Anda di halaman 1dari 7

MUHAMAD FAUZAN

19059178

CRITICHAL REVIEW FUNGSI MANAJEMEN RISIKO

1. Hal Teknis Penerapan Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko yang tepat dan sesuai dengan masing-masing kodisi
objeknya tentu akan membuahkan hasil seperti yang diinginan. Penerapan manajemen risiko
dalam perusahaan, tentunya akan disesuaikan dengan tata kelola perusahaan. Menurut Henry
Fayola da 6 fungsi dasar dari kegiatan pengelolaan suatu perusahaan yaitu kegiatan teknis,
komersial, keuangan, keamanan, akuntansi, dan manajerial. Apabila dicermati, 6 kegiatan
pengelolaan perusahaan di atas, penerapan manajemen risiko berkaitan dengan kegiatan
pegamanan dalam perusahaan. Adapun yang akan dijaga adalah segala sesuatu yang menjadi
aset bagi suatu perusahaan. Aset tersebut dapat berupa harta benda maupun personil
(karyawan). Dengan adanya penerapan manajemen risiko, harta benda dijaga dari kerusakan,
kebakaran, pencurian, banjir, dan sebagainya. Sementara untuk personil, dijaga dari
kecelakaan, ancaman, pemogokan, kejahatan, gangguan sosial, dan gangguan lainnya yang
akan mengancam kehidupan dan perkembangan perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas orang umumnya memberikan batas-batas terhadap


manajemen risiko sebagai keputusan eksekutif / manajerial yang berkaitan dengan
pengelolaan risiko murni, yang pada pokoknya mencakup:
a. Menemukan secara sistimatis dan menganalisa kerugian-kerugian yang dihadapi
perusahaan (melakukan identifikasi terhadap risiko).
b.  Menemukan metode yang paling baik dalam menangani risiko (kerugian) yang
dihubungkan dengan keuntungan perusahaan.

2. Manajemen Risiko Dan Asuransi

Konsep manajemen risiko tidak boleh dicampuradukkan dengan konsep asuransi,


karena keduanya mempunyai ruang lingkup / cakupan yang berbeda, meskipun mempunyai
sasaran yang sama. Asuransi adalah merupakan bagian dari manajemen risiko, karena
asuransi merupakan salah satu cara penanggulangan risiko, sebagai hasil perumusan strategi
penanggulangan risiko dari manajemen risiko. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara
keduanya, berikut diuraikan persamaan dan perbedaan diantara keduanya, yaitu :
 Persamaannya :
Kedua-duanya merupakan kegiatan manajemen, yang berkaitan dengan upaya
penanggulangan risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan.

 Perbedaannya :
a) Manajemen Risiko:
 Lebih menekankan kegiatannya pada menemukan dan menganalisa risiko murni.
 Tugasnya hakekatnya hanya memberikan penilaian belaka terhadap semua teknik
penanggulangan risiko (termasuk asuransi).
 Pelaksanaan programnya menghendaki adanya kerjasama dengan sejumlah
individu dan bagian-bagian dari perusahaan.
 Keputusan manajemen risiko mempunyai pengaruh yang lebih luas / besar
terhadap operasi perusahaan.

b) Asuransi:
 Merupakan salah satu cara menanggulangi risiko murni tertentu.
 Tugasnya menangani seluruh proses pengalihan risiko.
 Melibatkan jumlah orang dan kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
 Keputusan di bidang asuransi mempunyai pengaruh yang lebih terbatas.

3. Tujuan Manajemen Risiko

Penerapan program manajemen risiko pada prinsipnya memiliki dua tujuan


pokok, yaitu:

 Tujuan Sebelum Terjadinya Peril


Tujuan yang ingin dicapai yang menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada
bermacam-macam, antara lain :
1.      Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya : upaya untuk menanggulangi
kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui
analisa keuangan terhadap biaya program keselamatan, besarnya premi asuransi, biaya
dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko.
2.      Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi kecemasan,
sebab adanya kemungkinan terjadinya peril tertentu dapat menimbulkan kecemasan dan
ketakutan yang sangat, sehingga dengan adanya upaya penganggulangan maka kondisi
itu dapat diatasi.
3.      Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang
berasal dari pihak ketiga / pihak luar perusahaan, seperti :
a.       Memasang / memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat kerja / pada
waktu bekerja untuk menghindari kecelakaan kerja, misalnya: pemasangan rambu-rambu,
pemakaian alat pengaman (misal : ”gas masker”) untuk memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam Undang-undang Keselamatan Kerja.
b.      Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan oleh
debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur.

 Tujuan Setelah Terjadinya Peril


Pada pokoknya mencakup upaya untuk penyelamatan operasi perusahaan setelah
terkena peril yang dapat berupa :
1.      Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya manajer risiko harus mengupayakan
pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan sehabis perusahaan tekena
peril, meskipun untuk sementara waktu yang beroperasi hanya sebagian saja.
2.      Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan
terkena peril. Hal ini sangat penting temtama untuk perusahaan yang melakukan
pelayanan terhadap masyarakat secara langsung, misalnya : bank, sebab bila tidak akan
menimbulkan kegelisahan dan nasabahnya bisa lari ke perusahaan pesaing.
3.      Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak
sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya. Dimana kalau perlu
ditempuh dengan untuk sementara melakukan kegiatan usaha di tempat lain.
4.      Mengusahakan tetap berlanjutnya pertumbuhan usaha bagi perusahaan yang sedang
melakukan pengembangan usaha, misalnya : yang sedang memproduksi barang baru,
memasuki pasar baru dan sebagainya.
5.      Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Artinya
harus dapat menyusun kebijaksanaan yang membuat seminimum mungkin pengaruh jelek
dari suatu peril yang diderita perusahaan terhadap karyawannya, para pelanggan /
penyalur, para supplier dan sebagainya. 

4. Fungsi Pokok Manajemen Risiko


a) Menemukan kerugian potensiil
Artinya berupaya untuk menemukan/mengidentifikasi seluruh risiko murni yang
dihadapi oleh perusahaan, yang meliputi :
1.      Kerusakan phisik dari harta kekayaan perusahaan.
2.      Kehilangan pendapatan atau kerugian lainnya akibat terganggunya operasi
perusahaan.
3.      Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain.
4.      Kerugian-kemgian yang timbul karena : penipuan, tindakan-tindakan kriminal
lainnya, tidak jujurnya karyawan dan sebagainya.
5.      Kerugian-kemgian yang timbul akibat ”keymen” meninggal dunia, sakit atau
menjadi cacat.Untuk itu cara-cara yang dapat ditempuh oleh manajer risiko antara lain
dengan : melakukan inspeksi phisik di tempat kerja, mengadakan angket kepada semua
pihak di perusahaan, menganalisa semua variabel yang tercakup dalam peta aliran proses
produksi dan sebagainya.

b) Mengevaluasi Kerugian Potensiil :


Artinya melakukan evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian potensiil yang
dihadapi oleh perusahaan. Evaluasi dan penilaian ini akan meliputi perkiraan mengenai :
1. Besarnya kemungkinan frekuensi terjadinya kerugian artinya memperkirakan jumlah
kemungkinan terjadinya kerugian selama suatu periode tertentu atau berapa kali
terjadinya kerugian tersebut selama suatu periode tertentu (biasanya 1 tahun).
2. Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian, artinya menilai besarnya kerugian yang
diderita, yang biasanya dikaitkan dengan besarnya pengaruh kerugian tersebut, terutama
terhadap kondisi finansiil perusahaan.

c) Memilih teknik / cara yang tepat atau menentukan suatu kombinasi dari teknik-teknik


yang tepat guna menanggulangi kerugian.
Pada pokoknya ada 4 (empat) cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi
risiko, yaitu : mengurangi kesempatan terjadinya kerugian, meretensi, mengasuransikan
dan menghindari. Dimana tugas dari manajer risiko adalah memilih salah satu cara yang
paling tepat untuk menanggulangi suatu risiko atau memilih suatu kombinasi dari cara-
cara yang paling tepat untuk menanggulangi risiko.

5. Langkah-Langkah Pengelolaan Risiko


1.      Mengidentifikasi / menentukan terlebih dahulu keinginan obyektif (tujuan) yang
ingin dicapai dengan melakukan pengelolaan risiko. Apakah income yang stabil? Apakah
kedamaian hati? dan sebagainya.
2.      Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian / peril
atau mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi. Langkah ini adalah yang paling sulit,
tetapi juga paling penting, sebab keberhasilan pengelolaan risiko sangat tergantung pada
hasil identifikasi ini.
3.      Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensiil, dimana yang dievaluasi
dan diukur adalah : (1)besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi
selama suatu periode tertentu (frekuensinya), (2)besarnya akibat dari kerugian tersebut
terhadap kondisi keuangan perusahaan / keluarga (kegawatannya), (3) kemampuan
meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul.
4.      Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat dan paling
ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya suatu
peril. Upaya-upaya tersebut antara lain meliputi : (a) menghindari kemungkinan
terjadinya peril, (b)mengurangi kesempatan terjadinya peril, (c) memindahkan kerugian
potensiil kepada pihak lain (mengasuransikan), (d)menerima dan memikul kerugian yang
timbul (meretensi).
5.      Mengkoordinir dan mengimplementasikan / melaksanakan keputusan-keputusan
yang telah diambil untuk menanggulangi risiko. Misalnya membuat perlindungan yang
layak terhadap kecelakaan kerja, menghubungi, memilih dan menyelesaikan pengalihan
risiko kepada pemsahaan asuransi.
6.      Mengadministrasi, memonitor dan mengevaluasi semua langkah-langkah atau
strategi yang telah diambil dalam menanggulangi risiko. Hal ini sangat penting terutama
untuk dasar kebijaksanaan pengelolaan risiko di masa mendatang.

6. Kedudukan Manajer Risiko


Di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan memang belum ada perusahaan yang
mempunyai manajer atau bagian yang khusus menangani pengelolaan risiko secara
keseluruhan yang dihadapi oleh perusahaan. Yang sudah ada umumnya baru seorang manajer
asuransi, yang fungsinya hanya mengurusi masalah-masalah yang berhubungan dengan
perusahaan asuransi, dimana perusahaan menjalin hubungan pertanggungan, yang meliputi
antara lain : mengurusi penutupan kontrak-kontrak asuransi, mengurusi ganti rugi bila terjadi
peril dan sebagainya. Dimana kedudukan dari manajer ini umumnya hanya setingkat Kepala
Seksi (Manajer tingkat bawah).
Dimana tugas mereka umumnya mencakup : mengidentifikasi dan mengukur
kerugian dari exposures, menyelesaikan klaim-klaim asuransi, merencanakan dan mengelola
jaminan tenaga kerja, ikut serta mengontrol kerugian dan keselamatan kerja. Dengan
demikian mereka merupakan bagian penting dalam team manajemen perusahaan.

7. Kerja Sama Dengan Departemen Lain


Seorang Manajer Risiko tidak bekerja dalam ”isolasi”, artinya dalam melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan risiko ia tidak bekerja sendiri. Sebab tugas
utamanya adalah mengidentifikasi dan merumuskan kebijaksanaan dalam penanggulangan
risiko. Sedang implementasi / pelaksanaan dari kebijaksanaan tersebut sebagian besar
diserahkan kepada departemen / bagian masing-masing yang bersangkutan.
Jadi dalam pelaksanaan penanggulangan risiko Manajer Risiko perlu bekerjasama
secara harmonis dengan departemen / bagian lain yang bersangkutan. Perlunya kerjasama
tersebut dapat dianalisis melalui kegiatan-kegiatan dari departemen / bagian yang berkaitan
dengan penanggulangan risiko, yaitu:
a.      Bagian Akunting :
Yaitu kegiatan-kegiatan terutama yang berkaitan dengan upaya mengurangi
penggelapan dan pencurian oleh karyawan sendiri ataupun pihak lain. Misalnya :
1.      Mengurangi kesempatan karyawan untuk melakukan penggelapan, melalui internal
control dan internal audit.
2.      Melalui rekening asset untuk mengidentifikasi dan mengukur kerugian karena ex-
posures terhadap harta.
3.      Melalui penilaian terhadap rekening piutang mengukur risiko terhadap piutang dan
mengalokasikan cadangan bagi kerugian exposures piutang.

b.      Bagian Keuangan :
Terutama berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan informasi tentang :
kerugian, gangguan terhadap cash-flow dan sebagainya. Misalnya :Menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh turunnya keuntungan dan cash-flow.
Menganalisis risiko murni terhadap pembelian alat-alat produksi tahan lama (yang mahal)
atau investasi baru.

c.       Bagian Marketing :
Terutama yang berkaitan dengan risiko tanggung-gugat, artinya risiko adanya
tuntutan dari pihak luar / pelanggan, karena perusahaan melakukan sesuatu yang tidak
memuaskan mereka. Misalnya :
1.      Kerusakan barang akibat pembungkusan yang kurang baik.
2.      Penyerahan barang yang tidak tepat waktu.
Juga upaya-upaya melakukan distribusi barang-barang dengan memperhatikan
keselamatan, dalam rangka mengurangi kecelakaan.
d.      Bagian Produksi :
Mencakup upaya-upaya yang berkaitan dengan :
1.      Pencegahan terhadap adanya produk-produk yang cacad, yang tidak memenuhi
syarat kualitas.
2.      Pencegahan terhadap pemborosan pemakaian bahan baku, bahan pembantu maupun
peralatan.
3.      Pencegahan terhadap kecelakaan kerja, dengan penerapan aturan-aturan dari
Undang-undang Kecelakaan Kerja dan sebagainya.

e.       Bagian Engineering dan Maintenance:


Bagian ini adalah yang bertanggung jawab terhadap desain pabrik, maintenance
dan melaksanakan perawatan terhadap gedung, pabrik serta peralatan-peralatan lainnya,
yang kesemuanya sangat vital guna mencegah, mengurangi frekuensi maupun kegawatan
dari suatu kerugian / peril.
f.       Bagian Personalia :
Bagian ini mempunyai banyak tanggung jawab yang berkaitan dengan
penanggulangan risiko yang berkaitan dengan diri karyawan. Misalnya : perencanaan,
instalasi dan administrasi program-program kesejahteraan karyawan, guna mencegah
pemogokan, kebosanan dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sangat diperlukan adanya
komunikasi dua arah antara Manajer Risiko dengan Manajer-manajer Bagian yang
bersangkutan. Jadi diperlukan adanya kerjasama yang aktif diantara mereka, sehingga
dapat dikatakan bahwa: “tanpa kerja sama aktif dari departemen lain program manajemen
risiko akan gagal”.

Anda mungkin juga menyukai