Anda di halaman 1dari 7

Musyarakah Mutanaqishah

A. Pengertian

Musyarakah Mutanaqishah merupakan bagian atau bisa juga kelanjutan dari


musyarakah. Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim
pembiayaan Syariah. Istilah ini berkonotasi lebih terbatas daripada istilah syirkah yang lebih
umum digunakan dalam fikih Islam. Syirkah berarti sharing ‘berbagi’, dan dalam terminologi
Fikih Islam dibagi dalam dua jenis yaitu Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah
kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti; dan Syirkah
al-‘aqad atau syirkah ‘ukud atau syirkah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi karena
adanya kontrak bersama, atau usaha komersial bersama. Sementara mutanaqishah berasal dari
kata yatanaqishu-tanaqish tanaqishan-mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap.
Firman Allah SWT:

‫عمِ لُوا‬
َ ‫علَى َبع ض ِإل ال ِذینَ آ َمنُوا َو‬ َ ‫ض ُھم‬ ُ ‫طاءِ لَ َیبغِي َبع‬
َ َ‫یرا مِ نَ ال ُخل‬
ً ‫ث‬ ِ ‫س َؤا ِل نَع َجتِكَ ِإلَى نِ َع‬
ِ ‫اج ِھ ۖ َو ِإن َك‬ ُ ‫ظلَ َمكَ ِب‬
َ ‫قَا َل لَقَد‬
َ ‫ظن دَ ُاوودُ أَن َما فَت َناهُ فَاست َغف ََر َرب ُھ َوخَر َرا ِك ًعا َوأَن‬
‫َاب‬ َ ‫ت َوقَلِیل َما ھُم ۗ َو‬ِ ‫“ الصا ِل َحا‬

.......dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". (QS: Shaad : 24)

Musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah bentuk kerjasama antara


dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset. Dimana kerjasama ini akan
mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak
kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak
kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak
kepada pihak lain.

Musyarakah mutanaqishah (perkongsian yang mengecil) adalah suatu bentuk


musyarakah dimana porsi dana salah satu pihak akan menurun terus hingga akhirnya menjadi
nol. Ketika hal ini telah terjadi maka kepemilikan akan berpindah kepada pihak yang lain.
Pada kerjasama ini kedua belah pihak mencampurkan dananya untuk membiayai sebuah
usaha/proyek, yang nantinya secara bertahap porsi modal salah satu pihak akan berkurang
hingga menjadi nol.
B. Ketentuan Musyarakah Mutanaqishah
1. Ketentuan Akad Musyarakah Mutanaqishah.

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008,


berikut merupakan ketentuan akad Musyarakah Mutanaqisah:

a) Akad Musyarakah Mutanaqishah terdiri dari akad Musyarakah/ Syirkah dan


Bai’ (jual-beli).
b) Dalam Musyarakah Mutanaqishah berlaku hukum sebagaimana yang diatur
dalam Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Musyarakah, yang para mitranya memiliki hak dan kewajiban, di antaranya:

• Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad.


• Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati pada saat
akad.
• Menanggung kerugian sesuai proporsi modal.

c) Dalam akad Musyarakah Mutanaqishah, pihak pertama (salah satu syarik,


LKS) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan
pihak kedua (syarik yang lain, nasabah) wajib membelinya..
d) Jual beli sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dilaksanakan sesuai
kesepakatan.
e) Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS –sebagai syarik--
beralih kepada syarik lainnya (nasabah).

2. Ketentuan Umum
a) Pihak pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-nya
secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib membelinya.
b) Jual beli hishshah dilaksanakan sesuai kesepakatan
c) Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS beralih kepada
syarik lainnya (nasabah). Hint: Syarik > (mitra) Hishshah > Porsi atau bagian
syarik dalam kekayaan musyarakah yang bersifat musya’ Musya’ > Porsi atau
bagian syarik dalam kekayaan musyarakah (milik bersama) secara nilai dan
tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara fisik
3. Ketentuan Khusus
a) Aset Musyarakah Mutanaqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarik atau pihak
lain.
b) Apabila aset Musyarakah menjadi obyek Ijarah, maka syarik (nasabah) dapat
menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati.
c) Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan
proporsi kepemilikan.
d) Nisbah keuntungan dapat mengikuti perubahan proporsi kepemilikan sesuai
kesepakatan para syarik. 5. Porsi kepemilikan asset Musyarakah syarik (LKS)
yang berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan
disepakati dalam akad
C. Ilustrasi Musyarakah Mutanaqishah
Tahapan dalam pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah untuk pengadaan suatu
barang, adalah:
1. Nasabah mengajukan permohonan kepada bank untuk menjadi mitra dalam
pembiayaan/pembelian suatu barang yang dibutuhkan nasabah dengan
menjelaskan data nasabah, diantaranya berkaitan dengan pen dapatan per
bulan nasabah, sumber pengembalian dana untuk pelunasan kewajiban
nasabah, serta manfaat dan tingkat kebutuh an nasabah atas barang sebut.
Pengajuan permohonan dilengkapi dengan persyaratan administratif pengajuan
pembiayaan Nadratuzzaman Hosen: Musyarakah Mutanaqishah yang berlaku
pada masing-masing bank dan yang telah ditentukan dalam pembiayaan
syariah.
2. Petugas bank akan menganalisa kelayakan nasabah untuk mendapatkan barang
tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif.
3. Apabila permohonan nasabah layak disetujui oleh komite pembiayaan, maka
bank menerbitkan surat persetujuan pembiayaan (offering letter) yang
didalamnya antara lain:
a. Spesifikasi barang yang disepakati
b. Harga barang
c. Jumlah dana bank dan dana nasabah yang disertakan
d. Jangka waktu pelunasan pembiayaan
e. Cara pelunasan (model angsuran)
f. Besarnya angsuran dan biaya sewa yang dibebankan nasabah.
4. Apabila nasabah menyetujui persyaratan yang dicantumkan dalam offering
letter tersebut, maka pihak bank dan/atau nasabah dapat menghubungi
distributor/agen untuk ketersediaan barang tersebut sesuai dengan
spesifikasinya.
5. Dilakukan akad musyarakah mutanaqishah antara bank dan nasabah yang
memuat persyaratan penyertaan modal (kemitraan), persyaratan sewa
menyewa dan sekaligus pengikatan jaminan berupa barang yang
diperjualbelikan tersebut serta jaminan tambahan lainnya.

Penyerahan barang dilakukan oleh distributor/agen kepada bank dan nasabah,


setelah bank dan nasabah melunasi harga pembelian barang kepada
distributor/agen. Setelah barang diterima bank dan nasabah, pihak bank akan
melanjutkan menyerahkan barang tersebut kepada pihak nasabah dengan
menerbitkan surat tanda terima barang dengan penjelasan spesifikasi barang yang
telah disepakati.

D. Rukun Musyarakah Mutanaqishah


a. Kedua belah pihak yang bersangkutan baik bank maupun nasabah harus berakad,
yaitu Bank sebagai penyedia dan penyedia modal (Shahibul Maal) serta pemilik
properti yang akan disewakan (Mu'jir), sementara Nasabah sebagai pemilik
modal sekaligus juga bisa berperan sebagai penyewa properti bersama tersebut
(Musta'jir).
b. Baik bank maupun nasabah harus menyertakan modal untuk membeli properti
yang akan disewakan kepada nasabah atau pihak lainnya.
c. Memiliki objek akad, yakni berupa aset properti yang akan menjadi milik
bersama atau disewakan guna menghasilkan keuntungan bagi para pihak yang
bersangkutan.
d. Adanya Ijab Qabul
e. Nisbah bagi hasil, di mana pembagian keuntungan dilakukan dalam bentuk
persentase bukan jumlah uang tetap.

E. Kelebihan dan Kekurangan Musyarakah Mutanaqisah


1. Kelebihan akad Musyarakah Mutanaqisah:

• LKS dan nasabah sama- sama memiliki atas suatu aset yang menjadi objek
perjanjian. Karena Ibid. ‘Ainul Imronah Musyarakah Mutanaqishah
merupakan aset bersama maka antara LKS dan nasabah akan saling menjaga
atas aset tersebut.
• Kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dari aset yang memiliki profit.
• Kedua belah pihak dapat menyepakati adanya perubahan harga sewa sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dengan mengikuti harga pasar.
• Dapat meminimalisir risiko financial cost jika terjadi inflasi dan kenaikan suku
bunga pasar pada perbankan konvensional.
• Tidak terpengaruh pada terjadinya fluktuasi bunga pasar pada bank
konvensional, dan atau fluktuasi harga saat terjadinya inflasi. Kemudian ada
beberapa
• Adanya bagi hasil yang diterima antara kedu belah pihak atas margin sewa
yang telah ditetapkan atas aset tersebut.

2. Kekurangan akad Musyarakah Mutanaqisah:

• Adanya risiko terjadinya pelimpahan atas beban biaya transaksi dan


pembayaran pajak, baik pajak atas hak tanggungan atau pajak atas bangunan,
serta biaya-biaya lain yang mungkin akan menjadi beban atas aset tersebut
• Pembayaran bagi nasabah terasa berat pada tahun pertama.
• berkurangnya pendapatan LKS atas margin sewa yang dibebankan pada aset
yang menjadi objek akad.

F. Status Kepemilikan Modal Usaha Musyarakah Mutanaqisah


Ulama Malikiyah, antara lain Ibn Rusyd berpendapat bahwa akad syirkah
termasuk akad yang dibolehkan dan termasuk akad gair lazim (akad yang tidak
menyebabkan beralihnya kepemilikan benda. Oleh karena itu, dalam pandangan
jumhur ulama bahwa dana yang disertakan oleh syarik sebagai modal usaha bersama
tetap berkedudukan sebagai milik syarik (tidak berpindah kepada pihak lain). Dampak
hukumnya antara lain adalah bahwa setiap syarik berhak membatalkan akad syirkah
dengan syarat pembatalan akad oleh salah satu syarik diketahui syarik dan/atau para
syarik lainnya.

G. Berakhirnya Musyarakah Mutanaqisah


Meskipun pakar hukum diantaranya R. Setiawan menegaskan bahwa perikatan
tidak sepenuhnya sama dengan perjanjian, akan tetapi yang dibahas dalam penelitian
ini adalah syirkah sebagai perikatan, yaitu perjanjian para syarik untuk melakukan
syirkah dan disepakati. bersama sehingga mengikat para syarik yang ber-syirkah.
Dalam hal ini penting untuk diketahui penjelasan pakar hukum Islam, antara
lain Fatcurrahman Djamil, yang menyatakan bahwa berakhirnya akad/intiha’ al-‘aqd
karena tiga hal:

• Jangka waktu atau periode akad telah berakhir


• Terjadi suatu peristiwa cidera janji
• Pihak Nasabah mengajukan pengakhiran akad Musyarakah Mutanaqishah

Saat akad berakhir, nasabah diwajibkan untuk mengembalikan seluruh


kewajiban modal pembiayaan yang telah diberikan oleh pihak BUS/UUS/ BPRS dan
bagi hasil porsi BUS/UUS/BPRS pada periode terakhir ketika waktu pelunasan.

Anda mungkin juga menyukai