UUDS 1950
Nama kelompok : Arrsy
Ketua kelompok :
Muhamad Zulfi Fauzan 02011282025185
Anggota :
1. Yoga belgi pratama
02011281722230
2. Wita susena 02011282025109
3. Yopi Prayitno
02011282025150
4. Galeri Goldi Pratama
02011281924510
Pasal 1
1. Republik Indonesia jang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara-hukum jang demokratis
dan berbentuk kesatuan.
Ketentuan ; Negara Indonesia adalah suatu negara hukum yang demokratis
Ketentuan : Berbentuk kesatuan
2. Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan Rakjat dan dilakukan oleh Pemerintah
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat
Ketentuan : Menganut paham kedaulatan
Ketentuan : kedaulatan dilakukan oleh pemerintah besama DPR
Pasal 2
Republik Indonesia meliputi seluruh daerah Indonesia.
Ketentuan : Republik Indonesia meliputi seluruh daerah Indonesia.
Pasal 3
1. Bendera kebangsaan Republik Indonesia ialah bendera Sang Merah Putih.
Ketentuan : warna bendera kebangsaan RI adalah merah Putih
2. Lagu kebangsaan ialah lagu "Indonesia Raja.
Ketentuan ; lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Meterai dan lambang negara ditetapkan oleh Pemerintah.
Ketentuan : Materai dan lambing negara ditetapkan oleh pemerintah
Pasal 4
Bahasa resmi Negara Republik Indonesia ialah Bahasa Indonesia.
Ketentuan : Bahasa resmi adalah Bahasa Indonesia
Pasal 5
1. Kewarga-negaraan Republik Indonesia diatur oleh Undang-undang.
Ketentuan :Kewarganegaraan diatur oleh UU
2. Kewarga-negaraan (naturalisasi) dilakukan oleh atau dengan kuasa undang-undang.
Undang-undang mengatur akibat-akibat kewarganegaraan terhadap isteri orang jang
telah diwarga-negarakan dan anak-anaknja jang belum dewasa.
Ketentuan : naturalisasi dilakukan oleh atau kuasa UU
Ketentuan : akibat kewrganegaraan istri orang yang telah di warga negaarakan dan
anak anak diatur oleh UU
Pasal 6
Penduduk Negara ialah mereka jang diam di Indonesia menurut aturan-aturan jang
ditetapkan dengan undangundang.
Ketentuan :penduduk negara indonesia adalah mereka yang tinggal diindoneisa
berdasarkan yang di atur UU
Pasal 7
1. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang.
Ketentuan : pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap UU
2. Sekalian orang berhak menuntut perlakuan dan perlindungan jang sama oleh undang-
undang.
Ketentuan : hak perlakuan dan perlindungan yang sama oleh UU
Pasal 8
Sekalian orang jang ada didaerah Negara sama berhak menuntut perlindungan untuk diri
dan harta-bendanja.
Ketentuan : orang di daerah negara memiliki hak perlindungan untuk diri dan harta benda
Pasal 9
1. Setiap orang berhak dengan bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan Negara.
Ketentuan : kebebasan bergerak dan tinggal dalam perbatasan negara
2. Setiap orang berhak meninggalkan negeri dan djika ia warga-negara atau penduduk
kembali kesitu.
Ketentuan : hak meninggalkan negara dan kembali ke negaara
Pasal 10
Tiada seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba.
Perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa apapun jang
tudjuannja kepada itu, dilarang
Ketentuan : larangan perbudakan, diperulur atau diperhamba dan perbuatan apapun yang
tujuannya untuk itu
Pasal 11
Tiada seorang djuapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum setjara ganas, tidak
mengenal perikemanusiaan atau menghina.
Ketentuan : Tidak ada hukuman yang tidak berprikemanusiaan
Pasal 12
Tiada seorang djuapun boleh ditangkap atau ditahan, selain atas perintah untuk
itu oleh kekuasaan jang sah menurut aturan-aturan undang-undang dalam hal-
hal dan menurut tjara jang diterangkan dalamnja.
Ketentuan : tidak dapat terjadinya penahanan selain atas perintah yang di atur Undang undang.
Pasal 13
1. Setiap orang berhak, dalam persamaan jang sepenuhnja mendapat perlakuan
djudjur dalam perkaranja oleh hakim jang tak memihak, dalam hal menetapkan
hakhak dan, kewadjiban-kewadjibannya dan dalam hal menetapkan apakah
suatu tuntutan hukuman jang dimadjukan terhadapnja beralasan atau tidak.
Ketentuan 21 : hak persamaan, perlakuan jujur oleh hakim yang tak memihak
2. Bertentangan dengan kemauannja tiada seorang djuapun dapat dipisahkan
dari pada hakim, jang diberikan kepadanja oleh aturan-aturan hukum jang
berlaku.
Ketentuan 22 : tidak ada seorang pun dapat dipisahkan dari hakim, sesuai aturan
yang berlaku
Pasal 14
1. Setiap orang jang dituntut karena disangka melakukan sesuatu peristiwa
pidana berhak dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannja dalam
suatu sidang pengadilan, menurut aturan-aturan hukum jang berlaku, dan ia
dalam sidang itu diberikan segala djaminan jang telah ditentukan dan jang perlu
untuk pembelaan.
Ketentuan : sesorang yang dituntut dianggap tidak berslah sampai ada suatu
pembuktian di pengadilan
Ketentuan : di persidangan ia diberikan jaminan untuk melakukan pembelaan
2. Tiada seorang diutjapkan boleh dituntut untuk dihukum atau didjatuhi
hukuman, ketjuali karena suatu aturan hukum jang sudah ada dan berlaku
terhadapnja.
Ketentuan : sesorang tidak boleh dituntut untuk dijatuhi hukuman kecuali
sudah adanya aturan yang berlaku terhadapnya
3. Apabila ada perubahan dalam aturan hukum seperti tersebut dalam ajat
diatas, maka dipakailah ketentuan jang lebih baik sitersangka.
Ketentuan : apabila ada perubahan hukum maka dipakai ketentuan yang lebih
baik si tersangka
Pasal 15
1. Tiada suatu pelanggaran atau kedjahatanpun boleh diantjamkan hukuman
berupa rampasan semua barang kepunjaan jang bersalah.
Ketentuan : pelanggaran dan kejahatan boleh diancam hukuman berupa
rampasan barang
2. Tidak suatu hukumanpun mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan
segala hak-hak kewargaan.
Ketentuan : hukuman tidak boleh mengakibatkan kematian atau kehilangan hak
kewarganegaraannya
Pasal 16
1. Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggugugat.
Ketentuan 2: larangan menggangu tempat kediaman siapapun
2. Mengindjak suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang jang mendiaminja, hanja dibolehkan
dalam halhal jang ditetapkan dalam suatu aturan hukum jang berlaku baginja.
Ketentuan : larangan menginjak suatu pekarangan atau rumah tanpa izin si
pemilik
Ketentuan : kecuali dalam hal hal yang ditetapkan hukum yang berlaku baginya
Pasal 17
Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan suratmenjurat tidak boleh
diganggu gugat, selainnja dari atas perintah hakim atau kekuasaan lain jang
telah disahkan untuk itu menurut peraturan-peraturan dan undang-undang dalam
hal-hal jang diterangkan dalam peraturan itu.
Ketentusn :kemerdekaan dan rahasia surat menyurat tidak boleh diganggu
gugat selain dari kuasa hakim yang telah sah menurut UU
Pasal 18
Setiap orang berhak atas kebebasan agama, keinsjafan batin dan pikiran.
Ketentusn : setiap orang berhak atas kebebasan beragama
Pasal 20
Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat diakui dan diatur dengan
undang-undang.
Ketentuan : penduduk mempunyai hak untuk berkumpul dan berapat
Pasal 21
Hak berdemonstrasi dan mogok diakui dan diatur dengan undang-undang.
Ketetuan : UU mengakui dan mengatur hak demontrasi dan mogok
Pasal 22
1. Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersamasama berhak dengan
bebas memadjukan pengaduan kepada penguasa, baik dengan lisan ataupun
dengan tulisan.
Ketentuan : setiap orang berhak mngajukan pengaduan kepada penguasa baik
lisan maupun tulisan
2. Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersamasama berhak
memadjukan permohonan kepada penguasa.
Ketentuan : setiap orang berhak mngajukan pengaduan kepada penguasa
Pasal 23
1. Setiap warga-negara berhak turut-serta dalam pemerintahan dengan langsung
atau dengan perantaraan wakil-wakil jang dipilih dengan bebas menurut tjara
jang ditentukan oleh undang-undang.
Ketentuan : setiap warga negara berhak ikut serta dalam pemerintahan baik
langsung maupun perantaraan sesuai ketentuan UU
2. Setiap warga negara dapat diangkat dalam tiap-tiap djabatan pemerintah.
Orang asing boleh diangkat dalam djabatan-djabatan pemerintah menurut
aturanaturan jang ditetapkan oleh undang-undang.
Ketentuan : warga negara dan orang asing boleh diangkat dalam jabatan
pemerintah menurut aturan yang berlaku dalam UU
Pasal 24
Setiap warga-negara berhak dan berkewadjiban turut-serta dengan sungguh-
sungguh dalam pertahanan Negara.
Ketentuan :
Hak dan berkewajiban warga negara dalam pertahanan negara
Pasal 25
1. Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada
termasuknja warga-negara dalam sesuatu golongan rakjat.
Ketentuan : penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan dan kerugian kepada
warga negara
2. Perbedaan dalam kebutuhan masjarakat dan kebutuhan hukum golongan
rakjat akan diperhatikan.
Ketentuan : perbedaan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan hukum akan
diperhatikan
Pasal 26
1. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain.
Ketentuan :setiap orang mempunyai hak atas kepemilikan baik sendiri maupun
bersama sama
2. Seorangpun tidak boleh dirampas miliknja dengan semena-mena.
Ketentuan : larangan merampas kepemilikan orang lain
3. Hak milik itu adalah funksi sosial.
Ketentuan : hak milik adalah fungsi sosial
Pasal 27
1. Pentjabutan hal milik untuk kepentingan umum atas sesuatu benda atau hak
tidak dibolehkan, ketjuali dengan mengganti kerugian dan menurut aturan-
aturan undang-undang.
Ketentuan :larangan mencabut hak milik untuk krprntingan umum ketentuan :
kecuali dengan mengganti rugi menrut aturan UU
2. Apabila sesuatu benda harus dibinasakan untuk kepentingan umum, ataupun,
baik untuk selamalamanja maupun untuk beberapa lama, harus dirusakkan
sampai tak terpakai lagi, oleh kekuasaan umum; maka hal itu dilakukan dengan
mengganti kerugian dan menurut aturan-aturan undang-undang, ketjuali djika
ditentukan jang sebaliknja oleh aturanaturan itu.
Ketentuan :apabila suatu benda harus dibinasakan baik dalam waktu tertentu
atau selama lamanya untuk kepntingan umum maka dilakukan ganti rugi
menurut aturan UU
Ketentuan : kecuali jikaditentukan yang sebaliknya
Pasal 28
1. Setiap warga-negara, sesuai dengan ketjakapannja, berhak atas pekerdjaan,
jang lajak bagi kemanusiaan.
Ketentuan : Hak atas pekerjaan yang layak setiap warga negara
2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerdjaan dan berhak pula atas
sjarat-sjarat perburuhan jang adil.
Ketentuan : kebebasan memilih pekerjaan dan ha katas syarat perburuhan yang
adil
3. Setiap orang jang melakukan pekerdjaan jang sama dalam hal-hal jang sama,
berhak atas pengupahan jang
sama dan atas perdjandjian-perdjandjian pekerdjaan jang sama baiknja.
Ketentuan :stiap orang yang bekerja menerima upah yang sama atas perjanian
pekerjaan
4. Setiap orang jang melakukan pekerjaan, berhak atas pengupahan adil jang
mendjamin kehidupannja bersama dengan keluarganja, sepadan dengan
martabat manusia.
Ketentuan : orang yang berkerja berhak menerima upah yang adil dan cukup
untuknya dan keluarganya
Pasal 29
Setiap orang berhak mendirikan serikat-sekerdja dan masuk kedalamnja untuk
memperlindungi dan memperdjoangkan kepentingannja.
Ketentuan : hak mendirikan serikat kerja dan masuk kedalamnya untuk
kepentingannya
Pasal 30
1. Tiap-tiap warga-negara berhak mendapat pengadjaran.
Ketentuan : hak mendapatkan pengajaran
2. Memilih pengadjaran jang diikuti, adalah bebas.
Ketentuan :kebebasan memilih pengajaran
3. Mengadjar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa
jang dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-undang.
Ketentuan : mengajar bebas dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa sesuai dengan
peraturan undang -undang
Pasal 31
Kebebasan melakukan pekerdjaan sosial dan amal, mendirikan organisasi-
organisasi untuk itu, dan djuga untuk pengadjaran partikelir, dan mentjari dan
mempunjai harta untuk maksud-maksud itu, diakui, dengan tidak mengurangi
pengawasan penguasa jang dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-
undang.
Ketentuan :Kebebasan melakukan perkerjaan sosial dan amal
Ketentuan : kebebasan mendirikan organisasi,pengajaran partikelir
Pasal 32
Setiap orang jang didaerah Negara harus patuh kepada undang-undang termasuk
aturan-aturan hukum jang tak tertulis, dan kepada penguasa-penguasa.
Ketentuan : kewajiban setiap patuh terhdap UU maupun aturan tak tertulis dan
kepada penguasa
Pasal 33
Melakukan hak-hak dan kebebasan-kebebasan jang diterangkan dalam bagian
ini hanja dapat dibatasi dengan peraturan-peraturan undang-undang semata-
mata untuk mendjamin pengakuan dan penghormatan jang tak boleh tiada
terhadap hak-hak serta kebebasan-kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi
sjarat-sjarat jang adil untuk ketenteraman, kesusilaan dan kesedjahteraan dalam
suatu masjarakat jang demokratis.
Ketentuan 6: peraturan-peraturan UU semata-mata untuk menjamin pengakuan
dan penghormatan yang tak boleh tiada terhadap hak-hak serta kebebasan-
kebebasan orang lain.
Pasal 34
Tiada suatu ketentuanpun dalam bagian ini boleh ditafsirkan dengan pengertian,
sehingga sesuatu penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari
padanja untuk mengusahakan sesuatu apa atau melakukan perbuatan berupa
apapun jang bermaksud menghapuskan sesuatu hak atau kebebasan jang
diterangkan dalamnja.
Ketentuan :tidak ada ketentuan pun dalam undang undang ini boleh ditafsir dengan pengertian
Ketentuan : penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari pada mengusahakan sesuatu
menghapus sesuatu hak dan kebebasan
Pasal 35
Kemauan Rakjat adalah dasar kekuasaan penguasa; kemauan itu dinjatakan
dalam pemilihan berkala jang djudjur dan jang dilakukan menurut hak-pilih
jang bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara jang
rahasia ataupun menurut tiara jang djuga mendjamin kebebasan mengeluarkan
suara.
Ketentuan : kemauan rakyat dasar kekuasaan penguasa
Ketentuan : kemauan dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan yang dilakukan menurut
hak pilih yang sesaat mungkin bersifat umum berkesamaan
Ketentuan :pemungutan suara rahasia
Pasal 36
Penguasa memadjukan kepastian dan djaminan sosial, teristimewa pemastian
dan pendjaminan sjarat-sjarat perburuhan dan keadaan-keadaan perburuhan jang
baik, pentjegahan dan pemberantasan pengangguran serta penjelenggaraan
persediaan untuk hari-tua dan pemeliharaan djanda-djanda dan anak-jatim-piatu.
Ketentuan
Ketentuan :penguasa memajukan kepastian dan djaminan sosial
Ketentuan : pemberantasan pengangguran
Ketentuan :persediaan untuk hari-tua dan memelihara janda dan anak anak yatim piatu
Pasal 37
1. Penguasa terus-menerus rnenjelenggarakan usaha untuk meninggikan
kemakmuran rakjat• dan berkewadjiban senantiasa mendjamin bagi setiap orang
deradjat hidup jang sesuai dengan martabat manusia untuk dirinja serta
keluarganja.
Ketentuan : Ketentuan:meninggikan kemakmuran rakyat suatu hal terus menerus oleh penguasa
Ketentuan :menjamin derajat hidup yang sesuai dengan martabat
2. Dengan tidak mengurangi pembatasan jang ditentukan untuk kepentingan
umum dengan peraturan-peraturan undang-undang, maka. kepada sekalian
orang diberikan kesempatan menurut sifat, bakat dan ketjakapan masing-masing
untuk turut-serta dalam perkembangan sumber-sumber kemakmuran negeri.
Ketentuan :kepentingan rakyat tidak mengurangi pembatasan kepentingan umum dengan peraturan
undang - undang
Ketentuan : seseorang diberikan kesempatan menurut sifat,bakat,dan kecakapan
masing masing
3. Penguasa mentjegah adanja organisasi-organisasi jang bersifat monopoli
partikelir jang merugikan ekonomi nasional menurut peraturan-peraturan jang
ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : Penguasa mencegah adanya organisasi-organisasi jang bersifat
monopoli partikelir
Pasal 38
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.
Ketentuan :berazaskan kekeluargaan
2. cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hadjat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
Ketentuan : cabang cabang produksi banyak dikuasai oleh negara
3. Bumi dan air dan kekajaan alam jang terkandung didalamnja dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakjat.
Ketentuan : dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
Pasal 39
1. Keluarga berhak atas perlindungan oleh masjarakat dan Negara.
Ketentuan : keluarga mempunyai hak perlindungan
2. Fakir-miskin dan anak-anak jang terlantar dipelihara oleh Negara.
Ketentuan : negaraberkewajiban atas fakir miskin dan anak terlantar
Pasal 40
Penguasa melindungi kebebasan mengusahakan kebudajaan serta kesenian dan
ilmu pengetahuan. Dengan mendjundjung azas ini maka penguasa memadjukan
sekuat tenaganja perkembangan kebangsaan dalam kebudajaan serta kesenian
dan ilmu pengetahuan.
Ketentuan : Ketentuan: melingindungi kebebasan mengusahakan kebudayaan serta kesenian dan
ilmu pengetahuan
Pasal 41
1. Penguasa wadjib memadjukan perkembangan rakyat baik rohani maupun djasmani.
Ketentuan :kewajiban penguasa memajukan perkembangan rakyat
2. Penguasa teistimewa berusaha selekas-lekasnya menghapuskan buta-huruf.
Ketentuan : Upaya penguasa dalam meningkatkan kemampuan membaca
3. Penguasa memenuhi kebutuhan akan pengadjaran umum jang diberikan atas dasar memperdalam
keinsjafan kebangsaan, mempererat persatuan Indonesia, membangun dan memperdalam perasaan
peri-kemanusiaan, kesabaran dan penghormatan jang sama terhadap kejakinan agama setiap orang
dengan memberikan kesempatan dalam djam peladjaran untuk mengadjarkan peladjaran agama
sesuai dengan keinginan orang-tua murid-murid.
Ketentuan : Ketentuan:penguasa memberikan pengajaran umum
4. Terhadap pengadjaran rendah, maka penguasa berusaha melaksanakan dengan lekas kewadjiban
beladjar jang umum.
Ketentuan : penguasa berusaha malksanakan pengajaran umum terhadap pengajaran rendah
Pasal 42
Penguasa senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh memadjukan kebersihan umum dan
kesehatan rakjat.
Ketentuan : penguasa memajukan kebersihan dan Kesehatan rakyat
Pasal 43
1. Negara berdasarkan atas ke-Tuhanan Jang Maha Esa.
Ketentuan : Berdasarkan ketuhanan yang maha esa
2. Negara mendjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanja masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanja dan kepertjajaannja itu.
Ketentuan : kebebasan memeluk agama
3. Penguasa memberi perlindungan jang sama kepada segala perkumpulan dan pesekutuan agama
jang diakui. Pemberian sokongan berupa apapun oleh penguasa kepada pedjabat-pedjabat agama
dan persekutuanpersekutuan atau perkumpulan-perkumpulan agama dilakukan atas dasar sama hak.
Ketentuan : perlindungan atas segala perkumpulan dan persekutuan agama
Ketentuan : hak yang sama pemberian sokokngan kepada pejabat pejabat agama
4. Penguasa mengawasi supaja segala persekutuan dan perkumpulan agama patuh-taat kepada
undang-undang, termasuk aturan-aturan hukum jang tak tertulis.
Ketentuan :: pengawasan terhadap persekutuan dan perkumpulan agama
Pasal 44
Alat-alat perlengkapan Negara ialah:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Menteri-menteri;
c. Dewan Perwakilan Rakjat;
d. Mahkamah Agung;
e. Dewan Pengawas Keuangan.
Pasal 45
1. Presiden ialah Kepala Negara.
Ketentuan : Presiden sebagai kepala negara
2. Dalam melakukan kewadjibannya Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Ketentuan : presiden dibantu wakil presiden
3. Presiden dan Wakil-Presiden dipilih menurut aturan jang ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : dipilih menurut aturan UU
4. Untuk pertama kali Wakil-Presiden diangkat oleh Presiden dari andjuran jang dimadjukan oleh
Dewan Perwakilan Rakjat.
Ketentuan : diangkat oleh presiden sesuai anjuran DPR
5. Presiden dan Wakil-Presiden harus warga-negara Indonesia jang telah berusia 30 tahun dan tidak
boleh orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun orang jang
telah ditjabut haknja untuk dipilih.
Ketentuan : Berusia 30 tahun
Ketentuan : tidak diperkenankan orang yang telah dicabut hak pilihnya
Pasal 46
1. Presiden dan Wakil-Presiden berkedudukan ditempat kedudukan Pemerintah.
Ketentuan : presiden dan wakil presiden berkedudukan ditempat kedudukan pemerintah
2. Pemerintah berkedudukan di Djakarta, ketjuali djika dalam hal darurat Pemerintah menentukan
tempat jang lain.
Ketentuan : berkedudukan di Jakarta
Ketentuan : kecuali dalam hal darurat pemerintah menentukan tempat lain
Pasal 47
Presiden dan Wakil-Presiden sebelum memangku djabatan, mengangkat sumpah (menjatakan
keterangan) menurut tjara agamanja dihadapan Dewan Perwakilan Rakjat, sebagai berikut:
Saja bersumpah (menerangkan) bahwa saja, untuk dipilih mendjadi Presiden (Wakil-Presiden)
Republik Indonesia, langsung ataupun tak langsung, dengan nama atau dengan dalih apapun, tiada
memberikan atau mendjandjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun djuga.
Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
djabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima dari siapapun djuga, langsung ataupun tak langsung
sesuatu djandji atau pemberian.
Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja dengan sekuat tenaga akan memadjukan kesedjahteraan
Republik Indonesia dan bahwa saja akan melindungi dan mempertahankan kebebasan-kebebasan
dan hak-hak umum dan chusus sekalian penghuni Negara.
Saja bersumpah (berdjandji) setia kepada Undang-undang Dasar dan lagi bahwa saja akan
memelihara segala peraturan jang berlaku bagi Republik Indonesia, bahwa saja akan setia kepada
Nusa dan Bangsa dan bahwa saja dengan setia akan memenuhi segala kewadjiban jang
ditanggungkan kepada saja oleh djabatan Kepala Negara (Wakil-Kepala Negara) Republik
Indonesia, sebagai sepantasnja bagi Kepala Negara (Wakil-Kepala Negara) jang baik".\
Ketentuan : Presiden dan wakil presiden berumpah dihadapan DPR
Pasal 48
Djika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewadjibannja dalam masa
djabatannja, ia diganti oleh Wakil-Presiden sampai habis waktunja.
Ketentuan : jika presiden tidak dapat melakukan kewajibannya maka di gantikan oleh wakilnya
Pasal 49
Jang dapat diangkat mendjadi Menteri jalah warga-negara Indonesia jang telah berusia 25 tahun dan
jang bukan orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun orang
jang telah ditjabut haknya untuk dipilih.
Ketentuan : Menteri ialah warga negara indonesia
Ketentuan : berusia 25 tahun
Ketentuan : tidak diperkanankan hak pilih atau orangyang telah dicabut hak pilihnya
Pasal 50
Presiden membentuk Kementerian-kementerian
Ketentuan : Presiden membentuk Menteri dalam membantunya menjalankan fungsi eksekutif
Pasal 51
1. Presiden menunjuk seorang atau beberapa orang pembentuk Kabinet.
Ketentuan : presiden menunjuk pembentuk kabinet
2. Sesuai dengan andjuran pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat seorang dari padanja
mendjadi Perdana Menteri dan mengangkat Menteri-menteri jang lain.
Ketentuan : Presiden mengangkat perdana Menteri dan Menteri Menteri yang lain
3. Sesuai dengan andjuran pembentuk itu djuga, Presiden menetapkan siapa-siapa dari Menteri-
menteri itu diwadjibkan memimpin Kementerian masing-masing. Presiden boleh mengangkat
Menteri-menteri jang tidak memangku sesuatu kementerian.
Ketentuan : presiden menunjuk sesorang mempin kementrian
Ketentuan : boleh mengangkat Menteri yang tidak memangku suatu kemntrian
4. Keputusan-keputusan Presiden jang memuat pengangkatan jang diterangkan dalam ajat 2 atau 3
pasal ini ditandatangani serta oleh pembentuk Kabinet.
Ketentuan :keputusan presiden ditanda tangani pembentuk kabinet
5. Pengangkatan atau penghentian antara-waktu Menterimenteri begitu pula penghentian Kabinet
dilakukan dengan keputusan Presiden.
Ketentuan : pengangkatan dan penghentian Menteri dan cabinet dilakukan oleh presiden
Pasal 52
1. Untuk merundingkan bersama-sama kepentingankepentingan umum Republik Indonesia,
Menterimenteri bersidang dalam Dewan Menteri jang diketuai oleh Perdana Menteri atau dalam hal
Perdana Menteri berhalangan, oleh salah seorang Menteri jang ditundjuk oleh Dewan Menteri.
Ketentuan : Menteri berisidang untuk merundingkan kepentingan umum RI
2. Dewan Menteri senantiasa memberitahukan segala urusan jang penting kepada Presiden dan
WakilPresiden. Masing-masing Menteri berkewadjiban demikian djuga berhubung dengan urusan-
urusan jang chusus masuk tugasnja.
Ketentuan : dewan Menteri memberitahukan segala urusan kepada presiden dan wakil presiden
Pasal 53
Sebelum memangku djabatannya, Menteri-menteri mengangkat sumpah (menjatakan keterangan)
dihadapan Presiden menurut tjara agamanja, sebagai berikut:
Saja bersumpah (menerangkan) bahwa saja, untuk diangkat mendjadi Menteri, langsung ataupun
tak langsung dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau mendjandjikan ataupun akan
memberikan sesuatu kepada siapapun djuga.
Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
djabatan ini, tiada sekali-kali menerima dari siapapun djuga, langsung ataupun tak langsung sesuatu
djandji atau pemberian.
Saja bersumpah (berdjandji) setia kepada Undang-undang Dasar, bahwa saja akan memelihara
segala peraturan jang berlaku bagi Republik Indonesia, bahwa saja dengan sekuat tenaga akan
mengusahakan kesedjahteraan Republik Indonesia, bahwa saja akan setia kepada Nusa dan Bangsa
dan bahwa saja akan memenuhi dengan setia segala kewadjiban jang ditanggungkan kepada saja
oleh djabatan Menteri".
Ketentusn : sebelum menjabat menteru mengangkat sumpah di hadapan presiden
Pasal 54
Gadji Presiden, gadji Wakil-Presiden dan gadji Menterimenteri, begitu pula ganti rugi untuk biaja
perdjalanan dan biaja penginapan dan, djika ada, ganti-rugi jang lain-lain, diatur dengan undang-
undang.
Ketentuan :Gaji presiden,wakil presiden,dan Menteri Menteri diatur dalam UU
Pasal 55
1. Djabatan Presiden, Wakil-Presiden dan Menteri tidak boleh dipangku bersama-sama dengan
mendjalankan djabatan umum apapun didalam dan diluar Republik Indonesia,
ketentuan : jabatan presiden,wakil presiden dan Menteri ditak boleh dipangku bersma jabatan
umum manapun
2. Presiden, Wakil-Presiden dan Menteri-menteri tidak boleh, langsung atau tak langsung turut-serta
dalam ataupun mendjadi penanggung untuk sesuatu badan perusahaan jang berdasarkan
perdjandjian untuk memperoleh laba atau untung jang diadakan dengan Republik Indonesia atau
dengan sesuatu daerah autonoom dari Indonesia.
Ketentuan : presiden,wakil presiden dan Menteri dilarang menjadi panggung untuk suatu badan
perusahaan
3. Mereka tidak boleh mempunjai piutang atas tanggungan Republik Indonesia, ketjuali surat-surat
utang umum.
Ketentuan : tidak boleh behutatang tas tanggungan RI
4. Jang ditetapkan dalam ajat 2 dan 3 pasal ini tetap berlaku atas mereka selama tiga tahun sesudah
mereka meletakkan djabatannja.
Ketentuan : pemberlakuan ayat 2 dan 3 selam 3 tahun sesudah jabatannya
Pasal 56
Dewan Perwakilan Rakjat mewakili seluruh Rakjat Indonesia dan terdiri sedjumlah Anggauta jang
besarnja ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap 300.000 djiwa penduduk warga-negara
Indonesia mempunjai seorang wakil; ketentuan ini tidak mengurangi jang ditetapkan dalam ajat
kedua pasal 58
Ketentuan : DPR mewakili seluruh rakyat indonesia
Pasal 57 Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat dipilih dalam suatu pemilihan umum oleh
warga-negara Indonesia jang memenuhi sjarat-sjarat dan menurut aturan-aturan jang ditetapkan
dengan undang-undang.
Ketentuan : DPR dipilih dalam suatu pemilu yang memenuhi syarat sesuai UU
Pasal 58
1. Golongan-golongan ketjil Tionghoa, Eropah dan Arab akan mempunjai wakil dalam Dewan
Perwakilan Rakjat dengan berturut-turut sekurang-kurangnya 9, 6 dan 3 Anggauta.
Ketentuan : Golongan kecil tionghoa akan mempunyai wakil dalam DPR
2. Djika djumlah-djumlah itu tidak tertjapai dengan pemilihan menurut undang-undang termaksud
dalam pasal 57, maka Pemerintah Republik Indonesia mengangkat wakil-wakil tambahan bagi
golongangolongan ketjil itu. Djumlah Anggauta Dewan Perwakilan Rakjat sebagai tersebut dalam
pasal 56 ditambah dalam hal itu djika perlu dengan djumlah pengangkatan-pengangkatan itu.
Ketentuan : jika jumlah tidak tercapai maka pemerintah RI mengangkat wakil wakil tambahan bagi
golongan kecil itu
Pasal 59
Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat dipilih untuk masa empat tahun. Mereka meletakkan
djabatannya bersama-sama dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
Ketentuan : anggota DPR menjabat selama 4 tahun
Pasal 60
Jang boleh menjadi Anggauta Dewan Perwakilan Rakjat ialah warga-negara jang telah berusia 25
tahun dan bukan orang jang tidak diperkenankan serta dalam atau mendjalankan hak-pilih ataupun
orang jang haknya untuk dipilih telah ditjabut.
Ketentuan :anggota DPR ialah warga negara yang telah berusia 25 tahun
Pasal 61
1. Keanggautaan Dewan Perwakilan Rakjat tidak dapat dirangkap dengan djabatan Presiden, Wakil-
Presiden, Djaksa Agung, Ketua, Wakil-Ketua atau Anggauta Mahkamah Agung, Ketua, Wakil-
Ketua atau Anggauta Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank-Sirkulasi dan djabatan-djabatan
lain jang ditentukan dengan undang-undang.
Ketentuan : anggota DPR tidak boleh rangkap jabatan sesuai yang ditentukan UU
2. Seorang Anggauta Dewan Perwakilan Rakjat jang merangkap mendjadi Menteri tidak boleh
mempergunakan hak atau kewajibannja sebagai Anggauta badan tersebut selama ia memangku
djabatan Menteri.
Ketentuan :Anggota DPR yang merangkap sebagai Menteri tidak boleh mempergunakan hak dan
kewajibannya sebagai badan tersebut
3. Anggauta Angkatan Perang dalam dinas aktif jang menerima keanggautaan Dewan Perwakilan
Rakjat, dengan sendirinya mendjadi non-aktif selama keanggautaan itu. Setelah berhenti mendjadi
Anggauta, ia kembali dalam dinas-aktif lagi.
Ketentuan :anggota Angkatan perang yang menjadi DPR menjado non aktif selama menjadi
keanggotaan
Pasal 62
1. Dewan Perwakilan Rakjat memilih dari, antaranja seorang Ketua dan seorang atau beberapa
orang WakilKetua. Pemilihan-pemilihan ini membutuhkan pengesahan Presiden.
Ketentuan :DPR memilih ketua dan wakil ketua
2. Selama pemilihan Ketua dan Wakil-Ketua belum disahkan oleh Presiden, rapat diketuai untuk
sementara oleh Anggauta jang tertua umurnja.
Ketentuan :selama belum disahkan presiden,rapat diketuai oleh anggota yang tertua umurnya
Pasal 63
Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat sebelum memangku djabatannja, mengangkat
sumpah (meratakan keterangan) dihadapan Presiden atau Ketua Dewan Perwakilan Rakjat jang
dikuasakan untuk itu oleh Presiden, menurut tjara agamanja sebagai berikut:
Saja bersumpah (menerangkan) bahwa saja, untuk dipilih (diangkat) mendjadi Anggauta Dewan
Perwakilan Rakjat, langsung atau tak langsung, dengan nama atau dalih 31 apapun, tiada
memberikan atau mendjandjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun djuga.
Saja bersumpah (berdjandji) bahwa saja, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
djabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima, langsung ataupun tak langsung, dari siapapun djuga
sesuatu djandji atau pemberian.
Saja bersumpah (berdjandji), bahwa saja senantiasa akan membantu memelihara Undang-undang
Dasar dan segala peraturan jang lain berlaku bagi Republik Indonesia, bahwa saja akan berusaha
dengan sekuat tenaga memadjukan kesedjahteraan Republik Indonesia dan bahwa saja akan setia
kepada Nusa dan Bangsa".
Ketentuan :sebelum anggota menjabat bersumpah sesuai agamanya dihadapan presiden atau ketua
DPR
Pasal 64
Dalam rapat Dewan Perwakilan Rakjat Ketua memberi kesempatan berbitjara kepada Menteri-
menteri, apabila dan tiap-tiap kali mereka mengingininja.
Ketentuan : dalam rapat,ketua memeberikan ksemepatan bicara kepada Menteri
Pasal 65
1. Dewan Perwakilan Rakjat bersidang, apabila Pemerintah menjatakan kehendaknja tentang itu
atau apabila Ketua atau sekurang-kurangnya sepersepuluh dari djumlah Anggauta Dewan
Perwakilan Rakjat menganggap hal itu perlu.
Ketentuan : siding DPR dilaksanakan apabila kehendak presiden,ketua DPR atau sepersepuluh
anggota DPR
2. Ketua memanggil rapat Dewan Perwakilan Rakjat.
Ketentuan : keua memanggil rapat DPR
Pasal 66
1. Rapat-rapat Dewan Perwakilan Rakjat terbuka untuk umum ketjuali djika Ketua menimbang
perlu pintu ditutup ataupun sekurang-kurangnya sepuluh Anggauta menuntut hal itu.
Ketentuan : Rapat terbuka untuk umum
Ketentuan : kecuali ketua atau sepersepuluh anggota menimbang perlu pintu tertutup
2. Sesudah pintu ditutup, rapat memutuskan apakah permusjawaratan dilakukan dengan pintu
tertutup.
Ketentuan : rapat memutuskan apakah permusywaratan dilakukan dengan pintu tetrtutup
3. Tentang hal-hal jang dibitjarakan dalam rapat tertutup dapat djuga diputuskan dengan pintu
tertutup.
Ketentuan : dapat diputuskan dengan pintu tertutup
Pasal 67
Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat setiap waktu boleh meletakkan djabatannja. Mereka
memberitahukan hal itu dengan surat kepada Ketua.
Ketentuan :anggota DPR boleh meletakan jabatannya dengan melakukan surat kepada ketua
Pasal 68
Dewan Perwakilan Rakjat mengadakan rapat-rapatnya di Djakarta ketjuali djika dalam hal-hal
darurat Pemerintah menentukan tempat jang lain.
Ketentuan : rapat dilakukan di Jakarta
Pasal 69
1. Dewan Perwakilan Rakjat mempunjai hak interpelasi dan hak menanja; Anggauta-anggauta
mempunyai hak menanja.
Ketentuan Hak implementasi dan Hak menanya
2. Menteri-menteri memberikan kepada Dewan Perwakilan Rakjat, baik dengan lisan maupun
dengan tertulis, segala penerangan jang dikehendaki menurut ajat jang lalu dan jang pemberiannja
dianggap tidak berlawanan dengan kepentingan umum Republik Indonesia. Pasal 70 Dewan
Perwakilan Rakjat mempunjai hak menjelidiki (enquete), menurut aturan-aturan jang ditetapkan
dengan undang-undang.
Ketntuan : DPR mempunyai hak menyelidiki (enquete)
Pasal 71
Ketua dan Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat begitu pula Menteri-menteri tidak dapat
dituntut dimuka pengadilan karena jang dikatakannja dalam rapat atau jang dikemukakannja dengan
surat kepada madjelis itu, ketjuali djika mereka dengan itu mengumumkan apa jang dikatakan atau
jang dikemukakan dalam rapat tertutup dengan sjarat supaja dirahasiakan.
Ketentuan : Ketua dan anggota DPR,Menteri tidak dapat dituntut dimuka pengadilan
Pasal 72
1. Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat mengeluarkan suaranja sebagai orang jang bebas,
menurut perasaan kehormatan dan keinsjafan batinnja, tidak atas perintah atau dengan kewadjiban
berembuk dahulu dengan mereka jang menundjuknja sebagai anggauta.
Ketentuan : DPR mengeluarkan suaranya sebagai orang yang bebas tidak atas perintah
2. Mereka tidak mengeluarkan suara tentang hal jang mengenai dirinja sendiri.
ketentuan : tidak mengeluarkan suara mengenai diri sendiri
Pasal 74
1. Sekalian orang jang menghadiri rapat Dewan Perwakilan Rakjat jang tertutup, wadjib
merahasiakan jang dibitjarakan dalam rapat itu, ketjuali djika madjelis ini memutuskan lain,
ataupun djika kewadjiban, merahasiakan itu dihapuskan.
Ketentuan: orang yang hadir dalam rapar DPR tertutup wajib merahasiakan yang di bicarakan
dalam rapat
2. Hal itu berlaku djuga terhadap Anggauta-anggauta, Menteri-menteri dan pegawai-pegawai jang
mendapat tahu dengan tjara bagaimanapun tentang jang dibitjarakan itu.
Ketentuan : beralaku juga terhadap anggota,menetri dan pegawai yang hadir
Pasal 75
1. Dewan Perwakilan Rakjat tidak boleh bermusjawarat atau mengambil keputusan, djika tidak
hadir lebih dari seperdua djumlah anggauta-sidang.
Ketentuan : tidak boleh bermusyawarat apila tidak dihadiri seperdua anggota sidang
2. Sekedar dalam Undang-undang Dasar ini tidak ditetapkan lain, maka segala keputusan diambil
dengan djumlah terbanjak mutlak suara jang dikeluarkan.
Ketentuan: keputusan diambil dengan julah terbanyak suara yang dikeuarkan
3. Apabila, pada waktu mengambil keputusan, suarasuara sama berat, dalam hal rapat itu lengkap
anggautanya, usul itu dianggap ditolak, atau dalam hal lain, mengambil keputusan ditangguhkan
sampai rapat jang berikut. Apabila suara-suara sama berat lagi, maka usul itu dianggap ditolak.
Ketentuan : usul dapat ditolak apabila suara sama berat
4. Pemungutan suara tentang orang dilakukan dengan rahasia dan tertulis. Apabila suara-suara sama
berat, maka keputusan diambil dengan undian.
Ketentuan : pemungutan suara secara rahasia dan tertulis
Ketentuan : apabila suara sama berat maka keputusan diambil dengan undian
Pasal 76
Dewan Perwakilan Rakjat selekas mungkin menetapkan peraturan ketertibannja.
Ketentuan : DPR menetapkan peraturan ketertiban
Pasal 77
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 138, maka untuk pertama kali selama Dewan
Perwakilan Rakjat belum tersusun dengan pemilihan menurut undang-undang, Dewan Perwakilan
Rakjat terdiri dari Ketua, Wakil-wakil-Ketua dan Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat
Republik Indonesia Serikat, Ketua, Wakil-wakil Ketua dan Anggautaanggauta. Badan Pekerdja
Komite Nasional Pusat dan Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta-anggauta Dewan Pertimbangan
Agung.
Ketentuan : selama Dewan Perwakilan Rakjat belum tersusun dengan pemilihan menurut undang-
undang
Pasal 78
Susunan dan kekuasaan Mahkamah Agung diatur dengan undang-undang.
Ketentuan : diatur dengan UU
Pasal 79
1. Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta-anggauta Mahkamah Agung diangkat menurut aturan-aturan
jang ditetapkan dengan undang-undang. 37 Pengangkatan itu adalah untuk seumur hidup; ketentuan
ini tidak mengurangi jang ditetapkan dalam ajat-ajat jang berikut.
Ketentuan :diangkat menurut UU
2. Undang-undang dapat menetapkan bahwa Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta anggauta
Mahkamah Agung diberhentikan, apabila mentjapai usia jang tertentu.
Ketentuan : diberhentikan apabila mencapai usia tertentu
3. Mereka dapat dipetjat atau diberhentikan menurut tjara dan dalam hal jang ditentukan oleh
undang-undang.
Ketentuan : dapat dipecat dan diberhentikan sesuai yang ditentukan UU
4. Mereka dapat diberhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri.
Ketentuan : dapat diberhentikan presiden atas permintaan sendiri
Pasal 80
Susunan dan kekuasaan Dewan Pengawas Keuangan diatur dengan undang-undang.
Ketentuan : susunan dan kekuasaan pengawas keuangan diatur UU
Pasal 81
1. Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta-anggauta Dewan Pengawas Keuangan diangkat menurut
aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pengangkatan itu adalah seumur hidup;
ketentuan ini tidak mengurangi jang ditetapkan dalam ajat-ajat jang berikut.
Ketentuan : diangkat menurut UU
Ketentuan : Pengangkatan seumur hidup
2. Undang-undang dapat menetapkan, bahwa Ketua, Wakil-Ketua dan Anggauta-anggauta
diberhentikan, apabila mentjapai usia jang tertentu.
Ketentuan : Pemberhentian apabila mencapai usia ternentu yang di atur oleh UU
3. Mereka dapat dipetjat atau diberhentikan menurut tjara dan dalam hal jang ditentukan dengan
undang-undang.
Ketentuan : dapat di pecat atau diberhentikikan menurut cara yang ditentukan UU
4. Mereka dapat diberhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri.
Ketentuan : dapat diberhentiak presiden atas permintaan sendiri
Pasal 82
Pemerintah menjelenggarakan kesedjahteraan Indonesia dan teristimewa berusaha supaja Undang-
undang Dasar, undang-undang dan peraturan-peraturan lain didjalankan.
Ketentuan : pemerintah menyelenggarakan kesejahteraan indonesia
Pasal 83
1. Presiden dan Wakil-Presiden tidak dapat diganggugugat.
Ketentuan : tidak dapat diganggu gugat
2. Menteri-menteri bertanggung-djawab atas seluruh kebidjaksanaan, Pemerintah, baik bersama-
sama untuk seluruhnja, maupun masing-masing untuk bagiannja sendiri-sendiri.
Ketentuan : Menteri Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
Pasal 84
Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakjat. Keputusan Presiden jang menjatakan
pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan Dewan Perwakilan Rakjat baru
dalam 30 hari.
Ketentuan : presiden berhak membubarkan DPR
Ketentuan : preisden memerintahkan pemilihan DPR baru dalam 30 hari
Pasal 85
Sekalian keputusan presiden djuga jang mengenai kekuasaannja atas Angkatan Perang Republik
Indonesia, ditanda tangani serta oleh Menteri (Menteri-menteri) jang bersangkutan, ketjuali jang
ditetapkan dalam pasal 45 ajat ke-empat dan pasal 51 ajat ke-empat.
Ketentuan : keputusan presiden juga yang mengenai kekuasaannya atas Angkatan Perang Republik
Indonesia, ditanda tangani serta oleh Menteri yang bersangkutan
Pasal 86
Pegawai-pegawai Republik Indonesia diangkat menurut aturan-aturan jang ditetapkan dengan
undang-undang.
Ketentuaan : pegawai pegawai RI diangkat menurut ketetapan UU
Pasal 87
Presiden memberikan tanda-tanda kehormatan jang diadakan dengan undang-undang.
Ketentuan : presiden memeberikan tanda tanda penghormatan yang diadakan di UU
Pasal 88
Peraturan pokok mengenai perhubungan didarat, laut dan udara ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : peraturan pokok mengenaii perhubungan darat,laut,dan udara di tetapkan oleh UU
Pasal 89
Ketjuali apa jang ditentukan dalam pasal 140 maka kekuasaan perundang-undangan, sesuai dengan
ketentuanketentuan bagian ini, dilakukan oleh Pemerintah bersamasama dengan Dewan Perwakilan
Rakjat.
Keteapan : kekuasan perundang undangan ,sesuai dengan ketentuan dilakukan oleh pemerintah
bersama DPR
Pasal 90.
1.Usul Pemerintah tentang undang-undang disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dengan amanat Presiden.
Ketentuan : Usul Pemerintah tentang UU Disampaikan DPR Dengan Amanat Presiden
Pasal 91.
Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengadakan perubahan-perubahan dalam
usul undang-undang yang dimajukan oleh Pemerintah kepadanya.
Ketentuan : Dpr Berhak Mengadakan Perubahan Dalam Usul UU Yang dimajukan Pemerintah
Kepadanya
Pasal 92.
1. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menerima usul undang-undang
Pemerintah dengan mengubahnya ataupun tidak, maka usul itu dikirimkannya dengan
memberitahukan hal itu, kepada Presiden.
Ketentuan : Dpr Menerima Usul Uu Pemerintah Mengubahnya Ataupun Tidak ,
Ketentuan : Maka Usul UU Itu Dikirimkannya Dengan Memberitahukan Kepada Presiden
2 Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menolak usul undang-undang Pemerintah, maka hal itu
diberitahukannya kepada Presiden.
Ketentuan : Apabila DPR Menolak Usul UU Pemerintah Maka
Diberitahukannya Kepada Presiden
Pasal 93.
Dewan Perwakilan Rakyat, apabila memutuskan akan memajukan usul undang-undang,
mengirimkan usul itu untuk disahkan oleh Pemerintah kepada
Presiden.
Ketentuan : [DPR] Memutuskan Memajukan Usul UU
Ketentuan : Mengirimkan Usul Untuk Disahkan Pemerintah Kepada Presiden
Pasal 94.
1. Selama suatu usul undang-undang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang lalu dalam bagian ini, maka usul itu dapat ditarik kembali oleh
Pemerintah.
Ketentuan : Selama Usul UU Belum Diterima DPR Dengan Ketentuan Yang lalu dalam Bagian
Ini
Ketentuan : Maka usul dapat Ditarik Kembali Oleh Pemerintah
2. Pemerintah harus mengesahkan usul undang-undang yang sudah diterima, kecuali jika ia dalam
satu bulan sesudah usul itu disampaikan kepadanya untuk disahkan, menyatakan keberatannya yang
tak dapat dihindarkan.
Ketentuan : Pemerintah Harus Mengesahkan Usul UU Yang Diterima
Ketentuan : Kecuali Dalam Satu Bulan Sesudah Usul Disampaikan
Kepadanya Untuk Disahkan
Ketentuan : Menyatakan Keberatan Yang Tak Dapat Dihindarkan
Pasal 95.
1. Sekalian usul undang-undang yang telah diterima oleh Dewan Perwakilan
Rakyat memperoleh kekuatan undang-undang, apabila sudah disahkan
oleh Pemerintah.
Ketentuan : sekalian usul UU yang diterima DPR memperoleh kekuatan UU
Ketentuan : apabila disahkan pemerintah
Pasal 96.
1. Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung jawab sendiri menetapkan
undang-undang darurat untuk mengatur hal-hal penyelenggaraan pemerintahan yang karena
keadaan-keadaan yang mendesak perlu diatur dengan segera.
Ketentuan : Pemerintah Berhak Atas Kuasa Dan Tanggung Jawab Sendiri
Menetapkan UU Darurat
Ketentuan : Mengatur Penyelenggaraan Pemerintahan Karena Keadaan
Mendesak Perlu Diatur Segera
2. Undang-undang darurat mempunyai kekuasaan dan derajat undang-undang;
ketentuan ini tidak mengurangi yang ditetapkan dalam pasal yang berikut.
Ketentuan : UU darurat punya kekuasaan dan derajat UU
Ketentuan : Ketentuan ini tidak mengurangi dalam pasal berikut
Pasal 97.
1. Peraturan-peraturan yang termaktub dalam undang-undang darurat, sesudah ditetapkan,
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat- lambatnya pada sidang yang berikut yang
merundingkan peraturan ini menurut yang ditentukan tentang merundingkan usul undang-undang
Pemerintah.
Ketentuan : peraturan dalam UU darurat sesudah ditetapkan
Ketentuan : Disampaikan pada DPR selambatnya disidang berikutnya yang
merundingka peraturan ini
Ketentuan : Merundingkan usul UU pemerintah
2. Jika suatu peraturan yang dimaksud dalam ayat yang lalu, waktu dirundingkan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan bagian ini, ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat, maka peraturan itu tidak
berlaku lagi karena hukum
Ketentuan : peraturan yang lalu
Ketentuan : waktu dirundingkan sesuai ketentuan ini ditolak DPR
Ketentuan : maka peraturan tidak berlaku lagi karena hukum
3. Jika undang-undang darurat yang menurut ayat yang lalu tidak berlaku lagi, tidak mengatur
segala akibat yang timbul dari peraturannya baik yang dapat dipulihkan maupun yang tidak maka
undang-undang mengadakan tindakan-tindakan yang perlu tentang itu.
Ketentuan : jika UU darurat ayat lalu tidak berlaku lagi,
Ketentuan : tidak mengatur segala akibat timbul dari peraturan baik dapat
dipulihkan maupun tidak
Ketentuan : maka UU melakukan tindakan yang perlu
4. Jika peraturan yang termaktub dalam undang-undang darurat itu diubah dan ditetapkan sebagai
undang-undang, maka akibat-akibat perubahannya diatur pula sesuai dengan yang ditetapkan dalam
ayat yang lalu.
Ketentuan : Jika peraturan UU darurat tersebut diubah dan ditetapkan sebagai
UU,
Ketentuan : maka akibat perubahannya diatur sesuai ditetapkan ayat lalu
Pasal 98.
1. Peraturan-peraturan penyelenggara undang-undang ditetapkan oleh Pemerintah. Nama ialah
Peraturan Pemerintah.
Ketentuan : peraturan pemerintah ialah peraturan penyelenggaraa UU oleh
pemerintah
2. Peraturan Pemerintah dapat mengancamkan hukuman-hukuman atas
pelanggaran aturan-aturannya. Batas-batas hukuman yang akan ditetapkan diatur dengan undang-
undang.
Ketentuan : peraturan pemerintah dapat mengancam hukuman pelanggaran
aturannya
Ketentuan : batas aturan yang ditetapkan diatur UU
Pasal 99.
1. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah dapat memerintahkan kepada alat-alat perlengkapan
lain dalam Republik Indonesia mengatur selanjutnya pokok-pokok yang tertentu yang diterangkan
dalam ketentuan-ketentuan undang-undang dan peraturan itu.
Ketentuan : UU dan PP dapat memerintahkan alat perlengkapan lain dalam
Republik Indonesia
Ketentuan : mengatur pokok-pokok yang diterangkan dalam ketentuan UU
dan peraturan itu
2. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang bersangkutan memberikan aturan-aturan tentang
pengundangan peraturan-peraturan demikian.
Ketentuan : UU dan PP bersangkutan memberikan aturan pengundangan
peraturan demikian
Pasal 100.
1. Undang-undang mengadakan aturan-aturan tentang membentuk, mengundangkan dan mulai
berlakunya undang-undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah.
Ketentuan : UU mengadakan aturan membentuk, mengundang dan
berlakunya UU dan PP
2. Pengundangan, terjadi dalam bentuk menurut undang-undang, adalah syarat tunggal untuk
kekuatan mengikat.
Ketentuan : Pengundangan dalam bentuk menurut UU ialah syarat tunggal untuk kekuatan
mengikat
Pasal 101.
1. Perkara perdata, perkara pidana sipil dan perkara pidana militer semata-mata
masuk perkara yang diadili oleh pengadilan-pengadilan yang diadakan atau diakui dengan undang-
undang atau atas kuasa undang- undang.
Ketentuan : Perkara perdata, pidana sipil, pidana militer
Ketentuan : masuk perkara yang diadili pengadilan diadakan atau diakui UU atas kuasa UU
2. Mengangkat dalam jabatan pengadilan yang diadakan dengan undang-undang
atau atas kuasa undang-undang, didasarkan semata-mata pada syarat kepandaian, kecakapan dan
kelakuan tak bercela yang ditetapkan dengan undang-undang. Memberhentikan, memecat untuk
sementara dan memecat dari jabatan yang demikian hanya boleh dalam hal-hal yang ditentukan
dengan undang-undang.
Ketentuan : Mengangkat jabatan pengadilan yang diadakan UU atas kuasa UU
Ketentuan : Didasarkan semata-mata pada syarat kepandaian, kecakapan, dan
kelakuan tak bercela yang diatur UU
Ketentuan : memberhentikan,memecat sementara atau dari jabatan hanya boleh
dalam hal yang diatur UU
Pasal 102.
Hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil maupun hukuman pidana militer, hukum
acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan kekuasaan pengadilan diatur dengan undang-
undang dalam kitab-kitab hukum kecuali jika pengundang-undang menganggap perlu untuk
mengatur beberapa hal dalam undang-undang tersendiri.
Ketentuan : hukum perdata dan dagang, pidana sipil maupun pidana militer, acara
perdata dan acara pidana,
Ketentuan : susunan dan kekuasaan pengadilan diatur UU dalam Kitab hukum
Ketentuan : Kecuali jika Pengundang-undang dianggap perlu mengatur
beberapa hal UU tersendiri
Pasal 103.
Segala campur tangan dalam urusan pengadilan oleh alat-alat perlengkapan yang bukan
perlengkapan pengadilan, dilarang, kecuali jika diizinkan oleh undang-undang.
Ketentuan : campur tangan urusan pengadilan oleh alat perlengkapan selain
perlengkapan pengadilan, dilarang
Ketentuan : kecuali jika diizinkan oleh UU
Pasal 104.
1. Segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-alasannya dan dalam
perkara hukuman menyebut aturan-aturan undang-undang dan aturanaturan
hukum adat yang dijadikan dasar hukuman itu.
Ketentuan : segala keputusan pengadilan harus ada alasan-alasannya
Ketentuan : dalam perkara hukuman menyebut aturan UU dan hukum adat yang
dijadikan dasar hukuman itu
2. Lain dari pada pengecualian-pengecualian yang ditetapkan oleh undangundang, sidang
pengadilan terbuka untuk umum. Untuk ketertiban dan kesusilaan umum, hakim boleh menyimpang
dari peraturan ini.
Ketentuan : selain pengecualian oleh UU
Ketentuan : sidang pengadilan terbukauntuk umum
Ketentuan : untuk ketertiban dan kesusilaan umum hakim boleh
menyimpang peraturan ini
Pasal 105.
1. Mahkamah Agung ialah Pengadilan Negara Tertinggi.
Ketentuan : Pengadilan Negara tertinggi ialah MA
2. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan-pengadilan yang
lain, menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : MA melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan lain
menurut aturan oleh UU
Pasal 106.
1. Presiden, Wakil Presiden, Menteri-menteri, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota, Dewan Perwakilan
Rakyat, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Agung, Jaksa Agung pada Mahkamah Agung,
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank Sirkulasi dan juga
pegawai-pegawai, anggota-anggota Majelis-majelis tinggi dan pejabat-pejabat lain yang ditunjuk
dengan undang-undang, diadili dalam tingkat pertama dan tertinggi juga oleh Mahkamah Agung,
pun sesudah
mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan dan pelanggaran jabatan serta kejahatan dan
pelanggaran lain yang ditentukan dengan undangundang dan yang dilakukannya dalam masa
pekerjaannya, kecuali jika ditetapkan lain dengan undang-undang.
Ketentuan : presiden dan wakil,Majelis tinggi dan pejabat lain yang ditunjuk UU
Ketentuan : diadili tingkat pertama dan tertinggi juga oleh MA dan sesudah
berhenti,
Ketentuan : berhubung dengan kejahatan dan pelanggaran jabatan serta
kejahatan dan pelanggaran lain ditetapkan UU dan dilakukan pada masa kerjanya
Ketentuan : kecuali jika ditetapkan lain dengan undang-undang.
Pasal 107.
1. Presiden mempunyai hak memberi grasi dari hukuman-hukuman yang dijatuhkan oleh keputusan
pengadilan. Hak itu dilakukannya sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung, sekadar dengan
undang-undang tidak ditunjuk pengadilan yang lain untuk memberi nasehat.
Ketentuan : Presiden mempunyai hak memberi grasi dari hukuman
dijatuhkan oleh keputusan pengadilan.
Ketentuan : dilakukan sesudah meminta nasehat MA
Ketentuan : UU tidak ditunjuk pengadilan lain untuk memberi nasehat
2. Jika hukuman mati dijatuhkan, maka keputusan pengadilan itu tidak dapat dijalankan, melainkan
sesudah Presiden, menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang, diberikan
kesempatan untuk memberi grasi.
Ketentuan : hukuman mati dijatuhkan, maka keputusan pengadilan tidak dapat
dijalankan,
Ketentuan : melainkan sesudah Presiden, menurut aturan yang ditetapkan dengan
undang
Ketentuan : diberikan kesempatan untuk memberi grasi.
3. Amnesti dan abolisi hanya dapat diberikan dengan undang-undang ataupun atas kuasa undang-
undang, oleh Presiden sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung.
Ketentuan : Amnesti dan abolisi hanya diberikan dengan undang-undang
Ketentuan : Presiden sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung.
Pasal 108.
Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha diserahkan kepada pengadilan yang
mengadili perkara perdata ataupun kepada alat-alat perlengkapan lain, tetapi jika demikian seboleh-
bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang keadilan dan kebenaran.
Ketentuan : Pemutusan sengketa mengenai hukum tata usaha diserahkan pengadilan perkara
perdata atau alat perlengkapan lain
ketentuan : tetap seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang keadilan dan
kebenaran.
Pasal 109.
1. Di seluruh daerah Republik Indonesia hanya diakui sah alat-alat pembayar yang aturan-aturan
pengeluarannya ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : daerah RI diakui sah alat pembayaran yang aturan pengeluarannya diatur UU
2. Satuan hitung untuk menyatakan yang alat-alat pembayar sah itu
ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : Satuan hitung menyatakan alat pembayar sah ditetapkan UU
3. Undang-undang mengakui sah alat-alat pembayar baik hingga jumlah
yang tak terbatas maupun hingga jumlah terbatas yang ditentukan untuk
itu.
Ketentuan : UU mengakui sah alat pembayaran hingga jumlah tak terbatas maupun terbatas
yang ditentukan
4. Pengeluaran alat-alat pembayar yang sah dilakukan oleh atau atas nama
Pemerintah Republik Indonesia ataupun oleh Bank Sirkulasi.
Ketentuan : Pengeluaran alat pembayaran sah oleh nama pemerintah RI atau Bank Sirkulasi
Pasal 110.
1. Untuk Indonesia ada satu Bank Sirkulasi.
Ketentuan : indonesia ada satu bank sirkulasi
Pasal 112.
1. Pengawasan atas dan pemeriksaan tanggung jawab tentang keuangan
negara dilakukan oleh Dewan Pengawas Keuangan.
Ketentuan : Pengawasan dan pemeriksaan tanggung jawab keuangan
dilakukan DPK
Pasal 113.
Dengan undang-undang ditetapkan anggaran semua pengeluaran Republik Indonesia dan ditunjuk
pendapatan-pendapatan untuk menutup pengeluaran itu.
Ketentuan : Dengan UU ditetapkan anggaran pengeluaran RI
Ketentuan : ditunjuk pendapatan untuk menutup pengeluaran itu
Pasal 114.
1.Usul undang-undang penetapan anggaran umum oleh Pemerintah
dimajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebelum permulaan masa
yang berkenaan dengan anggaran itu. Masa itu tidak boleh lebih dari dua
tahun.
Ketentuan : Usul UU penetapan anggaran umum pemerintah dimajukan kepada DPR
Ketentuan : sebelum permulaan masa berkenan anggaran itu,
Ketentuan : masa itu tidak boleh lebih dari dua tahun
2. Usul undang-undang pengubah anggaran umum, tiap-tiap kali jika perlu
dimajukan Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Ketentuan : usul UU pengubah aggaran umum
Ketentuan : jika perlu tiap kali dimajukan pemerintah kepada DPR
Pasal 115
1. Anggaran terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing sekadar perlu,
dibagi dalam dua bab, yaitu satu untuk mengatur pengeluaranpengeluaran
dan satu lagi untuk menunjuk pendapatan-pendapatan. Bab-bab terbagi dalam pos-pos.
Ketentuan : anggaran terdiri bagian masing sekadar perlu, dibagi dua bab
Ketentuan : satu mengatur pengeluaran dan satu lagi pendapatan Ketentuan : bab-bab terbagi
dalam pos-pos
Pasal 116.
Pengeluaran dan penerimaan Republik Indonesia dipertanggung jawabkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, sambil memajukan perhitungan yang disahkan oleh Dewan Pengawas
Keuangan, menurut aturan-aturan yang diberikan dengan undang-undang
Ketentuan : pengeluaran dan penerimaan RI dipertanggung jawabkan DPR
Ketentuan : sambil memajukan perhitungan disahkan DPK
Ketentuan : menurut aturan oleh UU
Pasal 117.
Tidak diperkenankan memungut pajak, bea dan cukai untuk kegunaan kas negara, kecuali dengan
undang-undang atau atas kuasa undang-undang.
Ketentuan : tidak diperkenankan memungut pajak, bea dan cukai kegunaan kas negara
Ketentuan : kecuali UU atas kuasa UU
Pasal 118.
1. Pinjaman uang atas tanggungan Republik Indonesia tidak dapat
diadakan, dijamin atau disahkan, kecuali dengan undang-undang atau
atas kuasa undang-undang.
Ketentuan : pinjaman uang tanggungan RI tidak dapat diadakan, dijamin atau disahkan
Ketentuan : kecuali UU atau atas kuasa UU
Pasal 119.
1. Dengan tidak mengurangi yang diatur dengan ketentuan-ketentuan khusus, gaji-gaji dan lain-lain
pendapatan anggota majelis-majelis dan pegawai-pegawai Republik Indonesia ditentukan oleh
Pemerintah, dengan mengindahkan aturan-aturan yang ditetapkan dengan undangundang dan
menurut asas, bahwa dari jabatan tidak boleh diperoleh keuntungan lain dari pada yang dengan
tegas diperkenankan.
Ketentuan : tidak mengurangi yang diatur ketentuan khusus,
Ketentuan : gaji dan lain pendapatan anggota majelis dan pegawai negara
ditentukan pemerintah
Ketentuan : memindahkan aturan yang ditetapkan UU dan menurut asas
Ketentuan : bahwa jabatan tidak boleh diperoleh keuntungan lain dari pada yang ditegas
diperkenankan
Pasal 120
1. Presiden mengadakan dan mengesahkan perdjandjian (traktat) dan persetudjuan lain dengan
Negara-negara lain. Ketjuali djika ditentukan lain dengan undang-undang, perdjandjian atau
persetudjuan lain tidak disahkan, melainkan sesudah disetudjui dengan undang-undang.
Ketentuan : presiden mengadakan dan mengesahkan perjanjuan dan persetujuan lain dengan negara
lain
Ketentuan : perjanjian dan persetujuan lain harus sesuai disetjui dengan UU
2. Masuk dalam dan memutuskan perdjandjian dan persetudjuan lain, dilakukan oleh Presiden
hanja dengan kuasa undang-undang.
Ketentuan : memutuskan perjanjian dan persetujuan lain dilakukan oleh presiden dengan kuasa UU
Pasal 121 Berdasarkan perdjandjian dan persetudjuan jang tersebut dalam pasal 120, Pemerintah
memasukkan Republik Indonesia kedalam organisasi-organisasi antara negara. Pasal 122
Pemerintah berusaha memetjahkan perselisihan-perselisihan dengan Negara-negara lain dengan
djalan damai dan dalam hal itu memutuskan pula tentang meminta ataupun tentang menerima
pengadilan atau pewasitan antara negara.
Ketentuan : Pemerintah memasukkan Republik Indonesia kedalam organisasi-organisasi antara
negara
Ketentuan : Pemerintah berusaha memetjahkan perselisihan-perselisihan dengan Negara-negara lain
dengan djalan damai
Pasal 123
Presiden mengangkat wakil-wakil Republik Indonesia pada Negara-negara lain dan menerima wakil
Negara-negara lain pada Republik Indonesia.
Ketentuan : presiden mengangkat wakil wakil indonesia di negaara negara lain
Ketentuan : presiden menerima wakil Negara-negara lain pada Republik Indonesia.
Pasal 124
Undang-undang menetapkan aturan-aturan tentang hak dan kewajiban warga-negara untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan membela daerahnja. Ia mengatur tjara
mendjalankan hak dan kewadjiban itu dan menentukan pengetjualiannya.
Ketentuan : kewajiban warga-negara untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan
membela daerahnya
Pasal 125
1. Angkatan Perang Republik Indonesia bertugas melindungi kepentingan-kepentingan negara
Republik Indonesia. Angkatan Perang itu dibentuk dari mereka jang sukarela masuk Angkatan
Perang dan mereka jang wadjib masuk Angkatan Perang.
Ketentuan : Angkatan Perang Republik Indonesia bertugas melindungi kepentingan-kepentingan
negara
Ketentuan : dibentuk dari mereka jang sukarela
2. Undang-undang mengatur segala sesuatu mengenai Angkatan Perang Tetap dan wadjib-militer.
Ketemtuan : UU mengatur segala sesuatu mengenai angkattan perang dan wajib militer
Pasal 126
1. Pemerintah memegang urusan pertahanan.
Ketentuan : Pemerintah memegang urusan pertahanan.
2. Undang-undang mengatur dasar-dasar susunan dan tugas alat perlengkapan jang diberi
kewadjiban menjelenggarakan pertahanan pada umumnja.
Ketentuan : Undang-undang mengatur dasar-dasar susunan dan tugas alat perlengkapan pertahanan
negara
Pasal 127
1. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Perang Republik Indonesia.
Ketentuan : kekuasaan tertinggi Angkatan perang RI dipegang oleh presiden
2. Dalam keadaan perang Pemerintah menempatkan Angkatan Perang dibawah pimpinan seorang
Panglima Besar.
Ketentuan : Angkatan Perang dibawah pimpinan seorang Panglima Besar.
3. Opsir-opsir diangkat, dinaikkan pangkat dan diperhentikan oleh atau atas nama Presiden,
menurut aturan-aturan jang ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : Opsir-opsir diangkat, dinaikkan pangkat dan diperhentikan oleh atau atas nama
Presiden
Pasal 128
Presiden tidak menjatakan perang, melainkan djika hal itu diizinkan lebih dahulu oleh Dewan
Perwakilan Rakjat.
Ketentuan : perang dinyatakan apabila diizinkan oleh DPR
Pasal 129
1. Dengan tjara dan dalam hal-hal jang akan ditentukan dengan undang-undang, Presiden dapat
menjatakan daerah Republik Indonesia atau bagian-bagian dari padanja dalam keadaan bahaja,
bilamana ia menganggap hal itu perlu untuk kepentingan keamanan dalam negeri dan keamanan
terhadap luar negeri.
Ketentuan : Presiden dapat menjatakan daerah Republik Indonesia
Ketentuan : apabila hal itu perlu untuk kepentingan keamanan negara
Pasal 130
Untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum diadakan suatu alat kekuasaan kepolisian jang
diatur dengan undang-undang.
Ketentuan : diadakan suatu alat kekuasaan kepolisian jang diatur dengan UU untuk memelihara
ketertiban umum.
Pasal 131
1. Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan ketjil jang berhak mengurus rumah tangganja
sendiri (autonoom), dengan bentuk susunan pemerintahannja ditetapkan dengan undang-undang,
dengan memandang dan mengingati dasar permusjawaratan dan dasar perwakilan dalam sistim
pemerintahan negara.
Ketentuan : . Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecill yang berhak mengurus
rumah tangganja sendiri
Pasal 132
1. Kedudukan daerah-daerah Swapradja diatur dengan undang-undang dengan ketentuan bahwa
dalam bentuk susunan pemerintahannja harus diingat pula ketentuan dalam pasal 131, dasar-dasar
permusjawaratan dan perwakilan dalam sistim pemerintahan negara.
Ketentuan : dalam bentuk susunan pemerintahan kedudukan daerah daerah harussesuai dasar-dasar
permusjawaratan dan perwakilan dalam sistim pemerintahan negara.
2. Daerah-daerah Swapradja yang ada tidak dapat dihapuskan atau diperketjil bertentangan dengan
kehendaknja, ketjuali untuk kepentingan umum dan sesudah undang-undang jang menjatakan
bahwa kepentingan umum menuntut penghapusan dan pengetjilan itu, memberi kuasa untuk itu
kepada Pemerintah.
Ketentuan : Daerah-daerah Swapradja yang ada tidak dapat dihapuskan atau diperkecil bertentangan
dengan kehendaknya
Ketentuan : kecuali kepentingan umum menuntut penghapusan dan pengetjilan itu, memberi kuasa
untuk itu kepada Pemerintah.
Pasal 133
Sambil menunggu ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam pasal 132 maka peraturan-
peraturan jang sudah ada tetap berlaku, dengan pengertian bahwa penjabat-pendjabat daerah bagian
dahulu jang tersebut dalam peraturanperaturan itu diganti dengan pendjabat-pendjabat jang
demikian pada Republik Indonesia.
Ketentuan : penjabat-pendjabat daerah bagian dahulu jang tersebut dalam peraturanperaturan itu
diganti dengan pendjabat-pendjabat jang demikian pada RI sambal menunggu ketentuan
sebagiaman pada apasal 132
Pasal 134
Konstituante (Sidang Pembuat Undang-undang Dasar) bersama-sama dengan Pemerintah selekas-
lekasnja menetapkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia jang akan menggantikan Undang-
undang Dasar Sementara ini.
Ketentuan : Sidang Pembuat Undang-undang Dasar bersama dengan Pemerintah menetapkan UUD
Pasal 135
1. Konstituante terdiri dari sedjumlah Anggauta jang besarnja ditetapkan berdasar atas perhitungan
setiap 150.000 djiwa penduduk warga-negara Indonesia mempunjai seorang wakil.
Ketentuan : Konstitusi terdiri dari sejumlah anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas
perhitungan setiap 150.000 jiwa punya seorang wakil
2. Anggauta-anggauta Konstituante dipilih oleh warganegara Indonesia dengan dasar umum dan
dengan tjara bebas dan rahasia menurut aturan-aturan jang ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : anggota konstitusi dipilih oleh warga negara indonesia
3. Ketentuan-ketentuan dalam pasal 58 berlaku buat konstituante dengan pengertian bahwa djumlah
djumlah wakil itu dua kali lipat.
Ketentuan : jumlah jumlah wakil konstitusi 2 kali lipat
Pasal 136
Jang ditetapkan dalam pasal 60, 61, 62, 63, 64, 67, 68, 71, 73, 74, 75 ajat 3 dan 4, dan pasal 76
berlaku demikian djuga bagi Konstituante.
Ketentuan : ketetapan pasal 60, 61, 62, 63, 64, 67, 68, 71, 73, 74, 75 ayat 3 dan 4dan pasal 76
berlaku demikian juga konstitusi
Pasal 137
1. Konstituante tidak dapat bermupakat atau mengambil keputusan tentang rantjangan Undang-
undang Dasar baru, djika pada rapatnja tidak hadir sekurang- kurangnja dua-pertiga dari
djumlah anggauta sidang.
Ketentuan : Keputusan konstituante tentang rancangan UUD baru tidak dapat diambil,
jika pada rapat tidak hadir sekurang-kurangnya dua-pertiga dari anggota sidang.
Pasal 138
2. Pekerdjaan sehari-hari Dewan Perwakilan Rakjat, jang karena ketentuan dalam ajat 1 pasal
ini mendjadi tugas Konstituante, dilakukan oleh sebuah Badan Pekerdja jang dipilih oleh
Konstituante diantara Anggauta- anggautanja dan jang bertanggungdjawab kepada
Konstituante.
Ketentuan : Konstituante dapat melakukan pekerjaan sehari-hari DPR.
Ketentuan : Konstituante memilih badan pekerja diantara anggota-anggotanya.
1. Badan Pekerdja terdiri dari Ketua Konstituante sebagai Anggauta merangkap Ketua
dan sedjumlah Anggauta jang besarnja ditetapkan berdasar alas perhitungan setiap 10
Anggauta Konstituante mempunjai seorang wakil.
Ketentuan : Badan pekerja terdiri dari ketua konstituante dan sejumlah anggota yang
ditetapkan berdasar perhitungan perwakilan setiap 10 anggota.
2. Pemilihan Anggauta-anggauta Badan Pekerdja jang bukan Ketua dilakukan menurut aturan-
aturan jang ditentukan dengan undang-undang.
Ketentuan : Pemilihan anggota badan pekerja dilakukan menurut aturan UU.
3. Badan Pekerdja memilih dari antaranja seorang atau beberapa orang Wakil Ketua.
Aturan dalam pasal 62 berlaku untuk pemilihan ini.
Ketentuan : Badan pekerja memilih seorang atau beberapa orang wakil ketua.
Ketentuan : Pasal 62 berlaku untuk pemilihan.
Ketua dan Wakil-Ketua Dewan Perwakilan Rakjat Sementara mendjadi Ketua dan
Wakil-Ketua Madjelis Perubahan Undang-undang Dasar.
Ketentuan : Usul perubahan UUD disampaikan ke Majelis Perubahan UUD.
Ketentuan : Majelis Perubahan UUD terdiri dari anggota-anggota DPR sementara
dan anggota Komite Nasional Pusat.
Ketentuan : Ketua DPR sementara menjadi ketua majelis perubahan UUD.
Ketentuan : Wakil ketua DPR sementara menjadi wakil ketua majelis perubahan
UUD.
3. Jang ditetapkan dalam pasal 66, 72, 74, 75, 91, 92 dan 94 berlaku demikian djuga
bagi Madjelis Perubahan Undang-undang Dasar.
Ketentuan : Bagi majelis perubahan UUD berlaku juga ketetapan dalam pasal 66, 72,
74, 75, 91, 92 dan 94.
Pasal 141
2. Naskah Undang-undang Dasar jang diubah itu diumumkan sekali lagi oleh
Pemerintah setelah, sekadar perlu, bab-babnja, bagian-bagian tiap-tiap bab dan
pasal-pasalnja diberi nomor berturut dan penundjukan-penundjukkannja diubah.
Ketentuan : Pemerintah mengumumkan ulang mengenai naskah UUD yang diubah.
Ketentuan : Pemerintah mengumumkan bab-bab, bagian-bagian tiap bab, dan
pasalnya secara berurutan yang mengalami perubahan.
Pasal 142
Pasal 143
Sekadar hal itu belum ternjata dari ketentuan-ketentuan Undang-undang Dasar ini, maka
undang-undang menentukan alat-alat perlengkapan Republik Indonesia jang mana akan
mendjalankan tugas dan kekuasaan alat-alat perlengkapan jang mendjalankan tugas dan
kekuasaan itu sebelum tanggal 17 Agustus 1950, ja'ni atas dasar perundang-undangan jang
masih tetap berlaku karena pasal 142.
Ketentuan : Alat-alat perlengkapan RI diatur dalam UU.
Ketentuan : Tugas dan kekuasaan alat-alat perlengkapan RI diatur dalam UU.
Pasal 144
Pasal 145
Segera sesudah Undang-undang Dasar ini mulai berlaku, Pemerintah mewadjibkan satu
atau beberapa panitia jang diangkatnja, untuk mendjalankan tugas sesuai dengan
petundjuk-petundjuknja, bekerdja mengichtiarkan, supaja pada umumnja sekalian
perundang-undangan jang sudah ada pada saat tersebut disesuaikan kepada Undang-
undang Dasar.
Pasal 146