Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUKUM PERDATA ISLAM


“Pembentukan dan Tujuan Kompilasi Hukum Islam”

Dosen Pengampu:
Asman, M.Ag

Disusun oleh: Kelompok 2


Aldi Rizki Pratama ( 302.2021.011 )
Wafiq Firdani ( 302.2021.024 )
Arif Ali Usman Siregar (302.2021.040)
Paring Nuggroho (302.2021.034)

SEMESTER DUA (2B)


PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (HTN)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
2021 M / 1443
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillahirobbil ‘Alamin kehadirat Allah SWT,


karena atas ridho-Nya dan petunjuk-Nya lah kami diberikan kemudahan untuk dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini sesuai waktu yang telah disediakan. Tidak lupa pula
Shalawat juga diberikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW semoga tetap
diberikan hidayah dan menjadi pengikut-Nya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat bertujuan sebagai bahan bacaan sehingga kita dapat mengerti
tentang Kompilasi Hukum Islam, disamping itu pula makalah ini dimaksudkan guna
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Hukum Perdata Islam Bapak
Asman, M. Ag dengan harapan semoga beliau berkenan menerimanya dengan baik.
Sangat disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak kekurangan dan
masih perlu dilakukan perbaikan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran, kritik
dan masukan – masukan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan dalam penyusunan
makalah di kemudian hari.
Mengakhiri pengantar ini kami sampaikan pula ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita di dunia ini. Amin ya rabbal alamin.

Sambas, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHALUAN

A. Latar belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompilasi Hukum Islam........................................................ 3


B. Sejarah Pembentukan dan Perumusan Kompilasi Hukum Islam............. 5
C. Tujuan Perumusan Kompilasi Hukum Islam........................................... 7
D. Dasar rujukan-rujukan Kompilasi Hukum Islam..................................... 10

BAB III PENUTUP

A . Kesimpulan............................................................................................... 12

B. Saran......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat islam merupakan jumlah umat yang paling besar diantara umat beragama
lainnya, bahkan ternasuk jumlah paling banyak umat pemeluk islam dalam suatu negara.
Jumlah sebesar tersebut tidak diimbangi dengan kuantitas hukum islam yang berlaku di
indonesia sebagai hukum positif.1

Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusiaatas


nash al-Qur’an maupun As-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia yang berlaku
secara universal-relevan pada setiap zaman ( waktu ) dan Makan (ruang) manusia.
keuniversalan hukum Islam ini sebagai kelanjutan langsung dari hakekat Islam sebagai
agama universal, yakni agama yang substansi-substansi ajarannya tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu manusia, melainkan berlaku bagi semua orang Islam di mana pun, kapan
pun, dan kebangsaan apapun.

selama ini dalam menyelesaikan perkara-perkara muamalah, hakim pengadilan


agama berpedoman kepada kitab fikih yang berasal dari madzhab syafi’i,yang
penggunaannya dapat dipastikan tergantung pada kemampuan hakim-hakim pengadilan
agama yang bersangkutan dalam memahami scaara utuh dan menyeluruh kitab-kitab fikih
tersebut. Tampaknya tidak menutup kemungkinan timbul suatu putusan yang berbeda-
beda, walaupun perkara-perkara yang diajukan kepadanya sama. Untuk itu, sudah
seyogianya kita memiliki pula hukum materil berupa hukum islam yang berbentuk
kodifikasi yang nantinya dijadikan landasan bersama dalam mengadili, sehingga tidak
akan menimbulkan disparitas (perbedaan) putusan lagi.2

Kehadiran Kompilasi Hukum Islam sebagai jaminan pelaksanaan hukumagama


Islam dalam kehidupan bernegara, dilihat dari sudut pandang politik hukum menampakkan

1
Rahadyan Setiawan, Pelaksanaan Pembagian warisan menurut Hukum Islam
(Studi pada Pengadilan Agama Sleman, (Semarang: 2003 ),hlm.1

2
Ayobelajaronline69.blogspot.com/2014/01/
makalah-sejarah-dan-proses-perumusan-khi.html

1
dua hal. Pertama Kompilasi Hukum Islam, yang berlaku khusus bagi umat Islam.
Menunjukkan bahwa dalam rangka pembinaan hukum nasional, unifikasi hukum sebagai
pelaksanaan wawasan nusantara tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya secara kaku&, demi
kepentingan yang harus lebih dijamin yaitu kepentingan untuk memberikan ruang gerak
bagi kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum agama.Kedua, adanya hak kelompok
tertentu dalam masyarakat dalam hal ini ummat islam untuk melaksanakan hukum
agamanya tidak dapat ditawar. Dalam kaitannya dengan slogan bhineka tunggal ika,
kesempatan yang diberikan oleh pemerintah bagi dibentuk dan diberlakukannya Kompilasi
Hukum Islam adalah bentuk ke-bhinneka-an dalam kesadaran menjalankan hukum agama,
namun tetap tunggal ika dalam wadah Negara Rukun Republik Indonesia.3

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Kompilasi Hukum Islam ?

2. Sejarah Pembentukan dan Perumusan Kompilasi Hukum Islam ?

3. Tujuan Perumusan Kompilasi Hukum Islam ?

4. Dasar rujukan-rujukan Kompilasi Hukum Islam ?

Daway1982.blogspot.com/2011/06/blog-post.html

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompilasi Hukum Islam.

Kata ‘kompilasi’ berasal dari bahasa latin compilare yang mempunyai arti
mengumpulkan bersama-sama, seperti mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar
berserakan dimana-mana. Dalam bahasa inggris ‘compilation’ (himpunan undang-
undang). Dalam bahasa belanda ditulis ‘compilatie’ (kumpulan dari lain-lain karangan).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kompilasi berarti kumpulan yang tersusun secara
teratur (tentang daftar informasi, karangan dan sebagainya). Koesno memberi pengertian
Kompilasi dalam dua bentuk. Pertama sebagai hasil usaha mengumpulkan berbagai
pendapat dalam satu bidang tertentu,Kedua Kompilasi diartikan dalam wujudnya sebagai
suatu benda seperti berupa suatu buku yang berisi kumpulan pendapat-pendapat yang ada
mengenai suatu bidang persoalan tertentu.4

Bustanul Arifin menyebut Kompilasi Hukum Islam sebagai “fiqih dalam bahasa
undang-undang atau dalam bahasa rumpun melayu disebut peng-kanun-an hukum
syara”.5Wahyu Widiana menyatakan bahwa Kompilasi Hukum Islam adalah sekumpulan
materi Hukum Islam yang ditulis pasal demi pasal, berjumlah 229 pasal,terdiri atas 3
kelompok materi hukum, yaitu Hukum Perkawinan (170 pasal), Hukum Kewarisan
termasuk Wasiat dan Hibah( 44 pasal), dan Hukum Perwakafan (14 pasal),ditambah satu
pasal Ketentuan Penutup yang berlaku untuk ketiga kelompok hukum tersebut. Rumusan
yang sama dikemukakan Muhammad Daud Ali, Kompilasi Hukum Islam adalah kumpulan
atau himpunan kaidah-kaidah hukum Islam yang disusun secara sistematis. Isi dari
Kompilasi Hukum Islam terdiri atas tiga buku,masing-masing buku dibagi ke dalam
beberapa bab dan pasal, dengan sistematika sebagai berikut.

Buku I Hukum Perkawinan terdiri dari 19 bab dengan 170 pasal.

Buku II Hukum Kewarisan terdiri dari 6 bab dengan 44 pasal (dari pasal 171
sampai dengan Pasal 214 ).

4
M.Karsayuda, Perkawinan Beda Agama : Menakar Nilai-Nilai Keadilan KompilasiHukum Islam,
Yogyakarta : Total Media, 2006, hlm. 94.
5
Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Akar Sejarah Hambatan danProspeknya,
Jakarta : Gema Insani Press, 1996, hlm. 49.

3
Buku III Hukum Perwakafan, terdiri dari 5 bab dengan 14 Pasal (dari Pasal 215
sampai dengan Pasal 228)6.Kebutuhan akan adanya Kompilasi Hukum Islam bagi
Peradilan Agama sudah lama menjadi catatan dalam sejarah Departemen Agama.

Secara materi, Kompilasi Hukum Islam dapat dikatakan sebagai hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis. Dikatakan tertulis sebab sebagian materi Kompilasi Hukum Islam merupakan
kutipan dari atau menunjuk materi perundangan yang berlaku, seperti UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, UU Nomor 22 Tahun 1946, UU 32 Tahun 1954,tentang
Pencatatan Nikah bagi Umat Islam, PP Nomor 9 Tahun 1975, tentang Aturan Pelaksanaan
UU Nomor 1 Tahun 1974 dan sebagainya.Dikatakan sebagai hukum tidak tertulis sebab
sebagian materi Kompilasi Hukum Islam merupakan rumusan yang diambil dari materi
fiqih atau ijtihad para ulama dan kesepakatan para peserta lokakarya. Kondisi Kompilasi
Hukum Islam yang bukan peraturan perundang undangan itu yang menjadikan Kompilasi
Hukum Islam disikapi beragam oleh Pengadilan Agama (PA),maupun Pengadilan Tinggi
Agama(PTA).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kompilasi Hukum Islam itu adalah
ketentuan hukum Islam yang ditulis dan disusun secara sistematis menyerupai peraturan
perundang-undangan untuk sedapat mungkin diterapkan seluruh umat Islam dalam
menyelesaikan masalah-masalah di bidang yang telah diatur Kompilasi Hukum Islam.
Oleh para hakim peradilan agama Kompilasi Hukum Islam digunakan sebagai pedoman
dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya.

6
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam.pengantar ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia
. Jakarta:Rajawali Pers,2014, hlm 297

4
B. Sejarah Pembentukan dan Perumusan Kompilasi Hukum Islam.

Untuk melihat gambaran umum hukum islam sebagai bagian hukum


nasional,dengan mengikuti proses perumusan Kompilasi Hukum Islam (KHI) . Untuk
mendeskripsikan proses perumusan kompilasi hukum Islam, tidak terlepas pada latar
belakang Kompilasi Hukum Islam, Landasan Yuridis dan Landasan Fungsional.

1. Latar Belakang Penyusunan Kompilasi Hukum Islam

Lahirnya KHI tidak dapat dipisahkan dari latar belakang dan


perkembangan(pemikiran) hukum Islam di Indonesia. Di satu sisi, pembentukan KHI
terkait erat dengan usaha-usaha untuk keluar dari situasi dan kondisi internal hukum Islam
yang masih diliputi suasana kebekuan intelektual yang akut. Di sisi lain, KHI
mencerminkan perkembangan hukum Islam dalam konteks hukum nasional,melepaskan
diri dari pengaruh teori receptie, khususnya dalam rangkaian usaha pengembangan
Pengadilan Agama.

Hukum Islam di Indonesia memang sejak lama telah berjalan di tengah-tengah


masyarakat.Namun harus dicatat bahwa hukum Islam tersebut tidak lain merupakan
hukum fiqih hasil interpretasi ulama-ulama abad ke dua hijriyah dan abad-abad
sesudahnya. Pelaksanaan hukum Islam sangat diwarnai suasana taqlid serta sikap
fanatisme mazhab yang cukup kental. Ini makin diperparah dengan anggapan bahwa fiqih
identik dengan Syari’ah atau hukum Islam yang merupakan Wahyu aturan Tuhan,sehingga
tidak dapat berubah. Umat Islam akhirnya terjebak ke dalam pemahaman yang tumpang
tindih antara yang sakral dengan yang profan.

Situasi tersebut berimplikasi negatif terhadap pelaksanaan hukum Islam


dilingkungan Peradilan Agama. Mengidentifikasian fiqih dengan Syari’ah atau hukum
Islam seperti itu telah membawa akibat kekeliruan dalam penerapan hukum Islamyang
sangat “keterlaluan”. Dalam menghadapi penyelesaian kasus-kasus perkara dilingkungan
peradilan agama, para hakim menoleh kepada kitab-kitab fiqih sebagai rujukan utama.
Jadi, putusan pengadilan bukan didasarkan kepada hukum, melainkan doktrin serta
pendapat-pendapat mazhab yang telah terdeskripsi di dalam kitab-kitab fiqih.

Akibat dari cara kerja yang demikian, maka lahirlah berbagai produk putusan
Pengadilan Agama yang berbeda-beda meskipun menyangkut satu perkara hukum yang
sama. Hal ini menjadi semakin rumit dengan adanya beberapa mazhab dalam fiqih itu

5
sendiri, sehingga terjadi pertarungan antar mazhab dalam penerapan hukum Islam di
Pengadilan Agama.

Proses penerapan hukum Islam yang simpang-siur tersebut di atas tentu saja tidak
dapat dibenarkan dalam praktek peradilan modern, karena menimbulkan ketidakpastian
hukum dalam masyarakat. Menjadikan kitab-kitab fiqih sebagai rujukan hukum materiil
pada pengadilan agama juga telah menimbulkan keruwetan lain. Kenyataan-kenyataan ini
mengharuskan dibentuknya sebuah unifikasi hukum Islam yang akhirnya berhasil
disahkan pada tahun 1991, yakni Kompilasi Hukum Islam yang diberlakukan oleh Inpres
No. 1 tahun 1991.

2. Landasan Yuridis

Landasan yuridis mengenai perlunya hakim memperhatikan kesadaran hukum


masyarakat adalah Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Pasal 28 ayat 1 yang berbunyi:
“Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-niai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat”. Selain itu, Fikih Islam mengungkapkan kaidah: “Hukum
Islam dapat berubah karena perubahan waktu, tempat, dan keadaan”.Keadaan masyarakat
itu selalu berkembang, karenanya pelaksanaan hukum menggunakan metode yang sangat
memperhatikan rasa keadilan masyarakat.Diantara metode itu ialah maslahat mursalah,
istihsan, istishab ,dan urf.

3. Landasan fungsional.

Kompilasi Hukum Islam adalah fikih Indonesia karena ia disusun dengan


memperhatikan kondisi kebutuhan hukum umat Islam Indonesia. Fikih Indonesia
dimaksud adalah fikih yang telah dicetuskan oleh Hazairin dan T.M. Hasbi Ash-Shiddiqi.
Fikih sebelumnya mempunyai tipe fikih lokal semacam fikih Hijazy, fikih Mishry, fikih
Hindy, fikih lain-lain yang sangat mempehatikan kebutuhan dan kesadaran hukum
masyarakat setempat. Ia mengarah kepada unifikasi mazhab dalam hukum islam. Oleh
karena itu, di dalam sistem hukum di Indonesia ini merupakan bentuk terdekat dengan
kodifikasi hukum yang menjadi arah pembangunan hukum nasional di Indonesia.

6
C. Tujuan Perumusan Kompilasi Hukum Islam.

Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa Kompilasi Hukum Islam adalah

untuk mempositifkan hukum Islam di Indonesia. Dengan mempositifkan hukum Islam

secara terumus dan tersusun sistimatis dalam kitab hukum, mengandung beberapa

sasaran pokok :

1. Melengkapi pilar Pengadilan Agama.

Salah satu dari tiga pilar kekuasaan kehakiman dalam melaksanakan fungsi

peradilan sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 24 Undang Undang Dasar 1945

juncto Pasal 10 Undang Undang Nomor 14 tahun 1970 dan Undang Undang

Nomor 7 tahun 1989 adalah adanya sarana hukum sebagai rujukan. Kebutuhan

terhadap hukum positif dan unifikatif tentang perkawinan, kewarisan dan

perwakafan bagi umat Islam diperlukan oleh semua jajaran Depatemen Agama dan

instansi pemerintah yang lapangan tugasnya berkaitan dengan ketiga hal tersebut.

Sebelum kehadiran Kompilasi Hukum Islam, rujukan dalam menyelesaikan

permasalahan hukum di bidang perkawinan, kewarisan dan perwakafan masih

tersebar dalam berbagai kitab fiqih dan masing-masing kitab fiqih tersebut

memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai permasalahan yang sama.

Sehingga tidak aneh apabila dalam menangani satu kasus yang serupa akan lahir

putusan yang berbeda, disebabkan perbedaan pengambilan rujukan. Akibatnya

tidak ada kepastian hukum bagi setiap pencari keadilan. Satu-satunya untuk

mengakhiri ketidak pastian tersebut diperlukan jalan pintas yang efektif, tetapi

memenuhi persyaratan legalistik formal, meskipun tidak maksimal dalam bentuk

undang-undang dan akhirnya jalan pintas yang sederhana berupa Kompilasi

Hukum Islam.

7
2. Menyamakan persepsi penerapan hukum.

Dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam, telah jelas dan pasti nilai tata

hukum Islam di bidang perkawinan, kewarisan dan perwakafan. Bahasa dan nilainilai
hukum yang dipertarungkan di forum Pengadilan Agama oleh masyarakat

pencari keadilan, sama kaidah dan rumusannya dengan apa yang mesti diterapkan

oleh para Hakim di seluruh Indonesia.

Bagi para Hakim, tujuan Kompilasi Hukum Islam bukan berarti mematikan

kebebasan dan kemerdekaan, akan tetapi dengan adanya Kompilasi Hukum Islam

sebagai kitab hukum, para Hakim tidak dibenarkan menjatuhkan putusan yang

berbeda dalam masalah yang sama.

Begitu pula bagi pencari keadilan pada setiap kesempatan yang diberikan

untuk membela dan mempertahankan hak dan kepentingannya dalam proses

peradilan, tidak boleh menyimpang dari kaidah Kompilasi Hukum Islam dan

apalagi mengajukan dalih karena ada ikhtilaf.

3. Mempercepat proses taqribi bainal ummah.

Tujuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah mempercepat arus proses

pendekatan antar umat. Dengan adanya Kompilasi Hukum Islam diharapkan

sebagai jembatan penyeberangan ke arah memperkecil pertentangan dan

perdebatan masalah khilafiyah. Sekurang-kurangnya di bidang perkawinan,

kewarisan dan perwakafan dapat dipadukan dan disatukan pemahaman yang sama.

4. Menyingkirkan faham urusan pribadi.

Hal lain yang dituju Kompilasi Hukum Islam adalah menyingkirkan faham

urusan pribadi dalam pelaksanaan hukum muamalat seperti perkawinan, kewarisan

dan perwakafan. Berangkat dari ayat al Qur’an “Athii’ullaaha wa athii’urrasuula

wa ulil amri minkum” dan hadits “Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu”,

8
Kompilasi Hukum Islam disusun dan dirumuskan dalam kitab hukum sebagai tata

hukum Islam yang berbentuk positif dan unifikatif. Dan oleh karena semua lapisan

masyarakat Islam dipaksa untuk tunduk mentaatinya.

Pelaksanaan dan penerapannya tidak lagi diserahkan kepada kehendak

pemeluknya secara pribadi, akan tetapi ditunjuk seperangkat jajaran penguasa dan

instansi negara. Dengan adanya perangkat jajaran penguasa dan instansi negara

yang ikut campur mengawasi pelaksanaannya sepanjang yang menyangkut di

bidang perkawinan, kewarisan dan perwakafan, telah diangkat sebagai aturan yang

menyangkut ketertiban umum.7

7
"Selayang Pandang Gambaran dan Cara Pemahaman KHI.pdf." 12 Jan. 2018, https://www.pta-
pontianak.go.id/e_dokumen/2016/Selayang%20Pandang%20Gambaran%20dan%20Cara%20Pemahaman
%20KHI.pdf. Diakses pada 23 Feb. 2022.

9
D. Dasar rujukan-rujukan Kompilasi Hukum Islam.

Kompilasi Hukum Islam hadir dalam hukum Indonesia melalui instrumen hukum
berupa Instruksi Presiden atau Inpres Nomor : 1 tahun 1991, tanggal 10 Juni 1991 dan
diantisipasi secara organik oleh Keputusan Menteri Agama Nomor 154 tahun 1991 tanggal
22 Juli 1991.

Terpilihnya instrumen hukum Instruksi Presiden menunjukan fenomena tata hukum


yang dilematis. Pada satu segi pengalaman implementasi program legislatif nasional
memperlihatkan Instruksi Presiden berkemampuan mandiri untuk berlaku efektif dan
mempunyai daya atur dalam hukum positif nasional. Pada sisi lain, Instruksi Presiden
tidak terlihat sebagai salah satu instrumen dalam tata urutan perundang-undangan
Republik Indonesia. Sekalipun demikian, Instruksi Presiden tentang Kompilasi Hukum
Islam termasuk lingkup makna organik Pasal 4 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 dan
termasuk konvensi produk tradisi konstitusional dalam rangkaian penyelenggaraan negara.

Dilihat dari tata hukum nasional, Kompilasi Hukum Islam dihadapkan pada dua
pandangan yang saling bertentangan. Pertama, sebagai hukum tidak tertulis seperti yang
ditunjukan oleh penggunaan instrumen Instruksi Presiden yang tidak termasuk dalam
rangkaian tata urutan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang menjadi
sumber hukum tertulis.

Kelemahan pandangan ini, terletak pada pengambilan penyusunan Buku I dan Buku
III Kompilasi Hukum Islam, yang terdiri dari materi Undang Undang Nomor 22 tahun
1946 juncto Undang Undang Nomor 32 tahun 1954, Undang Undang Nomor 1 tahun 1974
juncto Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah Nomor 28
tahun 1977. Sumber-sumber tersebut mengkrabkan Kompilasi Hukum Islam menjadi
hukum tertulis. Buku II Kompilasi Hukum Islam juga mendukung pendapat ini, sekalipun
dalam kenyataannya ia disusun dengan mengambil kaidah-kaidah hukum dari
yurisprudensi Indonesia sepanjang mengenai kewarisan Islam.

Kedua, Kompilasi Hukum Islam dapat dikatagorikan sebagai hukum tertulis. Sumber
kehadiran Kompilasi Hukum Islam berupa Instruksi Presiden tersebut diatas menunjukan
bahwa Kompilasi Hukum Islam berisi hukum dan aturan yang pada gilirannya terangkat
menjadi hukum dengan perantaraan kebijaksanaan penguasa.

10
Mensingkronkan antara keberatan pendapat pertama dengan pendapat kedua serta
memperhatikan perkembangan hukum Islam, semenjak Islam masuk di Nusantara,
sekiranya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa Kompilasi Hukum Islam resmi
berlaku sebagai hukum positif untuk dipergunakan dan diterapkan oleh instansi
pemerintah dan masyarakat yang memerlukannya dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berkenaan dengan bidang perkawinan, kewarisan, hibah dan wakaf.8

8
"Selayang Pandang Gambaran dan Cara Pemahaman KHI.pdf." 12 Jan. 2018, https://www.pta-
pontianak.go.id/e_dokumen/2016/Selayang%20Pandang%20Gambaran%20dan%20Cara%20Pemahaman
%20KHI.pdf. Diakses pada 23 Feb. 2022.

11
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata ‘kompilasi’ berasal dari bahasa latin compilare yang mempunyai arti
mengumpulkan bersama-sama, seperti mengumpulkan peraturan-peraturan yang tersebar
berserakan dimana-mana. Dalam bahasa inggris ‘compilation’ (himpunan undang-
undang). Dalam bahasa belanda ditulis ‘compilatie’ (kumpulan dari lain-lain karangan).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kompilasi berarti kumpulan yang tersusun secara
teratur (tentang daftar informasi, karangan dan sebagainya). Koesno memberi pengertian
Kompilasi dalam dua bentuk. Pertama sebagai hasil usaha mengumpulkan berbagai
pendapat dalam satu bidang tertentu,Kedua Kompilasi diartikan dalam wujudnya sebagai
suatu benda seperti berupa suatu buku yang berisi kumpulan pendapat-pendapat yang ada
mengenai suatu bidang persoalan tertentu

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kompilasi Hukum Islam itu adalah
ketentuan hukum Islam yang ditulis dan disusun secara sistematis menyerupai peraturan
perundang-undangan untuk sedapat mungkin diterapkan seluruh umat Islam dalam
menyelesaikan masalah-masalah di bidang yang telah diatur Kompilasi Hukum Islam.
Oleh para hakim peradilan agama Kompilasi Hukum Islam digunakan sebagai pedoman
dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya.

Adapun tujuan Kopilasi Hukum Islam adalah sebagai berikut :

1. Melengkapi pilar Pengadilan Agama.

2. Menyamakan persepsi penerapan hukum.

3. Mempercepat proses taqribi bainal ummah.

4. Menyingkirkan faham urusan pribadi.

B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari bahwa tak luput dari kesalahan, maka dari itu kami
mohon dengan sukarelanya untuk memberikan kritik beserta saran untuk makalah kami
ini.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan Rahadyan, Pelaksanaan Pembagian warisan menurut Hukum Islam


,Studi pada Pengadilan Agama Sleman, Semarang, 2003.

Ayobelajaronline69.blogspot.com/2014/01/makalah-sejarah-dan-proses-perumusan-
khi.html.Diakses pada 23 feb. 2022.

Daway1982.blogspot.com/2011/06/blog-post.html. Diakses pada 23 feb. 2022.

M.Karsayuda, Perkawinan Beda Agama : Menakar Nilai-Nilai Keadilan


KompilasiHukum Islam, Yogyakarta : Total Media, 2006.

Arifin Bustanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, Akar Sejarah Hambatan


danProspeknya, Jakarta : Gema Insani Press, 1996.

Ali Mohammad Daud, Hukum Islam.pengantar ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam
di Indonesia. Jakarta:Rajawali Pers,2014.

"Selayang Pandang Gambaran dan Cara Pemahaman KHI.pdf." 12 Jan. 2018,


https://www.pta-pontianak.go.id/e_dokumen/2016/Selayang%20Pandang%20Gambaran
%20dan%20Cara%20Pemahaman%20KHI.pdf. Diakses pada 23 Feb. 2022.

14

Anda mungkin juga menyukai