Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIOINDIKATOR DAN BIOMONITOR


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dick-dick Maulana, S.P, M.Si

Oleh :

Nama : Akmal Aprian Taufikkulloh

NIM : 41035003191025

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2022
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan tentang apa itu
Bioindikator dan Biomonitor

Pada penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata-mata.
Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya kami dengan ketulusan hati mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Pengajar Mata Kuliah Toksikologi yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat Kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman Penulis
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaaat.

Serta akhir kata penulis ucapkan semoga Allah SWT selalu membalas budi baik anda semua.

Bandung, 28 Februari 2022

ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................... i
Kata pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Bioindikator dan Biomonitor .................................................... 2
2.1.1 Bioindikator ................................................................................................. 2
2.1.2 Biomonitor .................................................................................................. 2
2.2 Jenis Bioindikator dan Biomonitor ............................................................. 3
2.2.1 Jenis Bioindikator ........................................................................................ 3
2.2.2 Jenis Biomonitor ......................................................................................... 5
2.3 Pengaruh Bioindikator di Tanah ................................................................. 6
2.4 Pengaruh Bioindikator di Air ...................................................................... 7
2.5 Pengaruh Bioindikator di Udara .................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 9
3.2 Saran ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan
prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan
meningkatnya volume kendaraan bermotor. Disisi lain, pembangunan pusat-pusat
industri juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti penurunan kualitas
lingkungan berupa polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara. Dalam
aktivitas produksinya, industri tersebut menyebabkan timbulnya polutan polutan yang
dibebaskan dalam udara yang dapat menyebabkan pencemaran udara
(Pratiwi, 2006).

Pencemaran lingkungan, baik melalui udara, air maupun tanah pada akhirnya akan
dirasakan akibatnya sendiri oleh manusia. Dengan memperhatikan daur pencemaran
lingkungan tersebut, akan memudahkan dalam melakukan penelitian dan pengambilan
analisis contoh lingkungan, sehingga manusia mampu merumuskan solusi tersendiri
untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Untuk menganalisis suatu keadaan
lingkungan, kita perlu mengetahui dan menentukan masalah indikator biologis, tentang
“ada tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari keadaan garis dasar, melalui analisis
kandungan logam atau kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam hewan,
tanaman, dan suatu hasil dari hewan atau tanaman.

Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan atau tanaman yang terletak pada daur
pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada manusia. Maka pengambilan contoh
lingkungan, baik yang berasal dari hewan maupun tanaman, haruslah yang terletak pada
jalur yang menuju dan berakhir pada manusia. Indikator biologis dapat terjadi karena
ada beberapa organisme/bagian organisme berlaku sebagai biokonsentrasi
logam/senyawa kimia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Bioindikator dan Biomonitor ?
2. Apa saja jenis Bioindikator dan Biomonitor ?
3. Bagaimana pengaruh Bioindikator di tanah ?
4. Bagaimana pengaruh Bioindikator di air ?
5. Bagaimana pengaruh Bioindikator di udara ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bioindikator dan Biomonitor
2. Untuk mengetahui jenis Bioindikator dan Biomonitor
3. Untuk mengetahui pengaruh Bioindikator di tanah
4. Untuk mengetahui pengaruh Bioindikator di air
5. Untuk mengetahui pengaruh Bioindikator di udara

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioindikator dan Biomonitor


2.1.1 Bioindikator
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya
mahluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indikator
artinya variable yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status
dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi dari waktu ke waktu. Menurut Kovacs (1992), Bioindikator adalah
komponen biotik (mahluk hidup) yang dijadikan sebagai indikator, yang dapat
menunjukkan waktu dan lokasi, maupun kondisi alam (bencana alam), serta
perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia.
Bioindikator sendiri bisa disebut sebagai kelompok atau komunitas organisme
yang keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi
lingkungan, Apabila terjadi perubahan kualitas air, udara, maupun tanah maka
akan berpengaruh terhadap keberadaaan dan perilaku organisme tersebut,
sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan.

2.1.2 Biomonitor
Biomonitoring adalah metode mengamati dampak dari faktor eksternal pada
ekosistem atau penggunaan sistematis organisme hidup atau respon mereka
untuk menentukan kondisi atau perubahan lingkungan, Biomonitoring
merupakan aplikasi ilmu pengetahuan biologi dalam ekosistem akuatik untuk
mengevaluasi kondisi badan air. Menurut Mulgrew et al (2000) biomonitoring
adalah penggunaan respon biologi secara sistematik untuk mengukur dan
mengevaluasi perubahan dalam lingkungan, dengan menggunakan bioindikator.

2
2.2 Jenis Bioindikator dan Biomonitor
2.2.1 Jenis Bioindikator
Bioindikator biasa disebut sebagai kelompok atau komunitas organisme
yang keberadaannya atau perilakunya di alam berhubungan dengan kondisi
lingkungan. Berikut adalah kelompok organisme yang dapat dijadikan sebagai
Bioindikator (Primack, 1998) :
1. Tumbuhan
Tumbuhan berperan penting dalam dekomposisi atau transformasi
bahan organik. Tumbuhan dapat hidup dengan baik di lingkungan yang
menguntungkan. Suatu tumbuhan dapat berperan sebagai pengukur kondisi
lingkungan ditempat tumbuhnya. Banyaknya tumbuhan yang tumbuh
dengan jumlah yang melimpah, mampu digunakan sebagai indikator yang
penting karena mereka sudah sangat erat hubungan dengan habitatnya.
Tumbuhan dapat berfungsi sebagai indikator kondisi lingkungan. Berikut
adalah beberapa jenis tumbuhan yang dapat dijadikan indikator
pencemaran lingkungan, antara lain sebagai berikut:
 Lumut Kerak (Lichen) : Lumut ini dapat digunakan sebagai indikator
polusi udara alami dengan cara membandingkan jumlah tumbuhan
lumut kerak (Lichen) yang terdapat pada batang pepohonan di suatu
daerah. Semakin sedikit tumbuhan lumut kerak (Lichen) yang tumbuh
pada pepohonan di suatu lingkungan, maka tingkat polusi di
lingkungan tersebut semakin tinggi. Begitupula sebaliknya, semakin
banyak tumbuhan lumut kerak (Lichen) yang tumbuh, maka tingkat
polusi si lingkungan tersebut rendah. Polusi udara mengakibatkan
kondisi suhu udara di lingkungan menjadi meningkat, serta tanah dan
tumbuhan dilingkungan yang terkena polusi udara menjadi kering.
 Alga : Alga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator logam berat
karena dalam proses pertumbuhannya, alga membutuhkan berbagai
jenis logam sebagai nutrien alami, sedangkan ketersediaan logam
dilingkungan sangat bervariasi. Suatu lingkungan yang memiliki
tingkat kandungan logam berat yang melebihi jumlah yang
diperlukan, dapat mengakibatkan pertumbuhan alga terhambat,
sehingga dalam keadaan ini eksistensi logam dalam lingkungan
adalah polutan bagi alga.
 Lamun sebagai Bioindikator Timbal (Pb) : Tumbuhan Lamun dapat
digunakan sebagai bioindikator logam berat Pb di wilayah pesisir, di
mana kandungan logam Pb adalah sebesar (biomass lamun/m2 x
kandungan Pb mg/kg)/1000 dengan mangakumulasi dari sedimen.
Selain itu bagian daun lamun dapat berfungsi sebagai bioakumulator
terakhir sehingga dapat digunakan untuk menentukan sebaran
kandungan logam berat Pb dalam suatu perairan besar. Lamun juga
dapat digunakan untuk membantu mengurangi toksisitas logam berat
Pb

3
2. Hewan
Hewan sangat berperan dalam bioindikator lingkungan maupun
kesehatan. hewan dapat hidup dengan baik di lingkungan yang
menguntungkan baginya. Banyak sedikitnya hewan yang tumbuh dengan
jumlah yang tertentu, mampu digunakan sebagai indikator yang penting
karena mereka sudah sangat erat hubungan dengan habitatnya. Sebagai
salah satu contoh hewan yang sering digunakan sebagai indikator
pencemaran air adalah Makrozoobentos. Hewan makrozoobentos
merupakan hewan yang tidak bertulang belakang (Sinaga, 2009). Hewan
ini hidup pada dasar kolam, danau, dan sungai untuk seluruh atau sebagian
tahapan hidupnya. Mereka dapat hidup pada batuan, ataupun bergerak
bebas pada ruang antar batuan, pada runtuhan bahan organik.
Makrozoobentos ini pada umumnya terdiri dari larva Insecta, Crustacea,
Mollusca, Oligochaeta, dan Arachnidae. Hewan-hewan ini secara terus
menerus terkena substansi yang diangkut oleh aliran sungai sehingga
memiliki kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Hal ini menyebabkan makrozoobentos sesuai untuk dijadikan
indikator ekologi dari suatu perairan

4
2.2.2 Jenis Biomonitor
Berdasarkan kategori minat komunitas pakar, biomonitoring dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bioassessments study
Bioassessments study mengkaji kehidupan suatu komunitas, termasuk
fungsi dan struktur komunitas. Menurut Cobb dan Frydenborg (2018)
bioassessments melibatkan sampling lapangan dari komunitas biologis
untuk mengkarakterisasi struktur komunitas (yaitu keragaman dan toleransi
terhadap polusi). Hal ini termasuk misalnya mengukur indikator kualitas air
seperti oksigen terlarut, mengevaluasi kondisi habitat, dan menentukan
kondisi komunitas serangga akuatik. Untuk menentukan kesehatan biologis
pada perairan, maka dapat membandingkan karakteristiknya dengan
karakteristik komunitas di seluruh gradien gangguan manusia. Sistem ini
kemudian dievaluasi untuk menentukan apakah itu telah terkena dampak
negatif oleh aktivitas manusia atau tidak.

2. Toxicity bioassays
Toxicity bioassays adalah melakukan kegiatan pengujian di laboratorium
dan menganalisis dampak polutan terhadap bentuk bentuk kehidupan
(tumbuhan dan hewan). Tujuan pengujian toksisitas adalah untuk
menentukan apakah suatu senyawa atau sampel air memiliki potensi untuk
menjadi racun bagi organisme biologis dan, jika demikian, sejauh mana
dampak? Toksisitas dapat dievaluasi di seluruh organisme (in vivo) atau
menggunakan molekul atau sel (in vitro). Keuntungan utama pengujian
toksisitas adalah mendeteksi senyawa beracun berdasarkan aktivitas
biologis, dan karena itu tidak menuntut pengetahuan yang dalam tentang
polutan untuk mengidentifikasi keberadaannya (tidak seperti analisis
kimia). Setelah polutan yang terduga memberi pengaruh telah diidentifikasi,
pendekatan pemodelan (in silico) dapat digunakan untuk memprediksi
toksisitasnya berdasarkan sifat fisiko-kimia senyawa dan kemungkinan
keberadaannya dan perjalanannya di lingkungan ((enHealth, 2012).

5
2.3 Pengaruh Bioindikator di Tanah
Keberlanjutan produksi pertanian membutuhkan pemeliharaan kualitas tanah.
Istilah kualitas tanah (soil quality) yang diaplikasikan pada ekosistem menunjukkan
kemampuan tanah untuk mendukung secara terus menerus pertumbuhan tanaman pada
kualitas lingkungan yang terjaga (Magdoff, 2001). Menurut Hornby (1998), yang
dimaksud dengan kualitas tanah adalah kapasitas suatu jenis tanah yang spesifik untuk
berfungsi di alam atau dalam batas ekosistem terkelola, untuk mendukung produktivitas
biologi, memelihara kualitas lingkungan dan mendorong kesehatan hewan dan
tumbuhan.

Kualitas tanah adalah kemampuan tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem
yang sesuai untuk produktivitas biologis, mampu memelihara kualitas lingkungan dan
mendorong tanaman dan hewan menjadi sehat (Magdoff, 2001). Secara lebih terinci
kualitas tanah didefinisikan sebagai kecocokan sifat fisik, kimia, dan biologi yang
bersama-sama: (1) menyediakan suatu media untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas
biologi; (2) mengatur dan memilah aliran air dan penyimpanan di lingkungan; serta (3)
berperan sebagai suatu penyangga lingkungan dalam pembentukan dan pengrusakan
senyawa-senyawa yang meracuni lingkungan.

Komunitas organisme tanah selain berperan penting dalam proses ekologi, seperti
siklus hara juga respon terhadap gangguan pada lingkungan tanah seperti kontaminasi
terhadap logam berat dan pestisida. Singkatnya sistem biologi sangat sensitif terhadap
degradasi yang baru terjadi sekalipun, sehingga perubahan status biologi dari sistem
tersebut dapat menjadi peringatan dini atas kemunduran lingkungan. Bioindikasi
didefinisikan sebagai penggunaan suatu organisme baik sebagai bagian dari suatu
individu suatu kelompok organisme untuk mendapatkan informasi terhadap kualitas
seluruh atau sebagian dari lingkungannya (Hornby 1998). Menurut Doran (1998),
tedapat lima kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu indikator termasuk bioindikator
untuk dapat menilai kualitas tanah, yaitu:
1. Sensitif terhadap variasi pengelolaan
2. Berkorelasi baik dengan fungsi tanah yang menguntungkan
3. Dapat digunakan dalam menguraikan proses-proses di dalam ekosistem
4. Dapat dipahami dan berguna untuk pengelolaan lahan serta
5. Mudah diukur dan tidak mahal

Secara lebih singkatnya, Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi
kehidupan biota tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman
menentukan kepadatannya. Bahan organik dirombak oleh mikroba tanah menjadi
mineral dan sebagian tersimpan sebagai bahan organik tanah. Bahan organik tanah
sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologi
tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman (Arianto, 2011)

6
2.4 Pengaruh Bioindikator di Air
Kebutuhan air yang sangat krusial untuk kehidupan mahluk hidup, membuat
kualitas dari perairan sungai tersebut harus dijaga dan dilakukan kontrol untuk
mengatahuinya. Secara umum kontrol kualitas fisik dan kimia air lebih sering
dilakukan. Hal itu dikarenakan begitu praktis, mudah dan cepat akan tetapi hanya
mampu menginterprestasikan kondisi perairan di saat pengukuran saja. Sebenarnya
kontrol air secara biologis mutlak harus dilakukan karena memiliki beberapa kelebihan,
yaitu mampu merekam kondisi perairan di masa lalu. Hal itu dibuktikan dengan adanya
perubahan pola hidup, morfologi, histologi dan aspek lain dari mahluk bioindikator.
Ellenberg (1991) membedakan indikator biologik ekosistem sungai menjadi dua
kelompok yaitu:
1. Indikator yang sangat baik, terdiri atas tumbuhan yang hidup dalam air,
perifiton,jamur dan bakteri.
2. Indikator yang baik, terdiri atas alga hijau (Chlorophyceae), Fitoplankton dan
Zoobenthos

Berikut adalah penejlasan mengenai penggunaan organisme air sebagai Indikator


Biologik :
a. Plankton sebagai indikator biologic
Plankton terdiri dari seluruh organisme perairan yang bergerak pasif atau yang
daya geraknya tidak cukup untuk memungkinkan organisme tersebut bergerak
melawan gerakan arus massa air (Barnes dan Mann 1982). Plankton terdiri dari
tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri yang berukuran kecil. Berdasarkan fungsinya
dalam ekosistem plankton dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: fitoplankton
(produsen), zooplankton (konsumen) dan saproplankton (pengurai) (Ismail dan
Mohamad 1992). Palmer (1959) dalam Shubert (1984) menyatakan bahwa
komunitas alga dapat digunakan sebagai indikator air bersih atau tercemar. Palmer
(1969) mempublikasikan bahwa suatu nilai gabungan organisme seperti Euglena,
Oscillatoria, Chlamydomonas, Scenedesmus, Chlorella, Stigeoclonium, Nitzschia
dan Navicula merupakan kelompok organisme yang dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa suatu perairan telah tercemar. Kelompok organisme lain
seperti Lemanea, Stigeoclonium dan jenis-jenis tertentu Micrasterias, Staurastrum,
Pinnularia, Meridion dan Surirella dapat menunjukkan bahwa suatu sampel
berasal dari badan air yang bersih

b. Bentos sebagai indikator biologic


Bentos meliputi organisme, khususnya hewan yang hidup atau aktif di dasar
perairan. Organisme yang bersifat bentonik dapat berupa cacing Oligochaeta,
Nematoda, dan Turbellaria, Mollusca, Crustacea, dan larva Insecta. Hellawell
(1978) dalam James dan Evison (1979) menyarankan penggunaan
makroinvertebrata atau makrozoobentos air sebagai indikator biologik kualitas air.

7
2.5 Pengaruh Bioindikator di Udara
Pencemaran udara merupakan masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga terjadi
penurunan kualitas udara sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi
kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Ratna, 2012).

Sejak tahun 1866 lumut kerak digunakan sebagai indikator kualitas udara (Samsuddin
et. al 2012). Program pemantauan kualitas udara menggunakan lumut kerak telah
dilakukan diberbagai belahan dunia seperti Amerika Serikat, Belanda dan Swiss secara
permanen. Lumut digunakan sebagai bioindikator kualitas udara yang sangat baik
karena: (Loopi et. al, 2002; Kuldeep dan Prodiyut, 2015).
1. Tersebar dalam wilayah geografis yang luas (kecuali zona laut)
2. Tersedia sepanjang tahun
3. Morfologinya seragam dari waktu kewaktu
4. Tidak memiliki stomata dan katikula sehingga mudah menyerap gas dan zat
terlarut di udara melalui permukaannya.

Lumut kerak dapat digunakan sebagai bioindikator dalam dua metode yaitu (1)
pemetaan semua jenis spesies pada suatu area; dan (2) pengambilan sampel spesies
yang sama pada area yang terkontaminasi polutan dan tidak terkontaminasi kemudian
mengukur perubahan morfologi pada thalus dan mengevaluasi parameter fisiologinya
dan atau mengevaluasi bioakumulasi polutan (Conti & Ceccheti, 2001). Selanjutnya,
Noer dalam Pratiwi (2006) menjelaskan parameter-paramter yang digunakan dalam
penelitian lumut kerak untuk mengukur pencemaran udara adalah keanekaan,
pertumbuhan, kesuburan, frekuensi, dan prosentase penutupan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioindikator merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu dan
lokasi, kondisi alam (bencana alam), maupun kondisi lingkungan serta perubahan
kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia. Sedangkan
Biomonitoring adalah metode mengamati dampak dari faktor eksternal pada ekosistem.
Bioindikator dapat dibagi menjadi dua jenis yakni bioindikator hewan dan tumbuhan,
keduanya memiliki kemampuan toleran tersendiri. Bioindikator dapat digunakan dalam
kondisi lingkungan tanah, air maupun udara.

3.2 Saran
Setelah mengetahui pengertian dan penggunannya, diharapakan mahasiswa mampu
menganalisis kerusakan lingkungan dengan baik agar memiliki solusi tersendiri untuk
menanggulangani bencana alam dan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi
disekitar kita dengan memanfaatkan bioindikator tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, S. 2011. Perbaikan Kulaitas Pupuk Kandan Sapi dan Aplikasinya Terhadap
Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Strurt), Jurnal Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus : 4 (2) :164-175

Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara

Husamah, Rahardjanto A. 2019. Bioindikator Teori dan Aplikasi dalam Biomonitoring.


Malang : Universitas Muhammadiyah Malang

Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Andi Offset

Pratiwi, M. E., 2006. Kajian lichen sebagai bioindikator kualitas udara studi kasus: kawasan
industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan tegakan mahoni Cikabayan. Skripsi.
IPB, Bogor

Primack, Richard. B. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Rachman H, Priyono A, Mardianto Y. 2016. Makrozoobethos Sebagai Bioindikator Kualitas


Air Sungai Di Sub Das Ciliwung Hulu. Jurnal Fakultas Pertanian IPB University.
Media konservasi Vol 21. Bogor

Ratna Rima Melati. (2012). Kamus Biologi. Surakarta : PT Aksara Sinergi Media.

Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Perairan


Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Medan : Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara

Shubert, E. L. 1984. Algae Ecologigal Indicators. Academic Press Inc, London.

10

Anda mungkin juga menyukai