Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBROVASCULAR

ACCIDENT (CVA) INFARK DENGAN MASALAH


HAMBATAN MOBILITAS FISIK
(Studi di ruang Krisan RSUD Bangil Pasuruan)
Ro'uufatul Karimah1Inayatur Rosyidah2Iva Milia HR3
123
STIKes Insan Cendikia Medika Jombang
1
email:rouufatulkaa418@gmail.com2email:inrosyi@gmail.com
3
email:miliarahma88@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : CVA infark adalah suatu syndrome klinis yang terjadinya karena
penyempitan atau sumbatan pada jaringan nekrotik otak, sehingga pasokan oksigen
dan darah ke otak berkurang yang dapat menyebabkan infark jika aliran darah tidak
dipulihkan dalam waktu yang relatif singkat. Di dunia Presentase penderita penyakit
ini naik sekitar 3% dalam setiap tahunnya. Tujuan studi kasus ilmiah ini adalah untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami CVA infark dengan
hambatan mobilitas fisik. Metode desain penelitian ini menggunakan metode kasus.
Partisipan yang digunakan adalah 2 klien yang didiagnosa medis CVA infark dengan
masalah hambatan mobilitas fisik. Data yang dikumpulkan yaitu hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Penelitian : Hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. A
mengalami penurunan fungsi gerak pada tubuh bagian kanan sehingga lemah
digerakkan dengan TD : 140/90 MmHg, RR. Sedangkan Ny.M juga mengalami
penurunan anggota gerak dengan hasil pengkajian seluruh ½ badan sebelah kiri
lemah untuk digerakkan dengan TD : 150/100 MmHg. Intervensi yang ditetapkan
dari NIC-NOC yaitu denan lebel : exercise Therapy : Ambulasi dan Exercise
Therapy : Joint Mobility. Implementasi yang diberikan kepada ke-2 klien diobservasi
selama 3x/24 jam.
Hasil : Setelah dilakukan implementasi selama 3x24/jam didapatkan hasil evaluasi
akhir bahwa pada klien 1 Tn.A dengan kekuatan otot 4-4-5-5- klien 2 Ny.M dengan
kekuatan otot 5-5-5-5. Kesimpulan : masalah teratasi sebagian sehingga
membutuhkan waktu untuk menuju tahap pemulihan lanjutan, sedangkan pada
masalah teratasi. Saran : memberikan latihan ROM pasif selama 30 menit setiap 1x
24 jam adalah implementasi efektif yang dapat mempermudah kembalinya kekuatan
oto pada tubuh klien.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, CVA Infark, Hambatan Mobilitas Fisik

NURSING CARE AT THE CLIENTS OF CEREBROVASCULAR ACCIDENT


(CVA) INFARCT WITH THE PROBLEM PHYSICAL MOBILITY BARRIERS
IN THE CHRYSANTHENUM ROOM OF
GENERAL HOSPITAL BANGIL PASURUAN

ABSTRACT
Preliminary : CVA infarction is a clinical syndrome that was caused by narrowing
or blockage of the brain's necrotic tissue, so that oxygen and blood supply to the
brain decreases which can cause infarction if the blood flow is not restored in a
relatively short period of time. In the world the percentage of sufferers of this disease
goes up about 3% in every year. The purpose of this scientific case study is to
provide nursing care to clients who had CVA infarction with physical mobility
barriers. Research Method : The design of this case study uses case study method
approach. The Participants used 2 clients who were diagnosed with CVA infarction
with problems of physical mobility barriers. The Data was gathered by interviews,
observations, and documentation. Research : The results of the study can be
concluded that Tn. A had decreased in motion function in the right part of the body
so it is weakly moved with TD: 140/90 MmHg. Whereas Ny.M also had a decrease
in motion function with the results of the assessment of the entire left ½ body weak to
be moved with TD: 150/100 MmHg,. The interventions that determined from NIC-
NOC which labels, namely: Exercise Therapy: Ambulation and Exercise Therapy:
Joint Mobility. Implementation provided to the two clients was observed for 3x/24
hours. Results : After 3x24 /hours of implementation, the final evaluation results
showed that in client 1 Mr. A with 4-4-5-5 muscle strength, while in client 2 Ny.M
with 5-5-5-5 muscle strength. Conclusion : the problem is partially resolved so it
requires time to go to the next recovery stage, the problem is resolved. Adviced : by
delivering a 30 minutes passive ROM training is one of an effective implementation
that would make it easier for client's body muscle strength.

Keywords : Nursing Care, CVA Infarction, Physical Mobility barriers

PENDAHULUAN disebabkan oleh stroke yang sedang


terjadi diindonesia. Ada 10%
Cerebrovascular accident (CVA) infark kemungkinan dalam Negara maju yang
suatu penyakit yang terjadi ketika menyebabkan kematian dunia akibat
terhentinya pasokan darah ke otak CVA infark setelah penyakit kanker
terganggu, atau bahkan berkurang yang (12%) dan jantung koroner (13%).
dapat menyebabkan jaringan pada otak Sedangkan ada 10,9% penduduk yang
kekurangan oksigen dan nutrisi. terdefinisi penyakit CVA infark dengan
Penyakit pada kondisi ini dapat rata-rata jenis kelamin perempuan
mengancam kehidupan seseorang sebanyak (10,9%) dan laki-laki
hingga kecacatan permanen dalam (11,0%). Sedangkan dalam provinsi
otak. (Sholeh, 2019). Hambatan. jawa timur telah ada sekitar 36,32%%
mobilitas, fisik juga dapat terjadi pada penduduknya yang telah menderita
pasien CVA infark. Hambatan penyakit CVA infark dengan angka
mobilitas fisik suatu proses ketika kematian 1 per 20 dari pada tingkat
menurunnya pergerakan fisik tubuh rehabilitasi maupun kesembuhannya,
sehingga mengalami keterbatasan baik sedangkan ditinjau dari gejalanya ada
satu ataupun lebih pada ekstrimitas sekitar 10,5% dari 302.987 penduduk
secara mandiri ataupun terarah (Nanda, diindonesia, serta ada 39,4% yang
2017-2020). WHO atau World Health mengalami kecacatan permanen
Organization (2015), menyatakan (imobilisasi) dan 38,7% yang dapat
bahwa ada sebesar 7,9% kematian disembuhkan
Secara berkala (Riskesdas, 2018). membiasakan pola hidup sehat dengan
penyumbatan pembuluh darah otak dan cara mengkonsumsi makanan bergizi
terhentinya pasokan oksigen ke otak dan seimbang seperti sayuran, buah-
yg di sebabkan oleh dua hal, yaitu yang buahan. Diimbangi dengan aktivitas
pertama adalah tersumbatnya fisik yang cukup seperti olahraga.
pembuluh darah otak oleh emboli, Menerapkan minum air 2 liter perhari,
yang merupakan bekuan darah yang menghindari obat-obatan terlarang,
berasal dari thrombus jantung. istirahat yang cukup adekuat. Maka
Sedangkan yang kedua adalah dengan adanya penelitian ini, peneliti
terjadinya darah yang disebut berharap bisa menemukan solusi untuk
thrombus. karena gangguan umum memberikan implementasi yang telah
Suplai darah pada dinding pembuluh diberikan dan terimprovisasi dalam
darah disebut dengan atherosclerosis, peningkatan kualitas pelayanan
dan terjadi bekuan darah menempel di kesehatan terutama pada kasus CVA
dinding pembuluh. makin cepat atau infark dengan tema asuhan
lambat dikarenakan bercampur lemak keperawatan pada klien yang
yang gangguan lokal (emboli dan mengalami CVA infark.
thrombus) ke otak bisa berubah seperti
penebalan atau (jantung, dan hipoksia
paru). Maka tubuh kekurangan suplai BAHAN DAN METODE
oksigen dan nutrien Jika hal diatas PENELITIAN
terjadi penyumbatan di otak dan terjadi
Jenis penelitian ini menggunakan
pada daerah neuromuskular ataupun
metode studi kasus dengan
neuromuskuloskeletal seperti
membandingkan antara 2 kasus dengan
ekstrimitas maka akan terjadi kecacatan
masalah keperawatan yang sama yaitu
pada anggota pergerakan fisik yaitu
hambatan mobilitas. fisik yang
akan munsul masalah hambatan
bertujuan untuk memperbandingkan
mobilitas fisik pada tubuh klien yang
pengaplikasian intervensi yang efisien
mengalami CVA infark (Sholeh, 2019)
terhadap klien dengan dengan
pemecahan masalah yang adekuat
Penatalaksanaan CVA infark pada
terhadap tindakan keperawatan.
klien hambatan mobilitas fisik secara
Partisipan meliputi 2 klien yang telah
mandiri diberikan ketika kondisi
di diagnosa medis CVA infark di ruang
hemodinamik dan neurologis pasien
krisan RSUD Bangil Pasuruan.
stabil. Mobilisasi dilakukan secara
Penelitian studi kasus dilakukan sejak
rutin dan berkelanjutan untuk
tanggal 1 januari hingga 18 april 2020.
menghindari adanya komplikasi.
Metode pengumpulan data yang
Latihan range of motion (ROM) adalah
digunakan adalah wawancara,
salah satu terapi untuk berlatih dalam
observasi, dan dokumentasi. Setiap
proses rehabilitasi agar terhindar dari
data yang didapatkan akan dianalisa
kerusakan permanen yang bisa terjadi
secara keseluruhan dan diuji keabsahan
pada pasien CVA infark . Latihan ini
data yang didapatkan oleh peneliti.
juga merupakan bentuk penatalaksanan
Semua rangkaian pada metode
mendasar yang dapat dilakukan oleh
penelitian yang dilaksanakan sudah
perawat (Setyawati, 2019). Selain itu,
melalui kelayakan uji etik.
untuk mengurangi tingkat. insidensi
yang terjadi maka masyarakat. harus
HASIL PENELITIAN komposme tis
ntis TD : 143/93
HASIL TD : MmHg
132/93 N:
Penelitian studi kasus ini dilakukan di MmHg 87x/menit
N: S : 36,4℃
ruang krisan RSUD Bangil Pasuruan.
94x/menit RR :
Studi kasus ini dilakukan pada 2 klien S : 36,3℃ 22x/menit
yang mengalami masalah hambatan RR :
mobilitas fisik. 22x/menit

Tabel 1. Hasil data identitas klien Berdasarkan hasil pengkajian 2 klien


Identitas Klien 1 Klien 2
ini, ditemukan dengan data subjektif
pasien
penelitian, yaitu 2 klien dengan klien 1
Nama Tn. A Ny. M
Tn.A usia 67 tahun dan klien 2 Ny. M
Tanggal 28-11-1962 31-12-1970 usia 60 tahun dengan dianosa medis
lahir 55 Tahun yang sama yaitu CVA infark.
Umur Laki-laki 50 Tahun Berdasarkan hasil yang didapatkan,
Jenis Perempuan klien 2 lebih parah dari pada klien 1,
kelamin Islam Islam
Agama SLTP SD
kedua klien memiliki keluhan yang
Pendidikan Karyawan IRT hampir mirip, pada klien 2 ½ dari
Pekerjaan swasta badan sebelah kri lemas dan sulit
Menikah Menikah digerakkan disertai mukosa kering ,
Status Tugu sari, Grati, sedangkan pada klien 1 pada bagian
Alamat Bangil Pasuruan
kaki dan tangan yg kanan sulit untuk
digerakkan namun mukosa bibir
Keluhan Klien Klien lembab.
utama mengatakan mengatakan
Kaki kanan ½ badan Pada penelitian kasus ini dengan data
dan tangan sebelah klien 1 GCS 4-5-1 disertai pusing,
kanan kaku kirinya
lemas, kaki dan tangan sebelah kanan
dan sulit terasa lemah
digerakkan dan kaku sulit digerakkan dan pada klien 2 GCS
ketika mau 4-5-1 disertai pusing, fisik lemah dan ½
Digerakkan badan sebelah kiri sulit untuk
digerakkan. klien 1 mukosa bibir
lembab dan klien 2 mukosa bibir
PEMBAHASAN kering, kesadaran Composmentis, akral
Pengkajian hangat CRT <2 detik, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Klien 1 dan 2
Tabel 2.Hasil data observasi klien 1 dan 2 mempunyai kesamaan teori yang
Observasi Klien 1 Klien 2 berhubungan dengan faktor resiko yaitu
kedua klien sama-sama memiliki
Keadaan Penampilan Penampilan riwayat hipertensi dan diabetes militus,
umum : k/u klien : k/u klien kesenjangan yang terjadi dalam kasus
klien ½ badan
lemah, kaki sebelah kiri
riwayat penyakit bahwa pada klien 1
dan tangan lemah dan yang merupakan perokok namun pada
kanan kaku sulit klien 2 tidak merokok akan tetapi
dan sulit digerakkan. riwayat penyakit yang didapatkan
digerakkan. Kesadaran : hampir sama antara kedua klien
Kesadaran : komposmen
tersebut.
DIANOSA kepada Tn.A dan Ny.M dengan
diagnosa keperawatan Hambatan
Tabel 3.Hasil data diagnosa ke 2 klien mobilitas fisik berhubungan dengan
Klien Diagnosa keperawatan penurunan kekuatan otot dengan
menggunakan NIC (Nursing
Klien 1 Hambatan Mobilitas Interventions Classification) dengan
Fisik Berhubungan label : exercise Therapy : Ambulasi
yaitu bantu pasien perpindahan miring
Dengan Penurunan
kanan dan kiri, monitori ttv, bantu
Kekuatan Otot pasien memenuhi kebutuhan ADL dan
Klien 2 Hambatan Mobilitas Exercise Therapy : Joint Mobility yaitu
Fisik Berhubungan kaji kemampuan pasien dalam
Dengan Penurunan mobilisasi, konsultasikan dengan terapi
Kekuatan Otot fisik tentang rencana latihan sesuai
kebutuhan klien, lakukan latihan rom
aktif atau pasif, konsultasikan kepada
Menurut peneliti antara klien 1 dan 2
dokter terkait obat.
mengalami hambatan mobilitas fisik
karena adanya penurunan kekuatan otot
Intervensi yang ditetapkan yang
yang disebabkan oleh gangguan
diambil dari NIC dan NOC
neuromuskular pada salah satu saraf
berdasarkan kemampuan yang akan
otak yang bekerja sebagai pengendalian
dicapai oleh klien dan perkembangan
otot diantara otak sisip kanan dan kiri,
yang bisa dicapai oleh kedua klien,
oleh karena itu aliran darah yang
dengan intervensi yang mampu
tersumbat dapat menyebabkan
dilakukan agar outcome yang
terhentinya pasokan oksigen kepada
ditetapkan bisa terselesaikan. Oleh
salah satu sisip otak tersebut dan
karena itu kedua klien yang akan
mengakibatkan kerusakan
menjalankan implementasi dari
neuromuskular seperti penurunan
intervensi keperawatan dapat diberikan
kekuatan otot. Dengan begitu maka
secara teori tanpa adanya kesenjangan.
kedua klien mengalami hambatan
mobilitas fisik yang ditandai dengan
klien 1 kaki dan tangan kanan lemah
IMPLEMENTASI
dan sulit digerakkan sedangkan klien 2
½ badan sebelah kiri lemah dan sulit
Tindakan keperawatan yang sudah
untuk digerakkan.
diberikan kepada 2 klien tersebut
sesuai dan memenuhi standart NIC.
Pada implementasi ini antara klien 1
INTERVENSI
dan 2 dilakukan dengan implementasi
yang sama yaitu : membantu klien
Berdasarkan penelitian rencana
miring kanan dan kiri, membantu klien
keperawatan yang akan diberikan
memenuhi ADL, memonitori
kepada 2 klien tersebut yang memenuhi
kemampuan klien dalam latihan
standar dengan masalah hambatan
mobilisasi, melakukan Rom Pasif
mobilitas fisik dengan diagnosa medis
selama 30 menit, dan mengobservasi
CVA infark yang ditandai dengan
TTV setiap 8 jam sekali. Berdasarkan
penurunan rentang gerak, gangguan
hasil implementasi yang sudah
sikap berjalan dan keadaan fisik lemah.
dilakukan terdapat beberapa hal yang
Intervensi keperawatan yang di berikan
ditemukan pada kedua klien. Pada klien riwayat penyakit yang dialami pada
1 lebih lemah dan kaku dalam pasien tersebut, setelah semua
melakukan perpindahan ketika rangkaian asuhan keperawatan
dimonitori saat mobilisasi sedangkan dilakukan dan masalah sudah
klien 2 sedikit bertahap namun tidak memenuhi kriteria hasil yang ingin
ada kesenjangan saat dimonitori latihan dicapai maka masalah teratasi. Data
perpindahan saat mobilisasi. Klien 1 subjektif evaluasi yang didapatkan dari
dan 2 diberikan susuai resep dokter klien 1 dan 2 yaitu : dapat bergerak
dalam pemberian rencana tindakan dengan mudah, gerakan dapat
keperawatan terkait obat dengan dikontrol, menjaga keseimbangan
pemberian terapi obat yang berbeda, gerakan, dan dapat menggerakan otot
klien 1 Tn.A mendapatkan terapi obat : dengan mudah, sedangkan data objektif
infus asering 500cc/24 jam, evaluasi yaitu : mukosa bibir lembab,
inj.Ranitidin 1x1 mg, inj. Kalmeco keadaan composmestis, GCS 4-5-6,
1x500 mg, inj. Omeprazole 1x40 mg, akral hangat, klien dapat
inj.ceftriaxon 3x1 gr dan inj.antrain menggerakkan ototnya dengan mudah,
3x1 gr. Sedangkan pada klien 2 Ny.M menjaga kesimbangan, kemantapan
mendapat terapi obat : Infus asering bergerak dan gerakan pada daerah yang
1000cc/24 jam, neurosanbe 3x1 tab, diinginkan, dengan begitu antara klien
Inj.citicolin 2x500 mg, Inj.ceftriaxon 1 masalah teratasi sebagian
2x1 gr, inj.pantopazol 3x40 mg, dikarenakan beberapa faktor resiko dan
inj,antrain 3x1 gr. manifestasi klinis yang berbeda dengan
klien 2, kesenjangan yang terjadi antara
klien 1 dan klien 2 yaitu terletak pada
EVALUASI manifestasi klinis yang dirasakan dan
factor resiko yang dialami oleh klien 1,
Setelah dilakukan tindakan dengan begitu hasil yang didapatkan
keperawatan 3x24 jam didapatkan oleh klien 2 adalah masalah teratasi
bahwa setiap klien mengalami integrasi sepenuhnya. Semua perbedaan yang
yang cukup signifikan, namun diantara terjadi dapat dievaluasi dari berbagai
klien 1 dan 2 klien 1 lebih faktor dan dilihat dari kenyataan teori
menghasilkan keadaan yang pulih dan kesenjangan teori yang terjadi
dengan baik namun klien 2 masih sehingga dapat dipantau tahapan
dalam pemulihan tahap lanjutan. Pada penyembuhan terhadap masing-masing
klien 1 kekuatan otot meningkat klien dengan hasil yang teliti dan
menjadi 4-4-5-5 dengan keadaan kaki seksama.
kanan dan tangan kanan sudah bisa
digerakkan secara pelan, dan pada klien
2 Ny.M kekuatan otot meningkat SIMPULAN DAN SARAN
menjadi 5-5-5-5 ½ badan sebelah kiri
mampu digerakkan sesuai perintah. SIMPULAN

Berdasarkan seluruh rangkaian yang Berdasarkan data yang diambil Setelah


telah dilakukan dapat dievaluasi bahwa dilakukan serangkaian asuhan
klien 1 Tn.A dan 2 Ny.M memiliki keperawatan pada kedua klien antara
perkembangan yang baik meskipun klien 1 dan 2 di Ruang Krisan RSUD
sedikit perbedaan yang disebabkan oleh Bangil Pasuruan, peneliti membuat
beberapa faktor baik dari usia dan kesimpulan dan saran dari studi kasus
karya tulis ilmiah ini yaitu dengan kekuatan otot, dilakukan sesuai
kesimpulan analisa bahwa Evaluasi intervensi keperawatan yang
keperawatan terhadap klien 1 dan klien dibutuhkan oleh klien agar bisa
2 pengkajian CVA Infark terhadap terintegrasi, yang terdiri dari tindakan
Tn.A dan Ny.M dengan data subjektif mandiri dan tindakan kolaborasi.
yang dihasilkan memiliki persamaan. Berdasarkan hasil yang telah
Keadan cukup membaik klien 1 dilakukan, kedua klien berhasil
mengalami kaki dan tangan sebelah diintegrasi dengan memperoleh hasil
kanan lemah dan sulit untuk yang membaik serta signifikan,
digerakkan sedangkan klien 2 ½ dari kenaikan kekuatan otot yang berhasil di
seluruh badan kirinya lemah dan sulit integrasi.
digerakkan. Diagnosa keperawatan
yang diambil adalah Diagnosa
keperawatan yang dihasilkan terhadap SARAN
klien 1 dan klien 2 menunjukkan
diagnosa hambatan mobilitas fisik Bagi pasien
berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot yang ditandai dengan Klien dapat mengetahui terkait
gangguan neuromotorik pada klien. penyakit beserta ilmu pengetahuan
Evaluasi menunjukkan hasil yang terhadap dampak positif dan negatif
signifikan membaik secara bertahap dari penyakitnya, dan diharapkan dapat
dalam setiap implementasi meningkatkan mobitas fisik dirumah
keperawatan, kriteria hasil yang ingin dengan melakukan ROM pasif seperti
dicapai sudah memenuhi hasil yang latihan gerak pada otot sebanyak 1 kali
diinginkan sehingga masalah teratasi. sehari setiap jam 10 pagi secara teratur
klien sangat kooperatif dan mudah untuk menjaga kekuatan otot pada
diarahkan serta patuh terhadap anjuran, klien. Oleh karena itu klien dapat
dengan begitu setiap tahap yang mengintegrasi perkembangan otot
dilakukan lebih mudah untuk dirumah serta diimbangi dengan
disembuhkan dalam proses melakukan pemeriksaan rutin setiap
penyembuhan. Berdasarkan hasil yang bulannya.
dilakukan kedua klien berhasil
diintegrasi dengan memperoleh hasil Bagi Institusi Pendidikan
yang membaik serta signifikan, klien 1
masalah teratasi sebagian sedangkan Penelitian ini bisa dijadikan sebuah,
klien 2 masalah sudah teratasi. sebagai bahan studi pembelajaran
Intervensi yang paling efektif yang terkait dengan klien yang mengalami
dapat diberikan kepada klien yang CVA infark dengan diagnosa
mengalami hambatan mobilitas fisik keperawatan hambatan mobilitas fisik
dengan diagnosa medis CVA. Melatih berhubungan dengan penurunan
ROM pasif atau aktif selama selama 30 kekuatan otot.
menit setiap minimal 24 jam sekali
adalah intervensi efektif yang dapat
diberikan terhadap klien. Implementasi Bagi Peneliti Selanjutnya
keperawatan yang dilakukan selama
3x24 jam terhadap klien 1 dan klien 2 Penelitian ini bisa dijadikan jurnal
dengan masalah hambatan mobilitas acuan untuk mendapat dan memberikan
fisik berhubungan dengan penurunan implementasi yang efektif terhadap
klien, dan juga untuk petugas medis Non Hemoragik Dengan Masalah
(perawat) dapat dijadikan sebagai Gangguan Mobilitas Fisik Di
bahan perbandingan, baik dilihat dari RSUD Bangil Pasuruan (doctoral
teori manifestasi yang cocok dan Dissertation). Stikes Icme
kesenjangan teori yang terjadi saat jombang, Vol-1, hh 28-34
pengkajian di manifestasi klinis, klien 1
dan 2 memiliki persamaan hasil teori Sholeh, N, A, 2019, Asuhan
yang dikeluhkan dalam manifestasi Keperawatan Pada Klien Cerebral
klinis namun berbeda pada pengkajian Vascular Acident Infark Dengan
faktor resiko yaitu klien 1 perokok dan Masalah Keperawatan Defisit
klien 2 tidak merokok. intervensi Perawatan Diri Di RSUD Bangil
efektif yaitu melakukan ROM pasif Pasuruan, (Doctoral Disertation)
atau aktif, bantu klien miring kanan Stikes Icme Jombang, Vol-1, hh
dan kiri, kaji klien saat latihan 20-25
mobilisasi, dan saran untuk intervensi
yang kurang efektif adalah dengan
tidak memberikan baju yang dapat
mengganggu fungsi geraknya (baju
ketat). Semua yang disebutkan dalam
intervensi sangat efektif untuk
diimplementasikan agar mencapai
evaluasi yang diharapkan.

KEPUSTAKAAN

Docterman, J, M & Bulechek, G. M


2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) (5th ed.).
America: Mosby Elseiver

Moorhead, S, Jhonson, M, Maas, M, &


Swanson, L, 2013, Nursing
Outcome Classification (NOC) (5th.
ed.). United States Of America:
Mosby Elseiver

Nanda International, 2017, Diagnosa


Keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2017-2020 (10th ed.).
Jakarta: EGC

Riskesdas, 2018, Hasil utama Riset


Kesehatan Dasar, jakarta

Setyawati, W, 2019, Karya Tulis


Ilmiah: Studi Kasus. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Stroke

Anda mungkin juga menyukai