Anda di halaman 1dari 16

UTS

KARAKTERISASI MATERIAL

Nama : Raka Maulana Putera

NIM : 21050117130109

DEPARTEMEN S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
1.
a. Grafik engineering stress vs engineering strain
Dengan menggunakan persamaan,

Dan persamaan,

Dari data yang ada pada soal, akan diperoleh data sebagai berikut :

Load (lb) L (in) L0 (in) Ao (in2) delta l (in) e. stress (psi) e strain
0 2 2 0,2002 0 0 0
3000 2,00167 2 0,2002 0,00167 14985,42 0,000835
6000 2,00383 2 0,2002 0,00383 29970,83 0,001915
7500 2,00617 2 0,2002 0,00617 37463,54 0,003085
9000 2,009 2 0,2002 0,009 44956,25 0,0045
10500 2,04 2 0,2002 0,04 52448,96 0,02
12000 2,26 2 0,2002 0,26 59941,67 0,13
12400 2,5 2 0,2002 0,5 61939,72 0,25
11400 3,02 2 0,2002 1,02 56944,59 0,51

Hasil plottingan dapat dilihat pada gambar dibawah


70000
61939,72
59941,67
60000 56944,59
52448,96

50000
44956,25
Engineering Stress (S)

37463,54
40000

29970,83
30000

20000
14985,42

10000

0
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Engineering Strain (e)

b. Modulus elastisitas

(29970,83 − 0)
𝐸=
(0,001915 − 0)
E = 15650563,97 psi
E = 15,6595 kpsi
c. Yield strength pada strain offset 0,002

60000
52448,96061

50000 44956,25195
Engineering Stress (S)

37463,54329
40000
29970,83463 Yield strength saat strain
30000 off set 0,002

20000
14985,41732

10000
0
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
Engineering Strain (e)

Nilai yield strength ialah 44956,25195 psi

d. Tensile Strength

70000
59941,67 61939,72
56944,59
60000
52448,96
Engineering Stress (S)

44956,25
50000 Ultimate Tensile Strength
37463,54
40000
29970,83
30000

14985,42
20000

10000
0
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
Engineering Strain (e)

Nilai tensile strength nya ialah 61939,72 psi


e. ductility in %elongation

𝑙𝑓 − 𝑙𝑜
%𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑥100%
𝑙𝑜
3,014 − 2
%𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑥100%
2
%𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 50,7%
Jadi nilai %elongationnya ialah 50,7%

f. Modulus of Resilience
Modulus of resilience dapat ditentukan apabila kita mengetahui yielding
strength dan strain at yielding nya. Untuk menentukan kedua nilai tersebut, kita
harus melihat pada grafik dibawah

60000
52448,96061

50000 44956,25195
Engineering Stress (S)

37463,54329
40000
29970,83463 Yield strength saat strain
30000 off set 0,002
Yielding point
20000
14985,41732

10000
0
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
Engineering Strain (e)

1
𝐸𝑟 = (2)(37463,54)(0,003085)

𝐸𝑟 = 57,787 𝑝𝑠𝑖
Nilai modulus of resilience nya ialah 57,787 psi
g. grafik true stress vs true strain
Sebelum itu kita harus menentukan nilai 𝜎 dan ε. Dari nilai S dan e yang
diperoleh diawal, kita dapat menentukannya dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut
  s( 1  e)

ε  ln ( 1  e)

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah.


𝜎 (psi) ε
0 0
14997,93014 0,000834652
30028,22878 0,001913169
37579,11832 0,003080251
45158,55508 0,004489905
53497,93982 0,019802627
67734,08627 0,122217633
77424,65613 0,223143551
85986,32456 0,412109651
Grafik dapat dilihat pada gambar dibawah

100000
90000
80000
True Stress (𝜎)

70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
True Strain (ε)
h. Tentukan nilai n dan K
Nilai k dapat ditentukan apabila ε =1 pada grafik log 𝜎 vs ε. Oleh karena itu, kita
membutuhkan nilai 𝜎 saat ε =1. Lalu menggunakan persamaan

  k n

𝜎 ε log 𝜎
0 0 0
14997,93014 0,000834652 4,175803
30028,22878 0,001913169 4,477193
37579,11832 0,003080251 4,574285
45158,55508 0,004489905 4,654512
53497,93982 0,019802627 4,728109
67734,08627 0,122217633 4,830579
77424,65613 0,223143551 4,888651
85986,32456 0,412109651 4,934201

Untuk mencari nilai 𝜎 saat ε =1 dapat digunakan metode ekstrapolasi.


𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2 − 𝑥1 𝑦2 − 𝑦1
𝑥 − 77424,65613 1 − 0,223143551
=
85986,32456 − 77424,65613 0,412109651 − 0,223143551

𝑥 − 77424,65613 = 35197,78063
𝑥 = 112622,4368 𝑝𝑠𝑖
Nilai 𝜎 saat ε =1 ialah 112622,4368 𝑝𝑠𝑖
Lalu, untuk nilai n ialah slope dari grafik log 𝜎 vs ε. Maka nilai n adalah
𝑦2 − 𝑦1 4,934201 − 4,888651
=
𝑥2 − 𝑥1 0,412109651 − 0,223143551
𝒏 = 𝟎, 𝟐𝟒𝟏
Maka nilai n = 0,241
Hitung nilai k dengan persamaan

  k n

112622,4368 psi = 𝑘. 10,241


𝒌 = 𝟏𝟏𝟐𝟔𝟐𝟐, 𝟒𝟑𝟔𝟖 𝒑𝒔𝒊
2. Identifikasi material
Untuk menentukan batas beban tarik maksimal yang dapat diterima bahan
logam dengan diameter 8 mm, diharuskan untuk melakukan uji tarik untuk menguji
kekuatan tarik logam tersebut dengan cara memberikan gaya dalam satu sumbu.
Setelah pengujian selesai, akan diperoleh data yang menjadi bahan evaluasi apakah
logam tersebut layak untuk dijadikan bagian dari alat yang akan dibuat.
Pertama, kita diharuskan untuk mendesain logam tersebut untuk diuji
menyesuaikan desain atau dimensi yang telah ditentukan oleh standar ASTM.
Disini saya menggunakan ASTM E8. Berikut merupakan gambar dan dimensi yang
akan digunakan saat tes dilakukan.

Gambar Spesifikasi dimensi

Tabel Spesifikasi dimensi spesimen uji

Dimensi dari spesimen uji yang digunakan ialah spesimen 3 karena diameter
dari logam yang mau diuji ialah 8mm yang dimana tidak lebih kecil dari spesifikasi
dimensi dari spesimen 3. Setelah semua dimensi telah sesuai dengan spesifikasi
yang ada di ASTM, kita dapat langsung melakukan pengujian tarik terhadap logam
tersebut.
Gambar Uji Tarik

Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada mesin uji tarik adalah:
– Catat data mesin pada lembar kerja.
– Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
– Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
– Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
– Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
– Catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan ketika patah yang nilainya
tampak pada monitor beban.
– Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang
patah .
Dari pengujian tarik, kita akan memperoleh grafik yang dapat dilihat pada
gambar dibawah

Gambar Hasil plot pengujian tarik


Dari grafik yang diperoleh, kita dapat menentukan nilai Yield strength,
Tensile Strength, Elongation, Reduction of area, dan Modulus elastisitas
Agar memudahkan proses perhitungan dan pendataan, lebih baik membuat
tabel mengenai hasil percobaan yang diperoleh.

Material Properties
No Spesimen Uji Yield Tensile Reduction of Modulus
Elongation
Strength Strength Area Elastisitas
1 Spesimen 1
2 Spesimen 2
3 Spesimen 3
4 Spesimen 4

Setelah mendapatkan data pada tabel, kita dapat menentukan material mana
yang sekiranya cocok untuk desain berdasarkan beban tarik yang akan diterima
material tersebut. Untuk penentuan material mana yang cocok, dapat ditentukan
dengan melihat nilai tegangan tarik material tersebut. Agar bisa dapat digunakan,
Tegangan tarik yang diterima harus lebih kecil dari nilai yield strength-nya.
Tegangan tarik yang dapat diterima sebuah material dapat ditentukan melalu rumus
:

Yang mana,
F : Gaya Tarik yang diterima material,
A : Luas penampang material.
3. Baja karbon lingkungan kerja -10 C
Hal yang dapat dilakukan ialah melakukan pengujian impak dengan
menggunakan metode charpy. Metode charpy digunakan karena dinilai lebih akurat
dibandingkan dengan metode izod. Selain itu, metode charpy juga dapat dilakukan
dengan temperature bahan uji yang tinggi ataupun rendah. Tujuan dari pengujian
pada berbagai macam temperature ini ialah agar memperoleh temperature transisi
dari sifat getas ke ulet yang didapat dari diagram ductile to brittle temperature
transisition. Cara yang digunakan ialah :
a. temperature dingin diperoleh dengan cara benda uji dimasukkan ke dalam wadh
berisi dry ice + alcohol 70% atau nitrogen cair.
b. temperature panas diperoleh dengan memasukkan benda uji ke dalam dapur
pemanas (furnace).
Untuk cara pengujian impak charpy dapat dilakukan dengan menyiapkan
specimen uji terlebih dahulu. Baja karbon dibentuk sesuai dengan dimensi yang ada
pada ASTM E23. Untuk metode charpy, bentuk specimen dan dimensinya dapat
dilihat pada gambar dibawah.
Sesuaikan temperatur dari specimen dengan cara :
a. temperature dingin diperoleh dengan cara benda uji dimasukkan ke dalam wadh
berisi dry ice + alcohol 70% atau nitrogen cair.
b. temperature panas diperoleh dengan memasukkan benda uji ke dalam dapur
pemanas (furnace).

Setelah memiliki specimen uji yang dimensi dan suhu pengujiannya telah
sesuai, siapkan mesin uji impak. Dibawah merupakan gambar alat uji impak.

Keterangan :
1. Dudukan benda uji
2. Batang pendulum
3. Indikator : Terdapat dua jarum, yang pertama sebagai penunjuk sudut pendulum
sebelum diayunkan, dan yang kedua membaca sudut pendulum setelah
mematahkan specimen.
4. Pendulum
Setelah alat dan bahan siap, letakkan specimen uji pada dudukan benda uji.
Karena menggunakan metode charpy, specimen diletakkan seperti pada gambar
dibawah.
Agar memudahkan pendataan, tabel yang akan diisi adalah sebagai berikut.

No Spesimen Uji Temperatur sudut awal sudut akhir m pendulum (kg) l tangkai (m) E (joule)
1
1 2
3
1
2 2
3
1
3 2
3
1
4 2
3

Untuk E atau energy yang diserap specimen saat patah, dapat dihitung
menggunakan persamaan,

Keterangan :
m : massa pendulum
g : gravitasi
r : panjang tangkai pendulum
β : sudut akhir
α : sudut awal

Setelah data pada tabel lengkap, kita dapat menyelesaikan diagram ductile to brittle
transition temperature. Grafik yang dibuat ialah grafik E vs Temperatur specimen.
Dari kurva diatas dapat disimpulkan bahwa semakin rendah temperature specimen,
maka akan semakin getas materialnya. Dan apabila temperaturnya tinggi, material
akan bersifat ulet.
Lalu juga terdapat grafik yang menampilkan perubahan transisi impak pada
baja karbon yang dapat dilihat pada gambar dibawah.

Dari grafik yang ditampilkan, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil


kandungan karbonnya, akan semakin tinggi energy impaknya namun memiliki
temperature transisi yang rendah. Apabila kandungan karbonnya tinggi, maka
energy impaknya akan kecil, namun temperature transisinya akan tinggi.
Kesimpulannya, pada suhu -10 oC lebih baik menggunakan baja karbon
rendah karena pada suhu rendah, baja karbon rendah memiliki energy impak yang
besar.
4. Jurnal
Jurnal yang saya baca berjudul “KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS
DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S
45 C DAN S 60 C” dengan penulis Lim Richie Stifler, Sobron Y.L. dan Erwin
Siahaan. Pada jurnal ini, penulis ingin membuktikan teori bahwa proses perlakuan
panas yang diberikan kepada suatu material baja dapat meningkatkan kekuatannya
apabila dilakukan dengan proses yang tepat dan benar. Proses yang digunakan
disini ialah proses austempering. Proses austempering sendiri ialah proses
perlakuan panas pada baja yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanis pada
baja S 45C dan S 60C. Pengujian yang dilakukan terdapat 3 jenis antara lain, uji
tarik yang menggunakan standar ASTM A370-12a, pengujian kekerasan Vickers,
dan pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop digital. Penulis mencoba
beberapa temperature, yakni 350 oC, 450oC, dan 550oC. Dari ketiga temperature
proses austempering memiliki peningkatan, akan tetapi peningkatan yang paling
optimal ialah pada temperature 350 oC. Penulis membandingkan 3 hasil pengujian
dari baja yang tidak mengalami proses austempering dan yang mengalami
austempering pada 350 oC. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
- Uji Tarik
Terjadi peningkatan keuletan dan ketangguhan sebesar 14,6% pada baja
S45C dan 18,4% pada S60C.
- Uji kekerasan
Terjadi peningkatan kekerasan sebesar 44% pada baja S45C dan 46% pada
baja S60C.
- Uji metalografi
Struktur mikro bainit pada baja S45C dan S60C banyak ditemukan pada
proses austempering pada temperature 350 oC.

Pada jurnal ini, penulis tidak membahas tentang tata cara ataupun tahapan
dari setiap pengujian yang dilakukan. Penulis langsung memaparkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Penulis hanya mencantumkan dimensi specimen
uji tarik pada ASTM A370-12a dan karena menggunakan kekerasan Vickers,
asumsi saya penulis menggunakan acuan dari ASTM E92 untuk pengujian
kekerasan Vickers berbahan logam.
Dari hasil pengujian yang diperoleh, dapat dilihat bahwa apa yang telah
dilakukan oleh penulis memiliki kemungkinan telah sesuai dengan kaidah ataupun
acuan yang digunakan. Selain itu, penulis juga hanya melakukan pengujian tarik
satu kali untuk tiap temperature. Karena penulis telah menggunakan uji kekerasan
Vickers, tidak ada yang perlu dirubah untuk pengujian kekerasannya karena
pengujian Vickers adalah yang paling akurat dibandingkan dengan pengujian yang
lain walaupun memakan waktu yang lebih panjang. Menurut saya, hasil penelitian
akan lebih terpercaya apabila telah dilakukan pengujian lebih dari satu kali.

Anda mungkin juga menyukai