Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi saat ini, dimana terjadi peningkatan kegiatan yang


mencakup aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan teknologi, kegiatan
perbankan memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan terutama
kemampuannya untuk menggali sumber-sumber dana dari dalam dan luar negeri
sehingga mampu untuk menjadi salah satu sumber penting dalam pembangunan
ekonomi Indonesia. Peran yang sangat strategis dari bank sebagai suatu badan
usaha adalah bank yang mempunyai fungsi untuk menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana yang dihimpun
tersebut kepada masyarakat.

Salah satu kegiatan perekonomian yang penting adalah kegiatan


perbankan. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap
negara. Bank adalah lembaga perbankan yang menjadi tempat bagi perseorangan,
badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-
lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan
perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian.

Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan tempat masyarakat


menyimpan dananya yang semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa
uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya dan disertai imbalan berupa
bunga. Artinya, eksistensi suatu bank sangat bergantung pada kepercayaan
masyarakat tersebut. Semakin tinggi kepercayaan masyarakat maka akan semakin
tinggi pula kesadaran masyarakat untuk menyimpan uangnya pada bank dan
menggunakan jasa-jasa perbankan yang lain. Kepercayaan masyarakat merupakan
kata kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa

1
adanya kepercayaan dari masyarakat maka suatu bank tidak akan mampu
menjalankan kegiatan usahanya.

Yang perlu ditekankan sekali lagi bahwa lembaga perbankan adalah


lembaga yang mengandalkan kepercayaan masyarakat demi kelangsungan
usahanya. Dengan demikian guna tetap mengekalkan kepercayaan masyarakat
terhadap bank, pemerintah harus berusaha melindungi masyarakat sebagai
nasabah bank. Apabila terjadi kemerosotan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga perbankan maka hal tersebut merupakan suatu bencana bagi
perekonomian negara secara keseluruhan dan keadaan tersebut sulit untuk
dipulihkan. Seperti kejadian pada saat 16 bank dilikuidasi pada tahun 1997,
akibatnya sejumlah bank mengalami rush, sebagai akibat runtuhnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional.

Melihat begitu besarnya resiko yang dapat terjadi bila kepercayaan


masyarakat terhadap bank merosot, maka tidak berlebihan bila usaha
perlindungan terhadap masyarakat atau nasabah bank pada khususnya perlu
mendapatkan perhatian. Dalam rangka usaha melindungi nasabah atau konsumen
secara umum sekarang ini digunakan UU Perlindungan Konsumen. Undang-
undang ini dimaksudkan untuk menjadi landasan hukum yang kuat untuk
pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen.
Peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangat diharapkan bagi keberhasilan
usaha perlindungan nasabah ini.

Ketentuan mengenai rahasia bank merupakan suatu hal yang sangat


penting bagi nasabah penyimpan dan simpanannya maupun bagi kepentingan
bank itu sendiri, sebab apabila nasabah penyimpan ini tidak memercayai bank di
mana ia menyimpan simpanannya tentu ia tidak akan mau menjadi nasabahnya.
Oleh karena itu, sebagai suatu lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, sudah sepatutnya bank menerapkan
ketentuan rahasia bank tersebut secara konsisten dan bertanggung jawab sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melindungi kepentingan
nasabahnya.

2
Namun pada kenyataannya yang terjadi di dalam masyarakat saat ini
seperti kasus-kasus pembobolan bank, salah satu pelakunya berasal dari oknum
atau pegawai bank itu sendiri yang membantu para pelaku untuk melakukan
tindak kejahatan tersebut, dan yang mengkhawatirkan adalah semakin
berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Tentu saja hal
semacam ini akan sangat “membahayakan” terhadap eksistensi dunia perbankan
yang notabenenya adalah Lembaga Kepercayaan dimana pada prinsipnya
keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank semata-mata
dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada
waktunya dan disertai dengan jaminan keamanan dari segala bentuk.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perlindungan terhadap nasabah bank ?


2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah ?
3. Apa sajakah macam-macam perlindungan hukum terhadap nasabah
penyimpan dana ?
4. Bagaimanakah bentuk dan penerapan prinsip hubungan hukum antara
nasabah dan bank ?
5. Bagaimanakah cara yang digunakan dalam rangka perlindungan terhadap
nasabah bank ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Perlindungan Terhadap Nasabah Bank


2. Untuk mengetahui Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah
3. Untuk mengetahui Macam-Macam Perlindungan Hukum terhadap
Nasabah Penyimpan Dana
4. Untuk mengetahui Bentuk dan Penerapan Prinsip Hubungan Hukum
Antara Nasabah dan Bank
5. Untuk mengetahui cara yang digunakan dalam rangka perlindungan
terhadap nasabah bank

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perlindungan Terhadap Nasabah Bank

Perlindungan terhadap konsumen pada umumnya dan perlindungan pada


nasabah bank pada khususnya merupakan topik yang sangat menarik untuk
didiskusikan. Konsumen atau nasabah bank seringkali menjadi pihak yang
dirugikan. Hubungan antara bank dengan nasabah sebagai konsumen merupakan
hubungan yang timpang karena di satu sisi bank mempunyai bargaining power
yang lebih kuat sehingga nasabah berada pada posisi menerima (take it or leave it)
saja. Dengan adanya hubungan yang tidak seimbang ini, perlindungan terhadap
nasabah sebagai konsumen bank adalah menjadi sangat penting. Perlindungan
terhadap nasabah bank atau konsumen dilakukan melalui undang-undang yang
pada akhirnya dapat mengikat para pihak.

Pada prinsipnya setiap undang-undang melindungi kepentingan


masyarakat, atau nasabah bank pada khususnya. Misalnya pada UU Perlindungan
Konsumen,perlindungan terhadap nasabah bank terutama bisa dilihat dari pasal 18
tentang pencantuman klausula baku. Pelaku usaha, dalam hal ini bank, dalam
setiap perjanjian kredit atau surat-surat yang berkenaan dengan bank biasanya
selalu mencantumkan klausula baku. Pencantuman klausula baku ini membuat
nasabah tidak bisa berkutik atau protes. Apabila nasabah tidak setuju dengan
klausula yang diajukan oleh bank, maka nasabah boleh saja untuk tidak
mengikatkan diri dengan bank, tetapi hal tersebut akan merugikan nasabah itu
sendiri.

Apabila berbicara mengenai perlindungan terhadap nasabah bank, maka


kita harus membedakan nasabah sebagai kreditur terhadap bank dan nasabah
sebagai debitur terhadap bank. Dalam konteks UU Perbankan, nasabah dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Nasabah
Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk

4
simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
Sedangkan yang dimaksud dengan nasabah debitur adalah nasabah yang
memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.

Sedangkan dalam praktek perbankan yang ada di Indonesia, nasabah bank


dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: Pertama, nasabah deposan, yaitu nasabah yang
menyimpan dananya pada suatu bank, misalnya dalam bentuk giro, tabungan dan
deposito. Kedua, nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit atau pembiayaan,
misalnya kredit kepemilikan rumah, pembiayaan murabahah, dan
sebagainya. Ketiga, nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui
bank (walk in customer), misalnya nasabah yang melakukan transfer tetapi tidak
memiliki rekening di bank tersebut.

Nasabah berkedudukan sebagai kreditur terhadap bank manakala ia


menyalurkan dananya kepada bank dalam bentuk antara lain tabungan, deposito,
rekening koran, dan lain-lain. Dari sudut hukum, maka dana ini sudah beralih
kepemilikannya kepada bank pada saat dana tersebut diserahkan. Adanya
perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen di bidang perbankan
menjadi urgent, karena secara faktual kedudukan antara para pihak seringkali
tidak seimbang. Perjanjian kredit/pembiayaan dan perjanjian pembukaan rekening
bank yang seharusnya dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak, karena alasan
efisiensi diubah menjadi perjanjian yang sudah dibuat oleh pihak yang
mempunyai posisi tawar (bargaining position) dalam hal ini adalah pihak bank.
Nasabah tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menerima atau menolak perjanjian
yang disodorkan oleh pihak bank (take it or leave it).

2.2 Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah

Undang-Undang Perbankan tidak ada ketentuan yang secara khusus


mengatur masalah perlindungan hukum terhadap simpanan nasabah. Dalam
Undang-Undang Perbankan hanya menyebutkan pembinaan dan pengawasan bank

5
dilakukan oleh Bank Indonesia. Secara teoritis bank yang dinyatakan sehat,
tampaknya cukup aman untuk menyimpan dana di bank tersebut. Hal ini dapat
diketahui dari ketentuan Pasal 37b Undang-Undang Perbankan yang
mengemukakan:

a. Setiap bank menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang
bersangkutan.
b. Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagai mana dimaksud
dalam ayat (1) dibentuk lembaga penjamin simpanan.
c. Lembaga penjamin simpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berbentuk badan hukum Indonesia.
d. Ketentuan mengenai penjaminan dana masyarakat dan lembaga penjamin
simpanan, diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Lembaga penjamin simpanan diperlukan dalam rangka melindungi


kepentingan nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
bank. Dalam menyelenggarakan penjaminan simpanan dana masyarakat pada
bank, lembaga penjamin simpanan dapat menggunakan skim dana bersama, skim
asuransi, atau skim lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia.

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah ini, Marulak


Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai
perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu:

a. Perlindungan secara implisit (implisit deposit protection), yaitu perlindungan


yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat
menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang diperoleh
melalui:
1. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan,
2. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang
efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
3. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai lembaga pada
khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya,

6
4. Memelihara tingkat kesehatan bank,
5. Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian,
6. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah, dan
7. Menyediakan informasi risiko pada nasabah.
b. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu perlindungan
melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,
sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan
mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut.
Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No.
26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum. Setiap
bank wajib memegang teguh prinsip rahasia bank. Adapun salah satu bentuk
upaya yang dapat dilakukan bank di dalam menjaga keamanan rahasia bank
adalah apabila ada orang yang menanyakan identitas dari nasabah, atau
aktivitasnya di bank selain dari ketiga pihak yang berwenang yaitu Kejaksaan,
Kepolisian dan Pengadilan, maka bank tidak dapat memberikan informasi
apapun. Dengan melakukan upaya menjaga keamanan rahasia bank berarti
secara tidak langsung juga menjaga keamanan keuangan nasabah karena
rahasia bank mencakup perlindungan terhadap nasabah dan simpanannya.

Disamping itu, upaya lain yang dilakukan oleh bank untuk menjaga
keamanan rahasia bank tersebut adalah melalui :

1. Kelaziman Pada Bank

2. Pencatatan Pada Bank

3. Hukum Kerahasiaan

7
2.3 Macam-Macam Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Penyimpan
Dana

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana


terdapat dua macam, yaitu perlindungan hukum secara tidak langsung dan
perlindungan hukum secara langsung.

1. Perlindungan Tidak Langsung


Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan terhadap
kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum yang
diberikan kepaa nasabah penyimpan dana terhadap resiko kerugian yang
timbul dari suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya dan tindakan pencegahan
yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan dengan melalui hal-hal
sebagai berikut :
a. Prinsip Kehati-hatian
b. Batas maksimum pemberian kredit
c. Kewajiban Mengumumkan Neraca dan penghitungan laba rugi
d. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank
2. Perlindungan Langsung
Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan terhadap kepentingan
nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada
nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya
resiko kerugian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank.

Mengenai perlindungan ini dapat dikemukakan dalam dua hal, yaitu : hak
prefen nasabah penyimpan dana dan lembaga asuransi deposito.

1. Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana


2. Lembaga Asuransi Deposito

8
2.4 Bentuk dan Penerapan Prinsip Hubungan Hukum Antara Nasabah dan
Bank

Hubungan bank sebagai penyedia jasa perbankan bagi masyarakat dan


nasabah sebagai konsumen atau pelanggan sering menimbulkan masalah bagi
kedua belah pihak. Bagi bank, kredit macet adalah masalah yang paling sering
muncul atau terjadi. Nasabah atau debitur tidak membayar kreditnya ke bank
sesuai dengan jumlah dan jadwal yang disepakati. Sedangkan bagi nasabah,
permasalahan yang sering muncul adalah manakala bank lalai atau tidak melayani
nasabah sesuai dengan yang dijanjikan dalam produk-produk jasanya.

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada 2 (dua) unsur yang
saling terkait yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan
kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat menaruh kepercayaan
untuk menempatkan uangnya melalui produk perbankan yang ditawarkan oleh
bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat
memobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan di banknya, dan bank akan
dapat memberikan jasa-jasa perbankan.

Undang-undang Perbankan pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa bank


adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup orang banyak. Berdasarkan dua fungsi utama bank, yaitu fungsi
pengerahan dana dan fungsi penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum
antara bank dan nasabah yaitu :

1. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Penyimpan Dana


Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik
masyarakat yang berlaku sebagai penanam dana. Bentuk hubungan hukum
antara bank dan nasabah penyimpan dana dapat terlihat dari hubungan hukum
yang muncul dari produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro
dan yang dipersamakan dengan itu. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang
dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang
harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut

9
harus disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu
produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan
lainnya. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito dan rekening
tabungan.
2. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Debitur
Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.
Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi atau
kredit usaha kecil.
Pada dasarnya, hubungan hukum antara nasabah dengan bank adalah hubungan
kontraktual. Begitu seorang nasabah menjalin kontraktual dengan pihak bank,
maka perikatan yang timbul adalah perikatan atas dasar kontrak atau
perjanjian. Dalam wilayah hukum perjanjian, pengertian hubungan hukum
merupakan hubungan antara pihak-pihak yang kedudukannya seimbang atau
sejajar. Hubungan nasabah dengan bank adalah hubungan hukum karena
adanya perjanjian antara kedua belah pihak.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, hubungan hukum adalah
hubungan yang terhadapnya hukum melekatkan hak pada salah satu pihak dan
melekatkan kewajiban pada pihak lainnya. Jika salah satu pihak tidak
mengindahkan atau melanggar hubungan tadi maka hukum dapat memaksakan
agar hubungan hukum tadi dipenuhi atau dipulihkan kembali . Dalam hal ini
hukum dapat bersifat memaksa kepada salah satu pihak bila terjadi
pengingkaran atau wanprestasi terhadap hubungan hukum yang terjadi
tersebut.
Hubungan hukum nasabah dengan bank yang berkaitan dengan
perjanjian kedua pihak merupakan masalah keperdataan yang berpotensi
menimbulkan sengketa apabila salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi.
Sengketa keperdataan antara bank nasabah timbul dari transaksi keuangan yang
dilakukan oleh kedua pihak. Secara umum sengketa keperdataan ialah sengketa
yang terjadi dalam wilayah hukum kebendaan dan perorangan yang disebabkan
oleh salah satu pihak melanggar asas kepentingan publik. Sengketa ini

10
biasanya muncul akibat tidak terpenuhinya asas-asas hukum perikatan. Selama
ini jika timbul sengketa perdata maka penyelesaiannya dilakukan melalui
proses hukum perdata materiil melalui tuntutan hukum oleh salah satu pihak
yang merasa dirugikan ke lembaga yang berwenang yaitu pengadilan.
Akibat hukum dari hubungan yang timbul antara bank dan nasabah
penyimpan dana didasarkan pada perjanjian penyimpanan. Bank berkedudukan
sebagai penerima simpanan dan nasabah penyimpan sebagai pemberi
simpanan. Pengertian menyimpan oleh bank menurut UU Perbankan adalah
untuk dimanfaatkan oleh bank dalam melakukan kegiatan perbankan. Ini
berarti bahwa dana masyarakat penyimpan akan digunakan atas kepercayaan
pemilik dana, kedudukan pihak bank sebagai pihak yang berhutang atau
debitur terhadap pemilik dana, sedangkan kreditur adalah pihak nasabah
penyimpan dana yang berhak pada waktu tertentu untuk menagih kembali
dananya beserta bunga.
Ini berarti masyarakat penyimpanan dana menyerahkan penguasaan hak
milik atas dananya kepada bank. Nasabah penyimpan dana menyerahkan
dananya untuk disimpan oleh bank dengan tujuan untuk dapat dipergunakan
atau dimanfaatkan lebih lanjut oleh masyarakat pengguna dana guna
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip simpanan nasabah tersebut
bukan karena paksaan, melainkan atas kesepakatan kedua belah pihak.
Nasabah penyimpan dana yang telah menyerahkan dana kepada bank akan
memperoleh imbalan bunga untuk jangka waktu tertentu dan pihak bank
berkewajiban melaksanakan kepercayaan menyimpan dana nasabah. Kedua
belah pihak telah membuat perjanjian simpanan atau perjanjian penyimpanan
dana dan perjanjian tersebut tidak diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata.
Karena perjanjian tersebut mengandung unsur menyimpan, menitip,
memberi kuasa atau kepercayaan (fiduciary relationship) dan unsur meminjam
yang berarti perjanjian yang mempunyai ciri khastersendiri. Hubungan hukum
yang terjadi antara bank dengan nasabah penyimpan dana berdasarkan
perjanjian penyimpanan. Bank berkedudukan sebagai penerima simpanan dan
nasabah penyimpan dana sebagai pemberi kepercayaan kepada lembaga

11
perbankan. Oleh karena itu kepercayaan yang diberikan pada lembaga
perbankan tidak boleh disalahgunakan.
Bank dalam menjalankan usahanya agar dapat bertahan lama dan tetap
mendapat kepercayaan dari masyarakat harus memerhatikan asas-asas khusus
dari hubungan bank dan nasabah yang terdiri dari hubungan kepercayaan,
hubungan kerahasiaan dan prinsip kehati-hatian.

2.5 Cara Yang digunakan dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah


Bank

Beberapa macam hal yang dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah


bank adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan peraturan baru


Lewat pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi peraturan
yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan
kepada nasabah suatu bank. Banyak peraturan yang secara langsung maupun
tidak langsung yang bertujuan melindungi nasabah. Akan tetapi lebih banyak
lagi diperlukan seperti itu dari apa yang terdapat dewasa ini.
2. Pelaksanaan peraturan yang ada
Salah satu cara lain untuk memberikan perlindungan kepada nasabah adalah
dengan melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih
ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan
melindungi nasabah sehingga dapat dijamin law enforcement yang baik.
Peraturan perbankan tersebut harus ditegakkan secara objektif tanpa melihat
siapa direktur, komisaris, atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan.
3. Perlindungan nasabah deposan lewat lembaga asuransi deposito
Perlindungan nasabah, khususnya nasabah deposan melalui lembaga asuransi
deposito yang adil dan predictable ternyata dapat juga membawa hasil yang
positif.
4. Memperketat perizinan bank

12
Memperketat pemberian izin untuk suatu pendirian bank baru adalah salah
satu cara agar bank tersebut kuat dan kualified sehingga dapat memberikan
keamanan bagi nasabahnya.
5. Memperketat pengaturan di bidang kegiatan bank
Ketentuan-ketentuan yang menyangkut dengan kegiatan bank banyak juga
yang bertujuan secara langsung atau tidak langsung bertujuan untuk
melindungi pihak nasabah. Pengaturan-pengaturan tersebut khususnya yang
menyangkut dengan kegiatan bank mengatur tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Ketentuan mengenai permodalan. Antara lain mengenai kecukupan modal
atau yang disebut juga dengan Capital Adequate Ratio (CAR) yang diukur
dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).
b. Ketentuan mengenai manajemen, yang dalam hal ini merupakan penilaian
kualitatif mengenai manajemen terhadap manajemen permodalan,
manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas,
dan manajemen likuiditas.
c. Ketentuan mengenai kualitas aktiva produktif, yang dalam hal ini diukur
tingkat kemampuan pengembaliannya dengan kategori lancar, kurang
lancar, diragukan dan macet.
d. Ketentuan mengenai likuiditas. Dalam hal ini seringkali dilakukan
pengukuran lewat Cash Ratio atau Minimum Reserve Requirement. Juga
harus dihindari adanya kesulitan likuiditas yang biasanya terjadi karena
adanya tindakan yang disebut mismatch.
e. Ketentuan mengenai rentabilitas. Dalam hal ini sering diukur dengan cara
penilaian kuantitatif melalui rasio perbandingan laba selama 12 (dua belas)
bulan terakhir terhadap volume usaha dalam periode yang sama (Return on
Assets atau ROA), dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional dalam periode satu tahun.
f. Ketentuan mengenai solvabilitas.
g. Ketentuan mengenai kesehatan bank.
6. Memperketat pengawasan bank

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Perlindungan Terhadap Nasabah Bank


Perlindungan terhadap konsumen pada umumnya dan perlindungan pada
nasabah bank pada khususnya merupakan topik yang sangat menarik untuk
didiskusikan. Konsumen atau nasabah bank seringkali menjadi pihak yang
dirugikan. Hubungan antara bank dengan nasabah sebagai konsumen
merupakan hubungan yang timpang karena di satu sisi bank mempunyai
bargaining power yang lebih kuat sehingga nasabah berada pada posisi
menerima (take it or leave it) saja. Dengan adanya hubungan yang tidak
seimbang ini, perlindungan terhadap nasabah sebagai konsumen bank adalah
menjadi sangat penting. Perlindungan terhadap nasabah bank atau konsumen
dilakukan melalui undang-undang yang pada akhirnya dapat mengikat para
pihak.
Apabila berbicara mengenai perlindungan terhadap nasabah bank, maka
kita harus membedakan nasabah sebagai kreditur terhadap bank dan nasabah
sebagai debitur terhadap bank. Dalam konteks UU Perbankan, nasabah dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Nasabah
Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk
simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
Sedangkan yang dimaksud dengan nasabah debitur adalah nasabah yang
memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah
yang bersangkutan.
2. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah ini, Marulak
Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai

14
perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu:
a. Perlindungan secara implisit (implisit deposit protection), yaitu
perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang
efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank.
b. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu
perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan,
lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan
pada bank yang gagal tersebut.
3. Macam-Macam Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Penyimpan Dana
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana
terdapat dua macam, yaitu perlindungan hukum secara tidak langsung dan
perlindungan hukum secara langsung.
1. Perlindungan Tidak Langsung
Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan terhadap
kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum
yang diberikan kepaa nasabah penyimpan dana terhadap resiko kerugian
yang timbul dari suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya dan tindakan pencegahan
yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan dengan melalui hal-hal
sebagai berikut :
a. Prinsip Kehati-hatian
b. Batas maksimum pemberian kredit
c. Kewajiban Mengumumkan Neraca dan penghitungan laba rugi
d. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank
2. Perlindungan Langsung
Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan terhadap kepentingan
nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada
nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya
resiko kerugian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank.

15
Mengenai perlindungan ini dapat dikemukakan dalam dua hal, yaitu : hak
prefen nasabah penyimpan dana dan lembaga asuransi deposito.
a. Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana
b. Lembaga Asuransi Deposito
4. Bentuk dan Penerapan Prinsip Hubungan Hukum Antara Nasabah dan Bank
Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada 2 (dua) unsur yang
saling terkait yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan
kegiatan dan mengembangkan banknya apabila masyarakat menaruh
kepercayaan untuk menempatkan uangnya melalui produk perbankan yang
ditawarkan oleh bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut,
bank dapat memobilisir dana dari masyarakat untuk ditempatkan di banknya,
dan bank akan dapat memberikan jasa-jasa perbankan.
Berdasarkan dua fungsi utama bank, yaitu fungsi pengerahan dana dan
fungsi penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan
nasabah yaitu :
a. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Penyimpan Dana
b. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Debitur
5. Cara Yang digunakan dalam Rangka Perlindungan Terhadap Nasabah Bank
Beberapa macam hal yang dipergunakan dalam rangka perlindungan
nasabah bank adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan peraturan baru
b. Pelaksanaan peraturan yang ada
c. Perlindungan nasabah deposan lewat lembaga asuransi deposito
d. Memperketat perizinan bank
e. Memperketat pengaturan di bidang kegiatan bank
f. Memperketat pengawasan bank

16
3.2 Saran

1. Kepada pihak bank agar lebih memperhatikan apa yang menjadi kewajiban
agar tidak melanggar dari ketentuan yang telah ditentukan, dan menuntut
bila menjadi haknya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Kepada pihak nasabah agar lebih mengetahui lagi apa sebenarnya yang
menjadi hak dan kewajibannya sebagai nasabah bank, agar tidak dipersulit
dengan segala peraturan yang berlaku.
3. Bank harus lebih tegas dalam segala peraturan dan pengawasan terhadap
upaya perlindungan hukum terhadap bank dan nasabah agar benar-benar
bank maupun nasabah merasa terlindungi dengan setiap peraturan yang ada
atau dikeluarkan nantinya

17
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2007. Hukum Perbankan: Suatu Tinjauan Pencucian Uang,


Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika.

Hermansyah, 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta, Kencana


Prenada.

Ibid.

Munir Fuady, 1999. Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan Undang-Undang


Tahun 1998) Buku Kesatu, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Pasal 37 (b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Sentosa Sembiring, Op-Cit, hal. 65.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/download/10068/9654

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/administratum/article/download/
11507/11110

http://zriefmaronie.blogspot.co.id/2014/05/perlindungan-hukum-baginasabah.html

18

Anda mungkin juga menyukai