hakekatnya merupakan
diketahui, pengelolaan anggaran yang
berimbang dan dinamis, telah diakui
banyak pihak telah membawa kondisi
ringkasan dari semua jenis perekonomian Indonesia menuju kepada
penerlmaan dan pengeiuaran berbagai kemajuan. Tentu saja tidak dapat
negara yang akan diterima dan dipungkiri bahwa prestasi tersebut bukan
dibelanjakan dalam satu tahun tertentu''. hanya merupakan peran pengelolaan
Dalam bentuk sebuah rencana, maka pada budget semata-mata, tetapi merupakan
awal tahun anggaran, berbagai angka yang sinergi dan kebijaksanaan di bidang
tercantum tersebut merupakan sebuah moneter {Monetary Policy), neraca
perklraan atas penerlmaan yang akan pembayaran dan perdagangan luar negeri
diterima' dan suatu janji untuk {External Policy), dan kebijaksanaan fiskal
mengeluarkan sejumlah uang tertentu {Fiscal Policy).
untuk membiayai pelaksanaan Mesklpun bukan merupakan satu-
pemerintahan dan pembangunan pada satunya kebijaksanaan yang dlluncurkan
tahun tersebut. Dengan demlkian pada masa awal Orde Baru. tetapi sebagai
merupakan suatu konsekuensi logis blla sebuah paket pengelolaan kebijaksanaan
dikatakan bahwa terpenuhinya janji untuk ekonomi makro, pengelolaan APBN pada
membiayai berbagai kegiatan saat itu terbukti telah mampu
pemerintahan tersebut sangat tergantung mengendaiikan kondisi perekonomian
kepada keberhasilan pengumpuian pada tingkat yang stabil. Salah satu kunci
penerlmaan negara yang direncanakan. pengelolaan anggaran yang dianggap
Apabila dalam satu tahun tertentu banyak pihak merupakan terapi yang
pemerintah tidak berhasil memenuhi mujarab untuk "menenteramkan" keadaan
sasaran penerimaan yang direncanakan -
tanpa upaya sumber lain maka sebagai
akibatnya pasti ada beberapa kegiatan 1) Di beberapa negara, budget belum
yang tidak dapat (kurang) pembiayaannya. menggambarkan totalitas penerlmaan dan
Di Indonesia, APBN telah digunakan pengeiuaran negara, mengingat ada beberapa jenis
sebagai piranti fiskal yang efektif terutama penerimaan dan pengeiuaran negara yang berasal
sejak masa Orde Baru. Namun demikian, dari sumber non-budget (extra budgetary account)
ekonomi pada saat itu adalah dengan bertlndak sebagai "pemandu" yang
diterapkannya anggaran yang berimbang, berkuasa yang dapat mengarahkan
dan ditinggalkannya kebijaksanaan defisit perekonomlan pada tingkat yang efisien.
anggaran yang dibiayai dengan Untuk itu, ada tiga peran penting yang
pencetakan uang baru. Kebijaksanaan in! dapat dilakukan oleh pemerintah untuk
paling tidak telah mampu meredam laju mengendalikan perekonomlan menuju
inflasi yang semula mencapai tingkat yang arah yang benar, yakni peran alokasi,
sangat tinggi, yakni sekitar 650 persen peran distribusi, dan peran stabilisasi.
pada tahun 1966 menjadi sekitar 9,89 Peran alokasi menjadi sangat
persen dalam tahun 1969, kemudian 21,77 diperlukan dalam menclptakan alokasi
persen dalam tahun 1979, dan sejak Pelita sumber ekonomi sehinggatercapai alokasi
IV inflasi telah dapat dikendalikan pada yang efisien. Fungsi ini makin periting
tingkat satu digit (kecuali tahun 1992/1993 karena dalam kenyataannya mekanlsme
Inflasi sebesar 10,03 persen). pasar tidak selalu mampu menyediakan
Dengan bukti sejarah tersebut, barang-barang publik yang
tidaklah berlebihan kalau para ahli pemanfaatannya oleh masyarakat tidak
(termasuk juga politician) kemudian dapat diselesaikan dengan cara-cara
berpendapat bahwa APBN sebagai suatu ekonomi. Di samping itu, kegagalan pasar
piranti fiscal, bukan saja merupakan suatu {market failure) juga menyebabkan tidak
kebijaksanaan yang menyelamatkan dapat terpenuhinya barang/jasa tertentu
kondisi perekonomlan, tetapl merupakan disediakan oleh pasar. Fenomena ini
suatu piranti ekonomi yang bermakna menunjukkan bahwa peranan pemerintah
politik. Oleh sebab itu tidaklah berlebihan dalam perekonomlan tersebut juga dalam
apabtia seorang ekonom, politisi, yang rangka menggantikan ketidakmampuan
sekaligus mantan anggota Kablnet, Frans pasar dalam memecahkan masalah-
Seda, mengemukakan bahwa adalah masalah ekonomi secara tuntas.
merupakan pembahasan yang kurang Peran distribusi juga diperlukan
memadai bila APBN nya disoroti darl sisi karena dalam suatu pembangunan
budget-teknis yang berdampak ekonomi ekonomi, mekanlsme pasar dalam banyak
teknls^^ Bukan saja karena secara yuridis kasus cenderung menclptakan distribusi
APBNdiaturdalam UUD 1945, tetapi leblh pendapatan yang seringkaii dirasakan tidak
darl Itu karena secara prosedural adil. Seperti diketahui, distribusi
mekanlsme penyusunannya melalui pendapatan bentuknya akan dapat
persetujuan wakii-wakll rakyat dl OPR. dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Dengan demikian dapat dimengerti apabila diantaranya pemillkan faktor produksi oleh
APBN adalah bukan semata-mata produk masyarakat, tarik menarik antara
ekonomi, yang dldalamnya termuat nuansa permintaan dan penawaran faktor
politik yang hendak dicapal, tetapi juga produksi, serta aturan-aturan lalu yang
menggambarkan bagaimana masaiah berlaku di dalam masyarakat itu (misalnya
yang berkaitan dengan politik dapat sistem warisan)^'. Dengan demikian.
diselesaikan secara ekonomi (efisien).
APBN merupakan salah satu piranti
kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal 2) Frans Seda, Kekuasaan dan Moral, PT.
{fiscal policy) diterjemahkan sebagai Qramedia, 1996. hal347
segenap kebijaksanaan yang menyangkut 3) Lihatlebih lanjut pada buku Musgrave and
pengelolaan penerimaan dan pengeluaran Musgrave. Public Finance in Theory and Practice,
negara yang dilakukan oleh pemerintah Mc. Grow-Hlil 1984.
umsiA m. 3iixviiniii996 63
Topik : Pengelolaan AnggaianPendapatan...., Marwanto
A. PENERIMAAN DALAM NEGERI 71.667,8 78.202,6 9,3 A. PENGELUARAN RUTIN 52.540,9 W.113,7 6,8
1. Psnerimaan MIgas 14.848,7 14,120,1 (4,9) 1. Belanja Pagawai 15.371,9 18.280,6 18,9
1. Minyakbumi 10.976,7 10.315,6 (6,0) 1. GajIdan Panskin 12351,4 14.763,0 19,5
2. Gas Alam 3.872,0 . 3,804,6 (1.7) 2. Tunj^gan baras 1.134,1 1.193.7 5,3
3. Uang makan/laukpauk 866,1 1.121.5 29.5
4. Lain-latn belanjapegawalDN 571,7 710,3 24,2
6. Belanja pagawai LN 448,6 492,1 9,7
II. PenerlmaandlLuarMigas 56.709,1 64,082,7 13,0 II, Belanja Barang 6.274.2 6.589,0 24,9
1. Pajakpenghasilan 20,520,0 23.708,0 15,5 1. Belanja barang DN 4.968,7 6.257,5 25,9
2. Pajakperlanibahanni^ 16.360,0 21.788,4 18,7 2. Belanja non barang DN 305,5 331,5 8,5
3. Beamasuk 3.247,9 3.450,5 6.2
4. Cukal 3.667,7 4.033,0 10,0 III. Subsidi daarah olonom 6.343,8 10-012,3 20,0
5. Pajak Ekspor 200,6 160,1 (2.3) 1. Balanja pagaw^ 7,862,8 9.495,9 20,8
6. Pajak Bum]dan bangunan 1.924,0 2.267,8 18.4 2, Belanja non pegawal 481,0 516,4 7,4
7. Pajak lainnya 510,0 569,8 11,7
8. Penarimaan bukan pajak 7,801,1 7,267,8 (6,8) IV.Bunga dan cfcllan kutang 21.434,6 20.226,8 (5,6)
9. Lababerslh tninyak 487,6 827,8 69,8 1. Hutang dalam negeri 1.779,1 290,6 •83,7
2. Hutang luar negeri 19.655,4 19,936,2 1.4
B. PENERIMAAN PEMBANGUNAN 11.170,0 12.413,6 11.1 B. PENGELUARAN PEMBANGUNAN 29.811,6 M,502,7 15,7
1. Bantuan Program . . . 1. Peni)iayaan Rupiah 18.641,6 22.089,1 16,5
II. Bantuan Proyek 11.170,0 12.413,6 11,1 II.Bantuan Proyak 11.170,0 12413,6 11.1
Jumlah 82.727,6 90.616.4 9.5 Jumlah 62352,5 90.618,4 10,0
Tabungan Pemerintah:
APBN T/P 1995/1996 :Rp. 19.016,9 miiiar
APBN 1996/1997: Rp. 22.089,1 miSar
Topik : Pengelolaan AnggaranPendapaian Marwanto
Tabel 2
Penerimaan Penerimaan dt
Tahun minyakbumi dan luar minyak bumi J u m 1a h
Anggaran
qas alam dan gas alam
Nilai (%) Nilai (%) Nilai (%)
Repellta V
1989/1990 13.381,3 42,5 18.122,9 57,5 31.504,2 100,0
1990/1991 17.740,0 42,0 24.453,0 58,0 42.193, 100,0
1991/1992 15.069,6 35,4 27.512,4 65,6 42.582,0 100,0
1992/1993 15.330,8 31.4 33.531,8 68,6 48.862,6 100,0
1993/1994 12.503,4 22,3 43.609,7 77.7 56.113,1 100,0
Repelita VI
Tabel 3
Repelita V
1989/1990 5.754,8 5.986,1 1.892,2 1.482,2 604,4
Repelita VI
(APBN T/P)
1995/1996 20.520,0 18.350,0 3.247,9 3.667.7 1.924^0
(APBN T/P)
1996/1997 23.219,9 21.446,1 3.450,5 4.033,0 2.277,3
(APBN)
Tabel 4
Repelita V
1989/1990 6.205,5 1.703,5 3.577,3 11.924,2 707.3 217,4 24.335,2
1990/1991 7.088.0 1.842,1 3.887,5 12.815,8 3.305,7 182,0 29.121,1
1991/1992 8.169,7 2.328,1 4.376,4 12.838,2 929,9 410,7 29.053,0
1992/1993 9.554,2 2.926,5 5.383,5 14.523,5 691,8 523,9 33.605,4
1993/1994 11.144,8 3.032,1 6.908,7 17.163,0 1.279,9 761,4 40.280,9
Repelita VI
1994/1995 13.069,1 4.296,6 7.187,9 16.421,9 -
204,0 43.179,5
(APBNT/P)
1995/1996 15.371,9 5.274,2 8.343.5 21.434,5 -
2.116,5 52.540,9
(APBN VP)
1996/1997 18.280,6 6.589,0 10.012,3 20.226,8 1.005,0
-
56.113,7
(APBN)
Tabel 5
Sumber-sumber Pembiayaan
Pengeluaran Pembangunan, 1989/1990 -1996/1997
(dalam nillar rupiah)
Sumber-sumber pembiayaan
Tahun Pengeluaran
Pembangunan Tabungan Penerimaan
pemerintah % pembangunan %
Repellta V
1989/1990 15.393,9 7.169,0 46,3 8.330,3 53,7
Repellta VI
(APBN T/P)
(APBN T/P)
1996/1997 34.502,7 22.089,1 64,0 12.413,6 36,0
(APBN)
1) Rsalisasi PAN
2) Termasuk dalam anggaran lebih (SAI) dalam anggaran kurang (SAK)
Tabel 6