Anda di halaman 1dari 13

HUKUM TATA NEGARA INDONESIA

TUGAS 1 : KAJIAN NORMATIF TERHADAP KOSTITUSI

Nama Kelompok : Arrsy

Ketua Kelompok : Muhamad Zulfi Fauzan (02011282025185)

Anggota Kelompok : Galeri Goldi Pratama (02011281924510)

Wita Susena (02011282025109)

Yoga Belgi Pratama (02011281722230)

Yopi Prayitno (02011282025150

PROGRAN STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SEMESTER GASAL 2021/2022


KAJIAN NORMATIF TERHADAP

UUDS 1945 (PERTAMA)

By : Wita Susena

BAB I : BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.


 Ketentuan 1 : Indonesia negara kesatuan
 Ketentuan 2 : Negara berbentuk Republik
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
 Ketentuan 3 : Menganut paham kedaulatan rakyat
 Ketentuan 4 : MPR pelaku sepenuhnya kedaulatan rakyat

BAB II : MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan


Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.
 Ketentuan 5 : MPR terdiri dari DPR, utusan” daerah, dan badan”
kemasyarakatan.
 Ketentuan 6 : Mengenai MPR diatur dalam UU.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di
ibukota negara.
 Ketentuan 7 : MPR bersidang sedikitnya sekali dalam 5 tahun/boleh
lebih dari satu kali.
 Ketentuan 8 : sidang MPR dilakukan di ibu kota negara.
(3) : Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.
 Ketentuan 9 : Ketetapan MPR ditetapkan berdasarkan suara
terbanyak/voting.
Pasal 3

Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis


besar dari ada haluan negara.

 Ketenruan 10 : UUD ditetapkan oleh MPR

BAB III : KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA

Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut


UndangUndang Dasar.
 Ketentuan 11 : Prasiden sebagai kepala pemerintahan.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
 Ketentuan 12 : Presiden memiliki satu wakil.

Pasal 5

(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat.
 Ketentuan 13 : Presiden berkuasa membentuk UU
 Ketentuan 14 : Pembentukan UU harus dipersetujui DPR
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.
 Ketentuan 15 : Presiden memiliki kekuasaan untuk menetapkan
peraturan pemerintah.
 Ketentuan 16 : Presiden wajib menjalankan UU.

Pasal 6

(1) Presiden ialah orang Indonesia asli.


 Ketentuan 17 : Presiden orang Indonesia asli
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan
suara yang terbanyak.
 Ketentuan 18 : Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR melalui
voting.
Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.
 Ketentuan 19 : Masa jabatan presiden 5 tahun
 Ketentuan 20 : Sesudah masa jabatannya habis presiden dapat dipilih
lagi.

Pasal 8

Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.
 Ketentuan 21 : Jabatan presiden dapat diganti oleh wakil presiden.

Pasal 9

Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut: Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang- Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan
peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
"Janji Presiden (WakilPresiden):
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadiladilnya,
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undangundang dan
peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."
 Ketentuan 22 : Sebelum diangkat seorang presiden dan wakil presiden
bersumpah berdasarkan agamanya di hadapan MPR dan DPR.

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
 Ketentuan 23 : Presiden pemegang kekuasaan tertinggi atas TNI.

Pasal 11
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
 Ketentuan 24 : Presiden dapat mengambil keputusan mengenai
hubungan negara dengan negara lain dengan persetujuan DPR

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya


ditetapkan dengan undang-undang.
 Ketentuan 25 : Presiden dapat menyatakan wilayah negara dalam
keadaan bahaya, berdasarkan syarat-syarat yg ditetapkan UU.

Pasal 13

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.


 Ketentuan 26 : Duta besar RI dan konsul diangkat oleh presiden.
(2) Presiden menerima duta negara lain.
 Ketentuan 27 : Presiden berhak menerima duta dari negara lain.

Pasal 14

Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.


 Ketentuan 28 : Presiden berhak memberi grasi, amnesti, abolisi, dan
rehabilitasi.

Pasal 15

Presiden memberi gelaran, tanda jasa ,dan lain-lain tanda kehormatan.


 Ketentuan 29 :Presiden berhak memberikan gelaran, tanda jasa ,dan
lain-lain tanda kehormatan.

BAB IV : DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Pasal 16

(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang.


 Ketentuan 30 : Dewan Pertimbangan agung ditetapkan oleh UU.
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak
memajukan usul kepada pemerintah.
 Ketentuan 31 : Dewan pertimbangan agung wajib memberikan
jawaban atas pertanyaan presiden.
 Ketentuan 32 : Dewan pertimbangan agung berhak mengajukan usul
kepada pemerintah.

BAB V : KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.


 Ketentuan 33 : Presiden dibantu oleh mentri.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
 Ketentuan 34 : mentri diangkat oleh presidan dan dapat diberhentikan
oleh presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.
 Ketentuan 35 : mentri-mentri memimpin departemen pemerintahan

BAB VI : PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18

Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan
mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-
usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.

 Ketentuan 36 : Daerah Indonesia dibagi atas daerah besar dan kecil.


 Ketentuan 37 : Susunan pemerintahan daerah itu ditetapkan oleh UU.
 Ketentuan 38 : Negara menghormati kedudukan daerah-daerah
istimewa tersebut.
 Ketentuan 39 : segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah
itu akan mengingati hak-hak asalusul daerah tersebut.

BAB VII : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19
(1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.
 Ketentuan 40 : Susunan DPR ditetapkan oleh UU.

(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.


 Ketentuan 41 : DPR melakukan sidang sedikitnya sekali dalam
setahun.

Pasal 20

(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.


 Ketentuan 42 : Rancangan UU harus Disetujui oleh DPR
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
 Ketentuan 43 : UU yg tidak dipersetujui DPR maka tidak boleh
disahkan.

Pasal 21

(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang-


undang.
 Ketentuan 44 : Angota DPR berhak menerima/menetapkan UU.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak
disyahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
 Ketentuan 45 : Rancangan UU juga harus disetujui oleh presiden.
 Ketentuan 46 : Rancangan yg tidak disetujui presiden, maka tidak
dapat disahkan.

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang.
 Ketentuan 47 : Dalam keadaan genting presiden memiliki hak
menetapkan peraturan pemerintah penganti UU.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikut.
 Ketentuan 48 : Peraturan pemerintahan yg dibuat oleh presiden sebagai
penganti UU harus disetujui oleh DPR.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
 Ketentuan 49 : Jika peraturan tersebut tidak disetujui oleh DPR maka
peraturan tersebut dapat dicabut.

BAB VIII : HAL KEUANGAN

Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang.
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
 Ketentuan 50 : Angaran belanja setiap tahun ditetapkan oleh UU.
 Ketentuan 51 : Jika DPR tidak menyetujui angaran yg di ajukan
pemerintah, maka pemerintah akan menjalankan anggaran tahun yg
lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
 Ketentuan 52 : semua pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan
UU.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
 Ketentuan 53 : Mata uang ditetapkan oleh UU.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
 Ketentuan 54 : semua keuangan negara diatur oleh UU.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Ketentuan 55 : Yang bertangung jawab memeriksa keuangan negara
adalah BPK.
 Ketenatun 56 : Hasil pemeriksaan BPK diberikan kepada DPR.

BAB : IX KEKUASAAN KEHAKIMAN


Pasal 24

(1) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan
kehakiman menurut undang-undang.
 Ketentuan 57 : Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan badan
kehakiman lainnya menurut UU.
(2) Susunan dan kekuasaan badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
 Ketentuan 58 : Mengenai badan kehakiman diatur oleh UU.

Pasal 25

Syarat-syarat untuk menjadi dan diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-
undang.
 Ketentuan 59 : UU menetapkan syarat untuk menjadi hakim dan syarat
memberhentikan hakim

BAB X : WARGA NEGARA

Pasal 26

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
 Ketentuan 60 : Yang menjadi warga negara adalah orang idonesia asli
dan orang bangsa lain.
 Ketentuan 61 : UU mengesahkan seseorang untuk menjadi warga
negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
 Ketentuan 62 : UU mengatur syarat mengenai kewarganegaraan.

Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
 Ketentuan 63 : Setiap warga negara memiliki hak yg sama
 Ketentuan 64 : Setiap warga negara wajib menjunjung hukum.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
 Ketentuan 65 : Setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan
kehidupan yang layak.

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
 Ketentuan 66 : Warga negara memiliki hak yang berkaitan dengan
HAM.

BAB XI : AGAMA

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Ketentuan 67 : Negara ketuhanan.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
 Ketentuan 68 : Setiap penduduk memiliki hak memeluk agama dan
beribada sesuai agamanya masing-masing.

BAB XII : PERTAHANAN NEGARA

Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
 Ketentuan 70 : Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
 Ketentuan 71 : syarat mengenai pembelaan negara diatur oleh UU.

BAB XIII : PENDIDIKAN

Pasal 31

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.


 Ketentuan 72 : Warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional,
yang diatur dengan undang-undang.
 Ketentuan 73 : Pemerinta wajib memberika pengajaran kepada warga
negara.

Pasal 32

Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.


 Ketentuan 74 : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

BAB XIV : KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
 Ketentuan 75 : Perekonomian disusun atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
 Ketentuan 76 : Semua cabang produksi yg penting bagi negara dan yg
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Ketentuan 77 : Semua kekayaan alam dikuasai oleh negara.

Pasal 34

Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara.


 Ketentuan 78 : Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara
oleh negara.

BAB XV : BENDERA DAN BAHASA

Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.


 Ketentuan 79 : Bendera negara adalah benderah merah putih.

Pasal 36

Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.


 Ketentuan 80 : Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.

BAB XVI : PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

Pasal 37

(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
 Ketentuan 81 : Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 angota MPR
yang hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.
 Ketentuan 82 : Keputusan perubahan UUD dengan persetujuan > 2/3
anggota MPR hadir.

ATURAN PERALIHAN

Pasal 1

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan


pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia .
 Ketentuan 83 : PPKI mengatur dan menyelengarakan kepindahan
pemerintahan kepada pemerintah Indonesia.

Pasal 2

Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
 Ketentuan 84 : Semua badan negara dan peraturan masih berlaku
sebelum ada peraturan yang baru.

Pasal 3
Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
 Ketentuan 85 : Presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI untuk
pertama kali.

Pasal 4

Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan


Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
 Ketentuan 86 : Sebelum MPR,DPR, dan DPA dibentuk, segala
kekuasaan dijalankan oleh presiden degan dibantu oleh komite
nasional.

ATURAN PERTAMBAHAN

(1) Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden
Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar.
 Ketentuan 87 : Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan
segala hal yang ditetapkan dalam UUD setelah perang Asia Timur
Raya.
(2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu
bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.
 Ketentuan 88 : Setelah 6 bulan dibentuk, MPR bersidang untuk
menetapkan UUD.

Anda mungkin juga menyukai