Disusun Oleh :
Ketahanan Pangan B
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
CILEGON-BANTEN
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aspek Ketahanan
Pangan : Aspek Ekonomi” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ketahanan Pangan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang aspek ekonomi
dalam ketahanan pangan bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irma selaku dosen Mata Kuliah
Ketahanan Pangan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Ketahanan Pangan...........................................................................2
2.2 Aspek Ekonomi...................................................................................................2
2.2.1 Pendapatan Masyarakat.............................................................................2
2.2.2 Stabilitas Harga...........................................................................................3
2.2.3 Pertumbuhan Ekonomi...............................................................................4
2.3 Peran Aspek Ekonomi.........................................................................................5
BAB 3..................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan tulisan ini untuk mengetahui aspek ekonomi dalam ketahanan pangan di Indonesia.
Pemerintah dapat mempertahankan dan berupaya terus memacu pembangunan ketahanan
pangan, melalui program yang benar-benar mampu memperkokoh untuk ketahanan pangan,
sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tingkat pendapatan rumah tangga dapat mencerminkan menjadi salah satu ukuran
kemampuan dalam mengakses konsumsi pangan yang dibutuhkan beserta keragamannya.
Pertumbuhan komoditi pangan yang paling tinggi setiap tahun adalah komoditi beras,
sedangkan kontribusi daging sapi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani menduduki
urutan yang kedua setelah daging unggas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada Konferensi FAO tahun 1984, Soetrisno (1995) mencetuskan dasar-dasar ketahanan
pangan yang pada intinya menjamin kecukupan ketersediaan pangan bagi umat manusia dan
terjaminnya setiap individu untuk dapat memperoleh pangan. Definisi ketahanan pangan
tersebut .
Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bahan pangan juga sangat mempengaruhi pola
konsumsi masyarakat tersebut. Apabila suatu masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai bahan pangan yang sehat, bergizi, dan aman untuk dikonsumsi. Maka masyarakat
tersebut tentunya akan lebih seksama dalam menentukan pola konsumsi makanan mereka.
pendapatan masyarakat sangat berpengaruh di dalam menentukan pola konsumsi masyarakat.
Berdasarkan data dari BPS mengenai hubungan antara skor pola pangan harapan (PPH) suatu
masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan. Terdapat hubungan positif
2
dianta keduanya, yakni semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan suatu
masyarakat maka akan semakin tinggi pula pola pangan harapan masyarakat tersebut.
Aspek Pendapataan masyarakat ini berkaitan erat dengan aspek kemiskinan yang dimana
Kemiskinan menjadi penyebab utamanya permasalahan ketahanan pangan di Indonesia,
dengan tingkat pendapatan masyarakat yang dibawah rata-rata sehingga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Tidak tercukupi pemenuhan kebutuhan
masyarakat dikarenan daya beli masyarakat yang rendah juga akan mempengaruhi tidak
terpenuhinya status gizi masyarakat. Tidak terpenuhinya status gizi masyarakat akan
berdampak pada tingkat produktivitas masyarakat Indonesia yang rendah. Status gizi yang
rendah juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan generasi muda suatu bangsa.
Di negara yang pangsa pengeluaran pangan penduduknya masih besar selalu dijumpai
permasalahan kurang pangan sehingga memerlukan perhatian pemerintah. Perhatian tersebut
di antaranya berupa kebijakan harga pangan yang bertujuan memberi insentif bagi petani
untuk memproduksi pangan dan menjamin harga pangan yang stabil bagi konsumen. Harga
pangan yang tidak stabil dapat menyebabkan instabilitas ekonomi makro. Permasalahannya
adalah kecenderungan pasar yang mengglobal dan semakin terbatasnya anggaran pemerintah
untuk mendukung pembangunan membuat kebijakan harga pangan semakin sulit
dilaksanakan.
Ketahanan pangan selalu dikaitkan dengan stabilitas harga pangan khususnya beras, atau
pangan pokok utama suatu negara. Dalam kaitan ini Falcon and Timmer seperti diungkapkan
dalam Simatupang (1999) menyebutkan bahwa ketahanan pangan sinonim dengan stabilitas
3
harga, oleh karenanya pandangan tersebut menggunakan pendekatan stabilitas pangan untuk
ketahanan pangan.
Menurut Simatupang (1999), kelemahan asumsi (1) adalah bahwa signal harga pangan bukan
merupakan indikator yang sempurna dari ketersediaan pangan. Dalam hal ini dicontohkan
adanya krisis pangan tahun 1998, bahwa kenaikan harga pangan lebih disebabkan oleh
adanya kesalahan informasi karena kurangnya kredibilitas pemerintah tentang kondisi stock
pangan yang sebenamya, adanya penyelundupan dan spekulasi terhadap harga pangan
sebagai konsekuensi langsung dari terdevaluasinya nilai rupiah yang sangat tinggi.
Kelemahan asumsi ke (2) adalah bahwa ke mampuan atau akses konsumen untuk
memperoleh pangan yang cukup tidak hanya ditentukan oleh harga pangan, tetapi juga oleh
pendapatan. Selain itu akses terhadap pangan juga tidak hanya melalui pertukaran (pasar),
termasuk di dalamnya adalah transfer non pasar seperti pemberian, sumbangan, dan lain-lain.
Kelemahan dari asumsi (3) adalah bahwa swasembada merupakan cara yang paling efektif
untuk menjamin stabilitas harga pangan dalam negeri tidak selalu benar, karena fluktuasi
harga (pangan, beras) dalam negeri tidak hanya ditentukan oleh harga pasar dunia atau impor,
tetapi juga oleh stabilitas produksi pangan Indonesia yang rentan terha dap iklim yang tidak
normal maupun serangan hama/penyakit.
4
keanekaragaman hayati yang besar dapat dimanfaatkan melalui pemanfaatan dan
pengembangan pangan sumber karbohidrat non beras, sumber protein dan gizi mikro di
masing-masing daerah dan penepan teknologi yang pesat dalam berbagai aspek.
5
kecukupan pangan secara nasional. Diupayakan dengan cermat, agar target kecukupan
pangan dapat terpenuhi dengan baik. Kemandirian pangan dengan terkendali, serta dapat
memperhatikan sumber daya alam, dengan didukungan kelembagaan, budaya lokal
dengan mengarah kepada pembangunan ekonomi. Hasil prosuksi pangan dihasilkan oleh
petani di setiap wilayah di Indonesia, petani sebagai ujung tombak kemajuan bangsa,
apabila petani tidak melakukan usahanya dan lahan pertanian yang produktif semakin
berkurang, maka kemajuan bangsa Indonesia akan semaki terprosok, sehingga
kemiskinan pangan akan terjadi lebih banyak. Diperkirakan kemiskinan pangan di
Indonesia tahun 2013 sekitar 45% dan tahun 2045 sekitar 50% (BPS, 2014).
Kehawatiran Pangan di Indoensia Perekonomian di Indonesia setiaknya mengalami
peningkatan sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk, kehawatiran semakin
parahnya krisis pangan menghantui sebagian besar negara-negara di dunia termasuk
Indonesia, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB mengingatkan krisis pangan
seperti yang terjadi pada 2007/2008 bisa berulang pada tahun 2013 untuk mencegah krisis
pangan di Indonesia, ketahanan pangan mutlak diperkuat, Husodo (2001). Peningkatan
jumlah (the middle class) yang bergilir pada peningkatan konsumsi pangan yang lebih
banyak. Ketiga, kerusakan lingkungan yang diakibatkan antara lain oleh climate change
yang sudah mengganggu produksi dan produktivitas pangan nasional, keempat, kompetisi
antara sumber energi (bio fuel) dan sumber pangan yang dapat mengganggu suplai
pangan, Kelima, pentingnya kemandirian pangan berkelanjutan serta masih adanya
kerentanan dan kerawanan (baca krisis) pangan di berbagai daerah
Hal ini sebagai tantangan semua lembaga dan elit politik, agar persoalan kehawatiran
kekurangan pangan di Indonesia tidak sampai terjadi, oleh karenanya Indonesia selalu
dijuluki sebagai lumbung pangan bagi masyarakat ASEAN. Julukan tersebut memang
bener adanya, karena Idonesia sebagai Negara agraris yang penduduknya sebagai besar
adalah petani, namun lain dengan di lapangan, banyak lahan pertanian yang sudah
berubah menjadi pemukiman dan pembangunan perushaan. Penetapan Indonesia sebagai
lumbung pangan ASEAN, liberalisasi sektor pangan di Indonesia belum mampu
membuka peluang kerja, peluang usaha dan mendorong masyarakat miskin berusaha di
bidang pangan karena pada kenyataannya jumlah angka kemiskinan dan penggangguaran
relatif tidak berkurang dari tahun-ke tahun. Hal yang sangat mendasar mengindikasikan
pentingnya sinergi antara pemerintah pusat daerah dan pelaku usaha untuk peningkatan
produksi komoditas pangan dalam rangka pembangunan ekonomidan penyediaan pangan
secara nasional (Faizal, 2000).
6
Mengembangkan tanaman pangan dan menjamin ketahanan pangan di masa depan
membutuhkan biaya besar, harus diperhitungkan sebelumnya. Kondisi lahan pertanian,
termasuk persawahan, selama ini sangat mengkhawatirkan, karena terus dikonversi atau
beralih fungsi menjadi non pertanian, seperti permukiman, perdagangan, industri, dan
jalan. Sistem ketahanan pangan dan gizi tidak hanya menyangkut soal produksi,
distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro (nasional dan regional), tetapi juga
menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di tingkat rumah tangga dan individu serta
status gizi anggota rumah tangga. Agar aspek mikro tidak terabaikan, maka starategi
dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan ditingkat nasional terpenuhi dengan baik.
Bidang peternakan masalah dalam mengatasi kondisi gizi adalah masalah tingkat
produksi dan produktivitas ternak yang belum mampu memenuhi tingkat permintaan yang
ada, sehingga sebagian produk peternakan masih harus diimpor (Soedjana, 2007).
Menurut Mewa (2004), bahwa pangan merupakan komoditas penting dan strategis
bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama, pemerintah
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara
penyediaan prouksi, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang
berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam,
merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ketersediaan pangan ke seluruh
wilayah dilakukan distribusi pangan melalui upaya pengembangan sistem distribusi
pangan secara efisien, dapat mempertahankan keamanan, mutu dan gizi pangan serta
menjamin keamanan distribusi pangan. Untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan
diversifikasi pangan dengan memperhatikan sumberdaya.
7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Galih, Nugroho. Meningkatkan Ketahanan Pangan Indonesia Berbasis Sumber Daya Lokal ,
https://nugrohogalih.wordpress.com/2009/02/06/meningkatkan-ketahanan-pangan-indonesia-
berbasis-sumber-daya-lokal/. diakses pada 12 September 2021 pukul 11.00
Ilham. (2006). Efektivitas kebijakan harga pangan terhadap ketahanan pangan dan
dampaknya pada stabilitas ekonomi makro. Efektivitas kebijakan harga pangan.
Retrieved 9 12, 2021, from http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/40700
Rachman, H. P. (2002). KETAHANAN PANGAN: KONSEP, PENGUKURAN DAN.
KONSEP, PENGUKURAN DAN STRATEGI, 20, 14-15. Retrieved September 9, 2021
Rusdiana, S. (2017). PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBUTUHAN PANGAN DI
INDONESIA. Agriekonomika Volume 6, Nomor 1, 2017, 6, 15-16. doi:
http://dx.doi.org/10.21107/agriekonomika.v6i1.1795