ahmad Dimyati melakukan pemetaan, model pemikiran yang
berkembang dalam ekonomi Islam, terkait dengan keterlibatan etika sebagai dasarnya,
terdapat beberapa model pemikiran; Pertama, etika yang didasarkan langsung kepada
sumber-sumber utama nilai Islam (al-4XU·DQ GDQ DO-Sunnah). Kedua, upaya menggali
pemikiran para sarjana klasik yang diyakini telah berhasil melakukan formulasi sistem etika
Islam, kemudian diterapkan di bidang ekonomi, baik secara tekstual maupun disertai
interpretasi dan modfikasi baru. Ketiga, mengambil sistem ekonomi (konvensional) - yang
pada kenyataannya memang telah menyediakan dan berhasil membuktikan secara empirik
akan eksistensinya - sebagai kerangka dasar sistem ekonomi Islam. Keempat, mengupayakan
berlangsungnya proses sintesis antara nilai-nilai Islam dengan sistem dan teori ekonomi
konvensional, sebagai cara untuk melahirkan sistem ekonomi Islam yang tidak sekedar
memenuhi tuntutan normatif atau paling banter epistemologis, namun lebih dari itu agar
dapat dibentuk suatu kerangka aksi yang jelas sebagai wujud implementasi sistem ekonomi
Islam itu sendiri.
Permasalahan Ekonomi Islam

Permasalahan dalam ekonomi Islam adalah distribusi yang tidak merata sedangkan


konvensional adalah kelangkaan. Solusi yang ditawarkan Islam antara lain: Masyarakat
mempunyai hak khiyar Khiyar Syarat (hakpilih) yang dijadikansyarat keduanya
Masyarakat menyelesaikannya dengan media al-shulhu (perdamaian).
Inti dari masalah ekonomi yang kita pahami selama ini adalah kebutuhan manusia yang
tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan terbatas. Para ahli ekonomi
konvensional menyebutnya sebagai masalah kelangkaan. Kelangkaan atau kekurangan
berlaku sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat dengan
faktor-faktor yang tersedia dalam masyarakat. Disuatu pihal dalam masyarakat selalu
terdapat keinginan yang relatif tidak terbatas untuk menikmati berbagai jenis barang dan
jasa yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. oleh sebab itu masyarakat tidak dapat
memperoleh dan menikmati semua barang yang mereka butuhkan atau inginkan. Mereka
harus membuat membuat pilihan.
a. Kebutuhan Masyarakat
Yang dimaksudkan dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat
untuk memperolehbarang dan jasa Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa
dapat dibedakan kepada dua bentuk :
1. Keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli
2. Keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.
Barang yang dibutuhkan manusia terdiri dari benda yang dapat dilihat dan diraba
secara fisik seperti baju, sepatu, makanan dan minuman. Jasa bukanlah berbentuk
benda sebab ia merupakan layanan seorang atau suatu barang yang akan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Banyak pemikir ekonom muslim yang
membahas tentang permasalahan ekonomi dalam Islam diantaranya adalahBaqr
As-sadr dan Alghazali.

a. Pemikiran Ekonomi Baqr As-Sad


Imam al-Sayid al-Stahid Muhamad Baqir bin Al-Sayyid Hairar IbnIsmail al-Sadr
lahir di Kazhimiyyah, pinggiran Kora Baghdad, Irak pada tanggal 01 Maret
1935 . Muhamad Baqir al-Sadr marupakan pemikir muslimyang produktif
dalammenghasilkan karya diberbagai bidang disiplin ilmu. Walaupun tidak
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi, akan tetapi Baqir al-sadr piawai
dalammenjelaskan pemikiran teori-teori ekonomi konvensional. Kitab Iqtishduna
telah terbukti sebagai salah satu studi komparatif yang laing tajam
dalamsistemekonomi Islam, kapitalis dan sosialis Marxisme,dan dikutip oleh
hampir semua ekonomi modern.

Menurur umala ini masalah ekonomi muncul karna adanya distribusi yang tidak
merata dan adil sebagai akibat sistemekonomi yang membolehkan eksploitasi
pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap
sumber daya sehingga menjadi sangat kaya sementara yang lemah menjadi sangat
miskin karena tidak memiliki sumber daya.

Menurut Al-Sadr sitribusi sumber-sumber produksiyang menjadi dasar,


mendahulu proses produksi itu sendiri. Jadi, dalam perspektif nya yang pertam
adalah sumber produksi kemudian produksi. Dari sini dapat dipahami bahawa
yang menjadi titik awal atau tingkatan pertamasistemekonomi, bukan produksi
sebagaimana dalam ekonomi politik tradisional. Dalam sistem ekonomi
Islamdistribusi sumber produksi mendahulu proses produksi otomatis berada
pada tingkatan kedua.
Teori distribusi secara Islami menurut ulama ini terbagi menjadi 2 (dua) bentuk
yaitu :
1. Pekerja yang melakukan kerja pada kekayaan alammenjadi pemilik hasil
kerjanya, yakni peluang
2. Usaha untuk memanfatkan atau mengambil keuntungan dari kekayaan dari
kekayaan alam apa pun membuat sin pelaku usaha ememperolej hal dari
kekayaan alam tersebut.

b. Pemikiran Ekonomi Al-Ghazali


Hujatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muahad Al-Tusi Al-Ghazali lahit
di Tus, sebuah kota kecildi khurasan, Iran, pada tahun 450 H (1058). Sejak
muda, Alghazali hidup dalam dunia Tasawuf Al-ghazali juga sangat antusias
dengan ilmu pengetahuan. Seperti halnya paracendikiawan muslimterdahulu
perhatian Al-Ghazali terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu
bidang tertentu, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Pemikiran sosio ekonomi Al-Ghazali berfokus pada perilaku individu berakar
dari sebuah konsep yang disebut dengan “Fungsi kesejahteraan sosial Islami”.
Menurut Alghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat
tergantung pada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yakni
agama(al-dien), hidup atau jiwa (nafs), keluarga atau keturunan (nasl) harta
atau kekayaan (mal) intelek atau akal (Aql). Ia menitikberatkan bahwa sesuai
tuntunan wahyu, tujuan utama kehidupan umat manusia adalah untuk
mencapai kebaikan kehidupan dunia dan akhirat.

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI YANG ISLAMI


MENURUT FAHIM KHAN

Konsep Fahim Khan tentang Strategi Pembangunan Ekonomi


Muhammad Fahim Khan banyak terlibat di bidang pengembangan Dan aplikasi
ekonomi dan keuangan Islam baik sebagai peneliti, pengajar Maupun sebagai
penasehat pemerintah di bidang ekonomi Islam dan Keuangan Islam selama 25 tahun
terakhir. 3 Selama karier profesionalnya, Fahim Khan menggeluti berbagai bidang,
antara lain bidang pembangunan Ekonomi, perdagangan asing dan ekonomi
internasional, keuangan dan Pememimpinrbankan, investasi dan analisis finansial,
migrasi tenaga kerja internasional, Ekonomi dan keuangan Islam, statistika dan
ekonometrika. Ia juga memimpin Berbagai uji coba terkait pengembangan model-
model ekonometrika bagi Perencanaan dan proyeksi ekonomi makro, juga memimpin
riset terkait Berbagai isu kebijakan ekonomi makro. Menurut Fahim Khan solusi
problem ekonomi surplus tenaga kerja Memang dapat ditangani melalui dua strategi.
Pertama, strategi menciptakan Kesempatan kerja berupah tetap. Kedua, strategi
menciptakan peluang Kewirausahaan. Sayangnya strategi pembangunan ekonomi
padat penduduk Dalam kerangka konvensional hanya memfokuskan pada strategi
yang Pertama, yaitu berupaya dengan berbagai cara untuk menciptakan kesempatan
Kerja berupah tetap bagi tenaga kerja secepat-cepatnya dan sebanyak-Banyaknya.
Strategi ini membutuhkan para kapitalis untuk berinvestasi Memperluas lapangan
pekerjaan. Para kapitalis ini cenderung memakai Surplus sumber daya manusia untuk
dipekerjakan bukan untuk dilibatkan Dalam aktivitas kewirausahaan. Strategi
konvensional ini cenderug Mengabaikan strategi penciptaan peluang kewirausahaan
sebagai solusi Problem ekonomi surplus tenaga kerja. Secara umum kualitas sumber
daya manusia di negara-negara Berkembang masih rendah, baik dari sisi pendidikan
maupun skill manajemen Kewirausahaannya. Memberikan peluang wirausaha kepada
mereka bukan Berarti menyediakan pabrik besar atau toko besar untuk dikelola.
Memberikan Peluang kewirausahaan berarti memberikan kesempatan kepada mereka
untuk Melakukan usaha yang dapat mereka kelola sendiri. Misalnya membuka
Peluang atau menfasilitasi mereka yang memiliki ketrampilan dasar entah Sebagai
tukang kayu, penjahit, tukang bangunan, tukang bikin makanan kecil Dan sebagainya
untuk mendirikan unit manufaktur kecil yang mempekerjakan Beberapa orang saja
yang mungkin anggota keluarga mereka sendiri. Kesuksesan usaha bukan milik
mereka yang berpendidikan tinggi saja, tidak Jarang ada orang yang buta huruf dan
tidak berpendidikan sukses Menjalankan usaha kecil-usaha kecil dengan penghasilan
yang tidak kalah dari Gaji tetap pegawai atau karyawan. Bahkan dewasa ini banyak
diwacanakan Fahim Khan mengambil contoh kasus di Pakistan dan Indonesia Sebagai
negara dengan kondisi ekonomi berlimpah tenaga kerja. Di negara-Negara ini orang
menganggur bukan karena tidak mau bekerja, tetapi karena Mereka tidak
mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang mereka bisa kerjakan. Dengan pendapatan
perkapita yang masih rendah, tentu orang-orang ini Memiliki keinginan kuat untuk
meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik Dengan bekerja. Ketika tidak ada
penawaran pekerjaan, mereka tidak dapat Menjalankan bisnis atau usaha mandiri
karena tidak memiliki modal sendiri.Pada umumnya negara dengan surplus tenaga
kerja, sebagian besar sumber Daya manusianya tidak memiliki modal. Mereka
membutuhkan pinjaman

Modal jika ingin melakukan usaha mandiri. Strategi membuka peluang kewirausahaan
bagi surplus sumber daya Manusia memerlukan beberapa prasyarat sebagai berikut:
a. Ketersediaan modal yang diperlukan oleh surplus tenaga kerja dalam
Memulai usaha mandiri.
b. Adanya sistem yang dapat menjamin pembagian risiko yang adil antara
Pemilik modal dan pengusaha.
c. Adanya sistem penjaminan sosial yang dapat menopang dan
Membimbing kehidupan pelaku usahahingga mereka meraih kesuksesan
Berwiraswasta. Ketiga prasyarat tersebut dipakai Fahim Khan untuk
Memperbandingkan antara sistem konvensional berbasis bunga dengan Sistem
ekonomi Islam berbasis bagi hasil dalam mendorong strategi Menciptakan peluang
kewirausahaan. Sistem ekonomi non-Islam yang berbasis bunga dinilai tidak berhasil
Mewujudkan prasyarat-prasyarat di atas terutama di negara-negara Berkembang yang
berpenduduk padat. Sistem berbasis bunga dipandang tidak Menyediakan modal yang
dibutuhkan oleh calon wirausahawan potensial yang Akan memulai usaha. Sistem ini
lebih tertarik untuk membiayai usaha mapan Yang dapat memastikan terhindar dari
kredit macet dan berbagai risiko Pembiayaan. Pengajuan pembiayaan oleh orang baru
akan memulai usaha Biasanya menuntut dipenuhinya persyaratan yang sulit termasuk
jaminan yang Kadang tidak dapat dipenuhi oleh calon pelaku usaha. Dalam kondisi
ini tentu Ia akan lebih memilih untuk mencari kerja berupah tetap dari pada
melakukan Usaha mandiri yang sulit dan berisiko. Fahim Khan berkali-kali
menegaskan kejelasan strategi pembangunan Ekonomi dalam perspektif Islam yang
menekankan lebih pentingnya Pengaturan institusional untuk secara langsung
melibatkan orang dalam Kegiatan kewirausahaan mereka sendiri daripada strategi
memanjakan kapitalis Untuk menciptakan kesempatan kerja dengan upah pasti di
pasar kerja. Ekonomi Islam memiliki mekanisme built-in untuk mendukung strategi
Tersebut. Mekanisme yang sudah built-in ini dapat lebih diperkuat dengan Langkah-
langkah berikut:

1. Kemampuan kewirausahaan adalah modal sumber daya manusia yang Harus


dikembangkan oleh pendidikan yang tepat. Perencanaan Pendidikan yang
tepat dapat berkontribusi banyak untuk mengurangi Risiko wirausaha dengan
terciptanya iklim sosial yang kondusif serta Kesadaran bersama untuk
mentaati segala aturan main. Tidak hanya Pendidikan komersial, pendidikan
Islam memiliki peranan penting yang Tidak boleh diabaikan untuk
menciptakan iklim sosial yang mendukung Bisnis konstruktif serta
menanamkan etika dan moral masyarakat. alat yang efektif untuk
meningkatkan pembiayaan bagi sumber
2. Perluasan akomodasi finansial melalui sistem perbankan dapat berfungsi
Sebagai Daya manusia enterprener. Efisiensi sistem perbankan dalam
Menyediakan pembiayaan tersebut dalam kerangka Islam mensyaratkan
Reformasi substansial tidak hanya dalam struktur perbankan yang ada, Tetapi
pada seluruh sektor fiskal dan moneter. Dalam kerangka Islam, Bank dan
lembaga keuangan seharusnya diminta untuk menawarkan Akomodasi
keuangan hanya untuk pengusaha. Pinjaman konsumtif dari Perbankan
komersial hampir tidak ada karena pinjaman ini harus berupa Qardh hasan
(pinjaman tanpa bunga atau tanpa bagi hasil)
3. Institusi Islam hisbah harus dihidupkan kembali untuk mengawasi secara
Efektif norma-norma keadilan sosial ekonomi dalam perekonomian. Harga,
sewa, alat-alat produksi, struktur produksi, struktur upah, pasar Dan fungsinya,
dan sebagainya, semua masuk dalam lingkup pengawasan Lembaga ini.

BI Sodorkan 5 Strategi Pengembangan Ekonomi Syariah

Bank Indonesia mendorong lima strategi pengembangan ekonomi syariah Indonesia agar
mampu bersaing dengan negara lain. Lima strategi yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan ekonomi syariah Indonesia

Pertama, pengembangan ekonomi syariah membutuhkan dukungan pemerintah. Bank sentral


Indonesia meyakini Presiden Joko Widodo memberikan dukungan penuh.

Kedua, pengembangan ekonomi syariah harus dicanangkan sebagai program nasional.


Ketiga, pembentukan badan khusus yang mengkoordinasikan ekonomi syariah.

Keempat, fokus kepada sektor yang mendatangkan manfaat kompetitif, seperti makanan halal
atau pakaian muslim dan halal serta farmasi dan keuangan syariah. Jka dikembangkan,
sektor-sektor ini dapat menjadi sumber devisa keuangan.

Kelima, diperlukan strategi nasional keuangan syariah. Semua rencana masing-masing


Kementerian/Lembaga (K/L), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta
Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan badan lainnya harus dikumpulkan menjadi
satu Mengacu pada data Global Islamic Economy (GIE) Report 2017/2018, pengeluaran
masyarakat muslim dunia terhadap pakaian muslim mencapai US$254 miliar pada 2016 atau
setara dengan Rp3.537,7 triliun. Nilainya diproyeksi meningkat menjadi US$373 miliar pada
2022, sekitar Rp5.195,13 triliun.

Sementara itu, nilai industri mamin halal global pada 2016 sekitar US$1.245 miliar dan
diperkirakan tumbuh menjadi US$1.930 miliar pada 2022.
Industri kosmetika halal berkisar US$57 miliar pada 2016 dan diprediksi naik menjadi US$82
miliar pada 2022. Adapun nilai industri farmasi halal sebesar US$83 miliar pada 2016 dan
diproyeksi meningkat menjadi US$132 miliar pada 2022.

Sementara itu, nilai industri pasar finansial syariah mencapai US$2.202 miliar pada 2016 dan
diperkirakan tumbuh menjadi US$3.782 pada 2022. Di sisi lain, nilai industri perbankan
komersial syariah sebesar US$1.599 pada 2016 dan diprediksi naik menjadi US$2.439 miliar
pada 2022.

Dari sektor-sektor itu, Indonesia hanya masuk daftar 10 besar di kategori kosmetika dan
farmasi halal.

Strategi Ekonomi Islam Untuk Kesejahteraan Umat

Indoensia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia masih kerap dikaitkan
Dengan persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di tingkat internasional, Indonesia berada
di Peringkat yang jauh lebih rendah dibanding negara tetangga. Hasil studi IMD
(International Institute for Management Delevopment) Swiss menempatkan Indonesia berada
di nomor 45 Dari 47 negara di dunia sebelum krisis 1998. Menurut Sutrisno Iwantono
menyatakan bahwa Kondisi perekonomian Indonesia secara makro masih menunjukkan
performa yang baik, Namun di sisi lain ketimpangan dan kemiskinan masih menyelimuti
sebagian besar rakyat Indonesia. Permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini dinilai Semakin menjauh dari tingkat kesejahteraan, hal ini bisa dilihat dari
faktor pemicu terjadinya Kesenjangan, ketimpangan dan pengangguran di masyarakat. Oleh
karena itu, perlu adanya Pemecahan masalah dan kerjasama semua pihak, baik dari peran
masyarakat maupun dari Kebijakan pemerintah untuk mendorong perekonomian
masyarakat.Secara khusus, masalah pokok ekonomi rakyat seperti kemiskinan dan
pengangguran Kemungkinan besar akan tetap bertahan, karena masih banyaknya kepentingan
birokrasi dan Intervensi penguasa dan/atau kolomerat. Situasi ini akan terus memburuk, jika
pemerintah Terus memaksakan agenda-agenda ekonomi neo-liberal yang mengsampingkan
kepentingan Rakyat. Di luar intervensi modal internasional, ekonomi Indonesia pun sudah
terlanjur Terperangkap pada masalah-masalah struktural yang cukup berat, seperti aksi
korupsi yang Sudah menggurita sehingga menguras volume APBN, pembayaran angsuran
pokok dan bunga Utang luar negeri yang hampir menguras sepertiga APBN, kenaikan harga
minyak bumi dunia Yang berakibat pada terjadinya pembengkakan subsidi BBM dan
derasnya kepentingan arus Impor yang menyebabkan semakin terpinggirkannya pelaku
ekonomi lokal. Jika ini terus berlanjut, upaya peningkatan kesejahteraan rakyat mustahil
dapat dilakukan, Program-program pemerintah yang bersifat karitatif dan parsial dalam
jangka pendek Program-program instan ini mungkin menolong. Akan tetapi untuk jangka
panjang tidak Cukup, perlu adanya estapet program-program permanen yang berjangka,
terperogram dan Terus berkesinambungan. Belum lagi, tingkat kemiskinan yang relative
masih cukup tinggi, hal Ini menjadi tantangan pemerintah untuk mengubah kekuatan
masyarakat menjadi sumber daya yang produktif terutama dalam memenuhi pasokan
kebutuhan dalam Negeri, tidak serta merta Hanya tergantung pada produk impor. Hadiranya
barang-barang impor yang murah dalam jumlah yang sangat besar, membuat pelaku ekonomi
kecil dan menengah di Indonesia semakin sulit bangikit dan bersaing dengan produk-produk
luar negeri. Jika tidak ada keterpihakan dan kebiajakan pemerintah untuk mendorong laju
pertumbuhkan ekonomi berbasis local, tentu lambat hatun Indoensia akan terperangkap pada
wilayah kecanduan dan ketergantungan terhadap pasokan barang-barang impor terdapat
beberapa penjelasan mengapa Indonesia masih belum bisa menciptakan perekonomian
dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Dalam konteks dunia Internasional, Indonesia
tidak bisa dikatakan sebagai failed-state, tidak juga sebagai negara yang belenggu hutang
yang mematikan, namun harus diakui dan diwaspadai bahwa Indonesia sebenarnya dekat
dengan situasi itu. Di tengah terpuruknya perekonomian dunia yang terus merosot dan
melahirkan kemiskinan global, semakin menunjukkan bahwa sistem perekonomian yang
selama ini dianut tidak mampu memberikan solusi kesejahteraan dan keadilan. Dalam
kenyatannya salah satu akar masalah kemiskinan di berbagai negara akibat terjerat oleh utang
yang tinggi. Pada saat yang bersamaan, perkembangan sistem ekonomi Syariah justru
semakin kokoh dan semakin teruji dalam menghadapi krisis ekonomi global. Penjelasan ini,
seakan memberi petunjuk bahwa sistem ekonomi syariah dinilai Mempunyai peran penting
dalam program pengentasan kemiskinan, karena prinsip yang Dibangun oleh sistem ekonomi
syariah ini lebih berorientasi pada kesejahteraan, kemanusiaan, Persaudaraan, keadilan,
kesucian, kehormatan, kedamaian, ketenangan, keruhaniaan dan Keharmonisan yang
dirasakan secara bersama, bukan hanya pengumpulan harta sebanyak-Banyak sebagaimana
yang dianut pada prinsip ekonomi konvensional. Dalam sistem ekonomi syariah mengenal
istilah bagi hasil, yang mana konsep ini Memungkinkan beban kerugian dan keuntungan
menjadi milik bersama dan ditanggung Bersama antara pemilik modal dan pengelola.
Penanggungan secara bersama ini berdampak Positif bagi stabilitas perekonomian. Sistem
ekonomi berbasis syariah juga memberlakukan Adanya pelarangan terhadap praktek riba dan
mendorong pada kegiatan sektor riil. Pelarangan Riba dalam sistem ekonomi syariah ini pun
terbukti mampu mengendalikan inflasi dan menjaga Stabilitas perekonomian yang
berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara merata dan Berkesinambungan. Islam
mengatur sedemikian rupa akan masalah ekonomi umatnya, khususnya dalam hal
Kemiskinan. Banyak faktor yang menjadi penyebab kemiskinan, di antaranya karena
Ketidakpedulian orang-orang kaya yang mana menyebabkan orang-orang miskin semakin
Terjerat pada lingkaran kemiskinannya. Merespon tentang kondisi tersebut, Islam
Memberlakukan kewajiban kepada umatnya untuk membayar zakat sesuai ketentuan yang
Berlaku, dan anjuran berinfak dan bershadaqah sesuai kemampuannya. Dalam ajaran Islam
terdapat dua prinsip utama dalam kegiatan ekonomi yakni, Pertama: Islam melarang satu
pihak mengeksploitasi pihak lain dengan alasan apa pun, Kedua: Islam Melarang satu pihak
membedakan, membatasi, dan memisahkan dengan pihak lainnya. Islam Memandang bahwa
umat manusia bagaikan satu keluarga, oleh sebab itu, setiap manusia Memiliki hak,
kewajiban dan derajat yang sama dalam lingkup sosial ekonomi, yang Membedakan hanyalah
tingkat keimanan dan ketwaaanya kepada Allah SWT. Begitu pun Dalam pandangan hukum,
setiap masyarakat ekonomi memiliki hak dan perlakuan yang sama Dalam setiap kegiatan
ekonomi, selama hak itu tidak bertentangan dengan norma-norma Hukum yang ada.
Terciptanya kesejahteraan ekonomi rakyat merupakan tujuan utama berdirinya negara
Republik Indonesia. Kesejahteraan dalam sistem ekonomi kapitalis hanya mengedepankan
Kebutuhan materi yang bersifat lahiriah, Konsep kesejahteraan menurut Islam lebih dari itu.

Ada tiga sistem ekonomi yang kini cukup dominan di dunia saat ini, yaitu kapitalisme,
Sosialisme dan Islam. Berikut sistem ekonomi yang banyak digunakan di beberapa negara:

1. Sistem Kapitalisme

Paham kapitalisme berasal dari Inggris abad ke-18, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan
Amerika Utara. Sebagai akibat dari perlawanan terhadap ajaran gereja, tumbuh Aliran
pemikiran liberalisme di negara-negara Eropa Barat. Aliran ini kemudian merambah Ke
segala bidang termasuk bidang ekonomi. Dasar filosofis pemikiran ekonomi kapitalis Dari
dasar filosofi tersebut kemudian menjadi sistem ekonomi dan pada akhirnya Mengakar
menjadi ideologi yang mencerminkan suatu gaya hidup (way of life). Smith Berpendapat
bahwa motif manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah atas dasar Dorongan kepentingan
pribadi, bertindak sebagai tenaga pendorong yang membimbing Manusia mengerjakan apa
saja asal masyarakat sedia membayar. Motif dan prinsip sistem Kapitalis adalah perolehan,
persaingan dan rasionalitas. Sedangkan tujuan kegiatan Ekonominya adalah perolehan
menurut ukuran uang.

2. Sistem Sosialisme

Sosialisme sebagaimana dirumuskan dalam Encyclopedia Britannica adalah suatu Kebijakan


atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik Dengan tindakan
otoritas demokrasi pusat. Prinsip-prinsip penting dalam sosialisme yang Disosialisasikan
kepada masyarakat, yaitu : Pertama, penghapusan milik pribadi atas alat-alat Produksi. Hal
ini akan digantikan menjadi milik pemerintah serta pengawasan atas industri Dan pelayanan
utama. Kedua; luasnya industri dan produksi mejadi kebutuhan sosial dan Bukan kepada
motif laba. Ketiga; pelayanan dan motif laba digantikan oleh motif pelayanan Sosial.

3. Sistem Ekonomi Islam

Muhammad Abdul Mannan mendefinisikan ekonomi Islam sebagai ilmu Pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh Nilai-nilai Islam.
Ekonomi Islam merupakan sebuah konsep ekonomi yang dijalankan Berdasarkan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Al-Sunnah, yang
berorientasi pada pencapaian ridha Allah. Sistem ekonomi Islam yang dibangun berdasarkan
nilai-nilai ajaran Islam yang tidak Hanya berorientasi pada pencapaian profit semata,
melainkan berorientasi pada nilai-nilai Kemaslahatan bersama. Perbedaan mendasar antara
ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam, Dimana ekonomi konvensional berpijak pada dasar
materialisme dan sekulerisme yang Didasarkan hanya pada rasionalitas pemikiran manusia.
Sedangkan ekonomi Islam pijakan Dasarnya adalah al-Quran, as-Sunnah dan hasil ijtihad
para intelektual muslim.

Strategi Ekonomi Islam untuk Kesejahteraan Umat. Para ekonom muslim banyak
membicarakan objektivitas perekonomian berbasis Islam memamfaatkn Pada level negara
pemenuhan kebutuhan dasar, negara wajib bekerja untuk meningkatkan Kesejahteraan
materi bagi lingkungan sosial maupun individu dengan memamfaatkan Sumber daya yang
tersedia. Negara pun wajib mengeluarkan kebijakan yang mengupayakan Akan stabilitas
ekonomi, kesetaraan, ketenegakerjaan, pembangunan sosial ekonomi, dan Lain sebagainya.
Agar dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat perlunya dulakukan Strategi,
diantaranya:
Kebijakan fiskal yang dilakukan nabi Muhammad saw pada abad ke-7 M, merupakan Model
baru dalam bidang keuangan negara. Instrumen kebijakan fiskal dimaksudkan Untuk
meningkatkan pendapatan negara dan tingkat partisipasi kerja (agregate demand), Sehingga
semua lahan pertanian di kota Madinah dimanfaatkan secara maksimun. Sektor Pertanian
difokuskan pada sistem mudarabah, muzara’ah, dan musaqah, sehingga tidak Mengherankan
jika penarikan pajak pertanian yang diserahkan kepada negara cukup Signifikan. Selanjutnya,
pada pemerinthan khalifah Umar bin Abdul Aziz mencatat prestasi Yang memukau, hampir
tidak ada yang mau menerima zakat, lantaran penduduknya telah Sejahtera secara
ekonomi.Tampak sejarah telah membuktikan bahwa sebuah negara akan menjadi makmur,
bila Pemerintah yang berkuasa beriman, bertakwa dan bermoral, serta seluruh pejabatnya
Menerapkan pola hidup sederhana. Dalam hal ini terdapat beberapa lima pilar utama untuk
Mencapai kesejahteraan dalam sebuah negara, diantaranya:

1. Para penguasa, pejabat dan rakyatnya tidak lagi serakah, menjunjung pola hidup
Sederhana, tidak boros, namun juga tidak kikir.
2. Pengelolaan sumber kekayaan alam oleh negara dipergunakan sebaik-baiknya
untuk Perbaikan taraf hidup masyarakat-nya.
3. Keadilan hukum harus ditegakan dengan seadil-adilnya, tanpa tebang pilih.
4. Menjujung tinggi kesadaran berzakat bagi masyarakat yang telah memenuhi
ketentuan.

Mengelola lembaga Amil Zakat secara professional, transfaran, akutabel dan tepat Sasaran.

SOLUSI ISLAM TEHADAP MASALAH EKONOMI

Tak terelakan, masalah-masalah ekonomi akan selalu terjadi pada setiap individu, masyarakat,
negara, bahkan dunia. Mulai dari urgensi kenaikan mutu pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil,
daya beli stagnan pada situasi inflasi, kekalahan daya saing, impor menghambat pertumbuhan
ekonomi, tingkat kemiskinan cukup tinggi, terjadi inflasi berkepanjangan, dan masalah-masalah
ekonomi lainnya. Dilansir media nasional indikator yang menjadi cerminan kondisi ekonomi makro
Indonesia saat ini mengalami krisis. Mulai pertumbuhan ekonomi, inflasi, konsumsi rumah tangga,
pengangguran, kemiskinan, sampai pada Purchasing Managers Index (PMI) industri yang sedang
mengalami penurunan. Hal ini, membuat seolah-olah ekonomi Indonesia ditampar habis-habisan.
Penyebab masalah ekonomi ini tak lain karena sumber daya manusia terbatas, pengelolaan sumber
daya alam yang kurang maksimal, modal kerja kurang, proses distribusi lambat, dan tingkat
konsumsi tinggi. Selain itu, masyarakat kita masih dihadapkan dengan tuntutan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka dengan baik. Entah itu dari segi pangan, sandang, hingga tempat tinggal.
Apalagi saat ini tengah menghadapi pandemi corona yang masih menjajah Indonesia. Sudah 20
bulan lamanya, Indonesia menghadapi pandemi yang sampai detik ini juga belum usai. Lantas,
setelah melihat kondisi perekonomian Indonesia tersebut, bagaimana Islam memberikan solusi?

Solusi

Ekonomi Islam, merupakan sistem yang menerapkan prinsip ekonomi sesuai dengan ajaran Islam.
Prinsip ekonomi ini berlaku bagi setiap kegiatan ekonomi yang memiliki tujuan untuk menciptakan
barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan manusia. Terdiri dari lima nilai dasar, yaitu Tauhid,
Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma’ad. Kelima nilai dasar ini dijadikan sebagai acuan dalam
membentuk proposisi dan teori ekonomi Islam. Pertama, Tauhid (Keesaan Allah). Semua aktivitas
yang berkaitan dengan sumber daya maupun manusia memiliki hubungan yang erat dengan Allah.
Dengan begitu, terbentuklah tanggung jawab atas semua perbuatan kita, termasuk aktivitas
ekonomi maupun bisnis. Kedua, Adl (Keadilan). Masing-masing pelaku dari kegiatan ekonomi, tak
diperbolehkan mengejar untung secara pribadi. Apalagi, jika hal tersebut bisa membuat kerugian
untuk orang lain, bahkan merusak ekosistem serta kondisi lingkungan. Dengan prinsip keadilan inilah
akan menghentikan kezaliman sesama manusia. Ketiga, Nubuwwah (Kenabian). Segala kegiatan
ekonomi maupun bisnis harus mengacu pada prinsip-prinsip yang Nabi dan Rasul ajarkan. Dimana
Nabi dan Rasul memiliki sifat yang harus diteladani, seperti benar, jujur, bertanggung jawab, cerdas,
bijaksana, komunikatif, terbuka, dan ahli marketing. Keempat, Khilafah (Pemerintahan). Dalam Islam,
pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peran utamanya
adalah menjamin kegiatan ekonomi berjalan sesuai dengan Syariah. Sehingga, pelanggaran hak-hak
manusia dipastikan tidak akan terjadi. Kelima, Ma’ad (Hasil). Islam mengatur secara detail tentang
apa itu keuntungan. Perbuatan baik akan mendapatkan kebaikan berlipat, dan perbuatan jahat akan
mendapatkan hukuman setimpal. Keuntungan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.*** Selain
itu, Islam sendiri telah merumuskan tujuan ekonomi antara lain untuk kesejahteraan ekonomi yang
tercapai dari kerangka norma moral Islam dan tercapainya distribusi pendapatan dan kekayaan
secara adil dan merata. Ada tiga solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah
ekonomi. Pertama, Pro-Poor Growth. Islam, memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi
yang memberikan manfaat luas bagi seluruh masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan ini terdapat
dua upaya yang bisa dilakukan. Dua hal tersebut adalah mendukung aktivitas dalam sektor riil serta
pelanggaran riba. Pelarangan riba, dapat mengendalikan inflasi secara efektif. Dengan begitu, daya
beli masyarakat dapat terjaga dan terciptanya stabilitas perekonomian. Didukung pula dengan
penggunaan modal kegiatan ekonomi yang produktif dengan kerjasama ekonomi maupun bisnis.
Misalnya seperti muzara’ah, mudharabah, dan musaqah. Sehingga, terciptalah keselarasan antara
sektor riil dan moneter. Pertumbuhan ekonomi pun berlangsung secara berkesinambungan. Kedua,
Pro-Poor Budgeting. Islam mendorong perencanaan anggaran negara yang memihak pada
kepentingan semua kalangan masyarakat. Selain itu, di dalam Islam, anggaran negara merupakan
harta publik. Sehingga, anggaran menjadi sangat responsif bagi kepentingan orang miskin. Ketiga,
Pro-Poor Public Services. Islam mendorong penyediaan pelayanan publik yang berpihak terhadap
kepentingan masyarakat luas. Terdapat tiga layanan publik yang harus mendapatkan perhatian
secara seriu yakni birokrasi, pendidikan, dan kesehatan. Birokrasi merupakan sebuah amanah untuk
memberikan pelayanan kepada publik. Birokrasi tidak dibentuk untuk kepentingan diri sendiri
ataupun golongan. Misalnya saja yang pernah dilakukan oleh Khalifah Usman dan Ali. Khalifah
Usman tidak mengambil gaji dari kantornya, sedangkan Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan
cara memberhentikan pejabat-pejabat publik yang terbukti korupsi. Tak hanya itu, Islam juga
mendorong kemajuan pendidikan maupun kesehatan sebagai sumber produktivitas. Mengingat,
pandemi corona tidak hanya berdampak pada kesehatan melainkan juga pendidikan dan ekonomi,
ada baiknya jika pro-poor public services ini mendapatkan perhatian besar. Tak terlepas dari ketiga
solusi tersebut, Islam juga mendorong kebijakan pemerataan maupun distribusi pendapatan yang
berpihak pada rakyat miskin. Soal distribusi pendapatan ini, terdapat tiga instrumen utama yang
Islam ajarkan, yakni kepemilikan tanah, penerapan zakat, menganjurkan qardhul hasan, infak, serta
wakaf. Ekonomi Islam lebih berfokus pada sebuah konsep serta usaha untuk bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu dapat kita simpulkan ekonomi Islam merupakan jawaban
dari tantangan peradaban dunia.

Anda mungkin juga menyukai