Oleh:
dr. M. FADHLY
dr. MUSMULIADI
Pendamping:
TAHUN 2019/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga miniproject ini dapat terselesaikan dengan judul
“GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PEMEBERIAN
ASI EKSLUSIF DI POSYANDU UJUNG BATU TAHUN 2019” Tujuan penulisan
sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman
mengenai materi ini. Mini project ini diselesaikan untuk memenuhi tugas internship.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Penulis berharap semoga
mini project ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ....................................................................... 3
2.1.1 Pengertian ASI................................................................... 3
2.1.2 Komposisi ASI................................................................... 4
2.1.3 ASI menurut stadium laktasi.............................................. 5
2.1.4 Faktor kekebalan yang terdapat pada komposisi ASI........ 6
2.1.5 Manfaat ASI....................................................................... 8
2.1.6 Praktek pemberian ASI...................................................... 11
2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian
ASI ……............................................................................ 14
3
3.6 Defenisi Operasional...................................................................... 25
3.7 Pengolahan data dan analisa data................................................ 26
3.8 Alur Penelitian................................................................................ 27
BAB 4. HASIL.................................................................................................. 28
4.1. Keadaan Grafis dan kependudukan .............................................. 28
4.2. Hasil Penelitian ………………………………………………….... 28
4.3. Pembahasan ……………………………………………………... . . 33
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya
(Hurlock EB, 2006). Sistem persarafan terjadi petumbuhan otak pada masa balita
secara berkelanjutan hingga 80% dan peningkatan keterampilan intelektual (Potts
dan Mandleco 2007 dalam Nurhidayati 2011).
Disamping itu, pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara
terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus
bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian
ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak, memberikan zat-zat
kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara
ibu dan bayinya.
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar
dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah
dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif.
Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai
enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Program
Peningkatan Pemberian ASI khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang
luas terhadap status gizi ibu dan bayi. Maka, di dalam penelitian ini peneliti akan
memberikan gambaran tentang pemberian ASI eksklusif untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
6
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan ibu terhadap pentingnya
ASI ekslusif di Posyandu anak di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ujung
Batu.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI
2.1.1 Definisi
8
2.1.2 Komposisi ASI
9
otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada
jaringan otak yang sedang berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada
mulanya rendah Kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak
ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara
otomatis. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam
ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan
sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang
cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso
Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen penting
untuk bayi (Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung
mineral, vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang
larut dalam air. Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B,
asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu
berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan
B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat
mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).
1) Kolostrum
10
Kolostrum merupakan pencahar yang sangat ideal untuk
membersihkan zat – zat yang tidak terpakai di usus bayi yang baru
lahir hingga akhirnya siap untuk menerima makanan yang akan datang.
Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan susu matur.
Tetapi selain itu, antibodi juga banyak terdapat dalam kolostrum
sehingga memberikan perlindungan terhadap bayi hingga usia 6 bulan.
Di dalam kolostrum kadar karbohidrat dan lemak jauh lebih rendah
dibandingkan dengan susu matur namun kadar minealnya jauh lebih
tinggi.
3) ASI matur
ASI matur adalah ASI yang keluar pada hari kesepuluh sampai
seterusnya dan volumenya relatif konstan. Merupakan cairan yang
berwarna putih kekuning-kuningan, mengandung faktor anti microbial
dan tidak akan menggumpal jika dipanaskan. Pada ibu yang sehat
dengan produksi ASI yang cukup, ASI adalah makanan satu – satunya
yang cukup dan baik untuk pertumbuhan bayi hingga usia 6 bulan.
11
1) Faktor kekebalan non spesifik, yaitu :
a) Faktor pertumbuhan lactobasilus bifidus
Faktor ini sering disebut sebagai faktor bifidus, dimana
banyak terdapat dalam kolostrum. Lactobasilus bifidus dalam usus
bayi akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat
yang menyebabkan suasana menjadi semakin asam. Suasana asam
ini akan menghambat pertumbuhan E.coli yang selalu
meyebabkan diare pada bayi.
b) Laktoferin
Laktoferin mempunyai banyak persamaan dengan kerja
trasferin yitu suatu protein yang mengikat Fe dalam darah. Namun
selain itu Laktoferin juga menghambat pertumbuhan Candida
albicans dan E.coli.
c) Lisozim
Lisozim adalah suatu substrat anti infeksi yang bekhasiat
memecahkan dinding sel bakteri dari kuman – kuman gram
positif.
d) Laktoperoksidase
Laktoperoksidase merupakan suatu enzim yang bersama zat
lain akan membunuh Streptokokus.
a) Sistem komplemen
ASI banyak mengandung komplemen C3 dan C4 ang dapat
diaktifkan oleh antibodi yang terdapat dalam IgA susu.
Komplemen yang sudah diaktifkan dapat bekerja menghancurkan
sel bakteri dalam rongga usus.
12
b) Komponen seluler
ASI mengandung berbagai macam sel, terutama makrofag
90 %, Limfosit dan Leukosit polimorfonuklear sedikit. Makrofag
bersifat ameboid dan fagositik terhadap kuman–kuman
Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans. Limfosit dalam ASI
terdiri dari sel T dan sel B, dan ini aktif sebagai imunologik.
c) Immunoglobulin
Di dalam ASI dijumpai semua macam immunoglobulin. IgA
dengan konsentrasinya paling tinggi merupakan immunoglobulin
yang paling penting dalam ASI karena berperan penting dalam
fungsi biologis.
Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh
susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi
juga bagi ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI
sebagai nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi,
mengembangkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih
sayang (Roesli, 2000).
13
melakukan penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi penerima
ASI eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh
sesuai dengan rekomendasi pertumbuhan standar WHO-NCHS
(Danuatmaja, 2003).
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Dengan diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin
(zat kekebalan atau daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah
kelahirannya. Badan bayi baru lahir akanmemproduksi sendiri
immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada
saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun yang dibentuk
sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode
kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Selain itu, ASI merangsang
terbentuknya antibodi bayi lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat
imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas
(angka kematian) dan mobiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI
eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI (Budiasih, 2008).
15
tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang
sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa
menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker ovarium. Salah satu
dari penelitian ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker ovarium pada
ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI
juga lebih praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi
kepuasan pada ibu (Maulana, 2007).
17
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif
1. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
18
Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat
menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui
dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap
menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air
putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya
hal ini tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas
menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi
atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat
berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin
bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga
merupakan keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya
memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana
posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal.
Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat
menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan
dapat mencegah timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox,
2006).
b. Pekerjaan /aktivitas
19
sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat
perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan
diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang
berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh,
tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat
karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah
itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula
karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak
memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat
diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit.
Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum
masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar
peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
c. Pengetahuan
20
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari
ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu
formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui.
Masih banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi
pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin
(Prasetyono, 2005).
21
alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu
merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
2. Faktor Eksternal
2) Masyarakat
3) Tenaga Kesehatan
24
ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat
menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada
ASI (Pudjiadi, 2001).
25
Masyarakat lebih banyak memilih susu formula
ketimbang ASI karena iming-imingnya: membuat anak sehat
dan cerdas. Iklan-iklannya terus diulang di media cetak maupun
elektronik. Jelas, akan membuat para orangtua memilih
membeli susu formula yang sebenarnya berisiko tinggi bagi
perkembangan bayi. Gencarnya gerakan kembali ke ASI masih
kalah jauh dibanding gencarnya promosi susu formula.
d. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh,
air manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan
pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat
bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota
Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih
dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia,
Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari
60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya
dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian
cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke
generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi
cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu
kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
29
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006).Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah perilaku pemberian Asi Ekslusif.
eksklusif. (6-7)
c. Kurang: skor
(0-5)
30
2 Sikap Kesiapan ibu Sikap Kuesioner Nominal
untuk bertindak dikategorikan
secara konsisten menjadi 2, yaitu:
terhadap perilaku a. Setuju
menyusui secara b. Tidak setuju
eksklusif
31
3.10 Alur Penelitian
Alur penelitian digambarkan sebagai berikut :
Pembuatan kuesioner
Pengumpulan data
Hasil
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
yang tertelak di Kecamatan Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
dengan luas wilayah 90,57 km2. Jumlah penduduk 43.4355 jiwa, jumlah 10.858
21.106 jiwa.
Pematang Tebih, Ngaso, Suka Damai, dan Ujung Batu Timur. Adapun posyandu
lansia yang merupakan wilayah kerja dari Puskesmas Ujung Batu yaitu; Posyandu
Anggrek dan Sejahtera di Kelurahan Ujung batu, Posyandu Walet dan Murai di
Desa Pematang Tebih; Posyandu Balam, Elang, Garuda dan Cendrawasih di Desa
Ngaso; Posyandu Dahlia, Ikatan Budi dan Flamboyan di Desa Suka Damai;
33
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia di
Posyandu Ujung Batu Tahun 2019.
NO Usia Jumlah Persentase (%)
1 < 20 tahun 13 15,6
2 20-35 tahun 55 66,2
3 > 35 tahun 15 18
Total 83 100
18% 16%
66%
34
4.2.2 Menurut Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat
Pengetahuan di Posyandu anak Ujung Batu Tahun 2019.
NO Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1 Baik 62 74,6
2 Cukup 14 16,8
3 Kurang 7 8,4
Total 83 100
8.4
16.8
74.6
35
4.2.3 Menurut Sikap
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Sikap di Posyandu anak
Ujung Batu Tahun 2019.
22.8
77.1
36
4.2.4 Menurut Status ASI
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status ASI di Posyandu anak Ujung
Batu Tahun 2019.
24
75.9
37
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden di Posyandu anak
Ujung Batu yang datang periksa dari 83 responden, Sebagian besar sampel
penelitian berusia 20-35 tahun yakni sebanyak 55 orang (66,2%), sementara
sampel yang berusia diatas 35 tahun sebanyak 15 orang (18%) dari total sampel.
Adapun sampel yang berusia kurang dari 20 tahun adalah 13 orang (15,6%).
Perubahan umur mempengaruhi perilaku seseorang. Semakin dewasa seseorang
maka mempunyai pengalaman yang cukup untuk menentukan pilihan yang
terbaik.
39
BAB V
5.1. KESIMPULAN
40
5.2. SARAN
1. Bagi puskesmas
2. Bagi masyarakat
Ibu bayi hendak nya lebih aktif mencari informasi tentang ASI EKSLUSIF
dan manfaat ASI EKSLUSIF.
3. Bagi peneliti
41
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif. Medan: FK USU
Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf
Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah
Kabupaten Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU
Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.
Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
42
WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department
of Nutrition for Health and Development (NHD)
43
44