DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-NYA, sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Makalh ini disusun dengan semaksimal mungkin dengan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat mempermudah untuk membuat makalah ini. Untuk itu
disampaikan banyak terimakasih kepada semua sumber-sumber dalam makalah ini.
Terlepas dari semua itu, masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca atau bapak dosen mohon
disampaikan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat terhadap siapapun yang membacanya.
Audit pada saat ini menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi. Selain pemahaman
umum atas pentingnya fungsi audit, peningkatan atas keberadaan auditor dan lembaganya
juga menambah pemahaman umum terhadap audit. Lebih lanjut lagi, tuntutan-tuntutan
hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor dan kerugian keuangan yang terkait dengan
tuntutan tersebut memunculkan berbagai dimensi keperilakuan pada diri auditor, khususnya
aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas auditor dalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah
pada aspek keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan – catatan
suatu organisasi dan prinsip – prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi.
Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas – aktivitas manajemen dan orang-orang
yang menjalankan operasi organisasi. Selain itu, auditor internal juga berkaitan dengan
standar yang biasanya dikembangkan oleh bagian lain dengan memastikan kepatuhan
terhadap prosedur, undang – undang serta praktik bisnis yang bersih. operasional untuk
pencapaian efektivitas.
B. Rumusan Masalah
- Apa hakikat audit ?
- Bagaimana pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam audit ?
- Bagaimana rational emotive therapy dalam audit ?
- Bagaimana fenomena kelompok dalam audit ?
C. Tujuan Penulisan
- Mengetahui hakikat audit
- Mengetahui pertimbangan dan pengambilan keputusan dalam audit
- Mengetahui rational emotive therapy dalam audit
- Mengetahui fenomena kelompok dalam audit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Audit
Hakikat Audit adalah proses pembuktian dari orang independen ( imparsial ) terhadap
suatu asersi manajemen dengan menggunakan judgment ( pertimbangan ) dan bukti yang
membuktikan ( evidential matter ). Pengauditan merupakan suatu hal yang penting. setiap
organisasi atau perusahaan selayaknya secara sukarela melakukan audit untuk
memberikan umpan balik atas kinerja yang telah dilakukan. Audit dilakukan oleh auditor
yang jati dirinya adalah seorang manusia. Komputer atau malahan robot sekalipun bisa
saja membantu proses pengauditan, tetapi tetap saja manusia yang menentukan dalam
memberikan pertimbangan dan pengambilan keputusan. Manusia dengan segala
keterbatasannya akan menentukan kualitas pertimbangan yang dihasilkan. Ada faktor
human being (keinginan manusia), emosi, dan subjektivitas.
Dalam beberapa dekade tahun belakangan ini para akademisi menaruh perhatian yang
sangat serius terhadap pertimbangan (judgment) dalam pengauditan. Pertimbangan
auditor dipengaruhi oleh persepsi terhadap situasi yang ada. Pertimbangan auditor
dipengaruhi oleh pendidikan, budaya, dan pengalaman. Tabel berikut ini menyajikan
proses audit yang membutuhkan pertimbangan auditor.
Aktivitas Pertimbangan Hasil Penilaian
Menetapkan Materialitas a. Materialitas Akuntansi
b. Materialitas Audit
c. Resiko Bisnis
Mengidentifikasi tujuan dan asersi audit d. Audit Area
yang penting e. Aliran Transaksi
f. Asersi Laporan keuangan
Menilai lingkungan resiko inheren g. Implikasi lingkungan klien untuk
mengidentifikasi struktur
pengendalian
h. Penilaian resiko inheren untuk
laporan keuangan
Mengevaluasi Pengendalian internal i. Memperbaiki efisiensi dan
efektivitas audit
j. Resiko pengendalian untuk asersi
laporan keuangan
k. Kelemahan dalam pengendalian
Mengembangkan Strategi Audit l. Hasil terhadap uji pengendalian
m. Kemungkinan pendekatan audit yang
berbeda
n. Penekanan terhadap keseimbangan
atau aliran transaksi
o. Identifikasi terhadap asersi strategic
Mengembangkan Program Audit p. Memilih kombinasi yang tpat dari
prosedur audit spesifik dan
menentukan ruang lungkup dan
waktu aplikasi
Memilih dan Mengevaluasi Prosedur q. Prosedur tertentu untuk
Review analitis diaplikasikan
r. Pengembangan ekspektasi
s. Formulasi untuk menjelaskan
fluktuasi
Menurut goleman (2007) untuk menjadi auditor yang mampu melaksanakan tanggung
jawabnya dengan menjunjung tinggi etika profesinya, kecerdasan intelektual hanya
menyumbang 20%, sedangkan 80% dipengaruhi bentuk-bentuk kecerdasan yang lain,
salah satunya adalah kecerdasan emosional. Dengan kecerdasan kecerdasan emosional
seorang auditor diharapkan diharapkan mampu mengatur perasaan dengan baik, mampu
memotivasi diri sendiri, berempati ketika menghadapi gejolak emosi diri maupun diri
orang lain, fleksibel dalam situasi dan kondisi yang sering berubah, sehingga dengan akal
sehat mampu berpikir positif dalam menghadapi tekanan dan gangguan yang dapat
mempengaruhi independensinya. Dengan demikian, hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
tidak memihak pihak manapun.
1. Mengenali emosi diri kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi merupakan kecerdasan emosional kemampuan untuk memantau perasaan dari
waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri
ketidakmampuan untuk mencermati perasaan diri sendiri yang sesungguhnya
membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.
2. Mengelola emosi : mengelola emosi berarti mengenai perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan tepa,t hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada
kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri
ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan mampu bangkit kembali dengan cepat. Sebaliknya orang yang
buruk kemampuannya dapat mengelola emosi akan terus bertarung melawan perasaan
murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
3. Motivasi diri sendiri : kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui
bagaimana caranya mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang
berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Dengan kemampuan memotivasi diri yang
dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam
menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
4. Mengenali emosi orang lain : empati atau mengenai emosi orang lain dibangun
berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi diri, maka dapat
dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang
yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak
akan mampu menghormati perasaan orang lain.
5. Membina hubungan dengan orang lain : seni dalam membina hubungan dengan orang
lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan pergaulan dengan
orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam
pergaulan sosial orang yang tidak memiliki keterampilan ini akan dianggap angkuh,
mengganggu atau tidak perasaan terhadap orang lain.
Tujuan RTE adalah untuk memperoleh suatu kondisi emosional dari netralitas untuk
mengeliminasi sebanyak mungkin perasaan negatif yang tidak diinginkan. Ini
berdasarkan ide dimana seseorang mungkin lebih mudah memecahkan suatu
permasalahan dalam suasana pikiran yang tenang dibandingkan ketika seseorang
mendekati suatu permasalahan dalam kondisi marah, cemas atau depresi.
Beberapa studi juga menemukan bahwa kelompok lebih baik dari individu dalam hal
mengidentifikasi potensi terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan tetapi tidak lebih
baik ketika mengevaluasi kesalahan itu sendiri. Beberapa tugas audit yang membutuhkan
proses keputusan kelompok adalah:
1. Mengidentifikasi resiko interen, resiko kecurangan, dan faktor-faktor resiko
pengendalian selama mengembangkan perencanaan audit.
2. Mengindentifikasi isu-isu going concern (keberlangsungan) perusahaan.
3. Mengindentifikasi isu-isu yang relevan dalam memilih bentuk-bentuk yang tepat dari
opini audit.
4. Mengindentifikasi isu-isu yang relevan dengan catatan atas laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Auditor menunjukkan sebagian besar perilaku manusia, tetapi sifat audit
menimbulkan beberapa masalah perilaku unik. Audit berasal dari bahasa latin yaitu
audire yang artinya mendengar. Sedangkan menurut istilah artinya memeriksa bukti
berdasarkan pada penilaiannya. Sedangkan hakikat dari audit adalah proses pembuktian
oleh orang independen (impersial) terhadap suatu asersi manajemen dengan
menggunakan judgment (pertimbangan) dan bukti yang membuktikan (avidential matter).
Ada 2 tipe keprilakuan yang dihadapi oleh auditor yaitu auditor, dipengaruhi oleh
persepsi mereka terhadap lingkungan audit, dan auditor harus menyelaraskan dan sinergi
dalam pekerjaan mereka, karena audit hakikatnya adalah pekerjaan kelompok, sehingga
perlu ada proses.
Dalam pembahasan ini terdapat 2 tipe dasar audit akuntansi audit eksternal atau audit
keuangan independen dan sebaliknya ialah audit internal atau audit operasional. Lingkup
dari audit keuangan biasanya terfokus pada asersi tentang “kewajaran” dari laporan
keuangan. Ada dua tipe situasi terkait dengan perilaku yang memunculkan dilema bagi
auditor, yaitu auditor dipengaruhi secara mendalam seringkali diluar sadarnya oleh
persepsinya tentang lingkungan Adit pada suatu saat (yang selalu berubah) dan
dipengaruhi oleh opininya tentang orang-orang yang terlibat, auditor secara konstan harus
menata diri mereka sendiri terkait dengan banyaknya relasi interpersonal misalnya, relasi
dengan kolega, dengan bawahan atau atasan, dan dengan klien.
Penilaian auditor tergantung pada persepsi dari sebuah situasi. Judgment adalah
perilaku yang paling berpengaruh oleh persepsi situasi. Faktor yang berpengaruh adalah
materialitas dan keyakinan. Beberapa cara tersedia bagi individu untuk self-analysis dan
self-help (hubungan interpersonal auditor). Namun disini hanya dibatasi 2 metode, yang
satu di adaptasi dari psikiatri yang menyediakan dasar teoritis, dan yang satu lagi
mengikuti program yang dibentuk oleh psikolog, yaitu transactional analisis dan rational
emotve therapy.
Dalam lingkungan kompetitif, kantor akuntan public (KAP) harus secara teratur
memonitoring praktik-praktik terbaik yang menjamin profesionalisme karyawan secara
efektif dan efisien. Ada 2 tipe kelompok yaitu, kelompok formal terdiri dari perintah.
Tugas, dan tim dan kelompok non formal terdiri dari kelompok kepentingan dan
pertemanan.
DAFTAR PUSTAKA
Suartana, I wayan. 2010. Akuntansi keperilakuan: Teori dan Implementasi, Yogyakarta: Penerbit
Andi
https://www.courshero.com/u/file/51308244/akpril-pont-I-4docx/?justUnlocked-1#question
http://irma-yuni.blogspot.com/2012/06/pola-keperilakuan-auditor.html
http://kurniayanawawi.blogspot.com/2012/06/aspek-keperilakuan-dalam-audit.html