PEMBAHASAN
1. Teori-teori ilmu ekonomi yang berlaku saat ini diakui berasal dari hasil pemikiran ilmuwan
barat.
2. Terjadinya great gap, yaitu adanya rentang masa atau waktu yang cukup lama dalam hal
pemikiran kritis ilmu pengetahuan terutama tentang ilmu ekonomi yakni selama 500 tahun
atau yang dikenal dengan sebutan Dark Ages.
3. Dark Ages adalah masa dimana dunia barat sedang mengalami kegelapan dan
keterbelakangan dalam hal ilmu pengetahuan, sedangkan Islam saat itu sedang mengalami
masa gemilang dan banyak melahirkan ilmuwan muslim yang hebat.
Ekonomi islam sebagai suatu ilmu pengetahuan lahir melalui proses keilmuan yang
panjang, ekonomi islam dapat menjadi suatu sistem ekonomi alterrnatif yang mampu
meningkatkan kesejahteraan umat, tidak seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis
yang telah terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan dari umat.
Dawan raharjo memilih istilah ekonomi islam dalam tiga kemungkinan
pemaknaan,yaitu:
a. Ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau ajaran islam.
b. Ekonomi islam adalah suatu sistem. Sistem menyangkut pengaturan, yaitu
pengaturan kegiatan ekonomi masyarakat atau negara berdasarkan cara atau
metode tertentu.
c. Ekonomi islam dalam pengertian perekonomian umat islam.
Definisi ekonomi islam juga dikemukan oleh umer chapra bahwa ekonomi islam
diartikan oleh sebagai “cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya alam yang langka
yang sesuai dengan maqashid, tanpa mengekang kebebasan individu untuk
menciptapkan keseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang berkesinambungan,
membentuk solidaritas keluarga, sosiaol, dan jaringan moral masyarakat”.
Muhammad abdul manan, berpendapat bahwa “ilmu ekonomi islam dapat dikatakan
sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh nilai-nilai islam”
Monzer kahf, ekonomi adalah subset dari agama. Sehingga ekonomi islam difahami
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari paradigma islam yang sumbernya merujuk
pada al-quran dan sunnah.
Hasanuzzaman, ilmu ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari ajaran dan
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber-sumber daya
material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan
perintah allah dan masyarakat.
M.nejatullah siddiqi, ilmu ekonomi islam sebagai jawaban dari pemikir muslim
terhadap tantangan-tantangan konomi pada zamannya, dengan panduan al-quran dan
sunnah, akal dan pengalaman.
M.M Metwally, ekonomi islam sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim
dalam suatu masyarakat islam yang mengikuti al-quran, as-sunnah, qiyas dan ijma.
Akan tetapi, secara umum ekonomi islam dapat didefinisikan sebagai perilaku
individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan
tuntunan syariat islam, dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah
(agama, jiwa, akal, nasab, dan harta).
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar
dalam Islam, yaitu Tauhid dan berdasarkan rujukan pada Al-Qur‟an dan Sunnah adalah:
a). Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
d). Memastikan kepada setiap orang kebebasan untk mematuhi nilai-niali moral.
1. Prinsip Tauhid
Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan bahwa “Tiada
sesuatupun yang layak disembah selain Allah dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya,
selain daripada Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus
pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada. Karena itu, Allah
adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk memiliki untuk sementara waktu,
sebagai ujian bagi mereka.
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.
Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu segala
aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan sumber daya serta manusia
(mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya
manusia akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan
bisnis
2. ‘Adl
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia tidak
membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim. Manusia sebagai
khalifah di muka bumi harus memelihara hukum tentang bagaimana hidup yang baik dan
benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-muasal segala sesuatu
yaitu Allah. Fungsi Rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus diteladani manusia
agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat Muslim,Allah telah
mengirimkan manusia model yang terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir
zaman, Nabi Muhammad Saw. Sifat-sifat utama sang model yang harus diteladani oleh
manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi serta bisnis pada khususnya adalah Sidiq
(benar, jujur), amanah ( tanggung jawab, dapat dipercaya, kredibilitas), fathonah (kecerdikan,
kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh (komunikasi keterbukaan dan pemasaran).
3. Khilafah
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi
artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Karena itu pada dasarnya setiap
manusia adalah pemimpin. Nabi bersabda: “setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya”. Ini berlaku bagi semua manusia,
baik dia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin masyarakat atau kepala Negara. Nilai
ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa).
Fungsi utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi antar kelompok termasuk dalam
bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau dikurangi.
Dalam Islam pemerintah memainkan peranan yang kecil tetapi sangat penting dalam
perekonomian. Peran utamanya adalah untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai
dengan syari’ah, dan untuk memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia.
Semua ini dalam kerangka mencapai tujuan-tujuan syari’ah untuk memajukan kesejahteraan
manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan
manusia.
Status khalifah atau pengemban amanat Allah itu berlaku umum bagi semua manusia, tidak
ada hak istimewa bagi individu atau bangsa tertentu sejauh berkaitan dengan tugas
kekhalifahan itu. Namun tidak berarti bahwa umat manusia selalu atau harus memiliki hak
yang sama untuk mendapatkan keuntungan dari alam semesta itu. Mereka memiliki kesamaan
hanya dalam hal kesempatan, dan setiap individu bisa mendapatkan keuntungan itu sesuai
dengan kemampuannya. Individu-individu diciptakan oleh Allah dengan kemampuan yang
berbeda-beda sehingga mereka secara instinktif diperintahh untuk hidup bersama, bekerja
bersama, dan saling memaafkan keterampilan mereka masing-masing. Namun demikian, ini
tidak berarti bahwa Islam memberikan superioritas (kelebihan) kepada majikan terhadap
pekerjaannya dalam kaitannya dengan harga dirinya sebagai manusia atau dengan statusnya
dalam hukum. Hanya saja pada saat tertentu seseorang menjadi majikan dan pada saat lain
menjadi pekerja.5 Pada saat lain situasinya bisa berbalik, mantan majikan bisa menjadi
pekerja dan sebagainya dan hal serupa juga bisa diterapkan terhadap budak dan majikan.
Selain pemaparan di atas, prinsip-prinsip mendasar dalam ekonomi Islam mencakup antara
lain yaitu
a. Landasan utama yang harus dijadikan pegangan bagi seseorang khusunya dalam dunia
perekonomian adalah Iman, menegakkan akal pada landasan Iman, bukan iman yang
harus didasarkan pada akal/pikiran. Jangan biarkan akal/pikiran terlepas dari landasan
Iman. Dengan demikian prinsip utama ekonomi Islam itu bertolak kepada
kepercayaan/keyakinan bahwa aktifitas ekonomi yang kita lakukan itu bersumber dari
syari’ah Allah dan bertujuan akhir untuk Allah
b. Prinsip persaudaraan atau kekeluargaan juga menjadi tolak ukur. Tujuan ekonomi Islam
menciptakan manusia yang aman dan sejahtera. Ekonomi Islam mengajarkan manusia
untuk bekerjasama dan saling tolong menolong. Islam menganjurkan kasih saying antar
sesame manusia terutama pada anak yatim, fakir miskin, dan kaum lemah
c. Ekonomi Islam memerintahkan kita untuk bekerja keras, karena bekerja adalah sebagai
ibadah. Bekerja dan berusaha merupakan fitrah dan watak manusia untuk mewujudkan
kehidupan yang baik, sejahtera dan makmur di bumi ini.
d. Prinsip keadilan sosial dalam distribusi hak milik seseorang, juga merupakan asas
tatanan ekonomi Islam. Penghasilan dan kekayaan yang dimiliki seseorang dalam
ekonomi Islam bukanlah hak milik nutlak, tetapi sebagian hak masyarakat, yaitu antara
lain dalam bentuk zakat, shadaqah, infaq dan sebagainya.
e. Prinsip jaminan sosial yang menjamin kekayaan masyarakat Muslim dengan landasan
tegaknya keadilan.
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Ajaran Rasulallah Saw. menjadikan manusia sebagai pribadi bebas dalam mengoptimalkan
potensi dirinya. Kebebasan merupakan unsur kehidupan yang paling mendasar untuk
dipergunakan sebagai syarat untuk mencapai keseimbangan hidup. Nilai-nilai manusiawi
inilah yang menyebabkan ajaran Rasulallah Saw. berlaku sampai akhir zaman. Kehidupan
yang didasarkan nilai-nilai Tauhid menjadikan masyarakat mampu mengembangkan
pengetahuan, ia mampu mengubah sesuatu yang lebih bermanfaat dalam menerima berbagai
masalah dalam kehidupan ini. Setelah wafatnya Rasulallah Saw. pemimpin pemerintahan
dipegang oleh Khulafaurasyidin, terutama tercermin dari kebijakan-kebijakannya berbeda
antara satu khalifah dengan khalifah yang lain. Munculnya berbagai kebijakan tersebut
sebagai akibat dari timbulnya masalah-masalah baru. Salah satu masalah pada waktu itu,
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sehingga problem teknis untuk
mengatasi masalah-masalah perniagaan (muamalah) muncul pada waktu itu. Sejumlah aturan
(ijtihad) yang merujuk pada al-Quran dan hadits hadir untuk menyelesaikan berbagai masalah
ekonomi yang ada. Masalah muamalah menjadi bagian penting dari perkembangan
masyarakat di dominan dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Perkembangan ekonomi Islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah Islam. Walaupun literatur tidak secara implisit menyebutkan
keberadaan pemikiran ekonomi Islam, tetapi hal ini diakibatkan perkembangan ekonomi
Islam tidak dipisahkan dari perkembangan sosial kemasyarakatan. Di samping itu, ekonomi
bukan ilmu spesifik yang menjadikan alasan untuk dipisahkan dari perkembangan sosial
kemasyarakatan di masa Rasulallah Saw. dan Khulafaurasyidin. Tetapi, bukan berarti
pemikiran tentang ekonomi Islam minim, tetapi hal ini menunjukkan tidak adanya pemisahan
antara satu urusan dengan urusan lain dalam mencari keridhan Allah Swt.
Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Rasulallah Saw. dipilih sebagai seorang Rasul
(utusan Allah Swt). Rasulallah Saw. mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum (fiqh),
politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah
ekonomi umat menjadi perhatian Rasulallah Saw. Karena
Rasulallah Saw. biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut
menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk dirinya dan keluarganya, bagian kedua untuk
kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang membutuhkan dan orang
yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagi diantara para prajurit
yang ikut dalam perang, dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam
perang juga mendapat bagian. Penunggang kuda mendapatkan dua bagian, untuk dirinya
sendiri dan kudanya. Bagian untuk prajurit wanita yang hadir dalam perang untuk membantu
beberapa hal tidak mendapatkan bagian dari rampasan perang. Selain pertempuran-
pertempuran kecil, perang pertama antara orang-orang Mekah dan muslim terjadi di Badar.
Perang ini orang Mekah menderita kekalahan dan banyak yang ditawan oleh orang muslim.
Rasulallah Saw. menetapkan besar uang tebusannya rata-rata 4.000 dirham untuk tiap
tawanan. Tawanan yang miskin dan tidak dapat memberi jumlah tersebut diminta untuk
mengajar sepuluh orang anak muslim. Melalui tebusan tersebut kaum muslim menerima uang
melainkan juga mendorong keadilan antara generasi dan mewujudkan sikap egaliter dalam
Islam.
Pada tahun ke-2 setelah hijrah shadaqah fitrah diwajibkan. Shadaqah yang juga dikenal
dengan zakat fitrah ini diwajibkan setiap bulan puasa Ramadhan. Besarnya satu sha kurma,
gandum (berley), tepung keju atau kismis, atau setengah sha gandum untuk tiap muslim,
budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum shalat
Id fitri.
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 H sementara shadaqah fitrah pada tahun ke-2 H. Akan
tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 H. ketika Maulana
Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun
setelahnya.11 Sebelum diwajibkan zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus
atau ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9
H. ketika dasar Islam telah kokoh, wilayah negara berekspansi dengan cepat dan orang-orang
berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi sistem pengumpulan
zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase zakat untuk
barang yang berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan
waktu dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapatkan bayaran
dari dana zakat.
Pendapatan utama bagi negara di masa Rasulallah Saw. adalah zakat dan ushr. Keduanya
berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushr merupakan
kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam. Pengeluaran untuk keduanya sudah
diuraikan secara ekplisit di dalam al-Quran (Q. 9 al-Taubah: 60) berikut ini:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.
1. Uang tebusan untuk para tawanan perang, hanya dalam kasus perang Badar pada perang
lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang.
2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukan kota Mekah untuk pembayaran uang
pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000
dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam
beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah.
3. Khumus fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli
warits atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negerinya.
4. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Allah Swt.
dan pendapatannya didepositokan di Baitul Mal.
5. Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada kaum muslimin
yang kaya dalam rangka menutup pengeluaran negara selama masa darurat dan ini
pernah terjadi pada masa perang Tabuk.
6. Khumus atau rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam.
7. Zakat fitrah, zakat yang ditarik pada masa bulan Ramadhan dan dibagi sebelum shalai id.
8. Bentuk lain shadaqah seperti kurban dan kaffarat. Kaffarat adalah denda atau kesalahan
yang dilakukan seseorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu pada musim
haji
Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa hidup Rasulallah Saw. juga tidak
tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang ada tidak
dijalankan sebagaimana mestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan kepada
pengumpul zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh
Rasulallah Saw. Beliau juga memberi nasihat kepada pengumpul zakat mengenai hadiah yang
ia terima.
Setelah melakukan berbagai upaya stabilisasi di bidang sosial, politik serta pertahanan dan
keamanan, Rasulallah Saw. meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara sesuai dengan
ketentuan-ketentuan al-Qur’an. Seluruh paradigma berpikir di bidang ekonomi serta
aplikasinya dalam kehidupan seharihari yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dihapus dan
digantikan dengan paradigma baru yang sesuai dengan nilai-nilai Qurani, yaitu persaudaraan,
persamaan, kebebasan dan keadilan.
Peletakan dasar-dasar Sistem Keuangan Negara yang dilakukan oleh Rasulallah Saw.
merupakan langkah yang sangat signifikan, sekaligus brilian dan spektakuler pada masa itu,
sehingga Islam sebagai sebuah agama dan negara dapat berkembang dengan pesat dalam
jangka waktu yang relatif singkat.
Sebelum menjadi Khalifah Abu Bakar tinggal di Sikh yang terletak di pinggiran kota
Madinah. Setelah berjalan 6 bulan dari kekhalifahannya, Abu Bakar pindah ke pusat kota
Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi khalifah,
kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Abu Bakar diperbolehkan
mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal
dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan
2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun (Al-Usairy, 2006).
Namun di sisi lain, beberapa waktu menjelang wafatnya Abu Bakar, ia banyak menemui
kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga ia menayakan berapa banyak
upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa jumlah tunangannya
sebesar 8000 dirham, ia langsung memerintahkan untuk menjual sebagian besar tanah yang
dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada negara. Juga, Abu bakarr
mempertanyakan tentang berapa banyak fasilitas yang telah dinikmatinya selama menjadi
khalifah. Ketika diberitahukan tentang fasilitasnya, ia segera menginstruksikan untuk
mengalihkan semua fasilitas tersebut kepada pemimpin berikutnya nanti .
Dalam menjalankan pemerintahan dan roda ekonomi masyarakat Madinah Abu Bakar sangat
memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Abu Bakar juga mengambil langkah-langkah
yang strategis dan tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui
(a’rabi) yang kembali memperlihatkan tanda-tanda pembangkangan membayar zakat
sepeninggal Rasulullah saw. Dalam kesempatan yang lain Abu Bakar mengintruksikan pada
pada amil yang sama bahwa kekayaan dari orang yang berbeda tidak dapat digabung, atau
kekayaan yang telah digabung tidak dapat dipisahkan. Hal ini ditakutkan akan terjadi
kelebihan pembayaran atau kekurangan penerimaan zakat. Hasil pengumpulan zakat tersebut
dijakan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk langsung
didistribusikan seluruhnya kepada kaum Muslimin hingga tidak ada yang tersisa
Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendistribusikan harta baitul mal adalah prinsip
kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah saw.
dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu memeluk Islam dengan
sahabat yang kemudian, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara pria dengan wanita.
Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul mal tidak pernah
menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh
kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam
perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin diberikan bagian hak yang sama dari hasil
pendapatan negara. Apabila pendapatan meningkat seluruh kaum muslimin mendapat
manfaat yang sama dan tidak ada seorangpun yang dibiarkan dalam kemiskinan.
Perkembangan ekonomi islam pada Dinasti Umayyah dan Abbasiyah merupakan sebuah
catatan sejarah yang dapat diambil pelajarannya. Sebuah sistem yang kuat tentunya di dukung
pula oleh elemen-elemen lainnya, sehingga sebuah sistem itu dapat berjalan dengan baik.
Terutama oleh penguasannya. Masa kekhalifahan bani umayyah hanya berumur 90 tahun
yaitu dimulai pada kekuasaan muawiyyah bin abu sofyan. Pemikiran ekonomi islam bani
umayyah pada masa pemerintahan bani umayyah, kebijakan ekonomi banyak dibentuk
berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhna rentang
waktu antara zaman kehidupan Rasulullah dan masa pemerintahan tersebut. Khalifah
abbasiyah atau kekuasaan dinasti bani abbas, sebagai mana disebutkan melanjutkan
kekuasaan dinasti bani umayah. Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang panjang .
selama dinasti bani abbasiyah berkuasa dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuain dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Penyusunan kembali konsep dan teori ekonomi Islam dalam metodologinya, dapat
menempuh dua alternatif. Pertama, tetap merujuk pada teori lama, namun melakukan banyak
revisi sesuai dengan prinsip dan karakteristik ekonomi Islam itu sendiri dan ini merupakan
alternatif yang paling mudah dilakukan karena tiada memerlukan kajian yang terlalu
mendalam serta waktu yang cukup lama. Kedua, adalah melakukan rekonstruksi sejarah
lewat karyakarya terdahulu seperti yang tertuang pada tabel terhadap pemikiran ekonomi
Islam dan memformulasikan kembali sesuai dengan prinsip dan karakteristik ekonomi Islam,
sehingga melahirkan satu konsep baru yang benar benar merupakan hasil kajian dan
pemikiran mendalam terhadap sistem ekonomi Islam. Tentu saja alternatif kedua ini
membutuhkan waktu, biaya serta semangat yang sangat besar. Dan diperlukan pengujian
berulang ulang atas teori tersebut sehingga mampu diakui oleh masyarakat pengguna.
Sejalan dengan penulis, Ahmad Dimyati melakukan pemetaan, model pemikiran yang
berkembang dalam ekonomi Islam, terkait dengan keterlibatan etika sebagai dasarnya,
terdapat beberapa model pemikiran; Pertama, etika yang didasarkan langsung kepada
sumber-sumber utama nilai Islam (al-4XU·DQ GDQ DO-Sunnah). Kedua, upaya menggali
pemikiran para sarjana klasik yang diyakini telah berhasil melakukan formulasi sistem etika
Islam, kemudian diterapkan di bidang ekonomi, baik secara tekstual maupun disertai
interpretasi dan modfikasi baru. Ketiga, mengambil sistem ekonomi (konvensional) - yang
pada kenyataannya memang telah menyediakan dan berhasil membuktikan secara empirik
akan eksistensinya - sebagai kerangka dasar sistem ekonomi Islam. Keempat, mengupayakan
berlangsungnya proses sintesis antara nilai-nilai Islam dengan sistem dan teori ekonomi
konvensional, sebagai cara untuk melahirkan sistem ekonomi Islam yang tidak sekedar
memenuhi tuntutan normatif atau paling banter epistemologis, namun lebih dari itu agar
dapat dibentuk suatu kerangka aksi yang jelas sebagai wujud implementasi sistem ekonomi
Islam itu sendiri.
Permasalahan Ekonomi Islam
Menurur umala ini masalah ekonomi muncul karna adanya distribusi yang tidak
merata dan adil sebagai akibat sistemekonomi yang membolehkan eksploitasi
pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap
sumber daya sehingga menjadi sangat kaya sementara yang lemah menjadi sangat
miskin karena tidak memiliki sumber daya.
Modal jika ingin melakukan usaha mandiri. Strategi membuka peluang kewirausahaan
bagi surplus sumber daya Manusia memerlukan beberapa prasyarat sebagai berikut:
a. Ketersediaan modal yang diperlukan oleh surplus tenaga kerja dalam
Memulai usaha mandiri.
b. Adanya sistem yang dapat menjamin pembagian risiko yang adil antara
Pemilik modal dan pengusaha.
c. Adanya sistem penjaminan sosial yang dapat menopang dan
Membimbing kehidupan pelaku usahahingga mereka meraih kesuksesan
Berwiraswasta. Ketiga prasyarat tersebut dipakai Fahim Khan untuk
Memperbandingkan antara sistem konvensional berbasis bunga dengan Sistem
ekonomi Islam berbasis bagi hasil dalam mendorong strategi Menciptakan peluang
kewirausahaan. Sistem ekonomi non-Islam yang berbasis bunga dinilai tidak berhasil
Mewujudkan prasyarat-prasyarat di atas terutama di negara-negara Berkembang yang
berpenduduk padat. Sistem berbasis bunga dipandang tidak Menyediakan modal yang
dibutuhkan oleh calon wirausahawan potensial yang Akan memulai usaha. Sistem ini
lebih tertarik untuk membiayai usaha mapan Yang dapat memastikan terhindar dari
kredit macet dan berbagai risiko Pembiayaan. Pengajuan pembiayaan oleh orang baru
akan memulai usaha Biasanya menuntut dipenuhinya persyaratan yang sulit termasuk
jaminan yang Kadang tidak dapat dipenuhi oleh calon pelaku usaha. Dalam kondisi
ini tentu Ia akan lebih memilih untuk mencari kerja berupah tetap dari pada
melakukan Usaha mandiri yang sulit dan berisiko. Fahim Khan berkali-kali
menegaskan kejelasan strategi pembangunan Ekonomi dalam perspektif Islam yang
menekankan lebih pentingnya Pengaturan institusional untuk secara langsung
melibatkan orang dalam Kegiatan kewirausahaan mereka sendiri daripada strategi
memanjakan kapitalis Untuk menciptakan kesempatan kerja dengan upah pasti di
pasar kerja. Ekonomi Islam memiliki mekanisme built-in untuk mendukung strategi
Tersebut. Mekanisme yang sudah built-in ini dapat lebih diperkuat dengan Langkah-
langkah berikut:
Bank Indonesia mendorong lima strategi pengembangan ekonomi syariah Indonesia agar
mampu bersaing dengan negara lain. Lima strategi yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan ekonomi syariah Indonesia
Keempat, fokus kepada sektor yang mendatangkan manfaat kompetitif, seperti makanan halal
atau pakaian muslim dan halal serta farmasi dan keuangan syariah. Jka dikembangkan,
sektor-sektor ini dapat menjadi sumber devisa keuangan.
Sementara itu, nilai industri mamin halal global pada 2016 sekitar US$1.245 miliar dan
diperkirakan tumbuh menjadi US$1.930 miliar pada 2022.
Industri kosmetika halal berkisar US$57 miliar pada 2016 dan diprediksi naik menjadi US$82
miliar pada 2022. Adapun nilai industri farmasi halal sebesar US$83 miliar pada 2016 dan
diproyeksi meningkat menjadi US$132 miliar pada 2022.
Sementara itu, nilai industri pasar finansial syariah mencapai US$2.202 miliar pada 2016 dan
diperkirakan tumbuh menjadi US$3.782 pada 2022. Di sisi lain, nilai industri perbankan
komersial syariah sebesar US$1.599 pada 2016 dan diprediksi naik menjadi US$2.439 miliar
pada 2022.
Dari sektor-sektor itu, Indonesia hanya masuk daftar 10 besar di kategori kosmetika dan
farmasi halal.
Indoensia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia masih kerap dikaitkan
Dengan persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di tingkat internasional, Indonesia berada
di Peringkat yang jauh lebih rendah dibanding negara tetangga. Hasil studi IMD
(International Institute for Management Delevopment) Swiss menempatkan Indonesia berada
di nomor 45 Dari 47 negara di dunia sebelum krisis 1998. Menurut Sutrisno Iwantono
menyatakan bahwa Kondisi perekonomian Indonesia secara makro masih menunjukkan
performa yang baik, Namun di sisi lain ketimpangan dan kemiskinan masih menyelimuti
sebagian besar rakyat Indonesia. Permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini dinilai Semakin menjauh dari tingkat kesejahteraan, hal ini bisa dilihat dari
faktor pemicu terjadinya Kesenjangan, ketimpangan dan pengangguran di masyarakat. Oleh
karena itu, perlu adanya Pemecahan masalah dan kerjasama semua pihak, baik dari peran
masyarakat maupun dari Kebijakan pemerintah untuk mendorong perekonomian
masyarakat.Secara khusus, masalah pokok ekonomi rakyat seperti kemiskinan dan
pengangguran Kemungkinan besar akan tetap bertahan, karena masih banyaknya kepentingan
birokrasi dan Intervensi penguasa dan/atau kolomerat. Situasi ini akan terus memburuk, jika
pemerintah Terus memaksakan agenda-agenda ekonomi neo-liberal yang mengsampingkan
kepentingan Rakyat. Di luar intervensi modal internasional, ekonomi Indonesia pun sudah
terlanjur Terperangkap pada masalah-masalah struktural yang cukup berat, seperti aksi
korupsi yang Sudah menggurita sehingga menguras volume APBN, pembayaran angsuran
pokok dan bunga Utang luar negeri yang hampir menguras sepertiga APBN, kenaikan harga
minyak bumi dunia Yang berakibat pada terjadinya pembengkakan subsidi BBM dan
derasnya kepentingan arus Impor yang menyebabkan semakin terpinggirkannya pelaku
ekonomi lokal. Jika ini terus berlanjut, upaya peningkatan kesejahteraan rakyat mustahil
dapat dilakukan, Program-program pemerintah yang bersifat karitatif dan parsial dalam
jangka pendek Program-program instan ini mungkin menolong. Akan tetapi untuk jangka
panjang tidak Cukup, perlu adanya estapet program-program permanen yang berjangka,
terperogram dan Terus berkesinambungan. Belum lagi, tingkat kemiskinan yang relative
masih cukup tinggi, hal Ini menjadi tantangan pemerintah untuk mengubah kekuatan
masyarakat menjadi sumber daya yang produktif terutama dalam memenuhi pasokan
kebutuhan dalam Negeri, tidak serta merta Hanya tergantung pada produk impor. Hadiranya
barang-barang impor yang murah dalam jumlah yang sangat besar, membuat pelaku ekonomi
kecil dan menengah di Indonesia semakin sulit bangikit dan bersaing dengan produk-produk
luar negeri. Jika tidak ada keterpihakan dan kebiajakan pemerintah untuk mendorong laju
pertumbuhkan ekonomi berbasis local, tentu lambat hatun Indoensia akan terperangkap pada
wilayah kecanduan dan ketergantungan terhadap pasokan barang-barang impor terdapat
beberapa penjelasan mengapa Indonesia masih belum bisa menciptakan perekonomian
dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Dalam konteks dunia Internasional, Indonesia
tidak bisa dikatakan sebagai failed-state, tidak juga sebagai negara yang belenggu hutang
yang mematikan, namun harus diakui dan diwaspadai bahwa Indonesia sebenarnya dekat
dengan situasi itu. Di tengah terpuruknya perekonomian dunia yang terus merosot dan
melahirkan kemiskinan global, semakin menunjukkan bahwa sistem perekonomian yang
selama ini dianut tidak mampu memberikan solusi kesejahteraan dan keadilan. Dalam
kenyatannya salah satu akar masalah kemiskinan di berbagai negara akibat terjerat oleh utang
yang tinggi. Pada saat yang bersamaan, perkembangan sistem ekonomi Syariah justru
semakin kokoh dan semakin teruji dalam menghadapi krisis ekonomi global. Penjelasan ini,
seakan memberi petunjuk bahwa sistem ekonomi syariah dinilai Mempunyai peran penting
dalam program pengentasan kemiskinan, karena prinsip yang Dibangun oleh sistem ekonomi
syariah ini lebih berorientasi pada kesejahteraan, kemanusiaan, Persaudaraan, keadilan,
kesucian, kehormatan, kedamaian, ketenangan, keruhaniaan dan Keharmonisan yang
dirasakan secara bersama, bukan hanya pengumpulan harta sebanyak-Banyak sebagaimana
yang dianut pada prinsip ekonomi konvensional. Dalam sistem ekonomi syariah mengenal
istilah bagi hasil, yang mana konsep ini Memungkinkan beban kerugian dan keuntungan
menjadi milik bersama dan ditanggung Bersama antara pemilik modal dan pengelola.
Penanggungan secara bersama ini berdampak Positif bagi stabilitas perekonomian. Sistem
ekonomi berbasis syariah juga memberlakukan Adanya pelarangan terhadap praktek riba dan
mendorong pada kegiatan sektor riil. Pelarangan Riba dalam sistem ekonomi syariah ini pun
terbukti mampu mengendalikan inflasi dan menjaga Stabilitas perekonomian yang
berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara merata dan Berkesinambungan. Islam
mengatur sedemikian rupa akan masalah ekonomi umatnya, khususnya dalam hal
Kemiskinan. Banyak faktor yang menjadi penyebab kemiskinan, di antaranya karena
Ketidakpedulian orang-orang kaya yang mana menyebabkan orang-orang miskin semakin
Terjerat pada lingkaran kemiskinannya. Merespon tentang kondisi tersebut, Islam
Memberlakukan kewajiban kepada umatnya untuk membayar zakat sesuai ketentuan yang
Berlaku, dan anjuran berinfak dan bershadaqah sesuai kemampuannya. Dalam ajaran Islam
terdapat dua prinsip utama dalam kegiatan ekonomi yakni, Pertama: Islam melarang satu
pihak mengeksploitasi pihak lain dengan alasan apa pun, Kedua: Islam Melarang satu pihak
membedakan, membatasi, dan memisahkan dengan pihak lainnya. Islam Memandang bahwa
umat manusia bagaikan satu keluarga, oleh sebab itu, setiap manusia Memiliki hak,
kewajiban dan derajat yang sama dalam lingkup sosial ekonomi, yang Membedakan hanyalah
tingkat keimanan dan ketwaaanya kepada Allah SWT. Begitu pun Dalam pandangan hukum,
setiap masyarakat ekonomi memiliki hak dan perlakuan yang sama Dalam setiap kegiatan
ekonomi, selama hak itu tidak bertentangan dengan norma-norma Hukum yang ada.
Terciptanya kesejahteraan ekonomi rakyat merupakan tujuan utama berdirinya negara
Republik Indonesia. Kesejahteraan dalam sistem ekonomi kapitalis hanya mengedepankan
Kebutuhan materi yang bersifat lahiriah, Konsep kesejahteraan menurut Islam lebih dari itu.
Ada tiga sistem ekonomi yang kini cukup dominan di dunia saat ini, yaitu kapitalisme,
Sosialisme dan Islam. Berikut sistem ekonomi yang banyak digunakan di beberapa negara:
1. Sistem Kapitalisme
Paham kapitalisme berasal dari Inggris abad ke-18, kemudian menyebar ke Eropa Barat dan
Amerika Utara. Sebagai akibat dari perlawanan terhadap ajaran gereja, tumbuh Aliran
pemikiran liberalisme di negara-negara Eropa Barat. Aliran ini kemudian merambah Ke
segala bidang termasuk bidang ekonomi. Dasar filosofis pemikiran ekonomi kapitalis Dari
dasar filosofi tersebut kemudian menjadi sistem ekonomi dan pada akhirnya Mengakar
menjadi ideologi yang mencerminkan suatu gaya hidup (way of life). Smith Berpendapat
bahwa motif manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah atas dasar Dorongan kepentingan
pribadi, bertindak sebagai tenaga pendorong yang membimbing Manusia mengerjakan apa
saja asal masyarakat sedia membayar. Motif dan prinsip sistem Kapitalis adalah perolehan,
persaingan dan rasionalitas. Sedangkan tujuan kegiatan Ekonominya adalah perolehan
menurut ukuran uang.
2. Sistem Sosialisme
Muhammad Abdul Mannan mendefinisikan ekonomi Islam sebagai ilmu Pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh Nilai-nilai Islam.
Ekonomi Islam merupakan sebuah konsep ekonomi yang dijalankan Berdasarkan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Al-Sunnah, yang
berorientasi pada pencapaian ridha Allah. Sistem ekonomi Islam yang dibangun berdasarkan
nilai-nilai ajaran Islam yang tidak Hanya berorientasi pada pencapaian profit semata,
melainkan berorientasi pada nilai-nilai Kemaslahatan bersama. Perbedaan mendasar antara
ekonomi kapitalis dan ekonomi Islam, Dimana ekonomi konvensional berpijak pada dasar
materialisme dan sekulerisme yang Didasarkan hanya pada rasionalitas pemikiran manusia.
Sedangkan ekonomi Islam pijakan Dasarnya adalah al-Quran, as-Sunnah dan hasil ijtihad
para intelektual muslim.
Strategi Ekonomi Islam untuk Kesejahteraan Umat. Para ekonom muslim banyak
membicarakan objektivitas perekonomian berbasis Islam memamfaatkn Pada level negara
pemenuhan kebutuhan dasar, negara wajib bekerja untuk meningkatkan Kesejahteraan
materi bagi lingkungan sosial maupun individu dengan memamfaatkan Sumber daya yang
tersedia. Negara pun wajib mengeluarkan kebijakan yang mengupayakan Akan stabilitas
ekonomi, kesetaraan, ketenegakerjaan, pembangunan sosial ekonomi, dan Lain sebagainya.
Agar dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat perlunya dulakukan Strategi,
diantaranya:
Kebijakan fiskal yang dilakukan nabi Muhammad saw pada abad ke-7 M, merupakan Model
baru dalam bidang keuangan negara. Instrumen kebijakan fiskal dimaksudkan Untuk
meningkatkan pendapatan negara dan tingkat partisipasi kerja (agregate demand), Sehingga
semua lahan pertanian di kota Madinah dimanfaatkan secara maksimun. Sektor Pertanian
difokuskan pada sistem mudarabah, muzara’ah, dan musaqah, sehingga tidak Mengherankan
jika penarikan pajak pertanian yang diserahkan kepada negara cukup Signifikan. Selanjutnya,
pada pemerinthan khalifah Umar bin Abdul Aziz mencatat prestasi Yang memukau, hampir
tidak ada yang mau menerima zakat, lantaran penduduknya telah Sejahtera secara
ekonomi.Tampak sejarah telah membuktikan bahwa sebuah negara akan menjadi makmur,
bila Pemerintah yang berkuasa beriman, bertakwa dan bermoral, serta seluruh pejabatnya
Menerapkan pola hidup sederhana. Dalam hal ini terdapat beberapa lima pilar utama untuk
Mencapai kesejahteraan dalam sebuah negara, diantaranya:
1. Para penguasa, pejabat dan rakyatnya tidak lagi serakah, menjunjung pola hidup
Sederhana, tidak boros, namun juga tidak kikir.
2. Pengelolaan sumber kekayaan alam oleh negara dipergunakan sebaik-baiknya
untuk Perbaikan taraf hidup masyarakat-nya.
3. Keadilan hukum harus ditegakan dengan seadil-adilnya, tanpa tebang pilih.
4. Menjujung tinggi kesadaran berzakat bagi masyarakat yang telah memenuhi
ketentuan.
Mengelola lembaga Amil Zakat secara professional, transfaran, akutabel dan tepat Sasaran.
Tak terelakan, masalah-masalah ekonomi akan selalu terjadi pada setiap individu, masyarakat,
negara, bahkan dunia. Mulai dari urgensi kenaikan mutu pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil,
daya beli stagnan pada situasi inflasi, kekalahan daya saing, impor menghambat pertumbuhan
ekonomi, tingkat kemiskinan cukup tinggi, terjadi inflasi berkepanjangan, dan masalah-masalah
ekonomi lainnya. Dilansir media nasional indikator yang menjadi cerminan kondisi ekonomi makro
Indonesia saat ini mengalami krisis. Mulai pertumbuhan ekonomi, inflasi, konsumsi rumah tangga,
pengangguran, kemiskinan, sampai pada Purchasing Managers Index (PMI) industri yang sedang
mengalami penurunan. Hal ini, membuat seolah-olah ekonomi Indonesia ditampar habis-habisan.
Penyebab masalah ekonomi ini tak lain karena sumber daya manusia terbatas, pengelolaan sumber
daya alam yang kurang maksimal, modal kerja kurang, proses distribusi lambat, dan tingkat
konsumsi tinggi. Selain itu, masyarakat kita masih dihadapkan dengan tuntutan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka dengan baik. Entah itu dari segi pangan, sandang, hingga tempat tinggal.
Apalagi saat ini tengah menghadapi pandemi corona yang masih menjajah Indonesia. Sudah 20
bulan lamanya, Indonesia menghadapi pandemi yang sampai detik ini juga belum usai. Lantas,
setelah melihat kondisi perekonomian Indonesia tersebut, bagaimana Islam memberikan solusi?
Solusi
Ekonomi Islam, merupakan sistem yang menerapkan prinsip ekonomi sesuai dengan ajaran Islam.
Prinsip ekonomi ini berlaku bagi setiap kegiatan ekonomi yang memiliki tujuan untuk menciptakan
barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan manusia. Terdiri dari lima nilai dasar, yaitu Tauhid,
Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma’ad. Kelima nilai dasar ini dijadikan sebagai acuan dalam
membentuk proposisi dan teori ekonomi Islam. Pertama, Tauhid (Keesaan Allah). Semua aktivitas
yang berkaitan dengan sumber daya maupun manusia memiliki hubungan yang erat dengan Allah.
Dengan begitu, terbentuklah tanggung jawab atas semua perbuatan kita, termasuk aktivitas
ekonomi maupun bisnis. Kedua, Adl (Keadilan). Masing-masing pelaku dari kegiatan ekonomi, tak
diperbolehkan mengejar untung secara pribadi. Apalagi, jika hal tersebut bisa membuat kerugian
untuk orang lain, bahkan merusak ekosistem serta kondisi lingkungan. Dengan prinsip keadilan inilah
akan menghentikan kezaliman sesama manusia. Ketiga, Nubuwwah (Kenabian). Segala kegiatan
ekonomi maupun bisnis harus mengacu pada prinsip-prinsip yang Nabi dan Rasul ajarkan. Dimana
Nabi dan Rasul memiliki sifat yang harus diteladani, seperti benar, jujur, bertanggung jawab, cerdas,
bijaksana, komunikatif, terbuka, dan ahli marketing. Keempat, Khilafah (Pemerintahan). Dalam Islam,
pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peran utamanya
adalah menjamin kegiatan ekonomi berjalan sesuai dengan Syariah. Sehingga, pelanggaran hak-hak
manusia dipastikan tidak akan terjadi. Kelima, Ma’ad (Hasil). Islam mengatur secara detail tentang
apa itu keuntungan. Perbuatan baik akan mendapatkan kebaikan berlipat, dan perbuatan jahat akan
mendapatkan hukuman setimpal. Keuntungan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.*** Selain
itu, Islam sendiri telah merumuskan tujuan ekonomi antara lain untuk kesejahteraan ekonomi yang
tercapai dari kerangka norma moral Islam dan tercapainya distribusi pendapatan dan kekayaan
secara adil dan merata. Ada tiga solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah
ekonomi. Pertama, Pro-Poor Growth. Islam, memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi
yang memberikan manfaat luas bagi seluruh masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan ini terdapat
dua upaya yang bisa dilakukan. Dua hal tersebut adalah mendukung aktivitas dalam sektor riil serta
pelanggaran riba. Pelarangan riba, dapat mengendalikan inflasi secara efektif. Dengan begitu, daya
beli masyarakat dapat terjaga dan terciptanya stabilitas perekonomian. Didukung pula dengan
penggunaan modal kegiatan ekonomi yang produktif dengan kerjasama ekonomi maupun bisnis.
Misalnya seperti muzara’ah, mudharabah, dan musaqah. Sehingga, terciptalah keselarasan antara
sektor riil dan moneter. Pertumbuhan ekonomi pun berlangsung secara berkesinambungan. Kedua,
Pro-Poor Budgeting. Islam mendorong perencanaan anggaran negara yang memihak pada
kepentingan semua kalangan masyarakat. Selain itu, di dalam Islam, anggaran negara merupakan
harta publik. Sehingga, anggaran menjadi sangat responsif bagi kepentingan orang miskin. Ketiga,
Pro-Poor Public Services. Islam mendorong penyediaan pelayanan publik yang berpihak terhadap
kepentingan masyarakat luas. Terdapat tiga layanan publik yang harus mendapatkan perhatian
secara seriu yakni birokrasi, pendidikan, dan kesehatan. Birokrasi merupakan sebuah amanah untuk
memberikan pelayanan kepada publik. Birokrasi tidak dibentuk untuk kepentingan diri sendiri
ataupun golongan. Misalnya saja yang pernah dilakukan oleh Khalifah Usman dan Ali. Khalifah
Usman tidak mengambil gaji dari kantornya, sedangkan Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan
cara memberhentikan pejabat-pejabat publik yang terbukti korupsi. Tak hanya itu, Islam juga
mendorong kemajuan pendidikan maupun kesehatan sebagai sumber produktivitas. Mengingat,
pandemi corona tidak hanya berdampak pada kesehatan melainkan juga pendidikan dan ekonomi,
ada baiknya jika pro-poor public services ini mendapatkan perhatian besar. Tak terlepas dari ketiga
solusi tersebut, Islam juga mendorong kebijakan pemerataan maupun distribusi pendapatan yang
berpihak pada rakyat miskin. Soal distribusi pendapatan ini, terdapat tiga instrumen utama yang
Islam ajarkan, yakni kepemilikan tanah, penerapan zakat, menganjurkan qardhul hasan, infak, serta
wakaf. Ekonomi Islam lebih berfokus pada sebuah konsep serta usaha untuk bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu dapat kita simpulkan ekonomi Islam merupakan jawaban
dari tantangan peradaban dunia.