Anda di halaman 1dari 3

Peramalan Kebijakan Pengelolaan Sampah di Yogyakarta

Rumusan Masalah : Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola sampah di


Yogyakarta?
Gambaran Umum Masalah Sampah Di Yogyakarta
Pengelolaan sampah perkotaan dilakukan dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Pengelolaan sampah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditangani
sebagian besar oleh pemerintah secara sentralisasi. Pengelolaan tersebut mulai dari
penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber, pengumpulan di TPS, dan pengakutan
ke TPA. Pengolahan sampah di Jakarta masih mengandalkan peran pemerintah.
Petugas kebersihan mengambil sampah dari penduduk dan membawa sampah ke TPS
untuk diangkut ke TPA oleh dinas kebersihan. Persentasi masyarakat yang dilayani di
Jakarta masih sangat tinggi, berarti peran serta masyarakat masih rendah. Di Jakarta
mulai dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah untuk mengatasi
sampah. Kota Surabaya menghasilkan sampah 2.177 ton per hari, yang masuk TPA
1.480 ton per hari. Lainnya dikomposkan di sepuluh sentra pengomposan komunal milik
Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP), 13 kelurahan pengomposan rumah tangga,
dan dibakar dalam sepuluh unit insenerator mini yang tersebar di wilayah kota.
Pemerintah Daerah Surabaya melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
mengelola sampah.8 Di Kota Bandung, tanggung jawab pengelolaan sampah dibagi
menjadi dua, yaitu pengangkutan dari rumah ke TPS menjadi tanggung jawab
masyarakat sedangkan dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pengelolaan di Bandung belum baik ditandai dengan banyaknya sampah yang tidak
terangkut dari TPS dan yang menumpuk di beberapa bagian kota. Pemberdayaan
masyarakat mulai digalakkan untuk mengatasi sampah.
Tabel 1. Permasalahan Sampah

Volume Sampah

Kabupaten Jumlah Penduduk Volume Sampah Berdasarkan Penduduk Terlayani Sampah Terangkut Sampah Terangkut
TPSA

(±m3/ Jumlah (%) (±m3/ hari) (%)


hari) Penduduk
(±m3/hari)
Yogyakarta 541.250 320 487,125 90 170 34,89 Piyungan
Sleman 850.176 2.917.75 2.125,44 9,6 280 13,17 Piyungan
Bantul 1.020.363 2.550,91 2.550,9075 1,9 48,7 1,91 Piyungan
3
Kulon Progo 388.755 70 971,8875 7,2 70 7,20 Banyuroto
Gunung Kidul 424.348 334,17 1.060,87 17 57 5,37 Baleharjo

Keterangan : Diselaraskan dengan teori bahwa sampah yang dihasilkan per orang adalah 2,5 liter/org/hari

1
Sampah di DIY belum menjadi prioritas seperti halnya sampah di beberapa kota besar.
Permasalahan sampah yang ada di kabupaten/kota di DIY berdasarkan hasil studi
pendahuluan (Tabel 1). Cakupan pelayanan terbaik ada di Kota Yogyakarta yaitu dapat
melayani 90 persen daerah. Demikian halnya untuk sampah yang terangkut ke TPA
paling banyak adalah Kota Yogyakarta (34,89%), sedangkan terendah berada di
Kabupaten Bantul (1,91%).
Faktor-faktor yang memengaruhi permasalahan sampah di DIY diantaranya adalah
perilaku sadar lingkungan dan masalah ekonomi (retribusi). Tingkat pengetahuan dan
sikap masyarakat tentang pengelolaan sampah di daerah pedesaan kemungkinan
masih rendah sehingga memengaruhi perilaku sadar lingkungan.
Program Pengelolaan Sampah di Yogyakarta
Tabel 2. Kebijakan Pengelolaan Sampah

Kabupaten/ Badan Regulasi Program Kebijakan Proyek Insentif


Kota Pelaksana
Yogyakarta Badan UU No.18 Tahun Pengumpulan dan Komposting, Dana stimulan 2 juta,
2008
Lingkungan Perda Kota pengangkutan daur ulang plastik, Lomba dengan
Yogyakarta sampah pemenang
Hidup No.18 Tahun 2002 bank sampah, Rp15 juta, tanaman,
dan
faskel, mesin pencacah,
jejaring pengepul Honor sosialisasi
Kota Yogyakarta Pembagian bak
takakura
(14.750 keranjang
takaku-
ra untuk 14 kelurahan)
Bantul Badan UU No.18 Tahun Pengumpulan dan Pengomposan, Gerobak, tong
2008, sampah,
Lingkungan Permendagri No.33 pengangkutan bank sampah, 3R, komposter, mesin
sampah, jahit,
Hidup, Tahun 2010, jejaring pengelolahan jejaring pengelola mesin pencacah
sampah sampah
Dinas Perda Kabupaten sampah mandiri mandiri organik, dan mesin
Bantul pen-
Pekerjaan No.15 Tahun 2011 cacah sampah plastik,
Umum mengikutsertakan
komu-
nitas pada kompetisi
tingkat nasional
Sleman KLH Perda Kabupaten Pengumpulan dan Pengomposan, Reward perlombaan,
Sleman
No 14 Tahun 2007, pengangkutan daur ulang, dan keringanan retribusi
sampah
Perda Kabupaten daerah swakelola untuk pengurangan
Sleman sampah
No. 13 Tahun 2011 residu, dan B3 rumah
tangga
Kulon Progo Dinas PU oleh UU No.18 Tahun Pengumpulan dan Mobil Hijau KLH, 3R, Penghargaan terhadap
2008,
UPTD UU No. 32 Tahun pengangkutan dan kegiatan program pengelolaan
kebersihan 2009, sampah, pemilahan
dan pertanaman, Perda Kabupaten mobil hijau sampah sampah
Dinas KLH Daerah Tingkat II
No.08 tahun1991,
Peraturan Bupati
Kulon Progo No.17
Tahun 2005, Instruksi
Bupati KP No. 03
Tahun 2010
Gunung Kidul DPU UPT UU No.18 Tahun Pengumpulan dan Program peran serta Pemberian sarana dan
2008

2
Kebersihan dan pengangkutan masyarakat, yaitu prasarana
sampah
Pertamanan penyuluhan,
pembinaan,
pelatihan, penyediaan
sarana prasarana,
gotong
royong, dan 3R

Tiap kota/kabupaten di DIY memiliki program-program untuk mengurangi volume


sampah ke TPA dan merupakan pengelolaan sampah terpadu perkotaan. Proyek
pengolahan sampah yang dilakukan oleh kabupaten/kota di DIY diterapkan dengan
konsep tiga R (3R), yaitu reduce, reuse, recycling. Pengelolaan sampah terpadu dapat
didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan teknikteknik, teknologi, dan program-
program manajemen.22 Pengelolaan sampah terpadu perkotaan meliputi pengendalian
timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan, dan
pembuangan akhir. Pengelolaan limbah domestik harus dilakukan secara terpadu oleh
semua pihak, pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
perguruan tinggi.10 Konsep 3R merupakan konsep dasar pengelolaan sampah yang
diterapkan di perkotaan, seperti pengolahan sampah di Kecamatan Klungkang
Kebupaten Klungkang dan dilaksanakan di Kota Samarinda.
Proyeksi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Yogyakarta
Menurut Keban, bahwa teknik forecasting berusaha untuk menjawab beberapa
pertanyaan penting, antara lain:
1)      Apa yang akan terjadi sekiranya kebijakan yang ada atau yang sedang berjalan
diteruskan?
2)      Apa yang akan terjadi apabila isi kebijakan yang ada sekarang ini dirubah meniru
kebijakan yang telah dipraktekkan di tempat lain?
3)      Apakah kebijakan yang baru akan mendapat dukungan tokoh masyarakat
khususnya dari aktor-aktor politik?

Anda mungkin juga menyukai