Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neoplasia secara harfiah diartikan sebagai pertumbuhan sel baru dalam
tubuh suatu organisme. Sel baru yang terbentuk itu disebut dengan
neoplasma. Neoplasma merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel - sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak
berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh
(Robbins, 2010)
Kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak,
memiliki struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa, dan sering
terjadi pada wanita dimasa reproduksinya, sebagian besar kista terbentuk
karena perubahan kadar hormone yang terjadi selama siklus haid, produksi,
dan pelepasan sel telur dari ovarium (Owen, 2010). Kista ovarium merupakan
salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita.
Perjalanan penyakit yang sillent killer atau secara diam diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista
ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar
atau perut yang tampak membesar (Manuaba, 2010).
Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2018, kejadian kanker
meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian diakibatkan
oleh kanker. Kista ovarium sendiri memiliki risiko yaitu mengalami
degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu dapat mengalami torsi
atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi
bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah
penting yang menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita
(Wiknjosastro, 2013).
Menurut data WHO (2015) di seluruh dunia terdapat 234.000 wanita yang
terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Di Amerika
Serikat pada tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium

1
2

sebanyak 32.680 wanita dengan angka kematian sebesar 54,57 %. Angka


kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang
dan meninggal sebanyak 13.900 orang (59,40%). Hal ini disebabkan karena
penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan
keluhan apabila sudah terjadi metastasis sehingga 60-70% pasien datang pada
stadium lanjut (Kemenkes, 2015).
Di Indonesia, sekitar 20-25% kematian wanita subur disebabkan oleh
masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit
sistem reproduksi misalnya kista ovarium (Depkes, 2011 dalam Linawati,
2013).
Di provinsi Jawa Tengah, berdasarkan hasil survei dari dinas kesehatan
Kabupaten/Kota yang berasal dari rumah sakit dan puskesmas tahun 2010,
kasus penyakit tumor terdapat 7.345 kasus terdiri dari tumor jinak 4.678 (68
%) kasus dan tumor ganas 2.667 (42 %) kasus, kasus terbanyak di temukan di
kota semarang (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2010).
Kebanyakan pasien dengan kista ovarium tidak menunjukkan gejala,
dengan kista yang tanpa sengaja ditemukan saat pemeriksaan ultrasonografi
(USG) ataupun pada pemeriksaan pelvik rutin. Meskipun demikian kista
ovarium dapat menimbulkan gejala yang kadang – kadang dapat bersifat berat
termasuk nyeri atau rasa tidak nyaman di perut, perut terasa penuh, haid tidak
teratur, gangguan defekasi dan berkemih, nyeri saat hubungan seksual hingga
nyeri berat karena torsi kista, syok karena ruptur kista. Menentukan tumor
ovarium bersifat ganas atau jinak sebelum operasi seringkali sulit, apalagi bila
tumor memiliki komponen solid dan kistik. Prosedur pembedahan yang luas
seperti bilateral ooverektomi dengan atau tanpa histerektomi terkadang
dilakukan pada pasien dengan tumor ovarium jinak karena diagnosis
preoperatif yang tidak akurat. Pemeriksaan pencitraan juga terkadang
tumpang tindih dalam mendeskripsikan massa, penggunaan zat kontras untuk
membedakan lesi jinak dan ganas terbatas pada beberapa tipe tumor saja.
Terdapat beberapa penatalaksanaan medis pada pasien dengan kista
ovarium, dimana kondisi kistanya sudah membesar yakni melalui tindakan
3

pembedahan (operasi) laparatomi. Akibat dari prosedur pembedahan pada


pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri merupakan suatu
sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial yang
dirasakan dalam kejadian kejadian dimana terjadi kerusakan (Perry & Potter,
2010). Berdasarkan kajian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu kasus pada ibu dengan Neoplasma Ovarium Kistik di
RSUP Kariadi Kota Semarang?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan manajemen kebidanan dengan
melakukan asuhan kebidanan kepada ibu dengan gangguan reproduksi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada kasus gangguan
kesehatan reproduksi
b. Mahasiwa mampu melaksanakan analisis kasus dan identifikasi
masalah pada kasus gangguan kesehatan reproduksi
c. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, tindakan selanjutnya pada
kasus gangguan kesehatan reproduksi
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Sebagai sumber referensi dan bahan evaluasi untuk pelayanan
menjadi lebih baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi referensi dalam proses pembelajaran mahasiswa
terkait kasus gangguan kesehatan reproduksi.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan
kemampuan untuk mengaplikasikan teori dan praktik pada kasus nyata
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan
kesehatan reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai