Anda di halaman 1dari 3

Kekurangan Dental Amalgam

Keterbatasan amalgam gigi

Penggunaan amalgam gigi telah menjadi diskusi untuk digunakan sejak adanya pengenalan komposit
resin baru dan semen ionomer kaca. Beberapa bahkan menyatakan bahwa penggunaan amalgam harus
dihentikan. Mengingat bahwa amalgam telah digunakan selama kira-kira 100 tahun, ini akan tampak
sudut pandang yang agak ekstrim. Namun demikian, amalgam gigi memiliki sejumlah kelemahan.

1. Estetik yang buruk

Sebagai restorasi metalik, amalgam tidak dapat menjadi pilihan yang menarik, walaupun jika dipolish
secara teratur dapat terlihat lebih baik. Hasil polish dan finish dapat hilang akibat tarnishing. Meskipun
begitu, untuk gigi posterior, daya tahan restorasi lebih dipertimbangkan. (Van Noort, 2007)

2. Toksisitas merkuri

Tidak dapat dibantah jika merkuri merupakan substansi dengan toksisitas yang tinggi dan memerlukan
perhatian lebih. Sumber utama dari munculnya pemaparan merkuri adalah:

• Tumpah/ terpapar secara tidak sengaja

• Buruknya mercury hygiene

• Kontak langsung dengan merkuri

• Amalgamators

• Penggantian restorasi lama dengan restorasi baru

Resiko yang paling serius dari merkuri berasal dari uap merkuri, dan sumber yang paling signifikan dari
uap ini adalah terpaparnya merkuri pada pembedahan. Penggunaan amalgam capsules dapat
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi. Tenaga kesehatan gigi merupakan yang paling beresiko
terkontaminasi merkuri, karena menangani material itu setiap hari. Jika ada yang terpapar, perlu segera
ditangani dengan segera dan seksama. Setiap merkuri yang tertinggal secara bertahap akan menguap
dan akan terhirup. Ambang batas untuk udara / bahaya paparan merkuri untuk masyarakat umum
adalah 50 µg/ m3. (Van Noort, 2007)

Prosedur mercury hygiene secara tepat harus dilaksanakan, termasuk :

• Menggunakan teknik no-touch amalgam

• Penggunaan amalgamator mekanikal dengan seal yang baik


• Pembersihan dengan segera bagian yang terpapar/ terkena merkuri

Pasien dirasakan mempunyai sedikit resiko dari terhirupnya merkuri dibandingkan dengan tenaga
kesehatan gigi. Tentunya, terdapat sedikit penelanan dari tehirupnya uap merkuri selama pengisian
amalgam, namun dipercaya di bawah ambang 50 µg/ m3. Namun, terdapat beberapa kejadian dimana
pasien bereaksi sangat buruk terhadap adanya amalgam di dalam rongga mulut, disebabkan reaksi
hipersensitif terhadap merkuri. Walaupun sangat jarang terjadi reaksi alergi, gejala yang terjadi akan
cukup berat, maka tenaga kesehatan gigi harus lebih waspada. (Van Noort, 2007)

3. Konduktivitas termal tinggi

Sebagai salah satu harapkan dari bahan logam, konduktivitas termal amalgam gigi sangat tinggi. Masalah
yang disampaikan, seperti sensitivitas pulpa akibat efek hidrodinamika memompa cairan melalui celah
marjinal dan naik turun tubulus dentin, dapat segera ditangani oleh teknik persiapan rongga yang sesuai,
yang melibatkan penggunaan pernis atau liners. (Van Noort, 2007)

4. Galvanic efek

Ketika dua restorasi logam yang terdiri dari logam dengan derajat berbedaelektronegativitas
ditempatkan di dekat satu sama lain dalam media yang sama akan menimbulkan arus galvanik. Arus
yang dihasilkan dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien atau meninggalkan rasa logam yang kuat
di mulut, dan dapat mempercepat kerusakan korosif logam lebih elektronegatif. Akibatnya, meskipun
jarang muncul masalah, penggunaan logam yang berbeda di mulut tidak dianjurkan. (Van Noort, 2007)

5. Kurangnya adhesi

Kebutuhan untuk penggunaan desain kavitas yang kuat dengan menggunakan dental amalgam
merupakan kendala yang berat. Seringkali sejumlah besar enamel dan dentin dilibatkan, hal ini
membuat dental amalgam sebagai suatu material yang tidak pernah bisa untuk menggantikan jaringan
gigi yang sehat. Ide-ide baru dalam persiapan kavitas, yang bertujuan untuk meminimalkan hilangnya
jaringan gigi sehat telah dikembangkan, tetapi tidak pernah bisa sama konservatif sebagai pendekatan
dengan penggunaan bahan restoratif perekat. (Van Noort, 2007)

6. Kurangnya kekuatan dan kekerasan

Seperti dijelaskan sebelumnya, dental amalgam sangat rapuh, dan daya tariknya rendah. Cara untuk
mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan material dalam jumlah besar, karena hal ini akan
mengurangi restorasi tersebut untuk mengkerut dan lentur , dimana hal tersebut dapat mengurangi
daya tarik yang rendah. Oleh karena itu persiapan rongga dirancang sedemikian rupa sehingga amalgam
tidak terisi dengan tipis. Ini berarti bahwa preparasi harus dalam, tidak boleh terlalu dangkal dan sudut
margin angle dibuat sekitar 90o. Konsekuensinya dental amalgam tidak melindungi struktur gigi. Oleh
karena itu pada lesi karies primer yang kecil penggunaan amalgam merupakan kontraindikasi karena
merusak jaringan gigi maka alternatif materialnya menggunakan resin komposit. (Van Noort, 2007)

7. Terbatasnya jangka waktu restorasi amalgam

Ratusan ribu amalgam ditempatkan setiap tahunnya, dan rata-rata setengah dari mereka adalah
menggantikan restorasi yang ada. Umur panjang amalgam telah menjadi subyek dari sejumlah studi
klinis, dengan beberapa studi menunjukkan bahwa setengah perlu diganti dalam waktu 4-5 tahun.

Rata-rata, kelangsungan hidup restorasi amalgam berbanding terbalik dengan ukuran mereka. Dalam
masalah ini adalah senyawa, setiap kali sebuah restorasi amalgam diganti, kontur kavitas ditingkatkan
sedikitnya 0,5 mm yang mengarah ke restorasi yang lebih besar. Secara umum, semakin kecil restorasi,
semakin lama akan bertahan

Dari semua kekurangan yang disebutkan di atas, kurangnya umur panjang dan bersifat merusak dari
prosedur ini adalah masalah yang memerlukan perhatian terbesar. Cara pembuatan restorasi bertahan
lebih lama akan dipertimbangkan dalam bagian berikutnya. (Van Noort, 2007)

Dapus

Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Materials. Third Edition. London: Mosby Elsevier

Yuvita Finishia 08/ 265317/ KG/ 8301

Deozola revici roendri 08/265422/kg/8303

Yuan Ardila 08/ 266548/ KG / 8305

Anda mungkin juga menyukai