Anda di halaman 1dari 78

Nama : Muhamad Zulfi Fauzan

Nim : 02011282025185
Kelas :A

A. Kostitusi Republik Indonesia Serikat.


 Pasal 1
 Ayat (1) : Republik Indonesia Serikat jang merdeka dan berdaulat jalah suatu
negara-hukum jang demokrasi dan berbentuk federasi.
 Ketentuan 1 : Negara Indonesia adalah negara serikat yang berdaulat
dan demokrasi.
 Ketentuan 2: Bentuk negara federasi.
 Pasal 2
 Republik Indonesia Serikat meliputi seluruh daerah Indonesia, jaitu daerah
bersama:
a. Negara Republik Indonesia, dengan daerah menurut status quo seperti
tersebut dalam persetudjuan Renville tanggal 17 Djanuari tahun 1948;
Negara Indonesia Timur;
Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Djakarta;
Negara Djawa Timur;
Negara Madura;
Negara Sumatera Timur, dengan pengertian, bahwa status quo Asaha
Selatan dan Labuhan
Batu berhubungan dengan Negara Sumatera Timur tetap berlaku;
Negara Sumatera Selatan;
b. Satuan² kenegaraan jang tegak sendiri;
Djawa Tengah;
Bangka;
Belitung;
Riau;
Kalimantan Barat (Daerah istimewa);
Dajak Besar;
Daerah Bandjar;
Kalimantan Tenggara; dan
Kalimantan Timur;
dan b. jalah daerah bagian jang dengan kemerdekaan menentukan nasib
sendiri bersatu dalam ikatan federasi Republik Indonesia Serikat,
berdasarkan jang ditetapkan dalam Konstitusi ini dan lagi c. daerah
Indonesia selebihnja jang bukan daerah²-bagian.
 Ketentuan 3: menurut status quo daerah Indonesia terbagi
 Ketentuan 4: negara Indonesia terbagi menjadi delapan bagian.
 Ketentuan 5: Djawa Tengah,Bangka,belitung, Riau, Kalimantan
Barat (Daerah istimewa) Dajak Besar, Daerah Bandjar, Kalimantan
Tenggara; dan ,Kalimantan Timur termasuk dalam. Negara yang
berdiri sendiri
 Ketentuan 6:terdapat beberapa daerah yang bukan daerah daerah
bagian.

 Pasal 3
 Bendera kebangsaan Republik Indonesia Serikat jalah bendera Sang Merah
Putih.. Lagu kebangsaan jalah lagu "IndonesiaRaja".Pemerintah menetapkan
meterai dan lambang negara.
 Ketentuan 7: bendera negara Republik Indonesia serikat berwarna
merah putih.
 Ketentuan 8: Lagu kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya
 Ketentuan 9: matrai dan lambang negara ditentukan pemerintah.
 Pasal 4
 Bahasa resmi Negara Republik Indonesia Serikat jalah Bahasa Indonesia.
 Ketentuan 10:Negara Indonesia menggunakan bahasa resmi yaitu
bahasa Indonesia.
 Pasal 5
 Ayat (1) : Kewarga-negaraan Republik Indonesia Serikat diatur oleh undang-
undang federal.
 Ketentuan11: seseorang yg berwarga-negaraan Republik Indonesia
Serikat diatur oleh undang-undang federal.
 Ayat (2) : Pewarga-negaraan (naturalisasi) dilakukan oleh atau dengan kuasa
undang-undang federal. Undang-undang federal mengatur akibat pewarga-
negaraan terhadap isteri orang jang telah diwarga-negarakan dan anak²nja jang
belum dewasa.
 Ketentuan 12:Seseorang (orang asing) yang ingin menjadi warga
negara Indonesia diatur dalam Undang undang Federal
 Ketentuan 13:Undang undang Federal Mengatur Pewarganegaraan
terhadap seorang istri Yang telah dihargai negarakan dan juga
mengatur anak. Anaknya yang belum dewasa.
 Pasal 6
 Penduduk Negara jalah mereka jang diam di Indonesia menurut aturan² jang
ditetapkan dengan undang-undang federal.
 Ketentuan 14: Penduduk Negara mereka yang diam di Indonesia
menurut undang undang Federal.
 Pasal 7
 Ayat (1) : Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap Undang-
undang.
 Ayat (2) : Segala orang berhak menuntut perlakuan dan perlindungan jang
sama oleh Undang-undang.
 Ayat (3) : Segala orang berhak menuntut perlindungan jang sama terhadap tiap
pembelakangan dan terhadap tiap2 penghasutan untuk melakukan
pembelakangan demikian.
 Ayat (4) : Setiap orang berhak mendapat bantuan-hukum jang sungguh dari
hakim2 jang ditentukan untuk itu, melawan perbuatan2 jang berlawanan
dengan hak2 dasar jang diperkenankan kepadanja menurut hukum.
 Ketentuan 15:pengakuan dalam undang undang terhadap setiap
pribadi
 Ketentuan 16 tuntunan perlakuan dan perlindungan yang sama-
undang undang
 Ketentuan 17 hak bantuan hukum dari hakim untuk melawan
perbuatannya yg berlawan dengan hak dasar
 Pasal 8
 Sekalian orang jang ada didaerah Negara sama berhak menuntut perlindungan
untuk diri dan harta-bendanja.
 Ketentuan 18: seseorang orang di daerah negara memiliki
perlindungan untuk diri dan harta benda.
 Pasal 9
 Ayat (1) : Setiap orang berhak dengan bebas bergerak dan tinggal dalam
perbatasan Negara.
Ketentuan19; seseorang bebas bergerak dan tinggal di dalam
perbatasan negara
 Ayat (2) :Setiap orang berhak meninggalkan negeri dan–djika ia warga-negara
atau penduduk–kembali kesitu.
 Ketentuan 20 : hak meninggalkan negara dan kembali ke situ.
 Pasal 10
 Tiada seorang pun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba. Perbudakan,
perdagangan-budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa apapun jang
tudjuannja kepada itu, terlarang.
 Ketentuan 21 : larangan perbudakan, diperulur atau diperhambat.
 Pasal 11
 Tiada seorang djuapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum
setjara ganas, tidak mengenal perikemanusiaan atau menghina.
 Ketentuan 22 :Tidak ada hukuman yang tidak berprikemanusiaan
 Pasal 12
 Tiada seorang djuapun boleh ditangkap atau ditahan, selainnja atas perintah
untuk itu oleh kekuasaan jang sah menurut aturan² undang-undang dalam hal²
dan menurut tjara jang diterangkan dalamnja.
 Ketentuan 23 :tidak dapat terjadinya penahanan selain atas
perintah yang di atur Undang undang.
 Pasal 13
 Ayat (1) :Setiap orang berhak, dalam persamaan jang sepenuhnja, mendapat
perlakuan djudjur dalam perkaranja oleh hakim jang tak memihak, dalam hal
menetapkan hak² dan kewadjiban²nja dan dalam hal menetapkan apakah suatu
tuntutan hukuman jang dimadjukan terhadapnja beralasan atau tidak.
Ketentuan 24 :hak persamaan, perlakuan jujur oleh hakim yang tak
memihak
 Ayat (2) : Bertentangan dengan kemauannja tiada seorang djuapun dapat
dipisahkan dari pada hakim, jang diberikan kepadanja oleh aturan hukum jang
berlaku.
 Ketentuan 25 : tidak ada seorang pun dapat dipisahkan dari hakim,
sesuai aturan berlaku.
 Pasal 14
 Ayat (1) : Setiap orang jang dituntut karena disangka melakukan sesuatu
peristiwa pidana berhak dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan
kesalahannja dalam suatu sidang pengadilan, menurut aturan2 hukum jang
berlaku, dan ia dalam sidang itu diberikan segala djaminan jang telah
ditentukan dan jang perlu untuk pembelaan.
 Ayat (2) : Tiada seorang djuapun boleh dituntut untuk dihukum atau
didjatuhkan hukuman, ketjuali karena suatu aturan hukum jang sudah ada dan
berlaku terhadapnja.
 Ayat 3pabila ada perubahan dalam aturan hukum seperti tersebut dalam ajat
diatas, maka dipakailah ketentuan jang lebih baik bagi sitersangka.
 Pasal 15
 Tiada suatu pelanggaran kedjahatanpun boleh diantjamkan hukuman berupa
rampasan semua barang kepunjaan jang bersalah.
 Ketentuan 26 : Tidak suatu hukumanpun mengakibatkan kematian
perdata atau kehilangan segala hak2 kewargaan.
 Pasal 16
 Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu-gugat. Mengindjak suatu
pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah bertentangan
dengan kehendak orang jang mendiaminja, hanja dibolehkan dalam hal2 jang
ditetapkan dalam suatu aturan hukum jang berlaku baginja.
 Pasal 17
 Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat-menjurat tidak boleh
diganggu-gugat, selainnja dari pada atas perintah hakim atau kekuasaan lain
jang telah disahkan untuk itu menurut peraturan2 undang-undang dalam hal2
jang diterangkan dalam peraturan itu.
 Ketentuan 27 : Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat
menyurat tidak dapat diganggu gugat, kecuali perintah dari hakim
yang telah sah menurut undang undang

 Pasal 18
 Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran keinsjafan batin dan agama; hak
ini meliputi pula kebebasan bertukar agama atau kejakinan, begitu pula
kebebasan menganut agamanja atau kejakinannja, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain, baik dimuka umum maupun dalam
lingkungannja sendiri dengan djalan mengadjarkan,mengamalkan, beribadat,
mentaati perintah dan aturan2 agama, serta dengan djalan mendidik anak2
dalam iman dan kejakinan orang tua mereka.
 Pasal 19
 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunjai dan mengeluarkan pendapat.
 Ketentuan 28 : setiap orang memiliki kebebasan dalam
mengutarakan pendapat
 Pasal 20
 Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat setjara damai diakui dan
sekadar Perlu didjamin dalam peraturan² undang-undang.
 Pasal 21
 Ayat (1) : Setiap orang berhak dengan bebas memadjukan pengaduan kepada
penguasa, baik dengan lisan ataupun dengan tertulis
 Ketentuan 29 : Setiap orang memiliki hak dan bebas dalam
mengajukan pengaduan baik lisan maupun tertulis.
 Ayat (2) : Setiap orang berhak memadjukan permohonan kepada penguasa
jang sah
 Ketentuan 30 : Setiap orang memiliki hak mengajukan
permohonan penguasa.
 Pasal 22
 Ayat (1) : Setiap warga-negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan
langsung atau dengan perantaraan wakil² jang dipilih dengan bebas menurut
tjara jang ditentukan oleh undang-undang.
 Ketentuan 31 : Setiap warga berhak ikut serta dalam pemerintahan
dengan cara langsung atau melalui perwakilan secara bebas
menurut cara yang sudah ditentukan undang undang
 Ayat (2) : Setiap warga-negara dapat diangkat dalam tiap² djabatan
pemerintah. Orang asing boleh diangkat dalam djabatan² pemerintah menurut
aturan² jang ditetapkan oleh undang-undang.
 Ketentuan 32 : setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap
jabatan pemerintah, orang asing dapat menjabat dalam tiap jabatan
pemerintah yg diatur dalam undang-undang
 Pasal 23
 Setiap warga-negara berhak dan berkewadjiban turut serta dengan sungguh
dalam pertahanan kebangsaan.
 Ketentuan 33 : warga negara berhak dan berkewajiban turut dalam
pertahanan kebangsaan
Pasal 24
(1) Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada termasuknja warga
negara dalam sesuatu golongan rakjat.
Ketentuan:
(2) Perbedaan dalam kebutuhan masjarakat dan kebutuhan hukum golongan rakjat akan
diperhatikan.
Ketentuan : perbedaan kebutuhan rakyat dan hukum golongan rakyat diperhatikan.
Pasal 25
(1) Setiap orang berhak mempunjai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain.
Ketentuan :
(2) Seorangpun tidak boleh dirampas miliknja dengan semena-mena.
Ketentuan :rampasan semena-mena
Pasal 26
(1) Pentjabutan hak (onteigening) untuk kepentingan umum atas sesuatu benda atau hak tidak
dibolehkan, ketjuali dengan mengganti kerugian dan menurut aturan2 undang-undang
Ketentuan :
(2) Apabila sesuatu benda harus dibinasakan untuk kepentingan umum, ataupun, baik
untuk selama-lamanja maupun untuk beberapa lama, harus dirusakkan sampai tak
terpakai lagi, oleh kekuasaan umum, maka hal itu dilakukan dengan mengganti kerugian
dan menurut aturan2 undang-undang, ketjuali djika ditentukan jang sebaliknja oleh
aturan2 itu.
Ketentuan :
Pasal 27
(1) Setiap warga-negara, dengan menurut sjarat2 kesanggupan, berhak atas pekerdjaan
jang ada. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerdjaan dan berhak pula atas
sjarat2 perburuhan jang adil.
(2) Setiap orang jang melakukan pekerdjaan dalam hal2 jang sama, berhak atas
pengupahan adil jang mendjamin kehidupannja bersama dengan keluarganja, sepadan dengan
martabat manusia.
Pasal 28
Setiap orang berhak mendirikan serikat-sekerdja dan masuk kedalamnja untuk
memperlindungi kepentingannja.
Pasal 29
(1) Mengadjar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa jang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan2 undang-undang.
Ketentuan:mengajar bebas sesuai dengan peraturan undang -undang
(2) Memilih pengadjaran jang akan diikuti, adalah bebas.
Ketentuan: kebebasan memilih pengajar
Pasal 30
Kebebasan melakukan pekerdjaan sosial dan amal, mendirikan organisasi2 untuk itu, dan
djuga untuk pengadjaran partikulir, dan mentjari dan mempunjai harta untuk maksud2
itu,diakui
Ketentuan:Kebebasan melakukan perkerjaan sosial dan amalm
Ketentuan: kebebasan mendirikan organisasi
Pasal 31
Setiap orang jang ada didaerah Negara harus patuh kepada Undang-undang, termasuk
aturan2 hukum jang tak tertulis, dan kepada penguasa2 jang sah dan jang bertindak sah.
Ketentuan :Setiap orang didaerah negara harus kepada undang-unrang baik tertulis maupun
tidak tertulis
Pasal 32
(1) Peraturan2 undang-undang tentang melakukan hak2 dan kebebasan2 jang
diterangkan dalam bagian ini, djika perlu, akan menetapkan batas2 hak2 dan kebebasan2
itu, akan tetapi hanjalah semata-mata untuk mendjamin pengakuan dan pernghormatan
jang tak boleh tiada terhadap hak2 serta kebebasan2 orang lain, dan untuk memenuhi
sjarat2 jang adil untuk ketenteraman kesusilaan dan kesedjahteraan umum dalam suatu
persekutuan jang demokrasi.
Ketentuan :peraturan undang undang tentang melakukan hak-hak dan kebebasan
(2) Djika perlu, undang-undang federal menentukan pedoman dalam hal itu bagi
undangundang daerah2-bagian.
Ketentuan:Undang-undang federal menentukan pedoman bagi Undang-Undang daerah
Pasal 33
Tiada suatu ketentuanpun dalam bagian ini boleh ditafsirkan dengan pengertian, sehingga
sesuatu penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari padanja untuk
mengusahakan sesuatu apa atau melakukan perbuatan berupa apapun jang bermaksud
menghapuskan sesuatu hak atau kebebasan jang diterangkan dalamnja.
Ketentuan:tidak ada ketentuan pun dalam undang undang ini boleh ditafsir dengan pengertian
Ketentuan: penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari pada mengusahakan
sesuatu menghapus sesuatu hak dan kebebasan
Pasal 34
Kemauan Rakjat adalah dasar kekuasaan penguasa; kemauan itu dinjatakan dalam
pemilihan berkala jang djudjur dan jang dilakukan menurut hak-pilih jang sedapat mungkin
bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara jang rahasia ataupun
menurut tjara jang djuga mendjamin kebebasan mengeluarkan suara.
Ketentuan: kemauan rakyat dasar kekuasaan
Ketentuan: kemauan dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan yang dilakukan
menurut hak pilih yang sesaat mungkin bersifat umum berkesamaan
Ketentuan:pemungutan suara rahasia
Pasal 35
Penguasa sesanggupnja memadjukan kepastian dan djaminan sosial, teristimewa
pemastian dan keadaan2 perburuhan sjarat2 pendjaminan perburuhan dan jang baik,
pentjegahan dan pemberantasan pengangguran serta penjelenggaraan persediaan untuk hari-
tua dan pemeliharaan djanda2 dan anak2 jatim-piatu.
Ketentuan :penguasa sesanggupnua mewujudkan kepastian dan djaminan sosial
Ketentuan : pemberantasan pengangguran
Ketentuan :persediaan untuk hari-tua dan memelihara janda dan anak anak yatim piatu
Pasal 36
(1) Meninggikan kemakmuran rakjat adalah suatu hal jang terus-menerus diselenggarakan
oleh penguasa, dengan kewadjibannja senantiasa mendjamin bagi setiap orang deradjat hidup
jang sesuai dengan martabat manusia untuk dirinja serta keluarganja.
Ketentuan:meninggikan kemakmuran rakyat suatu hal terus menerus oleh penguasa
Ketentuan:menjamin kewajiban senantiasa menjamin setiap orang derajat hidup yang sesuai
dengan martabat
(2) Dengan tidak mengurangi pembatasan jang ditentukan untuk kepentingan umum
dengan peraturan2 undang-undang, maka kepada sekalian orang diberikan kesempatan
menurut sifat, bakat dan ketjakapan masing2 untuk turut serta dalam perkembangan
sumber2 kemakmuran negeri.
Ketentuan :kepentingan rakyat tidak mengurangi pembatasan kepentingan umum dengan
peraturan undang - undang
Ketentuan: seseorang diberikan kesempatan menurut sifat,bakat,dan kecakapan masing
masing
Pasal 37
Keluarga berhak atas perlindungan oleh masjarakat dan Negara.
Ketentuan:perlindungan oleh masyarakat dan negara
Pasal 38
Penguasa melindungi kebebasan mengusahakan kebudajaan serta kesenian dan
ilmupengetahuan. Dengan mendjundjung asas ini maka penguasa memadjukan sekuat
tenaganja perkembangan kebangsaan dalam kebudajaan serta kesenian dan ilmupengetahuan.
Ketentuan: melingindungi kebebasan mengusahakan kebudayaan serta kesenian dan ilmu
pengetahuan
Pasal 39
(1) Penguasa wadjib memadjukan sedapat-dapatnja perkembangan rakjat baik rohani maupun
djasmani, dan dalam hal ini teristimewa berusaha selekas-lekasnja
menghapuskan buta-huruf.
Ketentuan:memadjukan perkembangan rakyat baik rohani maupun jasmani,
Ketentuan:menghapus buta huruf
(2) Dimana perlu, penguasa memenuhi kebutuhan akan pengadjaran umum jang diberikan
atas dasar memperdalam keinsjafan kebangsaan, mempererat persatuan
Indonesia,membangun dan memperdalam perasaan peri-kemanusiaan, kesabaran dan
penghormatan jang sama terhadap kejakinan agama setiap orang dengan memberikan
kesempatan dalam djampeladjaran untuk mengadjarkan peladjaran agama sesuai dengan
keinginan orang-tua murid2.
Ketentuan:penguasa memberikan pengajaran umum
(3) Murid2 sekolah partikulir memenuhi sjarat2 kebaikan2 menurut undang-undang bagi
pengadjaran umum, haknja sama dengan hak murid2 sekolah umum.
Ketentuan:memenuhi syarat syarat kebaikan menurut undang -undang
(4) Terhadap pengadjaran rendah, maka penguasa berusaha melaksanakan dengan lekas
kewadjiban beladjar jang umum.
Ketentuan:melaksanakan kewajiban belajar yang umum
Pasal 40
Penguasa senantiasa berusaha dengan sungguh2 memadjukan kebersihan umum dan
kesehatan rakjat.
Ketentuan:penguasa memajukan kebersihan
Ketentuan:kesejahteraan masyarakat
Pasal 41
(1) Penguasa memberi perlindungan jang sama kepada segala perkumpulan dan
persekutuan agama jang diakui.
(2) Penguasa mengawasi supaja segala persekutuan dan perkumpulan agama patuh-taat
kepada Undang-undang, termasuk aturan2 hukum jang tak tertulis.
Pasal 42
Sambil menunggu penjelesaian susunan Republik Indonesia Serikat sebagai federasi
antara negara²-bagian jang saling sama-martabat dan saling sama-hak, maka daerah2 bagian
jang tersebut dalam pasal 2 adalah saling sama-hak.
Ketentuan :susunan republik Indonesia serikat sebagai Federasi antar negara bagian yang
sama martabat dan hak
Pasal 43
Dalam penjelesaian susunan federasi Republik Indonesia Serikat maka berlakulah
asaspedoman, bahwa kehendak Rakjatlah didaerah-daerah bersangkutan jang dinjatakan
dengan merdeka menurut djalan demokrasi, memutuskan status jang kesudahannja akan
diduduki oleh daerah² bahwa kehendak merdeka tersebut dalam federasi.
Ketentuan:berlaku asas pendoman bahwa kehendak rakyat didaerah-daerah dinyatakan
merdeka secara Demokrasi
Ketentuan:status daerah daerah bahwa kehendak mereka tersebut kedalam federasi
Pasal 44
Perubahan daerah sesuatu daerah-bagian, begitu pula masuk kedalam atau
menggabungkan diri kepada suatu daerah-bagian jang telah ada, hanja boleh dilakukan oleh
sesuatu daerah sungguhpun sendiri bukan daerah-bagian–menurut aturan2 jang ditetapkan
dengan undang-undang federal, dengan mendjundjung asas seperti tersebut
dalam pasal 43, dan sekadar hal itu mengenai masuk atau menggabungkan diri, dengan
persetudjuan daerah-bagian jang bersangkutan.
Ketentuan:ketentuan perubahan daerah - sesuatu daerah bagian masuk kedalam atau
menggabungkan diri kepada suatu daerah bagian yang telah ada
Pasal 45
Tataan dan tjara mendjalankan pemerintahan daerah2-bagian haruslah menurut tjara
demokrasi, sesuai dengan asas² jang termaktub dalam Konstitusi ini
Ketentuan: tataan dan cara menjalan pemerintah daerah daerah bagian haruslah menurut cara
demokrasi.
Pasal 46
(1) Negara² jang baru dibentuk membutuhkan pengakuan undang-undang federal.
Ketentuan:Negara yang terbentuk perlu pengakuan undang undang federal
(2) Undang-undang federal tidak memberikan status negara kepada daerah² jang
dipandang tidak akan sanggup melaksanakan dan memenuhi hak², kekuasaan² dan
kewadjiban² suatu negara.
Ketentuan : Undang undang federal tidak memberikan status negara yang di pandang tikan
akan sanggup melaksanakan dan memenuhi hak hak kekuasaan dan kewajiban
Pasal 47
Peraturan² ketatanegaraan negara² haruslah mendjamin hak atas kehidupan-rakjat sendiri
kepada pelbagai persekutuan-rakjat didalam lingkungan daerah mereka itu dan harus
pula mengadakan kemungkinan untuk mewudjudkan hal itu setjara kenegaraan dengan
aturan² tentang penjusunan persekutuan itu setjara demokrasi dalam daerah² otonomi.
Ketentuan: peraturan ke tatanegaraan negara menjamin hak atas kehidupan rakyat sendiri
Ketentuan: persekutuan itu secara Demokrasi dalam. Daerah daerah otonomi
Pasal 48
(1) Peraturan² ketatanegaraan negara² tidak akan memuat ketentuan seluruhnja atau
sebagian berlawanan dengan Konstitusi ini.
Ketentuan : peraturan ketatanegaraan negara tidak akan memuat ketentuan seluruhnya
(2) Peraturan² ketatanegaraan tersebut atau perubahan² dalamnja baru mulai berlaku
sesudah ditimbang oleh Pemerintah federal. Untuk maksud itu maka peraturan² tersebut
sesudah selesai dibuat, dengan selekas-lekasnja dikirimkan oleh Pemerintah negara kepada
Pemerintah federal.
Ketentuan: perubahan dalamnya baru mulai berlaku sesudah ditimbang oleh pemerintah
federal
Ketentuan :peraturan sekelas dikirimkan oleh pemerintah kepadan pemerintah federal
(3) Sekiranja menurut timbangan Pemerintah federal ada sesuatu jang berlawanan
sebagai dimaksud dalam ajat (1), maka dalam dua bulan sesudah menerima surat² itu
Pemerintah federal menjampaikan hal itu kepada Pemerintah negara dan mengundangnja
supaja bertindak membuat perubahan.
Ketentuan : dua bulan sesudah menerima surat pemerintah federal menyampaikan hal itu
kepada pemerintah negara
(4) Apabila Pemerintah negara tetap melalaikan menurut petundjuk² jang dimaksud dalam
ajat diatas seluruh atau sebagiannja, ataupun apabila Pemerintah negara berpendapat bahwa
pentundjuk² itu tak tepat diberikan, maka baik Pemerintah federal maupun Pemerintah negara
boleh meminta keputusan tentang itu kepada Mahkamah Agung Indonesia dan keputusan ini
bersifat mengikat.
Ketentuan:apabila Pemerintah negara berpendapat bahwa pentunjuk² itu tak tepat diberikan,
maka baik Pemerintah federal maupun Pemerintah negara boleh meminta keputusan tentang
itu kepada Mahkamah Agung Indonesia dan keputusan ini bersifat mengikat.
(5) Apabila Pemerintah federal memberitahukan kepada Pemerintah negara dalam waktu jang
tersebut dalam ajat (3), bahwa peraturan ketatanegaraan atau perubahan dalamnja jang
dipertimbangkan kepadanja mendapat persetudjuannja, ataupun dalam waktu tersebut tidak
memaklumkan timbangan apa², maka peraturan ketatanegaraan itu dipandang telah mendapat
pengakuan Pemerintah federal sebagai peraturanketatanegaraan negara itu jang sah, ataupun
perubahan tersebut dianggap telah diakuinja sebagai termasuk ketatanegaraan Negara itu jang
sah dan dalam hal demikian maka peraturan ketatanegaraan itu lalu didjaminnja;
ketentuan ini tidak mengurangi jang
ditentukan dalam Bab IV, Bagian III.
Babakan 3 Satuan2 kenegaraan jang tegak sendiri jang bukan negara.
Ketentuan:bahwa peraturan ketatanegaraan atau perubahan dalamnya yang dipertimbangkan
kepadanya mendapat persetujuannya, ataupun dalam waktu tersebut tidak Memaklumkan
timbangan apa², maka peraturan ketatanegaraan itu dipandang telah mendapat pengakuan
Pemerintah federal sebagai peraturan ketatanegaraan negara itu jang sah,
Ketentuan:kenegaraan yang sendiri yang bukan negara
Pasal 49
Kedudukan dalam federasi bagi satuan² kenegaraan jang tegak sendiri dan jang bukan
berstatus negara, diatur dengan undang-undang federal Babakan 4 Daerah2 jang bukan
daerah-bagian dan distrik federal Djakarta.
Ketentuan : kedudukan dalam Federasi dibagi satuan -satuan kenegaraan yang tegak sendiri
Pasal 50
(1) Pemerintahan atas daerah² jang diluar lingkungan daerah sesuatu daerah-bagian, dan atas
distrik federal Djakarta dilakukan oleh alat²-perlengkapan Republik Indonesia Serikat
menurut aturan2 jang akan ditetapkan dengan undang-undang federal.
Ketentuan: pemerintahan atas daerah daerah yang diluar lingkungan daerah sesuatu daerah
bagian dan atas distrik federal di jakarta dilakukan oleh alat-alat perlengkapan republik
Indonesia Serikat menurut yang diatur oleh undang undang
(2) Daerah²-bagian jang masuk bilangan untuk itu, boleh disertakan dalam pemerintahan itu
dengan persetudjuan pemerintahnja.
Ketentuan : daerah bagian boleh disertakan dalam pemerintahan dengan persetujuan
pemerintah
Bagian 2
Pembagian Penjelenggaraan-Pemerintahan Antara Republik Indonesia Serikat Dengan
Daerah2-Bagian.
Babakan 1 Pembagian penjelenggaraan-pemerintahan.
Pasal 51
(1) Penjelenggaraan-pemerintahan tentang pokok² jang terdaftar dalam lampiran
Konstitusi ini dibebankan semata-mata kepada Republik Indonesia Serikat.
Ketentuan: penyelenggaraan dalam. pemerintahan tentang pokok yang terdaftar konstitusi ini
dibebankan kepada Republik Indonesia Serikat
(2) Daftar lampiran penjelenggaraan-pemerintahan jang tersebut dalam ajat (1) diubah, baik
atas permintaan daerah²-bagian bersama-sama ataupun atas inisiatip Pemerintah federal
sesudah mendapat persesuaian dengan daerah2-bagian bersama-sama, menurut atjara jang
ditetapkan dengan undang-undang federal.
Ketentuan: terjadinya perubahan dalam Ayat 1 baik atas permintaan daerah-daerah bagian
bersama -sama atas inisiatif dari pemerintah federal jika sesudah mendapatkan persesuaian
dengan daerah -daerah bagian bersama sama sesuai UU federal
(3) Perundang-undangan federal selandjutnja akan mengambil segala tindakan jang perlu
untuk mengurus penjelenggaraan - pemerintahan jang dibebankan kepada federasi dengan
semestinja.
ketentuan:undang undang federal mengambil tindakan yang perlu untuk mengurus
penyelenggaraan
(4) Segala penjelenggaraan-pemerintahan jang tidak masuk dalam penetapan pada ajat² diatas
adalah kekuasaan daerah² - bagian semata-mata.
Ketentuan:penyelenggaraan pemerintahan yang tidak masuk dalam penetapam pada ayat yg
terdapat diatas adalah kekuasaan pada daerah daerah bagian semata
Pasal 52
(1) Daerah-bagian berhak mendapat bagian jang sebesar-besarnja dalam melaksanakan
penjelenggaraan-pemerintahan federal oleh perlengkapan daerah-bagian itu sendiri.
Untuk itu maka Republik Indonesia Serikat sedapat-dapatnja meminta bantuan daerah²-
bagian.
Ketentuan:daerah bagian berhak untuk mendapatkan bagian sebesar besarnya dalam.
Melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan federal. Oleh perlengkapan daerah bagian itu
sendiri
(2) Apabila Republik Indonesia Serikat menuntut bantuan daerah-bagian untuk
melaksanakan peraturan² federal, maka daerah-bagian wadjib memberikan bantuan itu.
Ketentuan:apabila Republik Indonesia Serikat menuntut akan bantuan daerah bagian untuk
pelaksanaan peraturan federal, maka tiap tiap daerah di haruskan (wajib) memberikan
bantuan

(3) Daerah2-bagian melaksanakan pemerintahan ikut-serta jang ditetapkan dalam pasal ini
sesuai dengan pendapat lebih tinggi alat²-perlengkapan federal jang bersangkutan.
Ketentuan:daerah bagian melaksanakan pemerintahan dan ikut serta sesuai dengan pendapat
lebih tinggi
Pasal 53
Dalam menjelenggarakan tugas-pemerintahannja daerah2-bagian dapat bekerdja bersama
menurut aturan2 umum jang ditetapkan undang-undang federal; aturan² itu menentukan pula
tjampurtangan Republik Indonesia Serikat jang boleh djadi dilakukan
dalam hal itu.
Ketentuan: Dalam menjelenggarakan tugas-pemerintahan daerah daerah bagian dapat bekerja
bersama menurut aturan2 umum yang ditetapkan undang-undang federal
Pasal 54
(1) Penjelenggaraan seluruh atau sebagian tugas-pemerintahan suatu daerah-bagian oleh
Republik Indonesia Serikat atau dengan kerdja-sama antara alat²-perlengkapan Republik
Indonesia Serikat dan alat²-perlengkapan daerah-bagian jang bersangkutan, hanjalah
dapat dilaksanakan atas permintaan daerah-bagian jang bersangkutan itu. Bantuan Republik
Indonesia Serikat itu sedapat mungkin terbatas pada tugas pemerintahan jang melampaui
tenaga daerah-bagian itu.
Ketentuan: Penyelenggaraan seluruh atau sebagian tugas-pemerintahan daerah-bagian oleh
Republik Indonesia Serikat melakukan kerja-sama antara alat²-perlengkapan Republik
Indonesia Serikat dan alat²-perlengkapan daerah-bagian yang bersangkutan,
Ketentuan:hanya dapat dilaksanakan atas permintaan daerah-bagian yang bersangkutan itu.
Ketentuan :bantuan terbatas pada tugas pemerintahan yang melampaui tenaga daerah bagian
(2) Untuk memulai dan menjelenggarakan tugas-pemerintahan sesuatu daerah-bagian
dengan tiada permintaan jang bermaksud demikian, Republik Indonesia Serikat hanja
berkuasa dalam hal² jang akan ditentukan oleh Pemerintah federal dengan persesuaian
Senat dan Dewan Perwakilan Rakjat, jakni apabila daerah-bagian itu sangat melalaikan
tugasnja, dan menurut aturan² jang ditetapkan dengan undang-undang federal.
Ketentuan:Republik Indonesia Serikat hanya
berkuasa dalam hal² yang akan ditentukan oleh Pemerintah federal dengan persesuaian
Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat
Ketentuan: Republik Indonesia Serikat berkuasa apabila daerah-bagian itu sangat melalaikan
tugasnya, dan menurut aturan² yag ditetapkan dengan undang-undang federal.

(1) Undang-undang federal menentukan pendapatan2 jang, sebagai pendapatan federasi


sendiri, masuk perbendaharaan Republik Indonesia Serikat; sekalian pendapatan jang lain,
sekadar menurut hukum tidak mendjadi bagian persekutuan-hukum bawahan, masuk
semata-mata untuk kegunaan perbendaharaan daerah-bagian, sebagai pendapatan sendiri bagi
daerah2 itu.

Ketentuan:Undang-undang federal menentukan pendapatan2 jang, sebagai pendapatan


federasi sendiri, masuk perbendaharaan Republik Indonesia Serikat;

(2) Pada pembagian pendapatan2 jang dimaksud ajat diatas diusahakan mentjapai
perimbangan, sehingga baik Republik Indonesia Serikat maupun daerah2-bagian berdaja
membajar segala pembajaran jang bersangkutan dengan penjelenggaraan pemerintahannja,
dari pendapatan2 sendiri.

(3) Dengan tidak mengurangi dasar seperti tersebut dalam ajat jang lalu maka pembagian
pendapatan2 seboleh-bolehnja disesuaikan dengan pembagian penjelenggaraanpemerintahan
seperti ditentukan dalam babakan diatas.

(4) Oleh undang-undang federal dapat ditentukan bahwa atas padjak2 daerah2-bagian
dipungut opcenten untuk keperluan federasi.

Pasal 56
(1) Menurut aturan² jang ditetapkan dengan undang-undang federal kekurangan uang
pada dinas biasa dalam anggaran daerah²-bagian ditutup dengan bantuan-biaja dari kas
perbendaharaan Republik Indonesia Serikat.
(2) Kekurangan uang pada dinas luar biasa boleh ditutup dengan bantuan-biaja jang
sedemikian.

Pasal 57
(1) Pindjaman uang diluar negeri dilaksanakan hanja semata-mata oleh Republik Indonesia
Serikat.
Ketentuan: pinjaman Uang Luar negeri dilaksanakan hanya oleh Republik Indonesia Serikat
(2) Atas permintaan daerah-bagian, Republik Indonesia Serikat boleh melaksanakan
pindjaman uang diluar negeri untuk keperluan daerah-bagian itu.
Ketentuan:Indonesia Serikat boleh melaksanakan pinjaman uang diluar negeri untuk
keperluan daerah-bagian itu.

(3) Untuk melaksanakan pindjaman uang dalam negeri, daerah²-bagian membutuhkan


pensahan lebih dahulu dari Republik Indonesia Serikat.
Ketentuan: memerlukan kesayangan lebih dahulu dari Republik Indonesia Serikat

Pasal 58
(1) Anggaran daerah²-bagian jang kekurangannja ditutup dengan memberatkan
kasperbendaharaan federal atau dengan djalan pindjaman, membutuhkan pensahan
Pemerintah federal.
Pasal 59
(1) Anggaran faedah²-bagian selain dari pada jang tersebut dalam pasal 58 tidaklah
ditjampuri oleh Republik Indonesia Serikat.
(2) Akan tetapi djikalau ternjata kekatjauan dalam kebidjaksanaan-keuangan maka
Pemerintah federal sepakat dengan Senat boleh menghendaki supaja daerah-bagian jang
bersangkutan mengadakan perubahan tertentu dalam anggarannja.
(3) Undang-undang federal menetapkan apa jang dimaksud dengan perkataan kekatjauan
dalam kebidjaksanaan-keuangan, dan membuat aturan² untuk melaksanakan kekuasaan
seperti tersebut dalam ajat diatas, serta mengatur akibatnja berhubungan dengan
pertangguhan jang mungkin terdjadi dalam melaksanakan bagian² jang bersangkutan dalam
anggaran itu.
ketentuan : anggaran daerah bagian selain yang terkandung dalam pasal 58 tidak dicampuri
oleh RIS. Apabila ada kekacauan dalam keuangan makan pemerintahan federal sepakat
dengan senat mengadakan perubahan tertentu dalam anggarannya

Pasal 60
(1) Apa jang ditetapkan dalam pasal 56 sampai dengan pasal 59 tidak boleh dilaksanakan
setjara apapun, sehingga oleh
karena itu terdjadi peristiwa-perubahan dalam pembagian penjelenggaraan-pemerintahan dan
dalam perhubungan keuangan antara Republik Indonesia Serikat dan daerah²-bagian seperti
diterangkan dalam bagian ini.
(2) Teristimewa tidaklah akan dihubungkan sjarat² jang menudju kearah itu kepada
pemberian bantuan oleh Republik Indonesia Serikat kepada daerah²-bagian, dan djuga tidak
kepada pensahan pindjaman uang atau kepada pensahan anggaran.
Ketentuan : Apa yang ditetapkan dalam pasal 56 sampai dengan pasal 59 tidak boleh
dilaksanakan , sehingga itu terjadi peristiwa-perubahan dalam pembagian penyelenggaraan-
pemerintahan dan dalam perhubungan keuangan antara Republik Indonesia Serikat dan
daerah²-bagian.

Pasal 61
Undang-undang federal jang selandjutnja memuat aturan² tentang perhubungan keuangan
antara Republik Indonesia Serikat dengan daerah²-bagian, dimana mungkin akan menentukan
lagi djaminan² lain, sehingga Republik Indonesia Serikat dan daerah²- bagian saling
mendjundjung tinggi sepenuh-penuhnja segala hak dan kekuasaannja.

ketentuan : UU federal memuat aturan-aturan tentang perhubungan keuangan antara


Republik Indonesia Serikat dan daerah bagian. Menjunjung tinggi sepenuhnya segala hak dan
kekuasaannya

Pasal 62
Segala milik harta-benda, piutang dan hak² lain jang diterima dari Indonesia pada pemulihan
kedaulatan mendjadilah hak-milik Republik Indonesia Serikat dan daerah²- bagian, jaitu
sekadar bergantung kepada penjelenggaraan-pemerintahan jang mendjadibeban Republik
Indonesia Serikat ataupun beban daerah²-bagian.

Ketentuan : segala milik harta benda dan hak-hak lainnya yang diterima dari Indonesia pada
pemulihan kedaulatan menjadi hak milik Republik Indonesia Serikat Dan daerah bagian.

Pasal 63
Segala kewadjiban jang diterima dari Indonesia pada pemulihan kedaulatan adalah
kewadjiban Republik Indonesia Serikat.

ketentuan : kewajiban Indonesia pada pemulihan kedaulatan adalah kewajiban dari Republik
Indonesia Serikat
Pasal 64
Daerah² Swapradja jang sudah ada, diakui.
Ketentuan: daerah swapraja telah diakui.

Pasal 65
Mengatur kedudukan daerah² Swapradja masuk dalam tugas dan kekuasaan daerah²- bagian
jang bersangkutan dengan pengertian, bahwa mengatur itu dilakukan dengan kontrak jang
diadakan antara daerah-bagian dan daerah² Swapradja bersangkutan dan bahwa dalam
kontrak itu kedudukan istimewa Swapradja akan diperhatikan dan bahwa tiada suatupun dari
daerah² Swapradja jang sudah ada, dapat dihapuskan atau diperketjil bertentangan dengan
kehendaknja, ketjuali untuk kepentingan umum dan sesudah undang-undang federal jang
menjatakan, bahwa, kepentingan umum menuntut penghapusan atau pengetjilan itu, memberi
kuasa untuk itu kepada pemerintah daerahbagian bersangkutan.

ketentuan : mengatur kedudukan swapraja termasuk dalam kekuasaan daerah bagian. Dengan
diadakan kontrak antar keduanya.dalam kontrak itu kedudukan istimewa Swapradja akan
diperhatikan dan bahwa tiada suatupun dari daerah² Swapradja jang sudah ada, dapat
dihapuskan

Pasal 66
Sambil menunggu peraturan² sebagai dimaksud dalam pasal jang lalu dibuat, maka peraturan²
jang sudah ada tetap berlaku, dengan pengertian, bahwa pendjabat² Indonesia dahulu jang
tersebut dalamnja diganti dengan pendjabat² jang demikian pada daerah-bagian bersangkutan.
Ketentuan : penjabat Indonesia dulu yang tersebut didalamnya [pasal 65] diganti dengan
penjabat pada daerah bagian yang bersangkutan.

Pasal 67
Perselisihan² antara daerah²-bagian dan daerah² Swapradja bersangkutan tentang peraturan²
sebagai dimaksud dalam pasal 65 dan tentang mendjalankannja, diputuskan oleh Mahkamah
Agung Indonesia baik pada tingkat jang pertama dan jang tertinggi djuga, ataupun pada
tingkat apel.
ketentuan : perselisihan antar daerah daerah bagian dan daerah swapradja diputuskan oleh
Mahkamah Agung Indonesia Baik tingkat pertama dan yang tertinggi juga

Ketentuan Umum
Alat²-perlengkapan federal Republik Indonesia Serikat jalah:
a. presiden
b. Menteri
c. Senat;
d. Dewan Perwakilan Rakjat;
e. Mahkamah Agung Indonesia;
f. Dewan Pengawas Keuangan.

Pasal 68
(1) Presiden dan Menteri2 bersama-sama merupakan Pemerintah.
Ketentuan :presiden merupakan pemerintah
Ketentuan:menteri-menteri merupakan pemerintah

(2) Dimana-mana dalam Konstitusi ini disebut Pemerintah, maka jang dimaksud jalah
Presiden dengan seorang atau beberapa atau para menteri, jakni menurut tanggungdjawab
chusus atau tanggung-djawab umum mereka itu.

Ketentuan:yang dimaksud pemerintah ialah presiden dengan seorang atau beberapa menteri

(3) Pemerintah berkedudukan diibu-kota Djakarta, ketjuali djika dalam hal darurat
Pemerintah menentukan tempat jang lain.
Ketentuan: pemerintah berkedudukan di ibu kota jakarta kecuali terjadi hal - hal darurat.

Pasal 69
(1) Presiden jalah Kepala Negara.
Ketentuan:presiden kepala negara

(2) Beliau dipilih oleh orang2 jang dikuasakan oleh pemerintah daerah2-bagian jang tersebut
dalam pasal 2. Dalam memilih Presiden, orang2 jang dikuasakan itu berusaha mentjapai kata-
sepakat.
Ketentuan:presiden di pilih oleh orang orang yang dikuasakan oleh pemerintah daerah daerah
bagian
Ketentuan:orang yang berkuasa berusaha mencapai kata sepakat
(3) Presiden harus orang Indonesia jang telah berusia 30 tahun; Beliau tidak boleh orang jang
tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun orang jang telah
ditjabut haknja untuk dipilih
Ketentuan:Presiden harus orang Indonesia jang telah berusia 30 tahun
Ketentuan:presiden orang yang tidak diperkenakan menjalankan hak pilih atau pun yang
dicabut haknya

Pasal 70
Presiden berkedudukan ditempat-kedudukan Pemerintah.
ketentuan : presiden berkedudukan ditempat pemerintah.

Pasal 71
Presiden sebelum memangku djabatan, mengangkat sumpah (keterangan dan djandji)
menurut tjara agamanja dihadapan orang2 jang dikuasakan oleh daerah2-bagian sebagai
tersebut dalam Pasal 69 dan jang untuk itu bersidang dalam rapat umum, sebagai berikut:
"Saja bersumpah (menerangkan) bahwa saja, untuk dipilih mendjadi Presiden Republik
Indonesia Serikat, langsung ataupun tak langsung, dengan nama atau dengan dalih apapun,
tiada memberikan atau mendjandjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun
djuga. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja, untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu
dalam djabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima dari siapapun djuga, langsung ataupun
tak langsung, sesuatu djandji atau pemberian. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja sekuat
tenaga akan memadjukan kesedjahteraan Republik Indonesia Serikat dan bahwa saja akan
melindungi dan mempertahankan kebebasan2 dan hak2 umum dan chusus sekalian penghuni
Negara. Saja bersumpah (berdjandji) setia kepada Konstitusi dan lagi bahwa saja akan
memelihara dan menjuruh memelihara segala peraturan jang berlaku bagi Republik Indonesia
Serikat, bahwa saja akan mengabdi dengan setia kepada Nusa dan Bangsa dan Negara dan
bahwa saja dengan setia akan memenuhi segala kewadjiban jang ditanggungkan kepada saja
oleh djabatan Presiden Republik Indonesia Serikat, sebagai sepantasnja bagi kepala negara
jang baik."

ketentuan : presiden sebelum memangku jabatan, mengangkat sumpah atau di sumpah


(keterangan dan janji) menurut cara agamanya dihadapan orang-orang yang dikuasakan oleh
daerah-daerah bagian.

Pasal 72
(1) Djika perlu karena Presiden berhalangan, maka Beliau memerintahkan PerdanaMenteri
mendjalankan pekerdjaan djabatannja sehari-hari.
(2) Undang-undang federal mengatur pemilihan Presiden baru untuk hal, apabila Presiden
tetap berhalangan, berpulang atau meletakkan djabatannja.
Ketentuan : presiden diwakilkan oleh Menteri jika tidak bisa hadir(berhalangan)
Ketentuan :dalam Undang Undang Federal diatur pemilihan presiden dengan beberapa
Ketentuan

Pasal 73
Jang dapat diangkat mendjadi Menteri jalah orang jang telah berusia 25 tahun dan jang bukan
orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun orang jang
telah ditjabut haknja untuk dipilih.

Ketentuan : yang bisa. Menjadi menteri ialah orang yg telah berusia 25 tahun
Ketentuan:bukanlah seseorang yang tidak dapat menjalankan hak pilih dll

Pasal 74
(1) Presiden sepakat dengan orang2 jang dikuasakan oleh daerah2-bagian sebagai tersebut
dalam Pasal 69, menundjuk tiga pembentuk Kabinet.

Ketentuan:kesepakatan presiden dengan orang orang yang memiliki kuasa didaerah daerah
bagian untuk menunjuk tiga kabinet yang diatur dalam pasal 69

(2) Sesuai dengan andjuran ketiga pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat seorang dari
padanja mendjadi Perdana-Menteri dan mengangkat Menteri2 jang lain.
Ketentuan:seorang perdana menteri dan seorang Menteri yang lain

(3) Sesuai dengan andjuran ketiga pembentuk itu djuga, Presiden menetapkan siapa2 dari
Menteri2 itu diwadjibkan memimpin departemen masing2. Boleh pula diangkat Menteri2
jang tidak memangku sesuatu departemen..
Ketentuan:menetapkan dari menteri itu wajib memimpin departemen.

(4) Keputusan2 Presiden jang memuat pengangkatan jang diterangkan dalam ajat (2) dan(3)
pasal ini serta ditanda-tangani oleh ketiga pembentuk Kabinet.
Ketentuann:keputusan presiden yang memuat pengakatan

5) Pengangkatan atau penghentian antara-waktu Menteri2 dilakukan dengan keputusan


Pemerintah.
ketentuan: pengangkatan dan penghentian menteri sesuai dengan putusa pemerintah

Pasal 75
(1) Menteri2 jang diwadjibkan memimpin departemen Pertahanan, Urusan Luar-Negeri,
Urusan Dalam-Negeri, Keuangan dan Urusan Ekonomi, dan djuga Perdana-Menteri,
sungguhpun ia tidak diwadjibkan memimpin salah satu departemen tersebut, berkedudukan
chusus seperti diterangkan dibawah ini.
Ketentuan:menteri wajib memimpin departemen Pertahanan, Urusan Luar-Negeri, Urusan
Dalam-Negeri, Keuangan dan Urusan Ekonomi, dan djuga Perdana-Menteri,
Ketentuan:ia tidak diwadjibkan memimpin salah satu departemen tersebut

(2) Menteri2-pembentuk biasanja masing2 memimpin salah satu dari departemen2 tersebut
dalam ajat jang lalu.
Ketentuan:Menteri menteri pembentuk biasanya masing masing memimpin salah satu dari
departemen2

(3) Dalam hal-hal jang memerlukan tindakan dengan segera dan dalam hal hal darurat, maka
para menteri jang berkedudukan chusus bersama-sama berkuasa mengambil keputusan
keputusan jang dalam hal itu dengan kekuatan jang sama, menggantikan keputusan2 Dewan
Menteri jang lengkap. Dalam mengambil keputusan, Menteri2 itu berusaha mentjapai
katasepakat.
Ketentuan:dalam hal hal darurat, maka para menteri jang berkedudukan chusus bersama-
sama berkuasa mengambil keputusan keputusan jang dalam hal itu dengan kekuatan jang
sama, menggantikan keputusan2 Dewan Menteri yang lengkap.

(4) Dalam memusjawaratkan dan memutuskan sesuatu hal jang langsung mengenai sesuatu
pokok jang masuk dalam tugas suatu departemen jang lain dari pada jang tersebut dalam ajat
(1), Menteri Kepala Departemen itu turut serta.

ketentuan : memasyarakatkan dan memutuskan sesuatu hal yang lagsung

Pasal 76
(1) Untuk merundingkan bersama-sama kepentingan2 umum Republik Indonesia Serikat,
Menteri2 bersidang dalam Dewan Menteri jang diketuai oleh Perdana-Menteri atau dalamhal
Perdana-Menteri berhalangan, oleh salah seorang Menteri berkedudukan chusus.
Ketentuan:Menteri memteri bersidang dalam Dewan Menteri yang diketuai oleh Perdana-
Menteri atau dalam hal Perdana-Menteri berhalangan, oleh salah seorang Menteri
berkedudukan chusus.

(2) Dewan Menteri senantiasa memberitahukan segala urusan jang penting kepada Presiden.
Masing2 Menteri berkewadjiban sama berhubung dengan urusan2 jang chusus masuk
tugasnja.
Ketentuan : dewan Menteri selalu memberikan laporan kepada presiden.

Pasal 77
Sebelum memangku djabatannja, Menteri2 mengangkat sumpah (keterangan dan djandji)
dihadapan Presiden menurut tjara agamanja, sebagai berikut: "Saja bersumpah
(menerangkan) bahwa saja, untuk diangkat mendjadi Menteri, langsung ataupun tak
langsung, dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau mendjandjikan ataupun
akan memberikan sesuatu kepada siapapun djuga. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja,
untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dalam djabatan ini, tiada sekalikali menerima
dari siapapun djuga, langsung ataupun tak langsung sesuatu djandji atau pemberian. Saja
bersumpah (berdjandji) setia kepada Konstitusi, bahwa saja akan memelihara segala
peraturan jang berlaku bagi Republik Indonesia Serikat, bahwa saja akan mengabdi dengan
setia kepada Nusa dan Bangsa dan Negara dan bahwa saja akan memenuhi dengan setia
segala kewadjiban jang ditanggungkan kepada saja oleh djabatan Menteri."
ketentuan : Menteri-menteri bersumpah dihadapan presiden.

Pasal 78
Gadji Presiden dan gadji Menteri2, begitu pula ganti-rugi untuk biaja perdjalanan dan biaja
penginapan dan, djika ada, ganti-rugi jang lain2, diatur dengan undang-undang federal.
Ketentuan 102 : gaji, ganti rugi, biaya penginapan, Menteri diatur UU.

Pasal 79
(1) Djabatan Presiden dan Menteri tidak boleh dipangku bersama-sama dengan mendjalankan
djabatan umum apapun didalam dan diluar Republik Indonesia Serikat.
(2) Presiden dan Menteri2 tidak boleh, langsung atau tak langsung, turut serta dalam ataupun
mendjadi penanggung untuk sesuatu badan perusahaan jang berdasarkan perdjandjian untuk
memperoleh laba atau untung jang diadakan dengan Republik Indonesia Serikat atau dengan
sesuatu bagian dari Indonesia.
(3) Mereka tidak boleh mempunjai piutang atas tanggungan Republik Indonesia Serikat,
ketjuali surat2-utang umum.
(4) Jang ditetapkan dalam ajat (2) dan (3) pasal ini tetap berlaku atas mereka selama tiga
tahun sesudah mereka meletakkan djabatannja.
Ketentuan 103 : presiden dan Menteri-menteri tidak boleh, langsung atau tidak langsung turut
serta dalam ataupun menjadi penanggung untuk sesuatu badan perusahaan yang berdasarkan
perjanjian untuk memperoleh laba atau utang.

Pasal 80
(1) Senat mewakili daerah2-bagian.
(2) Setiap daerah-bagian mempunjai dua anggota dalam Senat.
(3) Setiap anggota Senat mengeluarkan satu suara dalam Senat.
ketentuan : senat mewakili daerah-daerah
Ketentuan:setiap daerah mempunyai 2 anggota dalam senat. .
Ketentuan:Setiap anggota Senat mengeluarkan satu suara

Pasal 81
(1) Anggota2 Senat ditundjuk oleh pemerintah daerah2-bagian, dari daftar jang disampaikan
oleh masing2 perwakilan rakjat dan jang memuat tiga tjalon untuk tiap2 kursi.
(2) Apabila dibutuhkan tjalon untuk dua kursi, maka pemerintah bersangkutan bebas untuk
menggunakan sebagai satu, daftar2 jang disampaikan oleh perwakilan rakjat untuk pilihan
kembar itu.
(3) Dalam pada itu daerah2-bagian sendiri mengadakan peraturan2 jang perlu
untukmenundjuk anggota2 dalam Senat.
Ketentuan : anggota senat ditunjuk oleh pemerintahan daerah-daerah Apabila dibutuhkan
calon untuk dua kursi, maka pemerintah bersangkutan bebas untuk menggunakan sebagai
satu,bagian.
Ketentuan:

Pasal 82
Jang boleh mendjadi anggota Senat jalah warga-negara jang telah berusia 30 tahun dan jang
bukan orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun jang
haknja untuk dipilih telah ditjabut.
Ketentuan : yang boleh menjadi anggota senat ialah warga negara yang sudah berusia 30
tahun.

Pasal 83
Anggota2 Senat sebelum memangku djabatannja, mengangkat sumpah (keterangan dan
Ldjandji) dihadapan Presiden atau Ketua Senat jang dikuasakan untuk itu oleh Presiden,
menurut tjara agamanja, sebagai berikut: "Saja bersumpah (menerangkan) bahwa saja untuk
ditundjuk mendjadi anggota Senat, langsung ataupun tak langsung, dengan nama atau dalih
apapun, tiada memberikan atau mendjandjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada
siapapun djuga. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja, untuk melakukan atau
meninggalkan sesuatu dalam djabatan ini tiada sekali-kali menerima, langsung ataupun tak
langsung, dari siapapun djuga sesuatu djandji atau pemberian. Saja bersumpah (berdjandji)
bahwa saja senantiasa akan membantu memelihara Konstitusi dan segala peraturan jang lain
jang berlaku bagi Negara, bahwa saja akan mengabdi sekuat tenaga kepada kesedjahteraan
Republik Indonesia Serikat dan bahwa saja akan mengabdi dengan setia kepada Nusa dan
Bangsa dan Negara."
Ketentuan :anggota-anggota senat sebelum memangku jabatannya mengangkat sumpah
(keterangan dan janji) dihadapan presiden atau ketua senat yang dikuasakan untuk itu oleh
presiden.

Pasal 84
Anggota2 Senat senantiasa boleh meletakkan djabatannja. Mereka memberitahukan hal itu
dengan surat kepada Ketua.
ketentuan : anggota senat boleh berhenti dari jabatan dengan cara memberi surat kepada
ketua

Pasal 85
(1)Presiden mengangkat Ketua Senat dari andjuran jang dimadjukan oleh Senat dan jang
memuat sekurang-kurangnja dua orang, baik dari antaranja sendiri maupun tidak.
Ketentuan:Presiden mengangkat Ketua Senat dari andjuran yang dimajukan oleh Senat

(2) Ketua harus memenuhi sjarat2 jang


termaktub dalam pasal 82.
Ketentuan:ketua harus memenuhi syarat -syarat

(3) Ketua bukan anggota dan mempunjai suara penasehat. Ialah jang memanggil Senat.
Ketentuan:Ketua bukan anggota dan mempunyai suara penasehat

(4) Apabila salah seorang anggota telah diangkat mendjadi Ketua, maka pemerintah
daerahbagian jang bersangkutan menundjuk orang lain mendjadi anggota sebagai
penggantinja..
Ketentuan:apabila telah diangkat ketua pemerintah daerah bagian menunjuk orang lain
sebagai anggota

(5) Senat menundjuk dari antaranja seorang Wakil-Ketua jang tetap mempunjai. keanggotaan
dan hak-suara.
Ketentuan::menujuk seorang wakil ketua

(6) Dalam hal Ketua dan Wakil-Ketua berhalangan atau tidak ada, maka rapat diketuai untuk
sementara oleh anggota jang tertua usianjaª anggota ini tetap mempunjai keanggotaan dan
hak-suara
ketentuan : presiden mengangkat ketua senat dan ketua harus memenuhi syarat pasal 82
Ketentuan:ketua dan wakil. Ketua jika tidak ada maka dapat diketua oleh anggota tertua.

Pasal 86
Sebelum memangku djabatannja, Ketua Senat mengangkat sumpah (keterangan dan djandji)
dihadapan Presiden menurut tjara agamanja, sebagai berikut: "Saja bersumpah
(menerangkan) bahwa saja, untuk diangkat mendjadi Ketua Senat, langsung ataupun tak
langsung, dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau mendjandjikan ataupun
akan memberikan sesuatu kepada siapapun djuga. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja,
untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dalam djabatan ini, tiada sekalikali akan
menerima, langsung ataupun tak langsung, dari siapapun djuga sesuatu djandji atau
pemberian. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja senantiasa akan membantu memelihara
Konstitusi dan segala peraturan jang lain jang berlaku bagi Negara, bahwa saja akan
mengabdi sekuat tenaga kepada kesedjahteraan Republik Indonesia Serikat dan bahwa saja
akan mengabdi dengan setia kepada Nusa dan Bangsa dan Negara."
Ketentuan : sebelum memangku jabatan ketua senat mengangkat sumpah [keterangan dan
janji] dihadapan presiden.
Pasal 87
Senat mengadakan rapat2nja di Djakarta ketjuali djika dalam hal2 darurat Pemerintah
menentukan tempat jang lain.
Ketentuan: Senat mengadakan rapat di Jakarta dan apabila terjadi hal darurat maka
Ditentukan tempat lain

Pasal 88
(1) Rapat2 jang mengenai pokok2 sebagai dimaksud dalam pasal 127 sub a dan pasal 168
harus terbuka bagi umum, ketjuali djika Ketua menimbang perlu ataupun sekurangkurangnja
lima anggota menuntut, supaja pintu ditutup bagi umum.
(2) Sesudah pintu ditutup, rapat memutuskan apakah permusjawaratan dilakukan dengan
pintu tertutup.
(3) Tentang hal2 jang dibitjarakan dalam rapat tertutup dapat djuga diputuskan dengan pintu
tertutup.
Ketentuan: rapat mengenai poko-pokok itu harus terbuka bagi umum.
Ketentuan:apabila pintu ditutup, rapat memutuskan apakah permusjawaratan dilakukan
dengan pintu tertutup.

Pasal 89

Ketua dan anggota2 Senat tidak dapat dituntut dimuka pengadilan karena jang dikatakannja
dalam rapat atau jang dikemukakannja dengan surat kepada madjelis itu, ketjuali djika
mereka dengan itu mengumumkan apa jang dikatakan atau jang dikemukakan dalam rapat
tertutup dengan sjarat supaja dirahasiakan.
Ketentuan : ketua dan anggota senat tidak bisa dituntut dimuka pengadilan.

Pasal 90
(1) Anggota2 Senat mengeluarkan suaranja sebagai orang jang bebas, menurut perasaan
kehormatan dan keinsjafan batinnja, tidak atas perintah atau dengan kewadjiban berembuk
dahulu dengan mereka jang menundjuknja sebagai anggota.
mengeluarkan suaranya sebagai orang yang bebas.

(2) Mereka tidak mengeluarkan suara tentang hal jang mengena dirinja sendiri.
Ketentuan : anggota-anggota senat
Ketentuan:Mereka tidak mengeluarkan suara tentang hal yang mengena dirinya

Pasal 91
Keanggotaan Senat tidak dapat dirangkap dengan keanggotaan Perwakilan Rakjat, dan djuga
tidak dengan djabatan2 federal, jakni djabatan Presiden, Menteri, Djaksa Agung, Ketua,
Wakil-Ketua atau Anggota Mahkamah Agung, Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan
Pengawas Keuangan, Presiden Bank-Sirkulasi dan dengan djabatan2 Wali Negara, Menteri
atau Kepala-departemen daerah-bagian.

Ketentuan : keanggotaan senat itu tidak dapat dirangkap dengan keanggotaan perwakilan
rakyat, dan juga tidak dengan jabatan federal.
Pasal 92
Gadji Ketua Senat, tundjangan2 jang akan diberikan kepada anggota2 dan mungkin djuga
kepada Ketua, begitu pula biaja perdjalanan dan penginapan jang harus didapatnja, diatur
dengan undang-undang federal.
ketentuan : gaji, tunjangan para ketua senat akan diberikan kepada anggota-anggotanya
diatur dengan undang-undang federal.

Pasal 93
(1) Sekalian orang jang menghadiri rapat Senat jang tertutup, wadjib merahasiakan jang
dibitjarakan dalam rapat itu, ketjuali djika madjelis ini memutuskan lain, ataupun djika
kewadjiban merahasiakan itu dihapuskan.
(2) Hal itu berlaku djuga terhadap anggota2, Menteri2 dan pegawai2 jang mendapat tahu
dengan tjara bagaimanapun tentang jang dibitjarakan itu.
ketentuan : setiap orang yang menghadiri rapat tertutup senat wajib merahasiakannyan
termasuk anggota, Menteri, dan pegawai, kecuali jika majelis ini memutuskan lain.

Pasal 94 :
(1) Senat tidak boleh bermusjawarat atau mengambil keputusan, djika tidak hadir lebih dari
seperdua djumlah anggota-sidang.
Ketentuan : senat tidak boleh mengambil keputusan atau bermusyawarah jika tidak dihadiri
dari seperdua jumlah anggota-sidang.

(2) Sekadar dalam Konstitusi ini tidak ditetapkan lain, maka segala keputusan diambil dengan
djumlah terbanjak mutlak suara jang dikeluarkan.
Ketentuan:segala keputusan diambil dengan jumlah terbanyak.

(3) Apabila, pada waktu mengambil keputusan, suara2 sama berat, dalam hal rapat itu
lengkap anggotanja, usul itu dianggap ditolak atau dalam hal lain, mengambil keputusan
ditangguhkan sampai rapat jang berikut. Apabila suara2 sama berat lagi, maka usul itu
dianggap ditolak.
Ketentuan:apabila suara sama waktu ambil keputusan maka usul dinyatakan ditolak atau
ditangguhkan
Ketentuan:apabila telah di tangguhkan dan suara masih sama maka usul dianggap di tolak
(4) Pemungutan suara tentang orang dilakukan dengan rahasia dan tertulis. Apabila suara2
sama berat, maka keputusan diambil dengan undian.
Ketentuan:pemungutan suara dilakukan dengan rahasia dan tertulis
Ketentuan:jika suara sama berat makan di ambil dengan undian

Pasal 95
Senat selekas mungkin menetapkan peraturan ketertibannja.
ketentuan : senat menetapkan peraturan ketertibannya.

Pasal 96
Senat dapat mengundang Menteri2 untuk turut serta dalam permusjawaratannja dan memberi
penerangan dalamnja.
Ketentuan:senat dapat mengundang menteri untuk ikut serta dalam permusyawaratan

Pasal 97
Pada saat jang tersebut dalam pasal 112, maka Senat jang bersidang dibubarkan dan diganti
dengan Senat baru.
Ketentuan :dalam pasal 112, senat yang bersidang dibubarkan dan diganti senat baru.

Nama : Yoga Belgi Pratama


Nim : (02011281722230)
Kelas : A
Pasal 98
Dewan Perwakilan Rakjat mewakili seluruh Rakjat Indonesia dan terdiri dari 150 anggota;
ketentuan ini tidak mengurangi jang ditetapkan dalam ajat kedua pasal 100.

Ketentuan : Dewan Perwakilan Rakyat,mewakili rakyat seluruh Indonesia dan terdiri 150
anggota, tidak mengurangi ayat kedua pasal 100.

Pasal 99
Djumlah anggota dari Negara Republik Indonesia seperdua dari djumlah semua anggota dari
daerah2 Indonesia selebihnja.
Ketentuan : Jumlah anggota Negara RI seperdua dari semua daerah Indonesia.

Pasal 100
(1) Golongan2-ketjil Tionghoa, Eropah dan Arab akan berwakil dalam Dewan Perwakilan
Rakjat dengan berturut-turut 9, 6 dan 3 anggota.
Ketentuan:Ketentuan: Golongan Tinghoa, Eropa, Arab berwakil dalam DPR dengan berturut
9, 6 dan 3 anggota.

(2) Djika djumlah2 itu tidak tertjapai dengan pengutusan atas dasar pasal 109 dan pasal
110, ataupun pasal 111, tidak tertjapai, maka Pemerintah Republik Indonesia Serikat
mengangkat wakil2 tambahan bagi golongan2-ketjil itu. Djumlah anggota Dewan
Perwakilan Rakjat sebagai tersebut dalam pasal 98 ditambah dalam hal itu djika perlu
dengan djumlah pengangkatan2 itu.

Ketentuan: Jika pasal 109 , 110 ,111 tidak tercapai maka pemerintah Republik Indonesia
Serikat mengangkat wakil tambahan bagi golongan kecil itu.

Pasal 101
Jang boleh mendjadi anggota Dewan Perwakilan Rakjat jalah warganegara jang telah berusia
25 tahun dan bukan orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih
ataupun orang jang haknja untuk dipilih telah ditjabut.

Ketentuan : yang boleh menjadi Anggota DPR harus berusia 25 tahun dan bukan orang yang
tidak diperkenankan serta tidak dalam menjalankan hak pilih atau haknya dicabut.

Pasal 102
Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakjat tidak dapat dirangkap dengan keanggotaan
Senat dan djuga tidak dengan djabatan2 jang tersebut dalam pasal 91.
Ketentuan : Keanggotaan DPR tidak bisa dirangkap dengan keanggotaan senat dan tidak
dengan jabatan yang tersebut didalam pasal 91.

Pasal 103
(1) Dewan Perwakilan Rakjat memilih dari antaranja seorang Ketua dan seorang atau
beberapa orang Wakil-Ketua. Pemilihan2 ini membutuhkan pensahan Presiden.
Ketentuan:dewan perwakilan rakyat memilih seorang ketua
Ketentuan:pemilihan membutuhkan pengesahan presiden

(2) Selama pemilihan Ketua dan Wakil-Ketua belum disahkan oleh Presiden, rapat diketuai
untuk sementara oleh anggota jang tertua umurnja.
Ketentuan : selama pemilihan belum disahkan oleh Presiden rapat diketuai oleh anggota yang
tertua

Pasal 104
Anggota2 Dewan Perwakilan Rakjat sebelum memangku djabatannja, mengangkat sumpah
dihadapan Presiden atau Ketua Dewan Perwakilan Rakjat jang dikuasakan untuk itu oleh
Presiden, menurut tjara agamanja, sebagai berikut: "Saja bersumpah (menerangkan) bahwa
saja, untuk dipilih (diangkat) mendjadi anggota Dewan Perwakilan Rakjat, langsung ataupun
tak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau mendjandjikan ataupun
akan memberikan sesuatu kepada siapapun djuga. Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja,
untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dalam djabatan ini, tiada sekali-kali akan
menerima, langsung ataupun tak langsung, dari siapapun djuga sesuatu djandji atau
pemberian. Saja bersumpah (berdjandji), bahwa saja senantiasa akan membantu memelihara
Konstitusi dan segala peraturan jang lain jang berlaku bagi Negara, bahwa saja akan
mengabdi sekuat tenaga
kepada kesedjahteraan Republik Indonesia Serikat dan bahwa saja akan mengabdi dengan
setia kepada Nusa dan Bangsa dan Negara."
Ketentuan: Anggota DPR bersumpah sebelum mengangkat jabatannya.

Pasal 105
Menteri2 duduk dalam Dewan Perwakilan Rakjat dengan suara penasehat. Ketua
memberi kesempatan berbitjara kepadanja, apabila dan tiap2 kali mereka mengingininja.
Ketentuan : Menteri sebagai penasehat dalam DPR dan memberi kesempatan bicara tiap
mereka menginginkannya

Pasal 106
(1) Dewan Perwakilan Rakjat bersidang, apabila Pemerintah menjatakan kehendaknja tentang
itu atau apabila Ketua atau sekurang-kurangnja limabelas anggota menganggap hal itu perlu.
(2) Ketua memanggil rapat Dewan Perwakilan Rakjat.
Ketentuan 130 : DPR bersidang apabila pemerintah berkehendak.
Ketentuan:ketua memanggil Rapat DPR

Pasal 107
Rapat2 Dewan Perwakilan Rakjat terbuka untuk umum, ketjuali djika Ketua menimbang
perlu ditutup ataupun sekurang-kurangnja sepuluh anggota menuntut hal itu.
Ketentuan : Rapat DPR terbuka untuk umum, kecuali ketua menimbang perlu ditutup
sekurangnya 10 anggota menuntut

Pasal 108
Jang ditetapkan untuk Senat dalam pasal 84, 87, 88 ajat kedua dan ketiga, 89, 90, 92, 93,
94 dan 95 berlaku demikian djuga berhubung dengan Dewan Perwakilan Rakjat.

Ketentuan 132 : Ditetapkan untuk senat pasal 84,87,88 ayat kedua dan ketiga 89 sampai 95
berlaku juga yang berhubungan dengan DPR.

Pasal 109
Untuk Dewan Perwakilan Rakjat jang pertama, mengutus anggota2 dari daerah2 selebihnja
jang tersebut dalam pasal 99, diatur dan diselenggarakan dengan perundingan bersama-sama
oleh daerah2-bagian jang tersebut dalam pasal 2, ketjuali Negara Republik Indonesia dengan
memperhatikan asas2 demokrasi dan seboleh-bolehnja dengan perundingan dengan daerah2
jang tersebut dalam pasal 2, sub c jang bukan daerah daerah-bagian.

Ketentuan :DPR mengutus anggota dari daerah daerah selebihnya dalam pasal 99 diatur dan
diselenggarakan dengan perundingan oleh daerah daerah bagian yang tersebut dalam pasal 2
dengan mempertahankan asas demokrasi

(2) Untuk pembagian djumlah2 anggota jang akan diutus diantara daerah2 itu, diambil
sebagai dasar perbandingan djumlah-djiwa rakjat daerah2-bagian tersebut.

Ketentuan:pembagian jumlah anggota antara daerah, diambil dari dasar perbandingan jumlah
jiwa rakyat daerah daerah bagian

Pasal 110
(1) Bagaimana tjaranja anggota diutus ke Dewan Perwakilan Rakjat jang pertama, diatur
oleh daerah2-bagian.
(2) Dimana pengutusan demikian tidak dapat terdjadi dengan djalan pemilihan jang
seumumumumnja, pengutusan itu dapat dilakukan dengan djalan penundjukan anggota2
oleh perwakilan rakjat daerah2 bersangkutan, djika ada disitu perwakilan demikian. Djuga
apabila, karena hal2 jang sungguh, perlu diturut tjara jang lain, akan diusahakan untuk
mentjapai perwakilan jang sesempurna-sempurnanja, menurut kehendak rakjat.

Ketentuan : Anggota DPR Pertama yang diutus Oleh daerah-daerah bagian, pengutusan yang
dilakukan dengan cara penunjukan anggota2 oleh perwakilan rakyat yang bersangkutan.

Pasal 111
(1) Dalam tempo satu tahun sesudah Konstitusi mulai berlaku, maka diseluruh Indonesia
Pemerintah memerintahkan mengadakan pemilihan jang bebas dan rahasia untuk menjusun
Dewan Perwakilan Rakjat jang dipilih setjara umum.
(2) Undang-Undang federal mengadakan aturan2 untuk pemilihan Dewan Perwakilan Rakjat
baru jang dimaksud dalam ajat (1) dan menentukan pembagian djumlah2 anggota jang akan
diutus, antara daerah2 selebihnja jang tersebut dalam pasal 99.

Ketentuan: Dalam tempo satu tahun sesudah konstitusi berlaku, maka rakyat indonesia dapat
memilih Dewan Perwakilan Rakyat secara umum dan Rahasia.

Pasal 112
Pada saat jang akan ditetapkan oleh Pemerintah, selekas mungkin sesudah pemilihan jang
dimaksud dalam pasal 111 Dewan Perwakilan Rakjat pertama dibubarkan dan diganti dengan
Dewan Perwakilan Rakjat jang dipilih itu.
Ketentuan : Pada saat ketetapan Pemerintah,pemilihan yang dimaksud dalam pasal 11,Dewan
Perwakilan Rakyat yang dahulu dibubarkan dan diganti Dewan Perwakilan Rakyat yang baru
dipilih itu.

Pasal 113
Maka adalah suatu Mahkamah Agung Indonesia jang susunan dan kekuasaannja diatur
dengan undang-undang federal.
Ketentuan : Mahkamah Agung Indonesia yang susunan dan kekuasaannya diatur oleh
Undang-undang faderal.
Pasal 114
(1) Untuk pertama kali dan selama undang-undang federal belum menetapkan lain, Ketua,
Wakil-Ketua dan anggota2 Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden setelahmendengarkan
Senat. Pengangkatan itu adalah untuk seumur hidup; ketentuan ini tidak mengurangi jang
ditetapkan dalam ajat2 jang berikut.
Ketentuan :pertama kali dan selama Undang undang federal belum menetapkan,ketua wakil
ketua dan anggota anggota Mahkamah Agung di angkat oleh Presiden setelah mendengar
senat

(2) Undang-undang federal dapat menetapkan, bahwa Ketua, Wakil-Ketua dan


anggota2 ,Mahkamah Agung diperhentikan, apabila mentjapai usia jang tertentu.
Ketentuan:undang undang federal dapat menetapkan Ketua wakil ketua dan anggota anggota
Ketentuan:Mahkamah Agung diberhentikan apabila mencapai usia tertentu

(3) Mereka dapat dipetjat atau diperhentikan menurut tjara dan dalam hal jang ditentukan
oleh undang-undang federal.
Ketentuan:mereka dapat diberhentikan dalam hal yang ditentukan undang undang federal

(4) Mereka dapat diperhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri.


Ketentuan:presiden aapt memberhentikan Mahkamah Agung apabila mereka meminta

Pasal 115
Maka adalah suatu Dewan Pengawas Keuangan jang susunan dan kekuasaannja diatur
dengan undang-undang federal.
Ketentuan ; DPK susunan san kekuasaannya diatur oleh undang undang federal.

Pasal 116
(1) Untuk pertama kali dan selama undang-undang federal belum menetapkan lain, Ketua,
Wakil-Ketua dan anggota2 Dewan Pengawas Keuangan diangkat oleh Presiden setelah
mendengarkan Senat. Pengangkatan itu adalah untuk seumur hidup; ketentuan ini tidak
mengurangi jang ditetapkan dalam ajat2 jang berikut.
(2) Undang-undang federal dapat menetapkan bahwa Ketua, Wakil-Ketua dan anggota2
diperhentikan, apabila mentjapai usia jang tertentu.
(3) Mereka dapat dipetjat atau diperhentikan menurut tjara dan dalam hal jang ditentukan
dengan undang-undang federal..
(4) Mereka dapat diperhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri.

Ketentuan : Untuk pertama kalinya undang-undang federal belum menetapkan ketua, wakil,
anggota² dewan pengawas keuangan diangkat oleh presiden setelah mendengarkan senat.
Penetapnnya juga sesuai dengan undang-undang federal.
Pasal 118

(1) Presiden tidak dapat diganggu-gugat

Ketentuan:presiden tidak dapat diganggu gugat

(2) Menteri2 bertanggung-djawab atas seluruh kebidjaksanaan Pemerintah, baik

bersama-sama untuk seluruhnja, maupun masing2 untuk bagiannja sendiri2 dalam hal itu.

Ketentuan :menteri² bertanggungjawab atas kebijaksanaan pemerintah.

Pasal 119

Sekalian keputusan Presiden serta ditanda-tangani oleh Menteri2 jang bersangkutan, ketjuali jang
ditetapkan dalam pasal 74, ajat keempat.

Ketentuan : Keputusan Presiden ditanda tangani oleh menteri yang bersangkutan, kecuali yang
ditetapkan pada pasal 74 ayat (4).

Pasal 120

(1) Dewan Perwakilan Rakjat mempunjai hak interpelasi dan hak menanjaª anggota2

mempunjai hak menanja.

Ketentuan DPT mempunyai hak interpelasi

Ketentuan:DPR mempunyai hak menanya

Ketentuan: Anggota mempunyai hak menanya

(2) Menteri2 memberikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat, baik dengan lisan maupun dengan
tertulis, segala penerangan jang dikehendaki menurut ajat jang lalu dan jang pemberiannja dianggap
tidak berlawanan dengan kepentingan umum Republik Indonesia Serikat.

Ketentuan : Menteri menteri memberi penerangan kepada DPR baik dengan lisa maupun tertulis
Ketentuan: penerangan yang dikehendaki menurut ayat lalu dan pemberian yg dianggap tidak
berlawanan dengan kepentingan umum Republik Indonesia Srikat

Pasal 121

Dewan Perwakilan Rakjat mempunjai hak menjelidik (enquete), menurut aturan2 jang

ditetapkan dengan undang-undang federal.

Ketentuan : Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak menyelidik, menurut aturan undang-undang
federal.

Pasal 122

Dewan Perwakilan Rakjat jang ditundjuk menurut pasal 109 dan 110 tidak dapat memaksa Kabinet
atau masing2 Menteri meletakkan djabatannja.

Ketentuan : Dewan Perwakilan Rakyat yang ditunjuk tidak dapat memaksa kabinet atau masing²
menteri meletakkan jabatannya. Sesuai dengan pasal 109 dan 110

Pasal 123

(1) Pemerintah mendengarkan Senat tentang segala hal, apabila dianggapnja perlu untuk itu.

Ketentuan:pemerintah mendengarkan senat tentang segala hal bila dianggap perlu

(2) Senat dapat memberikan nasehat kepada Pemerintah atas kehendaknja sendiri tentang segala
hal apabila dianggapnja perlu untuk itu.

Ketentuan:senat dapat memberikan nasehat kepada pemerintah atas kehendaknya sendiri

(3) Senat didengarkan tentang urusan2 penting jang chusus mengenai satu, beberapa atau semua
daerah-bagian atau bagian2nja, ataupun jang chusus mengenai perhubungan antara Republik
Indonesia Serikat dan daerah2 jang tersebut dalam pasal 2. Aturan ini mempunjai ketjuali, djika,
karena keadaan2 jang mendesak, perlu diambil tindakan jang segera, sedang Senat tidak bersidang.

Ketentuan: Senat didengarkan tentang urusan2 penting yang khusus mengenai satu beberapa atau
semua daerah-bagian atau bagian2nya,

Ketentuan:aturan ini mempunyai kecuali jika keadaan mendesak perlu mengambil tindakan yang
segera sedangkan senat tidak bersidang

(4) Senat didengarkan, ketjuali dalam hal sebagai diterangkan dalam suku kedua ajat jang lalu,
tentang segala rantjangan undang-undang darurat sebagai dimaksud dalam pasal 139.

Ketentuan:senat didengarkan kecuali dalam hal sebagai sesuai ayat dia yang lalu tentang segala
rancangan undang-undang
(5) Pemerintah memberitahukan kepada Senat segala keputusan tentang hal2 jang dalamnja Senat
telah didengarkan.

Ketentuan:pemerintah memberitahu senat segala keputusan yang telah senat didengarkan

(6) Djika Senat telah didengarkan, maka hal itu diberitahukan dikepala surat2-keputusan

bersangkutan.

Ketentuan :jika senat telah didengarkan makan diberitahukan surat-surat keputusan bersangkutan

Pasal 124

(1) Senat dapat, baik dengan lisan maupun dengan tertulis, meminta keterangan kepada
Pemerintah.

Ketentuan:senat dapat dengan lisan meminta keterangan kepada pemerintah

Ketentuan:senat dapat dengan tertulis meminta keterangan kepada pemerintah

(2) Pemerintah memberikan keterangan itu, ketjuali djika menurut timbangannja hal itu berlawanan
dengan kepentingan umum Republik Indonesia Serikat.

Ketentuan : pemerintah memberikan keterangan kecuali menurut timbangannya berlawanan


dengan kepentingan umum

Pasal 125

Pegawai2 Republik Indonesia Serikat diangkat menurut aturan jang ditetapkan dengan undang-
undang federal.

Ketentuan : Pegawai RIS diangkat menurut aturan yang diterapkan dengan undang-undang Federal.

Pasal 126

Presiden memberikan tanda2 kehormatan jang diadakan dengan undang-undang federal.

Ketentuan : Presiden memberikan tanda² kehormatan yang diadakan undang² federal.

Pasal 127

Kekuasaan perundang-undangan federal, sesuai dengan ketentuan2 bagian ini, dilakukan

oleh:
a. Pemerintah, bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat dan Senat, sekadar hal itu mengenai
peraturan2 tentang hal2 jang chusus mengenai satu, beberapa atau semua daerah bagian atau
bagian2nja, ataupun jang chusus mengenai perhubungan antara Republik Indonesia Serikat dan
daerah2 jang tersebut dalam pasal 2;

Ketentuan:pemerintah dengan Dewan Perwakilan rakyat mengenai praturan praturan tentang hal
hal yang khusus mengenai satu , beberapa, semua daerah bagian atau bagian bagiannya yang khusus
mengenai perhubungan antara Republik Indonesia Srikat dan daerah daerah tersebut dalam pasal 2

b. Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat, dalam seluruh lapangan pengaturan
selebihnja.

Ketentuan : pemerintah dengan dewan perwakilan Rakyat dalam seluruh lapangan pengaturan
selebihnya

Pasal 128

(1) Usul Pemerintah tentang undang-undang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat dengan
amanat Presiden dan dikirimkan serentak kepada Senat untuk diketahui.

Ketentuan: usul pemerintah tentang undang-undang disampaikan Ke Dewan perwakilan Rakyat

Ketentuan:amanat presiden dikirimkan serentak kepada senat untuk diketahui

(2) Senat berhak memadjukan usul undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakjat tentang hal2
sebagai tersebut dalam pasal 127, sub a. Apabila Senat menggunakan hak ini, maka hal itu
diberitahukannja serentak kepada Presiden, dengan menjampaikan salinan usul itu.

Ketentuan:Sejak berhak memajukan usul undang undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat tentang
hal hal dalam pasal 127

(3) Dewan Perwakilan Rakjat berhak memadjukan usul undang-undang kepada

Pemerintah.:

Ketentuan :Dewan perwakilan rakyat berhak memajukan usul Undang undang ke pemerintah

Pasal 129

Dewan Perwakilan Rakjat berhak mengadakan perubahan2 dalam usul undang-undang jang
dimadjukan oleh Pemerintah atau Senat kepadanja, ketjuali jang ditetapkan dalam pasal 132.

Ketentuan : DPR berhak mengadakan perubah² dalam usulan undang-undang yang diajukan oleh
pemerintah atau senat, kecuali yang ditetapkan dalam pasal 132.
Pasal 130

(1) Sekalian usul undang-undang jang telah diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat dan, djika usul2
itu mengenai urusan sebagai diterangkan dalam pasal 127, sub a, telah dirundingkan oleh Senat
sesuai dengan jang ditetapkan dalam pasal 131 dan pasal2 berikutnja, memperoleh kekuatan
undang-undang, apabila sudah disahkan oleh Pemerintah

Ketentuan: usul undang undang yang diterima Dewan Perwakilan Rakyat jika usul itu mengenai
urusan diterangkan dalam pasal 127,sub a telah dirundung oleh senat sesuai dalam. Pasal 131 dan
pasal 2

Ketentuan:memperoleh kekuatan undang undang apabila sudah disahkan oleh pemerintah

(2) Undang-undang federal tidak dapat diganggu-gugat.

Ketentuan:undang undang federal yang telah diterima,disahkan tidak dapat di ganggu gugat

Pasal 131

Usul undang-undang dirundingkan oleh Senat, berdasarkan kekuasaannja turut serta membuat
undang-undang, djika baik Pemerintah, maupun Dewan Perwakilan Rakjat ataupun Senat sendiri
menimbang, bahwa usul itu mengenai pengaturan urusan jang masuk dalam jang diterangkan dalam
pasal 127, sub a.

Ketentuan : Senat merundingkan usul undang² bersadasarkan kekusaannya, baik pemerintah


maupun Dewan Perwakilan Rakyat ataupun senat menimbang usul mengenai pengaturang yang
masuk dalam pasal 127 sub a

Pasal 132

(1) Apabila Senat menolak usul jang sebelum itu sudah diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat,
maka sungguhpun demikian, usul itu dapat djuga disahkan oleh Pemerintah, djika Dewan Perwakilan
Rakjat menerimanja dengan tidak mengubahnja lagi dan dengan sekurang kurangnja duapertiga dari
djumlah suara anggota2 jang hadir.

Ketentuan:jika senat menolak usul yang sebelumny sudah diterima Dewan Perwakilan Rakyat, usul
itu dapat disahkan oleh pemerintah

Ketentuan:apabila undang undang ditolak senat, Dewan perwakilan rakyat dapat


mengisahkan,menerima dan tidak mengubahnya lagi dengan sekurang kurangnya dua pertiga dari
jumlah suara anggota yang hadir
(2) Keputusan jang tersebut dalam ajat pertama, hanja akan dapat diambil oleh Dewan Perwakilan
Rakjat dalam rapat jang dalamnja sekurang-kurangnja hadir duapertiga dari djumlah anggota sidang.

Ketentuan : keputusan tersebut dalam. Ayat pertama dapat di ambil oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dalam rapat yang sekurangnya dua pertiga yang hadir dari jumlah anggota sidang

Pasal 133

(1) Apabila Dewan Perwakilan Rakjat menerima usul undang-undang Pemerintah dengan
mengubahnja ataupun tidak, maka usul itu dikirimkannja dengan memberitahukan hal itu, kepada:
a. Senat, djika usul itu mengenai pengaturan suatu urusan sebagai diterangkan dalam pasal 127, sub
a, dengan pemberitahuan serentak kepada Presiden; b. Presiden, djika usul itu mengenai
pengaturan urusan jang lain. (2) Apabila Dewan Perwakilan Rakjat menerima usul jang dimadjukan
kepadanja oleh Senat, maka usul itu dikirimkannja: a. djika diubahnja, kepada Senat untuk
dirundingkan lebih djauh; b. djika tidak diubahnja, kepada Pemerintah untuk disahkan. Dalam hal
sub a Dewan Perwakilan Rakjat memberitahukan hal itu kepada Presiden, dalam hal sub b kepada
Senat.

Ketentuan : Usul yang diubah akan diterima melakui Dewan Perwakilan Rakyat, usul yang diajukan
senat jika menganai pasal 127 dengan pemberitahuan presiden, apabila Dewan Perwaklian Rakyat
menerima usul itu maka akan dirundingkan lebih jauh,maka dpr memberitahu presiden.

Pasal 134

Apabila Dewan Perwakilan Rakjat menolak usul undang-undang Pemerintah, maka hal itu
diberitahukannja kepada Presiden dan djuga kepada Senat, djika usul itu mengenai urusan jang
tersebut dalam pasal 127, sub a.

Ketentuan : Apabila dewan perwakilan rakyat menolak usul undang² pemrintahan, maka
diberitahukan kepada presiden, jika usulnya mengenainpasal 127

Ketentuan:Apabila dewan perwakilan rakyat menolak usul undang² pemrintahan, maka


diberitahukan kepada senat jika usulnya mengenainpasal 127

Pasal 135

(1) Dewan Perwakilan Rakjat, apabila memutuskan akan mengandjurkan usul undangundang,
mengirimkan usul itu untuk dirundingkan kepada Senat, djika usul itu mengenai pengaturan urusan
jang tersebut dalam pasal 127, sub a, dengan pemberitahuan serentak kepada Presiden.

Ketentuan:Dewan perwakilan Rakyat Tiongkok memutuskan akan menganjurkan usul undang


undang
Ketentuan:mengirimkan usul itu untuk dirundingkan kepada senat

Ketentuan :usul itu mengenai pengaturan urusan yang tersebut dalam pasal 127,sub a, dengan
pemberitahuan serentak kepada Presiden

(2) Dalam sekalian hal jang lain Dewan Perwakilan Rakjat mengirimkan usulnja tentang
undangundang, untuk disahkan oleh Pemerintah, kepada Presiden dan serentak kepada Senat untuk
diketahui.

Ketentuan : dalam. Sekalian hal yang lain dewan perwakilan rakyat Mengirimkan usulnya tentang
undang-undang untuk disahkan oleh pemerintah, kepada Presiden

Ketentuan:Serentak kepada senat untuk diketahui

Pasal 136

(1) Apabila Senat menerima pula usul jang telah diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat, maka usul
itu dikirimkannja dengan memberitahukan hal itu kepada Presiden, untuk disahkan oleh Pemerintah
dan keputusannja diberitakannja serentak kepada Dewan Perwakilan Rakjat.

Ketentuan:apabila senat menerima usul yang telah diterima oleh DPR

Ketentuan:usul itu dikirimkannya dengan memberitahukan hal itu kepada Presiden

Ketentuan : keputusan tersebut disahkan oleh pemerintah

Ketentuan:keputusan diberitakan serentak kepada Dewan Perwakilan Rakyat

(2) Apabila Senat menolak usul jang sebelum itu sudah diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat,
maka usul itu dikirimkannja dengan memberitahukan hal itu kepada Presiden, dengan pemberitaan
serentak kepada Dewan Perwakilan Rakjat.

Ketentuan:apabila senat menolak usul yang sebelumnya sudah diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat

Ketentuan:maka usul itu dikirimkannya dengan memberitahukan hal itu kepada Presiden

Ketentuan;dengan pemberitaan serentak kepada Dewan Perwakilan Rakyat


(3) Pemerintah dapat menjampaikan sekali lagi usul jang telah ditolak oleh Senat, kepada Dewan
Perwakilan Rakjat untuk diulang dirundingkan sesuai dengan pasal 132. Apabila Pemerintah
memutuskan untuk berbuat demikian, maka jang ditetapkan dalam ajat pertama pasal 128 berlaku
demikian djuga.

Ketentuan: pemerintah dapat menyampaikan sekali lagi usul yang telah ditolak oleh senat

Ketentuan :Dewan perwakilan rakyat dapat mengulang usul dan dirundingkan sesuai dengan pasal
132

Ketentuan: Apabila pemerintah memutuskan untuk berbuat demikian maka yang ditetapkan dalam
ayat pertama pasaln128 berlaku demikian juga

Pasal 137

(1) Apabila Dewan Perwakilan Rakjat pada pengulangan perundingan sesuai dengan pasal 132,
menerima usul undang-undang, maka usul itu dikirimkannja kepada Presiden untuk disahkan oleh
Pemerintah dan keputusannja diberitahukannja serentak kepada Senat.

Ketentuan : Apabila DPR pada pengulangan perundingan sesuai dengan pasal 132,menerima usul
undang-undang maka usul itu dikirimkannya kepada Presiden

Ketentuan:dan disahkan oleh pemerintah

Ketentuan:keputusannya diberitahukannya serentak kepada senat

(2) Apabila Dewan Perwakilan Rakjat pada pengulangan perundingan menolak usul undangundang
maka hal itu diberitahukannja kepada Presiden dan kepada Senat.

Ketentuan:Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menolak usul undang undang maka hal itu
diberitakannya kepada Presiden

Ketentuan:Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menolak usul undang undang maka hal itu
diberitakannya kepada Senat

Ketentuan:Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menolak usul undang undang saat pengulangan maka
hal itu diberitahukan kepada Senat

Pasal 138

(1) Selama suatu usul undang-undang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat sesuai dengan
ketentuan2 jang lalu dalam bagian ini, dan–djika usul itu mengenai urusan sebagai diterangkan
dalam pasal 127, sub a–belum dirundingkan oleh Senat, maka usul itu dapat ditarik kembali oleh
alat-perlengkapan jang memadjukannja.
Ketentuan: selama usul undang - undang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat sesuai
dengan ketentuan yang lalu maka usul dapat ditarik kembali oleh alat perlengkapannya yang
memajukannya

Ketentuan:jika usul itu mengenai urusan sebagai diterangkan dalam pasal 127, sub a–belum
dirundingkan oleh Senat, maka usul itu dapat ditarik kembali oleh alat-perlengkapan yang
memajukannya.

(2) Pemerintah harus mensahkan usul undang-undang jang sudah diterima, ketjuali djika ia dalam
satu bulan sesudah usul itu disampaikan kepadanja untuk disahkan, menjatakan keberatannja jang
tak dapat dihindarkan.

Ketentuan:pemerintah harus mengisahkan usul undang undang yang sudah diterima

Ketentuan:Kecuali jika ia dalam satu bulan sesudah usul itu disampaikan untuk disahkan menyatakan
keberatannya yang tidak dapat dihindarkan

(3) Pensahan oleh Pemerintah, ataupun keberatan Pemerintah sebagai dimaksud dalam ajat jang
lalu, diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakjat dan kepada Senat dengan

Ketentuan : Pemerintah harus mengesahkan usul undang-undang yang sudah diterima, kecuali jika
ia dalam satu bulan sesudah usul itu disampaikan kepadanya untuk disahkan, menyatakan keberatan
yang tak dapat dihiraukan.

Pasal 139

(1) Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung-djawab sendiri menetapkan undangundang darurat
untuk mengatur hal2 penjelenggaraan-pemerintahan federal jang karena keadaan2 jang mendesak
perlu diatur dengan segera.

Ketentuan: pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung jawab sendiri menetapkan undang undang
darurat.

Ketentuan:untuk mengatur hal2 penyelenggaraan-pemerintahan federal yang karena keadaan2


yang mendesak perlu diatur dengan segera.

(2) Undang-undang darurat mempunjai kekuasaan dan kuasa undang-undang federalª ketentuan ini
tidak mengurangi jang ditetapkan dalam pasal jang berikut.

Ketentuan : undang undang darurat mempunyai kekuasan


Ketentuan:kuasa undang-undang federal ketentuan ini tidak mengurangi yang ditetapkan dalam
pasal yang berikut.

Pasal 140

(1) Peraturan2 jang termaktub dalam undang-undang darurat, segera sesudah ditetapkan,
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat jang merundingkan peraturan itu menurut jang
ditentukan tentang merundingkan usul undang-undang Pemerintah.

Ketentuan:praturan praturan dalam undang -undang darurat, segera sesudah ditetapkan,


disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat yang merundingkan menurut yang ditentukan,
merundingkan usul undang-undang Pemerintah

(2) Djika suatu peraturan jang dimaksud dalam ajat jang lalu, waktu dirundingkan sesuai dengan
ketentuan2 bagian ini, ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakjat, maka peraturan itu tidak berlaku lagi
karena hukum.

Ketentuan; jika suatu peraturan yang dimaksud dalam ayat yang lalu dirundingkan sesuai dengan
ketentuan ketentuan bagian bagian ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat maka peraturan itu tidak
berlaku lagi

(3) Djika undang-undang darurat jang menurut ajat jang lalu tidak berlaku lagi, tidak mengatur segala
akibat jang timbul dari peraturannja–baik jang dapat dibetulkan maupun jang tidak– maka undang-
undang federal mengadakan tindakan2 jang perlu tentang itu.

Ketentuan:jika undang undang darurat menurut ayat yang lalu tidak berlaku lagi tidak mengatur
segala akibat yang timbul dari peraturannya baik yang dapat dibetulkan maupun yang tidak maka
undang undang federal mengadakan tindakan yang perlu

(4) Djika peraturan jang termaktub dalam undang-undang darurat itu diubah dan ditetapkan sebagai
undang-undang federal, maka akibat2 perubahannja diatur pula sesuai dengan jang ditetapkan
dalam ajat jang lalu.

Ketentuan:Jika peraturan yang termaksud dalam undang undang darurat itu diubah lalu ditetapkan
maka akibat perubahannya diatur pula sesuai dengan ditetapkan ayat yang lalu.

Pasal 141

(1) Peraturan2 pendjalankan undang-undang ditetapkan oleh Pemerintah. Namanja jalah

peraturan-Pemerintah.

Ketentuan:peraturan undang undang ditetapkan oleh pemerintah


Ketentuan:namanya ialah peraturan pemerintah

(2) Peraturan-Pemerintah dapat mengantjamkan hukuman2 atas pelanggaran aturan2nja. Batas2


hukuman jang akan ditetapkan diatur dengan undang-undang federal.

Ketentuan : peraturan pemerintah dapat menganyamkan hukuman hukuman atas pelanggaran


aturan aturannya,.

Ketentuan:Batas batas hukuman yang akan ditetapkan diatur dengan undang-undang federal

Pasal 142

(1) Undang-undang federal dan peraturan-Pemerintah dapat memerintahkan kepada alat2


perlengkapan lain dalam Republik Indonesia Serikat mengatur selandjutnja pokok2 jang tertentu
jang diterangkan dalam ketentuan2 undang-undang dan peraturan itu.

Ketentuan:undang undang federal dapat memerintahkan kepada alat alat perlengkapan lain dalam
republik Indonesia serikat

Ketentuan:peraturan pemerintah dapat memerintahkan kepada alat alat perlengkapan lain dlam
republik Indonesia serikat

Ketentuan:pokok pokok tertentu yang di terangkan dalam ketentuan ketentuan undang undang

Ketentuan:pokok pokok tertentu yang di terangkan dalam ketentuan ketentuan peraturan

(2) Undang-undang dan peraturan-Pemerintah jang bersangkutan memberikan aturan2 tentang


pengumuman peraturan2 demikian.

Ketentuan : Undang-undang federal memberikan aturan aturan tentang pengumuman praturan


demikian

Ketentuan:peraturan pemerintah memberikan aturan aturan tentang pengumuman praturan


praturan pendidikan

Pasal 143

(1) Undang-undang federal mengadakan aturan2 tentang mengeluarkan, mengumumkan dan mulai
berlakunja undang-undang federal dan peraturan2-Pemerintah.

Ketentuan:Undang-undang mengadakan aturan-aturan tentang mengeluarkan

Ketentuan:Aturan tentang mengumumkan

Ketentuan:Aturan berlakunya undangan federal

Ketentuan : undang undang federal mengadakan aturan tentang peraturan pemerintah


(2) Pengumuman, terdjadi dalam bentuk menurut undang-undang, adalah sjarat tunggal untuk
kekuatan mengikat.

Ketentuan : pengumuman terjadi dalam bentuk menurut undang-undang adalah syarat tunggal
kekuatan mengikat

Pasal 144

(1) Perkara perdata dan perkara hukuman perdata, semata-mata masuk perkara jang diadili oleh
pengadilan2 jang diadakan atau diakui dengan atau atas kuasa undangundang, termasuk dalamnja
hakim daerah Swapradja, hakim adat dan hakim agama.

Ketentuan:Perkara perdata semata-mata masuk perkara yang diadili oleh pengadilan2 yang
diadakan

Ketentuan:Perkara perdata semata-mata masuk perkara yang diadili oleh pengadilan2 yang diakui
dengan atas kuasa

Ketentuan:perkara hukuman perdata, semata-mata masuk perkara yang diadili oleh pengadilan2
yang diadakan

Ketentuan:perkara hukuman perdata, semata-mata masuk perkara yang diadili oleh pengadilan2
yang di akui dengan atas kuasa

Ketentuan: undangundang, termasuk dalamnja hakim daerah Swapradja, hakim adat dan hakim
agama.

(2) Mengangkat dalam djabatan kehakiman jang diadakan dengan atau atas kuasa undangundang,
didasarkan semata-mata pada sjarat kepandaian, ketjakapan, dan kelakuan takbertjela jang
ditetapkan dengan undang-undang. Memperhentikan, memetjat untuk sementara dan memetjat
dari djabatan jang demikian hanja boleh dalam hal2 jang ditentukan dengan undang-undang.

Ketentuan : mengangkat jabatan kehakiman yang diadakan dengan atas kuasa undang undang,
didasarkan semata mata syarat kepandaian, kecakapan, kelakuan takbercela yang ditetapkan
dengan undang undang

Ketentuan: Memperhentikan, memetjat untuk sementara dan memetjat dari djabatan jang demikian
hanja boleh dalam hal2 jang ditentukan dengan undang-undang.
Pasal 145

(1) Segala tjampur-tangan, bagaimanapun djuga, oleh alat2-perlengkapan jang bukan perlengkapan
kehakiman, terlarang, ketjuali djika diizinkan oleh undang-undang.

Ketentuan: segala campur tangan bagaimanapun juga oleh alat perlengkapan kehakiman, terlarang,
kecuali jika diizinkan oleh undang undang

(2) Asas ini hanja berlaku terhadap pengadilan Swapradja dan pengadilan adat, sekadar telah diatur
tjara meminta pertimbangan kepada hakim jang ditundjuk dengan undangundang.

Ketentuan :asas ini hanya berlaku terhadap pengadilan adat sekedar telah diatur cara meminta
pertimbangan kepada hakim yang ditunjuk undang undang

Ketentuan:asas ini hanya berlaku terhadap pengadilan swapraja sekedar telah diatur cara meminta
pertimbangan kepada hakim yang ditunjuk undang undang

Pasal 146

(1) Segala keputusan kehakiman harus berisi alasan2nja dan dalam perkara hukuman harus
menjebut aturan2 undang-undang dan aturan2 hukum adat jang didjadikan dasar hukuman itu

Ketentuan:segala keputusan kehakiman harus berisi alasanya

Ketentuan:dalam perkara hukuman harus menjebut aturan aturan undang-undang

Ketentuan:aturan aturan hukum adat jang dijadikan dasar hukuman itu

(2) Lain daripada ketjuali2 jang ditetapkan oleh undang-undang, sidang pengadilan terbuka untuk
umum. Untuk ketertiban dan kesusilaan umum, hakim boleh menjimpang dari aturan ini.

Ketentuan:Lain dari pada kecuali yang ditetapkan oleh undang undang sidang pengadilan untuk
umum

Ketentuan: Untuk ketertiban dan kesusilaan umum, hakim boleh menyimpang dari aturan ini.

(3) Keputusan senantiasa dinjatakan dengan pintu terbuka.

Ketentuan: keputusan senantiasa dinyatakan dengan pintu terbuka


Pasal 147

(1) Mahkamah Agung Indonesia jalah pengadilan federal tertinggi.

Ketentuan:Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan federal tertinggi

(2) Pengadilan2 federal jang lain dapat diadakan dengan undang-undang federal, dengan pengertian,
bahwa dalam Distrik Federal Djakarta akan dibentuk sekurang-kurangnja satu pengadilan federal
jang mengadili dalam tingkat pertama, dan sekurang-kurangnja satu pengadilan federal jang
mengadili dalam tingkat apel.

Ketentuan: pengadilan federal yang dapat diadakan dengan undang undang federal

Ketentuan:dengan pengertian, bahwa dalam Distrik Federal Djakarta akan dibentuk sekurang-
kurangnja satu pengadilan federal jang mengadili dalam tingkat pertama,

Ketentuan:sekurang-kurangnya satu pengadilan federal jang mengadili dalam tingkat apel.

Pasal 148

(1) Presiden, Menteri2, Ketua dan anggota2 Senat, Ketua dan anggota2 Dewan Perwakilan Rakjat,
Ketua, Wakil-Ketua dan anggota2 Mahkamah Agung, Djaksa Agung pada Mahkamah ini, Ketua,
Wakil-Ketua dan anggota2 Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank-Sirkulasi serta pegawai2,
anggota2 madjelis2 tinggi dan pendjabat2 lain jang ditundjuk dengan undangundang federal, diadili
dalam tingkat pertama dan tertinggi djuga dimuka Mahkamah Agung, pun sesudah mereka berhenti,
berhubung dengan kedjahatan-dan pelanggaran-djabatan serta kedjahatan dan pelanggaran lain
ditentukan dengan undang-undang federal dan jang dilakukannja dalam masa pekerdjaannja,
ketjuali djika ditetapkan lain dengan undang-undang federal.

Ketentuan:Presiden, Menteri2, Ketua dan anggota2 Senat, Ketua dan anggota2 Dewan Perwakilan
Rakyat, Ketua, Wakil-Ketua dan anggota2 Mahkamah Agung, jaksa Agung pada Mahkamah ini,
Ketua, Wakil-Ketua dan anggota2 Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank-Sirkulasi serta
pegawai2, anggota2 majelis2 tinggi dan penjabat2 lain yang ditunjuk dengan undang undang federal.

Ketentuan:diadili dalam tingkat pertama dan tertinggi juga dimuka Mahkamah Agung, pun sesudah
mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan-dan pelanggaran-djabatan serta kejahatan dan
pelanggaran lain ditentukan dengan undang-undang federal dan yang dilakukannya dalam masa
pekerjaannya
Ketentuan:pelanggaran-djabatan serta kejahatan dan pelanggaran lain ditentukan dengan undang-
undang federal dan yang dilakukannya dalam masa pekerjaannya

Ketentuan:yang dilakukannya dalam masa pekerjaannya, kecuali jika ditetapkan lain dengan undang-
undang federal.

(2) Dengan undang-undang federal dapat ditetapkan bahwa perkara perdata dan perkara hukuman
perdata terhadap golongan2 orang dan badan jang tertentu hanja boleh diadili oleh pengadilan
federal jang ditundjuk dengan undang-undang itu.

Ketentuan: undang-undang federal dapat ditetapkan bahwa perkara perdata terhadap golongan2
orang dan badan yang tertentu hanya boleh diadili oleh pengadilan federal yang ditunjuk dengan
undang-undang itu

Ketentuan:Dengan undang-undang federal dapat ditetapkan bahwa perkara hukuman perdata


terhadap golongan2 orang dan badan jang tertentu hanja boleh diadili oleh pengadilan federal jang
ditundjuk dengan undang-undang itu.

(3) Dengan undang-undang federal dapat ditetapkan bahwa perkara perdata jang mengenai
peraturan2 jang diadakan dengan atau atas kuasa undang-undang federal hanja boleh diadili oleh
pengadilan federal.

Ketentuan: dengan undang undang federal ditetapkan bahwa perkara perdata yang mengenai
peraturan yang diadakan dengan

(4) Dalam hal2 jang ditundjuk dengan undang-undang federal, terhadap keputusan2 jang diberikan
dalam tingkat tertinggi oleh pengadilan2 lain dari pada Mahkamah Agung, kasasi dapat diminta
kepada Mahkamah Agung.

Ketentuan: Dalam hal2 yang ditunjuk dengan undang-undang federal,

Ketentuan: terhadap keputusan2 yang diberikan dalam tingkat tertinggi oleh pengadilan2 lain dari
pada Mahkamah Agung, kasasi dapat diminta kepada Mahkamah Agung.

Pasal 149

Tataan, kekuasaan dan djalan-pengadilan pengadilan2 federal ditetapkan dengan

undang-undang federal.
Ketentuan : Tataan, kekuasaan dan jalan pengadilan federal ditetapkan dengan undang² federal.

Pasal 150

Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan2 federal

jang lain, menurut aturan2 ditetapkan dengan undang-undang federal.

Ketentuan : MA melakukan pengawasan tertinggi dengan perbuatan pengadilan² federal yang lain,
menurut aturang undang-undang federal.

Pasal 151

Dengan mengetjualikan jang ditetapkan dalam pasal 148 dan dengan tidak mengurangi jang
ditetapkan dalam pasal 50, pengadilan dalam perkara perdata dan hukuman perdata dalam
daerah2-bagian dilakukan oleh pengadilan jang diadakan atau diakui dengan atau atas kuasa
undang-undang daerah-bagian itu.

Ketentuan : Pengadilan dalam perkara lerdata dan hukum peredata dalam bagiaj tertentu dilakukan
oleh pengadilin atau diakui dengan atas kekuasan undang² bagian itu.

Pasal 152

Tataan, kekuasaan dan djalan-pengadilan pengadilan2 jang diadakan dengan atau atas kuasa
undang-undang daerah-bagian, ditetapkan dengan undang-undang itu.

Ketentuan : Tataan, kekuasan dan jalannya pengadilan diadakan dengan atau atas kuasa undang²
daerah bagian.

Pasal 153

(1) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan2 pengadilan tertinggi daerah-
bagian, menurut aturan2 jang ditetapkan dengan undang-undang federal.

Ketentuan:Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan tertinggi


menurut aturan yang diterapkan undang undang federal
(2) Mahkamah itu melakukan pengawasan tertinggi, djuga menurut aturan2 undangundang federal,
atas pengadilan2 lain jang diadakan dengan atau atas kuasa undangundang daerahbagian, tetapi
hanja selama tidak diadakan pengawasan tertinggi lain oleh daerah-bagian itu.

Ketentuan : MA melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pegadilan tertinggi, menurut


aturan yang ditetapkan oleh undang² federal.

Pasal 154

(1) Keputusan kehakiman jang diambil oleh pengadilan2 jang diadakan atau diakui dengan atau atas
kuasa undang-undang daerah-bagian sedang keputusan itu dapat didjalankan dalam seluruh daerah-
hukum daerah-bagian itu, dengan tjara sedemikian dapat didjalankan djuga dilain-lain tempat di
Indonesia.

Ketentuan:Keputusan kehakiman yang diambil oleh pengadilan yang diadakan dengan atas kuasa
undang undang daerah bagian sedang keputusan itu dapat dijalankan dalam seluruh daerah hukum
daerah bagian itu Kecuali:dengan cara sedemikian dapat dijalankan juga lain-lain tempat di
Indonesia

(2) Dengan undang-undang federal dapat ditetapkan akta2 jang dapat didjalankan diseluruh
Indonesia, dengan tjara jang seboleh-bolehnja sesuai dengan tjara jang ditentukan dalam hukum-
daerah.

Kecuali: undang undang federal dapat ditetapkan akta akta yang dapat dijalankan di seluruh
Indonesia

Ketentuan: Kecuali dengan cara yang ditentukan dalam hukum daerah

Pasal 155

Undang-undang daerah-bagian mengatur kekuasaan pengadilan2 jang diakui dengan

atau atas kuasa undang-undang itu.

Ketentuan : Undang² daerah-bagian mengatir kekuasaan pengadilan yang diakui atas kuasa undang²
itu.

Pasal 156

1. Djika Mahkamah Agung atau pengadilan2 lain jang mengadili dalam perkara perdata atau dalam
perkara hukuman perdata, beranggapan bahwa suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan
atau undang2 suatu daerah-bagian berlawanan dengan
Konstitusi ini, maka dalam keputusan kehakiman itu djuga, ketentuan itu dinjatakan

dengan tegas tak-menurut-Konstitusi.

Ketentuan: jika Mahkamah Agung yang mengadili dalam perkara hukuman perdata atau perkara
perdata beranggapan bahwa suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan atau undang2 suatu
daerah-bagian berlawanan dengan

Konstitusi ini,

Ketentuan:maka dalam keputusan kehakiman itu djuga, ketentuan itu dinjatakan

dengan tegas tak-menurut-Konstitusi.

2. Mahkamah Agung berkuasa djuga menjatakan dengan tegas bahwa suatu ketentuan dalam
peraturan ketatanegaraan atau dalam undang-undang daerah-bagian takmenurut-Konstitusi, djika
ada surat permohonan jang beralasan jang dimadjukan, untuk Pemerintah Republik Indonesia
Serikat, oleh atau atas nama Djaksa Agung pada Mahkamah Agung, ataupun, untuk suatu
pemerintah daerah-bagian jang lain, oleh Kedjaksaan pada pengadilan tertinggi daerah-bagian jang
dimaksud kemudian.

Ketentuan : Mahkamah Agung berkuasa juga menjatakan dengan tegas bahwa suatu ketentuan
dalam peraturan ketatanegaraan atau dalam undang undang daerah bagian menurut konstitusi jika
ada surat permohonan yang beralasan yang dimajukan untuk pemerintah Republik Indonesia serikat

Ketentuan: oleh atau atas nama jaksa Agung pada Mahkamah Agung, ataupun, untuk suatu
pemerintah daerah-bagian jang lain, oleh Kejaksaan pada pengadilan tertinggi daerah-bagian yang
dimaksud kemudian.

Pasal 157

1. Sebelum pernjataan tak-menurut-Konstitusi tentang suatu ketentuan dalam peraturan


ketatanegaraan atau undang-undang suatu daerah-bagian untuk pertama kali diutjapkan atau
disahkan, maka Mahkamah Agung memanggil Djaksa Agung pada Madjelis itu, atau kepala
Kedjaksaan pada pengadilan tertinggi daerah-bagian bersangkutan, untuk didengarkan dalam
madjelis-pertimbangan.

2. Keputusan Mahkamah Agung jang dalamnja pernjataan tak-menurut-Konstitusi untuk pertama


kali diutjapkan atau disahkan, diutjapkan pada sidang pengadilan umum. Pernjataan itu selekas
mungkin diumumkan oleh Djaksa Agung pada Mahkamah Agung dalam warta resmi Republik
Indonesia Serikat.
Ketentuan: Keputusan Mahkamah Agung yang dalamnya pernyataan untuk pertama kali diucapkan
atau disahkan, pada siang pengadilan umum. Pernyataan itu selekas diumumkan oleh Jaksa Agung
pasa MA dan warta resmi Republik Indonesia Serikat.

Pasal 158

1. Djika dalam perkara perdata atau dalam perkara hukuman perdata, pengadilan lain dari pada
Mahkamah Agung menjatakan suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan atau undang-
undang daerah-bagian tak-menurut-Konstitusi, dan Mahkamah Agung karena sesuatu sebab
memeriksa perkara itu, maka karena djabatannja ia mempertimbangkan dalam keputusannja apakah
pernjataan takmenurut-Konstitusi itu dilakukan pada tempatnja.

Ketentuan: jika dalam perkara perdata pengadilan lain dari pada Mahkamah Agung menyatakan
suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan atau undang-undang daerah-bagian tak-menurut-
Konstitusi, dan Mahkamah Agung karena sesuatu sebab memeriksa perkara itu, maka karena
jabatannya ia mempertimbangkan dalam keputusannya apakah pernyataan tak menurut-Konstitusi
itu dilakukan pada tempatnya.

2. Terhadap pernjataan tak-menurut-Konstitusi sebagai dimaksud dalam ajat jang lalu, pihak2 jang
dikenai kerugian oleh pernjataan itu dan jang tidak mempunjai alathukum terhadapnja, dapat
memadjukan tuntutan untuk kasasi karena pelanggaran hukum kepada Mahkamah Agung.

Ketentuan: terhadap pernyataan tak menurut konstitusi , konstitusi sebagai dimaksud dalam ayat
yang lalu,

Ketentuan: pihak pihak yang dikenai kerugian oleh pernyataan itu dan yang tidak mempunyai alat
hukum terhadapnya, dapat memajukan tuntutan untuk kasasi karena pelanggaran hukum kepada
Mahkamah Agung.

3. Djaksa Agung pada Mahkamah Agung dan djuga kepala Kedjaksaan pada pengadilan tertinggi
daerah-bagian itu, dapat karena djabatannja memadjukan tuntutan kepada Mahkamah Agung untuk
kasasi karena pelanggaran hukumterhadap pernjataan tak-menurut-Konstitusi jang tak terubah lagi
sebagai dimaksuddalam ajat (1).

Ketentuan: jaksa agung pada Mahkamah agung dan juga kepala kejaksaan pada pengadilan tertinggi
daerah bagian itu

Ketentuan:dapat karena jabatannya memajukan tuntutan kepada Mahkamah Agung untuk kasasi
karena pelanggaran hukum terhadap penyataan tak menurut konstitusi yang tak berubah lagi
sebagai dimaksud ayat 1

4. Pernjataan tak-menurut-Konstitusi tentang suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan


suatu daerah-bagian oleh pengadilan lain dari pada Mahkamah Agung, djika tidak dengan tegas
berdasarkan pernjataan tak-menurut-Konstitusi jang sudah dilakukan oleh Mahkamah Agung
terhadap ketentuan itu dan jang telah diumumkan menurut pasal 157, haruslah disahkan oleh
Mahkamah Agung, sebelum keputusan kehakiman jang berdasar atasnja dapat didjalankan.
Permohonan untuk pensahan dirundingkan dalam madjelis-pertimbangan. Permohonan itu
ditiadakan djika pernjataan tak-menurut-Konstitusi itu dihapuskan sebelum perundingan itu

selesai. Djika Mahkamah Agung menolak permohonan pensahan itu, maka Mahkamah
menghapuskan keputusan kehakiman jang memuat pernjataan takmenurut-Konstitusi sekadar itu
dan Mahkamah itupun bertindak selandjutnja seakanakan salah suatu pihak telah memadjukan
tuntutan untuk kasasi karena pelanggaran hukum

Ketentuan:suatu ketentuan dalam peraturan ketatanegaraan suatu daerah-bagian oleh pengadilan


lain dari pada Mahkamah Agung, jika tidak dengan tegas berdasarkan pernyataan tak-menurut-
Konstitusi jang sudah dilakukan oleh Mahkamah Agung terhadap ketentuan itu dan jang telah
diumumkan menurut pasal 157, haruslah disahkan oleh Mahkamah Agung, sebelum keputusan
kehakiman jang berdasar atasnya dapat dijalankan.

Ketentuan:jika Mahkamah Agung menolak permohonan pensahan itu, maka Mahkamah


menghapuskan keputusan kehakiman jang memuat pernjataan takmenurut-Konstitusi sekadar itu
dan Mahkamah itupun bertindak selandjutnja seakanakan salah suatu pihak telah memadjukan
tuntutan untuk kasasi karena pelanggaran hukum

5. Tentang jang ditentukan dalam pasal ini dan kedua pasal jang lalu, dengan undangundang federal
dapat ditetapkan aturan2 lebih landjut, termasuk tenggang2.

Ketentuan : tentang yang ditentukan dalam pasal ini dan kedua pasal yang lalu undang undang
federal dapat ditetapkan aturan aturan lebih lanjut termasuk tenggang tenggang

Pasal 159

terhadap pernjataan tak-menurut-Konstitusi jang tak terubah lagi sebagai dimaksud

dalam ajat (1).

Ketentuan : pernyataan menurut konstitusi yang tak terusan lagi sebagai yang dikamsud dalam ayat
1

Pasal 160

1. Presiden mempunjai hak memberi ampun dari hukuman2 jang didjatuhkan oleh keputusan
kehakiman. Hak itu dilakukannja sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung, sekadar dengan
undang-undang federal tidak ditundjuk pengadilan jang lain untuk memberi nasehat.

Ketentuan:Presiden mempunyai hak memberi ampun dari hukuman2 jang dijatuhkan oleh
keputusan kehakiman

Ketentuan:melainkan sesudah Presiden, menurut aturan2 yang ditetapkan dengan undang-undang


federal, diberikan kesempatan untuk memberi ampun
2. Djika hukuman mati didjatuhkan, maka keputusan kehakiman itu tidak dapat didjalankan,
melainkan sesudah Presiden, menurut aturan2 jang ditetapkan dengan undang-undang federal,
diberikan kesempatan untuk memberi ampun.

Ketentuan:Djika hukuman mati dijatuhkan, maka keputusan kehakiman itu tidak dapat dijalankan

Ketentuan;melainkan sesudah Presiden, menurut aturan2 jang ditetapkan dengan undang-undang


federal, diberikan kesempatan untuk memberi ampun

3. Amnesti hanja dapat diberikan dengan undang-undang federal ataupun, atas kuasa undang-
undang federal, oleh Presiden sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung.

Ketentuan:Amnesti hanya dapat diberikan dengan undang-undang federal ataupun, atas kuasa
undang-undang federal,

Ketentuan:oleh Presiden sesudah meminta Nasehat dari MK

asal 161

Pemutusan tentang sengketa jang mengenai hukum tata-usaha diserahkan kepada

pengadilan jang mengadili perkara perdata ataupun kepada alat2-perlengkapan lain,

tetapi djika demikian sebolehbolehnja dengan djaminan jang serupa tentang keadilan dan

kebenaran.

Ketentuan : pemutusan tentang sengketa mengenai hukum tata-usaha diserahkan kepada


pengadilan yang mengadili perdata dan alat² pelengkapan lain, tapi demikian se boleh bolehnya
menjamin dengan keadilan yang serupa.

Pasal 162

Dengan undang-undang federal dapat diatur tjara memutuskan sengketa jang mengenai

hukum tata-usaha dan jang bersangkutan dengan peraturan2 jang diadakan dengan atau atas kuasa
Konstitusi ini atau jang diadakan dengan undang-undang federal, s

Pasal 161

Pemutusan tentang sengketa jang mengenai hukum tata-usaha diserahkan kepada

pengadilan jang mengadili perkara perdata ataupun kepada alat2-perlengkapan lain,

tetapi djika demikian seboleh bolehnja dengan djaminan jang serupa tentang keadilan dan

kebenaran.

Ketentuan 1 : pemutusan tentang sengketa mengenai hukum tata-usaha diserahkan kepada


pengadilan yang mengadili perdata dan alat² pelengkapan lain, tapi demikian Seboleh-bolehya
menjamin dengan keadilan yang serupa tentang kebenaran dan keadilam

Pasal 162

Dengan undang-undang federal dapat diatur tjara memutuskan sengketa jang mengenai
hukum tata-usaha dan jang bersangkutan dengan peraturan2 jang diadakan dengan atau atas kuasa
Konstitusi ini atau jang diadakan dengan undang-undang federal, sedang

peraturan2 itu tidak langsung mengenai semata-mata alat2-perlengkapan dan penghuni satu
daerah-bagian sadja, termasuk badan2-hukum publik jang dibentuk atau diakui dengan atau atas
kuasa suatu undang undang daerah-bagian itu.

Ketentuan : undang² federal dapat diatur cara memutuskan sengketa yang mengenai hukum tata-
usaha dan yang bersangkutan dengan perturan yang diadakan atas konstitusi undang² federal.

Pasal 163

1. Dimana dalam bagian ini disebut "undang-undang", maka dimaksud dengan itu baik undang-
undang federal maupun undang-undang daerah-bagian, ketjuali djika ditetapkan jang sebaliknja.

Ketentuan:undang-undang", maka dimaksud dengan itu baik undang-undang federal maupun


undang-undang daerah-bagian, kecuali jika ditetapkan yang sebaliknya.

2. Dimana dalam bagian ini disebut "undang-undang daerah-bagian" maka dimaksud dengan itu
peraturan2 jang ditetapkan oleh alat2 pengundang-undang daerahbagian jang tertinggi.

Ketentuan:undang-undang daerah-bagian" maka dimaksud dengan itu peraturan2 yang ditetapkan


oleh alat2 pengundang-undang daerahbagian yang tertinggi

3. Dimana dalam pasal 154, 156 dan 158 bagian ini disebut "keputusan kehakiman",

Maka dengan itu dimaksud pula penetapan2 kehakiman.

Ketentuan:Dimana dalam pasal 154, 156 dan 158 bagian ini disebut "keputusan kehakiman", Maka
dengan itu dimaksud pula penetapan2 kehakiman.

BAGIAN 4

Keuangan

Babakan 1 Hak keuangan

Pasal 164

1. Diseluruh daerah Republik Indonesia Serikat hanja diakui sah, alat2-pembajar jang

aturan2 pengeluarannja ditetapkan dengan undang-undang federal.

Ketentuan:Di RIS alat alat pembelajaran yang diakui hanya yang aturan aturan pengeluaran nya
ditetapkan Undang undang
2. Satuan-hitung untuk menjatakan alat2-pembajar sah itu ditetapkan dengan undangundang
federal.

:Ketentuan:satuan hitung pembelajaran ditetapkan undang undang federal

3. Undang-undang federal mengakui sah alat2-pembajar baik hingga djumlah jang tak

terbatas maupun hingga djumlah terbatas jang ditentukan untuk itu.

Ketentuan:undang undang federal mengakui sah pembelajaran baik yang terbatas maupun tidak
terbatas

4. Pengeluaran alat2-pembajar jang sah dilakukan oleh atau atas nama Pemerintah

Republik Indonesia Serikat ataupun oleh bank-sirkulasi.

Ketentuan:alat alat pembelajaran yang sah dilakukan oleh atas nama Pemerintah Republik Indonesia
serikat

Pasal 165

1. Untuk Indonesia ada satu bank-sirkulasi.

Ketentuan:untuk Indonesia ada satu bank sirkulasi

2. Penundjukan sebagai bank-sirkulasi dan pengaturan tataan dan kekuasaannja dilakukan dengan
undang-undang federal.

Ketentuan;penunjukan sebagai bank sirkulasi dilakukan dengan undang undang federal

Ketentuan:pengaturan kekuasaannya dilakukan dengan undang undang federal

Ketentuan:kekuasaannya dilakukan dengan undang undang

Pasal 166

1. Pemerintah memegang pengurusan umum keuangan federal.

Ketentuan:pemerintah memegang pengurusan umum keuangan federal

2. Keuangan Republik Indonesia Serikat dipimpin dan ditanggung-djawabkan menurut

aturan2 jang ditetapkan dengan undang-undang federal.

Ketentuan:Keuangan Republik Indonesia Serikat dipimpin dan ditanggung-jawabkan menurut aturan


undang undang federal

Pasal 167
Dengan undang-undang federal ditetapkan anggaran semua pengeluaran Republik

Indonesia Serikat dan ditundjuk pendapatan2 untuk menutup pengeluaran itu.

Ketentuan :Dengan undang-undang federal ditetapkan anggaran semua pengeluaran Republik


Indonesia Serikat dan ditunjuk pendapatan2 untuk menutup pengeluaran itu.

Pasal 168

1. Usul undang-undang penetapkan anggaran umum oleh Pemerintah dimadjukan

kepada Dewan Perwakilan Rakjat sebelum permulaan masa jang berkenaan dengan

anggaran itu. Masa itu tidak boleh lebih dari dua tahun.

Ketentuan:Usul undang-undang penetapkan anggaran umum oleh Pemerintah dimajukan

kepada Dewan Perwakilan Rakjat

2. Usul undang-undang pengubah anggaran umum, tiap2 kali djika perlu dimadjukan

Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakjat.

Ketentuan: Usul undang-undang pengubah anggaran umum

Ketentuan:tiap2 kali jika perlu dimajukan

Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Usul undang-undang dimaksud dalam kedua ajat jang lalu dirundingkan pula oleh

Senat atas dasar ketentuan2 Bagian II Bab ini.

Ketentuan:usul undang undang dimaksud dalam kedua ayat lalu dirundingkan oleh senat atas dasar
ketentuan bab2 bab ini

Pasal 169

1. Anggaran terdiri dari bagian2 jang masing2, sekadar perlu, dibagi dalam dua bab, jaitu satu untuk
mengatur pengeluaran2 dan satu lagi untuk menundjuk pendapatan2.

Bab2 terbagi dalam pos2.

Ketentuan:anggran teridiri dari bagian bagian yang masing masing perlu dibagi dalam dia bab

Ketentuan: pembagian satu untuk mengatur pengeluaran

Ketentuan: satu untuk menunjukkan pendapata

2. Untuk tiap2 departemen kementerian anggaran sedikit-dikitnja memuat satu bagian.


Ketentuan:untuk tiap tiap departemen kementrian anggaran sedikit dikitnya memuat satu bagian

3. Undang-undang penetapkan anggaran masing2 memuat tidak lebih dari satu

bagian.

Ketentuan:undang undang penetapkan anggaran masing masing memuat tidak lebih dari satu bagian

4. Dengan undang-undang dapat diizinkan pemindahan.

Ketentuan:dengan undang undang dapat diizinkan pemindahan

Pasal 170

Pengeluaran dan penerimaan Republik Indonesia Serikat ditanggung-djawabkan kepada

Dewan Perwakilan Rakjat, sambil memadjukan perhitungan jang disahkan oleh Dewan Pengawas
Keuangan, menurut aturan2 jang diberikan dengan undang-undang federal.edang peraturan2 itu
tidak langsung mengenai semata-mata alat2-perlengkapan dan penghuni satu daerah-bagian sadja,
termasuk badan2-hukum publik jang dibentuk atau diakuiKetentuan dengan atau atas kuasa suatu
undang undang daerah-bagian itu.

Ketentuan : undang² federal dapat diatur cara memutuskan sengketa yang mengenai hukum tata-
usaha dan yang bersangkutan dengan perturan yang diadakan atas konstitusi undang² federal.

Pasal 171

Tidak diperkenankan memungut padjak untuk kegunaan kas federal, ketjuali dengan kuasa

undang-undang federal.

Ketentuan : Tidak boleh memungut pajak untuk kegunaan kas federal, kecuali kuasa undang²
federal.

Pasal 172

1. Pindjaman uang atas tanggungan Republik Indonesia Serikat tidak dapat diadakan,

didjamin

atau disahkan, ketjuali dengan kuasa undang-undang federal.

1. Pemerintah berhak, dengan mengindahkan aturan2 jang akan ditetapkan dengan

undangundang federal, mengeluarkan biljet2 dan promes2-perbendaharaan.

Ketentuan : Pinjaman uang atas tanggungan Republik Indonesia Serikat tidak dapat dijamin atau
disahkan dengan undang² federal.
Pasal 173

1. Dengan tidak mengurangi jang diatur dengan ketentuan2 chusus, gadji2 dan lain2

pendapatan anggota madjelis2 dan pegawai2 Republik Indonesia Serikat ditentukan oleh
Pemerintah, dengan mengindahkan aturan2 jang akan ditetapkan dengan undang-undang federal
dan menurut asas, bahwa dari djabatan tidak boleh

diperoleh keuntungan lain dari pada jang dengan tegas diperkenankan.

Ketentuan ketentuan-ketentuan chusus, gadji2 dan lain2 pendapatan anggota majelis2 dan
pegawai2 Republik Indonesia Serikat ditentukan oleh Pemerintah, dengan mengindahkan aturan2
jang akan ditetapkan dengan undang-undang federal

Ketentuan:menurut asas, bahwa dari jabatan tidak boleh diperoleh keuntungan lain dari pada yaang
dengan tegas diperkenankan

2. Undang-undang dapat memperkenankan pemindahan kekuasaan jang diterangkan

dalam ajat (1) kepada alat2-perlengkapan lain jang berkuasa.

Ketentuan:Undang-undang dapat memperkenankan pemindahan kekuasaan jang diterangkan dalam


ajat (1) kepada alat alat perlengkapan lain yang berkuasa

3. Pemberian pensiun kepada pegawai2 Republik Indonesia Serikat diatur dengan

undang-undang federal.

Ketentuan :Pemberian pensiun ke pegawai RIS diatur undang undang federal

BAGIAN 5

Perhubungan Luar-Negeri

Pasal 174

Pemerintah memegang pengurusan perhubungan luar-negeri.

Ketentuan : Pemerintah memegang pengurusan perhubungab luar-negeri.

Pasal 175

1. Presiden mengadakan dan mensahkan segala perdjandjian (traktat) dan

persetudjuan lain dengan negara2 lain. Ketjuali djika ditentukan lain dengan undangundang federal,
perdjandjian atau persetudjuan lain tidak disahkan, melainkan djika sudah disetudjui dengan
undang-undang.

Ketentuan: Presiden mengadakan dan mengsahkan segala perjanjian (traktat) dan


persetujuan lain dengan negara2 lain

Ketentuan:kecuali jika ditentukan lain dengan undangundang federal, perjandjian atau persetujuan
lain tidak disahkan, melainkan jika sudah disetudjui dengan undang-undang.

2. Masuk dalam dan memutuskan perdjandjian dan persetudjuan lain, hanja dilakukan oleh Presiden
dengan kuasa undang-undang federal.

Ketentuan:masuk dalam dan memutuskan perjanjian dan persetujuan lain

Ketentuan:hanya dilakukan oleh Presiden dengan kuasa undang-undang federal

Pasal 176

Berdasarkan perdjandjian dan persetudjuan jang tersebut dalam pasal 175, Pemerintah

memasukkan Republik Indonesia Serikat kedalam organisasi2 antarnegara.

Ketentuan: Pemerintah memasukkan Republik Indonesia Serikat kedalam organisasi² antarnegara.


Berdasarkan perjanjian dan persetujuan dalam pasal 175

Pasal 177

Pemerintah berusaha memetjahkan perselisihan2 dengan negara2 lain dengan djalan damai dan
dalam hal itu memutuskan pula tentang meminta ataupun tentang menerima pengadilan atau
pewasitan antarnegara.

Ketentuan : Pemerintah mencoba memecahkan perselisihan dengan negara lain dengan cara aman
damai, hal ini tentang meminta atau menerima pengadilan atau pewaisatan antarnegara.

Pasal 178

Presiden mengangkat wakil2 Republik Indonesia Serikat pada negara2 lain dan menerima

wakil negara2 lain pada Republik Indonesia Serikat.

Ketentuan : Presiden mengangkat wakil dan menerima wakil negara lain pada Republik Indonesia
Serikat.

Pasal 179

Undang-undang federal menetapkan aturan2 tentang hak dan kewadjiban warga-negara

jang sanggup membantu mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia Serikat dan

membela daerahnja. Ia mengatur tjara mendjalankan hak dan kewadjiban itu dan

menentukan ketjualinja.
Ketentuan : Hak dan kewajiban warga-negara yang sanggup mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia Serikat dan membela daerahnya.

Pasal 181

1. Pemerintah memegang pengurusan pertahanan.

Ketentuan:pemerintah memegang pengurusan pertahan

2. Undang-undang federal mengatur pembentukan, susunan dan tataan, tugas dan

kekuasaan alat-perlengkapan jang diberi kewadjiban menjelenggarakan kebidjaksanaan pertahanan


pada umumnja, mengorganisasi dan membagi tugas tentera

Ketentuan:undang undang federal mengatur pembentukan susunan

Ketentuan:undang undang federal mengatur tataan tugas

Ketentuan:undang undang federal mengatur tataan tugas

Ketentuan:undang undang federal mengatur kekuasaan alat-perlengkapan yang diberi kewajiban


menyelenggarakan kebijaksanaan pertahanan pada umumnya

Pasal 182

(1) Presiden jalah Panglima Tertinggi tentera Republik Indonesia Serikat.

Ketentuan:panglima tertinggi Republik Indonesia Serikat adalah Presiden

(2) Pemerintah, djika perlu, menaruh tentera dibawah seorang panglima umum. Menteri

Pertahanan dapat ditundjuk merangkap djabatan itu.

Ketentuan:pemerintah jika perlu menaruu tentara di bawah seorang panglima umum

Ketentuan:Mentri pertahanan dapat merangkap jabatan

(3) Opsir2 diangkat, dinaikkan pangkat dan diperhentikan oleh atau atas nama Presiden,

menurut aturan2 jang ditetapkan dengan undang-undang federal.

Ketentuan:opsit diangkat atas nama Presiden menurut aturan aturan yang di tetapkan undang
undang federal

Ketentuan: opsir dinaikan pangkat oleh,atas nama Presiden menurut aturan aturan yang ditetapkan

Ketentuan:opsir diberhentikan oleh atau atas nama Presiden, menurut aturan-aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang federal.
Pasal 183

(1) Pemerintah tidak menjatakan perang, melainkan djika hal itu diizinkan lebih dahulu oleh Dewan
Perwakilan Rakjat dan Senat.

Ketentuan:pemerintah tidak menyatakan perang

Ketentuan:melainkan jika hal itu di izinkan lebih dahulu oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat

(2) Dewan Perwakilan Rakjat dan Senat memutuskan pengizinan itu dalam rapat bersama,

seakan-akan mereka satu badan, diketuai oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakjat.

Ketentuan:Dewan perwakilan Rakyat memutuskan pengizinan itu dalam rapat bersama

Ketentuan:Senat memutuskan pengizinan itu dalam rapat bersama,

Ketentuan:diketuai oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakjat

Pasal 184

(1) Dengan tjara dan dalam hal2 jang akan ditentukan dengan undang-undang federal,

Pemerintah dapat menjatakan daerah Republik Indonesia Serikat atau bagian2 dari

padanja dalam keadaan perang atau dalam keadaan darurat perang, sekadar dan selama

ia menganggap hal itu perlu untuk kepentingan keamanan dalam negeri dan keamanan terhadap
luar negeri.

Ketentuan: dengan cara dalam hal hal yang akan ditentukan dengan undang undang federal

Ketentuan: atau bagian bagian dari padanya dalam keadaan Perang atau dalam keadaan darurat
perang

Ketentuan:pemerintah dapat menjatuhkan daerah Republik Indonesia Serikat

(2) Undang-undang federal mengatur akibat2 pernjataan demikian itu dan dapat pula

menetapkan, bahwa kekuasaan2 alat2-perlengkapan kuasa sipil jang berdasarkan Konstitusi tentang
ketertiban umum dan polisi, seluruhnja atau sebagian beralih kepada

alat2 perlengkapan sipil jang lain ataupun kepada kuasa ketenteraan, dan bahwa

penguasa2 sipil takluk kepada penguasa2 ketenteraan.

Pasal 185

(1) Daerah2-bagian tidak mempunjai tentera sendiri.

Ketentuan: daerah daerah bagian tidak mempunyai tentara sendiri


(2) Untuk mendjamin ketertiban, ketenteraman dan keamanan umum, maka atas permintaan
pemerintah daerah-bagian Pemerintah Republik Indonesia Serikat dapat

memberi bantuan ketenteraan kepada daerah-bagian itu. Undang-undang federal

menetapkan aturan2 tentang hal itu.

Ketentuan:untuk menjamin ketertiban maka atas permintaan pemerintah daerah-bagian Pemerintah


Republik Indonesia Serikat dapat

memberi bantuan ketentaraan kepada daerah-bagian itu

Ketentuan :untuk menjamin ketenteraman maka atas permintaan pemerintah daerah-bagian


Pemerintah Republik Indonesia Serikat dapat

memberi bantuan ketentaraan kepada daerah-bagian itu

Ketentuan:untuk menjamin ke amanan umum maka atas permintaan pemerintah daerah-bagian


Pemerintah Republik Indonesia Serikat dapat

memberi bantuan ketentaraan kepada daerah-bagian itu

Ketentuan:Undang-undang federal

menetapkan aturan2 tentang hal itu.

BAB V

KONSTITUANTE

Pasal 186

Konstituante (Sidang Pembuat Konstitusi), bersama-sama dengan Pemerintah selekaslekasnja


menetapkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat jang akan menggantikan Konstitusi sementara ini.

Ketentuan : sidang pembuat konstitusi, bersama dengan pemerintah menetapkan konstitusi


Republik Indonesia Serikat, yang akan digantikan konstitusi sementara.

Pasal 187

(1) Rantjangan Konstitusi dibuat oleh Pemerintah dan dengan amanat Presiden

disampaikan kepada Konstituante untuk dimusjawaratkan, demi Sidang itu berapat.

Ketentuan:rancangan konstitusi dibuat oleh pemerintah

Ketentuan : amanat presiden disampaikan kepada konstitusi untuk dimusyawarahkan demi sidang
itu berapa
(2) Pemerintah mendjaga, supaja rantjangan Konstitusi berdasarkan pembangunan

Republik Indonesia Serikat dari negara2 sesuai dengan kehendak rakjat, sebagai jang

akan dinjatakan dengan tjara demokrasi menurut jang ditetapkan dalam pasal 43 sampai dengan 46.

Ketentuan:pemerintah menjaga supaya rancangan konstitusi berdasarkan republik Indonesia Serikat

Ketentuan:dan negara negara sesuai dengan kehendak rakyat sebagai yang akan dinyatakan dengan
cara demokrasi

(3) Berkenaan dengan mendjalankan jang ditetapkan dalam pasal2 jang tersebut dalam

ajat jang lalu, undang-undang federal akan mengadakan tindakan2 jang perlu, sehingga

pernjataan suara rakjat jang diperlukan, diperoleh dalam satu tahun sesudah Konstitusi ini mulai
berlaku.

Ketentuan :Berkenaan dengan menjalankan yang ditetapkan dalam pasal2 yang tersebut dalam ayat
yang lalu, undang-undang federal akan mengadakan tindakan2 jang perlu

Ketentuan:sehingga pernyataan suara rakyat yang diperlukan, diperoleh dalam satu tahun sesudah
Konstitusi ini mulai berlaku.

Pasal 188

(1) Konstituante dibentuk dengan djalan memperbesar Dewan Perwakilan Rakjat jang

dipilih menurut pasal 111 dan Senat baru jang ditundjuk menurut pasal 97, dengan

anggota2 luar biasa sebanjak djumlah anggota biasa madjelis itu masing2. Anggota2 luar

biasa itu dipilih ataupun ditundjuk atau diangkat dengan tjara jang sama sebagai anggota biasa.
Ketentuan2 jang berlaku bagi anggota2 biasa berlaku pula bagi mereka itu.

Pemerintah mengadakan persediaan, sekadar perlu dengan mupakat dengan daerah2- bagian, untuk
mendjamin supaja anggota2 luar biasa Dewan Perwakilan Rakjat dan Senat dipilih, diangkat ataupun
ditundjuk pada waktunja.

Ketentuan:Konstituante dibentuk dengan jalan memperbesar Dewan Perwakilan Rakjat yang dipilih
menurut pasal 111 dan Senat baru jang ditunjuk menurut pasal 97, dengan

anggota2 luar biasa sebanyak jumlah anggota biasa majelis itu masing2.

Ketentuan:

(2) Rapat gabungan Dewan Perwakilan Rakjat dan Senat, keduanja dengan djumlah

anggota dua kali lipat, itulah Konstituante.


Ketentuan:Rapat gabungan Dewan Perwakilan Rakjat dan Senat, keduanya dengan jumlah anggota
dua kali lipat, itulah Konstituante

(3) Ketua Dewan Perwakilan Rakjat jalah Ketua Konstituante, Ketua Senat jalah Wakil Ketua.

Ketentuan:ketua dewan perwakilan rakyat ialah ketua konstituate

Ketentuan:ketua senat ialah wakil ketua

(4) Jang ditetapkan dalam pasal 87, 93, 94, ajat (3) dan (4), 95 dan 105, berlaku demikian

djuga bagi Konstituante.

Ketentuan : yang ditetapkan dalam pasal 97,93,94 ayat dan 5, ayat 95 dan 105 berlaku bagi
konstituante

(5) Rapat2 Konstituante terbuka bagi umum, ketjuali djika dianggap perlu oleh Ketua

menutup pintu ataupun djika sekurang-kurangnja dua puluh lima anggota menuntut hal itu.

Ketentuan:Rapat2 Konstituante terbuka bagi umum

Ketentuan:kecuali jika dianggap perlu oleh ketua menutup pintu

Ketentuan ataupun jika sekurang kurangnya dia puluh lima anggota menuntut hal lain

Pasal 189

(1) Konstituante tidak dapat bermupakat atau mengambil keputusan tentang rantjangan

Konstituante baru, djika pada rapatnja tidak hadir sekurang-kurangnja dua-pertiga dari

djumlah anggota-sidang.

Ketentuan:Konstituante tidak dapat bermufakat jika pada rapatnya tidak hadir sekurang-kurangnja
dua-pertiga dari

jumlah anggota-sidang

Ketentuan:Konstituante tidak dapat bermufakat jika pada rapatnya tidak hadir sekurang-kurangnya
dua-pertiga dari

jumlah anggota-sidang

(2) Konstituante berhak mengadakan perubahan² dalam rantjangan Konstitusi. Konstitusi baru
berlaku, djika rantjangannja telah diterima dengan sekurang-kurangnja duapertiga dari djumlah
suara anggota jang hadir dan kemudian disahkan oleh Pemerintah.

Ketentuan:Konstituante berhak mengadakan perubahan² dalam rancangan Konstitusi.


Ketentuan:Konstitusi baru berlaku, jika rancangannya telah diterima dengan sekurang-kurangnya
duapertiga dari jumlah suara anggota yang hadir dan kemudian disahkan oleh Pemerintah

(3) Apabila Konstituante sudah menerima rantjangan Konstitusi, maka dikirimkannja

rantjangan itu kepada Presiden untuk disahkan oleh Pemerintah. Pemerintah harus

mensahkan rantjangan itu dengan segera. Pemerintah mengumumkan Konstitusi itu

dengan keluhuran.

Ketentuan:Apabila Konstituante sudah menerima rancangan Konstitusi, maka dikirimkannya


rancangan itu kepada Presiden untuk disahkan oleh Pemerintah.

Ketentuan:Pemerintah harus

mensahkan rancangan itu dengan segera

Ketentuan:Pemerintah mengumumkan Konstitusi itu dengan keluhuran.

(4) Kepada tiap² negara-bagian akan diberikan kesempatan menerima Konstitusi. Dalam hal suatu
negara-bagian tidak menerima Konstitusi itu, maka negara itu berhak bermusjawarat tentang suatu
perhubungan chusus dengan Republik Indonesia Serikat dan Keradjaan Nederland.

Ketentuan:Kepada tiap² negara-bagian akan diberikan kesempatan menerima Konstitusi.

Ketentuan:kepada tiap tiap negara bagian akan diberikan kesempatan menerima konstitusi

Ketentuan: negara bagian yang tidak menerima konstitusi maka negara itu berhak bermusyawarah
tentang suatu perhubungan khusus dengan republuk Indonesia Serikat dan Kerajaan nederland
Pasal 190

(1) Dengan tidak mengurangi jang ditetapkan dalam pasal 51, ajat kedua, maka
Konstitusi ini hanja dapat diubah dengan undang-undang federal dan menjimpang dari
ketentuan²nja hanja diperkenankan atas kuasa undang- undang federal; baik Dewan
Perwakilan Rakjat maupun Senat tidak boleh bermupakat ataupun mengambil keputusan
tentang usul untuk itu, djika tidak sekurang- kurangnja dua-pertiga dari djumlah anggota-
sidang menghadiri rapat.
Ketentuan : Dengan tidak mengurangi yang ditetapkan dalam pasal 51 ayat kedua, maka
konstitusi ini hanya dapat di ubah dengan UU Federal.
Ketentuan : Dengan tidak mengurangi yang di tetapkan dalam pasal 51 ayat kedua, menyimpang
dari ketentuan hanya di perkenankan atas kuasa UU Federal, DPR maupun Senat.
Ketentuan : Tidak boleh bermupakat atau mengambil Keputusan tentang usul tidak jika hadir
sekurangn-kuranya ⅔ dari anggota sidang yang menghadiri.

(2) Undang-undang sebagai dimaksud dalam ajat pertama, dirundingkan pula oleh Senat
menurut ketentuan2 Bagian 2 Bab IV.
Ketentuan : UU yang dimaksud dalam ayat 1, dirundingkan oleh senat menurut ketentuan bagian
2 Bab IV.

(3) Usul undang-undang untuk mengubah Konstitusi ini atau menjimpang dari
ketentuan2nja hanja dapat diterima oleh Dewan Perwakilan Rakjat ataupun oleh Senat dengan
sekurangkurangnja dua-pertiga djumlah suara anggota jang hadir. Djika usul itu dirundingkan lagi
menurut jang ditetapkan dalam pasal 132, maka Dewan Perwakilan Rakjat hanja dapat
menerimanja dengan sekurang- kurangnja tiga-perempat dari djumlah suara anggota jang hadir.
Ketentuan : Usul undang-undang untuk mengubah konstitusi atau menyimpang dari ketentuan
hanya diterima DPR ataupun senat sekurang-kurangnya ⅔ dari jumlah anggota yang aktif.
Ketentuan : Jika usul di rundingkan lagi menurut yang di tetapkan dalam pasal 132,maka DPR dapat
menerima dengan sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota hadir.

Pasal 191

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan² tentang mengeluarkan dan mengumumkan


undang-undang federal, maka perubahan² dalam Konstitusi diumumkan oleh Pemerintah dengan
keluhuran, menurut tjara jang akan ditentukannja.
Ketentuan : Dengan tidak mengurangi ketentuan tentang mengeluarkan UU federal,maka
perubahan dalam konstiitusi di umumkan oleh pemerintah, menurut cara yang akan di tentukan.
Ketentuan : Dengan tidak mengurangi ketentuan tentang mengumumkan UU federal,maka
perubahan dalam konstiitusi di umumkan oleh pemerintah, menurut cara yang akan di tentukan..
(2) Naskah Konstitusi jang diubah itu diumumkan sekali lagi oleh Pemerintah setelah,
sekadar perlu, bab²nja, bagian² tiap² bab dan pasal²nja diberi nomor berturut dan penundjukan²nja
diubah.
Ketentuan : Naskah konstitusi yang diubah diumumkan sekali lagi oleh pemerintah.
Ketentuan : Pemerintah mengumumkan bab-bab, bagian-bagian tiap bab, dan pasal-pasal diberi
nomor urut dan penunjukannya yang mengalami perubahan.

(3) Alat²-perlengkapan berkuasa jang sudah ada dan peraturan² serta keputusan² jang
berlaku pada saat suatu perubahan dalam Konstitusi mulai berlaku, dilandjutkan sampai diganti
dengan jang lain menurut Konstitusi, ketjuali djika melandjutkannja itu berlawanan dengan
ketentuan² baru dalam Konstitusi jang tidak memerlukan peraturan undang² atau tindakan2
pendjalankan jang lebih lanjut
Ketentuan : Alat perlengkapan yang berlaku pada saat suatu perubahan dalam Konstitusi mulai
berlaku, dilanjutkan sampai diganti dengan yang lain menurut Konstitusi.
Ketentuan : Peraturan serta keputusan yang berlaku pada saat suatu perubahan dalam
Konstitusi mulai berlaku, dilanjutkan sampai diganti dengan yang lain menurut Konstitusi.
Ketentuan : Kecuali jika melanjutkan berlawanan dengan ketentuan baru konstitusi yang tidak
memerlukan peraturan undang-undang.

Bagian 2

Ketentuan2 Peralihan

Pasal 192

(1) Peraturan² undang-undang dan ketentuan² tata-usaha jang sudah ada pada saat
Konstitusi ini mulai berlaku, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan² dan
ketentuan² Republik Indonesia Serikat sendiri, selama dan sekadar peraturan2 dan ketentuan2 itu
tidak ditjabut, ditambah atau diubah oleh undang² dan ketentuan² tata-usaha atas kuasa
Konstitusi ini.
Ketentuan : Peraturan-peraturan UU dan ketentuan tata-usaha yang sudah ada tetap berlaku
sebagai peraturan dan ketentuan RIS selama peraturan dan ketentuan itu tidak dicabut,
ditambah atau diubah oleh UU dan ketentuan tata-usaha atas kuasa konstitusi.
(2) Pelandjutan peraturan² undang-undang dan ketentuan² tata-usaha jang sudah ada
sebagai diterangkan dalam ajat (1) hanja berlaku, sekadar peraturan² dan ketentuan² itu tidak
bertentangan dengan ketentuan² Piagam Pemulihan Kedaulatan, Statut Uni, Persetudjuan
Peralihan ataupun persetudjuan² jang lain jang berhubungan dengan pemulihan kedaulatan dan
sekadar peraturan² dan ketentuan² itu tidak berlawanan dengan ketentuan² Konstitusi ini jang
tidak memerlukan peraturan undang- undang atau tindakan² pendjalankan.
Ketentuan : Peraturan UU dan ketentuan tata-usaha yang terdapat dalam ayat 1, berlaku jika
tidak bertentangan dengan ketentuan piagam pemulihan kedaulatan, statut uni, persetujuan
peralihan atau perstujuan lain mengenai pemulihan kedaulatan.
Ketentuan : Peraturan dan ketentuan tidak boleh berlawanan dengan konstitusi
Pasal 193

(1) Sekadar hal itu belum ternjata dari ketentuan² Konstitusi ini, maka undang-undang
federal menentukan alat²- perlengkapan Republik Indonesia Serikat jang mana akan mendjalankan
tugas dan kekuasaan alat-perlengkapan jang mendjalankan tugas dan kekuasaan itu sebelum
pemulihan kedaulatan, jakni atas dasar perundang-undangan jang masih tetap berlaku karena
Pasal 1.
Ketentuan : Jika belum ada ketentuan ketentuan-ketentuan, maka UU Federal menentukan alat-
alat perlengkapan RIS.
Ketentuan : Alat-perlengkapan menjalankan tugas dan kekuasaan sebelum pemulihan kedaulatan
atas dasar UU yang berlaku karena pasal 1

(2) Pemerintah dengan segera menundjuk seorang wakil di Negeri Belanda jang–sambil
menunggu peraturan² jang akan diadakan nanti–mendjalankan atas namanja segala kekuasaan-
pengurus jang, sebelum pemulihan kedaulatan, didjalankan untuk Pemerintah Indonesia dulu
oleh alat²- perlengkapan Belanda di Negeri Belanda.
Ketentuan : Pemerintah menunjuk wakil di negeri belanda.
Pasal 194

Sambil menunggu pengaturan kewarganegaraan dengan undang-undang jang tersebut dalam ajat
(±) pasal 5, maka jang sudah warga-negara Republik Indonesia Serikat, jalah mereka jang
mempunjai kewarganegaraan itu menurut persetudjuan jang mengenai penentuan
kewarganegaraan jang dilampirkan pada Piagam Pemulihan Kedaulatan.
Ketentuan : Warga negara RIS adalah mereka yang menurut persetujuan mengenai
kewarganegaraan yang dilampirkan pada piagam pemulihan kedaulatan.

Pasal 195

Apabila sesuatu pokok jang pada saat Konstitusi ini mulai berlaku, masuk dalam jang diterangkan
dalam lampiran Konstitusi ini, diselenggarakan oleh suatu daerah-bagian, maka daerah-bagian itu
berkuasa melandjutkan menjelenggarakan pokok itu hingga Republik Indonesia Serikat mengambil
tugas penjelenggaraan itu. Djika demikian, maka daerah-bagian dalam melandjutkan
penjelenggaraan itu untuk sementara, akan bertindak sesuai dengan pendapat lebih tinggi alat²-
perlengkapan federal jang bersangkutan.
Ketentuan : Daerah-daerah bagian berkuasa menyelenggarakan pokok konstitusi hingga RIS
mengambil tugas penyelenggaraan itu.
Ketentuan : Daerah-bagian melanjutkan penyelenggaraan untuk sementara.
Ketentuan : Daerah-bagian bertindak sesuai pendapat lebih tinggi alat-perlengkapan federal.

Bagian 3

Ketentuan² Penutup

Pasal 196
Segera sesudah Konstitusi ini mulai berlaku, Pemerintah mewadjibkan satu atau beberapa
panitia jang diangkatnja, untuk mendjalankan tugas, sesuai dengan petundjuk²nja, bekerdja
mengichtiarkan, supaja aturan² jang diperlukan oleh Konstitusi ini diadakan, serta supaja pada
umumnja sekalian perundang-undangan jang sudah ada pada saat tersebut disesuaikan kepada
Konstitusi.
Ketentuan : Segera sesudah konstitusi ini berlaku, pemerintah mewajibkan satu atau beberapa
panitia untuk menjalankan tugas sesuai petunjuk.
Ketentuan : Segera sesudah konstitusi ini berlaku, pemerintah mewajibkan satu atau beberapa
panitia untuk mengikhtiarkan supaya aturan yang di perlukan konstitusi di adakan, serta supaya
perundang-undang yang sudah ada di sesuaikan kepada kosntitusi.

Pasal 197

(1) Konstitusi ini mulai berlaku pada saat pemulihan kedaulatan. Naskahnja
diumumkan pada hari itu dengan keluhuran menurut tjara jang akan ditentukan oleh
Pemerintah.
Ketentuan : Konstitusi ini mulai berlaku pada saat pemulihan kedaulatan
Ketentuan : Naskah diumumkan pada hari itu dengan cara yang di tentukan pemerintah.

(2) Djikalau dan sekadar sebelum saat jang tersebut dalam ajat (1), sudah dilakukan
tindakan² untuk membentuk alat²- perlengkapan Republik Indonesia Serikat dan untuk
menjiapkan penerimaan kedaulatan, sekaliannja atas dasar ketentuan² Konstitusi ini, maka
ketentuan² itu berlaku surut sampai pada hari tindakan² bersangkutan dilakukan. Lampiran.
Pokok² Penjelenggaraan-Pemerintahan jang dibebankan kepada Republik Indonesia Serikat
menurut Pasal 51 Konstitusi.
a. Pengaturan kewarganegaraan dan kependudukan Republik Indonesia Serikat;

b. Imigrasi dan emigrasi, dengan pengertian, bahwa undang-undang federal akan


memuat, bahwa tentang
banjaknja imigrasi jang diizinkan terhadap suatu daerah- bagian harus ada persesuaian dengan
daerah bersangkutan;

c. Pengaturan umum urusan kolonisasi dan transmigrasi, ketjuali djika kolonisasi dan transmigrasi
itu terjadi didalam daerah suatu daerah-bagian dan dengan pengertian, bahwa dalam hal
transmigrasi dari suatu daerah-bagian kedaerah- bagian lain, tentu harus ada persesuaian antara
daerah- bagian bersangkutan tentang banjaknja transmigrasi jang akan dilakukan;

d. Hak memberi ampun (grasi), amnesti dan abolisi;

e. Pengaturan hak pengarang, milik industri, dan hak pembiak (kwekersrecht);

f. Pengaturan asas²-pokok hukum sipil antarnegara dan hukum antargolongan;

g. Pengaturan hukum sipil dan hukum dagang, sekadar hal itu masuk bilangan untuk diatur dari
pusat, baik karena kepentingan sosial umum atau karena alasan² ekonomi, maupun karena artinja
jang chusus untuk bagian² penduduk jang penting jang sebagai demikian tidak masuk kewargaan
sesuatu daerah-bagian;

h. Pengaturan asas²-pokok hukum-pidana;

i. Pengaturan asas²-pokok hukum atjara perdata–termasuk dalamnja hukum bukti–dan hukum


atjara pidana;
j. Pengaturan susunan kehakiman federal;

k. Pugas dan kekuasaan pendaftaran tanah;

l. Pengembalian perhubungan-hukum ekonomi;

m. Ganti-rugi kerugian perang;

n. Mengatur dan mendjalankan tugas polisi bersangkutan dengan pokok²


penjelenggaraanpemerintahan federal; Pendidikan pegawai atasan polisi; Mengadakan persediaan²
untuk memadjukan ketjakapan teknik dan daja-guna kepolisian Republik Indonesia Serikat;
Mengadakan tindakan² untuk memadjukan kerdjasama jang tepat, dimana perlu, dalam pekerdjaan
pelbagai alat-perlengkapan polisi;

o. Hal mata-uang, hal uang dan hal bank, dan djuga pengaturan devisen;

p. Pengaturan padjak perseroan;

q. Pengaturan padjak kekajaan;

r. Pengaturan padjak pendapatan untuk hal² istimewa jang ditentukan undang-undang federal;

s.Pengaturan impor dari dan ekspor keluar negeri, termasuk bea-masuk dan bea-keluar dan djuga
penentuan daerah-bea;

t. Pengaturan bea meterai;


u. Pengaturan tjukai, sekadar penting bagi Republik Indonesia Serikat seluruhnja;

v. Monopoli² pemerintah;

w. Hubungan² luar negeri, hak² dan kewadjiban² terhadap pemerintah2 luar-negeri, dan djuga
pada umumnja segala pokok jang mempunjai hubungan rapat dengan perhubungan dengan
luar-negeri, (sedang dalam perhubungan itu Republik Indonesia Serikat harus seluruhnja
bertindak);

x. Pertahanan negeri, termasuk hal mengatur hukum pidana dan hukum patuh-taat ketentaraan,
madi dan zahiri, dan susunan kehakiman jang bersangkutan dengan itu, dan djuga mengatur dan
mengumumkan keadaan perang dan keadaan darurat perang;

y. Institut dan organisasi ilmu-pengetahuan jang penting bagi Republik Indonesia Serikat
seluruhnja;

z. Pemeliharaan monumen dan perlindungan alam jang penting bagi Republik Indonesia
Serikat seluruhnja;

A. Pengumpulan bahan2 statistik dan dokumen jang penting bagi Republik Indonesia seluruhnja;

B. Pengaturan dan tindakan² sosial jang penting bagi Republik Indonesia Serikat
seluruhnja;
C. Memberikan pedoman² tentang kedudukan-hukum kepegawaian pemerintah, supaja sedapat-
dapatnja didjamin kesesuaian dalam peraturan² jang bersangkutan;

D. Pengaturan pengadjaran tinggi dan djalan pengadjaran akademi jang berhubungan dengan itu,
termasuk pedoman² tentang pendidikan² jang memberi hak untuk masuk udjian² akademi, dan
akibat sipil idjazah pengadjaran tinggi;

E. Pedoman² tentang penerangan dan penjiaran radio, sekadar penting bagi Republik Indonesia
Serikat seluruhnja;

F. Aturan² umum tentang pengawasan atas impor dan djuga tentang pengudjian pilem²;

G. Pedoman² umum tentang politik agraria, sekadar penting bagi Republik Indonesia Serikat
seluruhnja;

H. Menolak penjakit menular;

I. Perniagaan, keradjinan, pertanian, penternakan perikanan dan urusan² ekonomi jang lain
diantaranja termasuk penjediaan makanan, sekadar penting bagi Republik Indonesia Serikat
seluruhnja;

J. Perhubungan lalu-lintas, sekadar lebih penting dari pada bagi satu daerah-bagian sadja, dan
djuga pemanduan dan penerangan pantai;

K. Penerbangan dan metereologi;


L. Topografi dan hidrografi;

M. Pengawasan dilaut;

N. Pemeliharaan pelabuhan² dan sungai², sekadar penting bagi peladjaran


antarnegara;

O. Urusan pos, telgram dan telpon, sekadar Republik Indonesia Serikat


jang menjediakan kebutuhan²nja;

P. Pengaturan pertambangan;

Q. Perundang-undangan umum tentang tenaga air dan listrik, dan djuga


pembangunan dan eksplotasi perusahaan² tenaga air jang ditentukan oleh
federasi;

R. Hal tera.
Ketentuan : Jikalau sebelum saat yang tersebut dalam ayat (1), sudah dilakukan
tindakan membentuk alat-perlengkapan RIS dan untuk menyiapkan
penerimaaan kedaulatan, ketentuan-ketentuan berlaku surut sampai hari
tindakan yang bersangkutan.
Ketentuan : Pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan dibebankan
kepada RIS menurut pasal 51 konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai