Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB 5 FULL COSTING DAN DIRECT COSTING

Disusun oleh :

Meisya Rizqi Adenina (062030501315)

Kelas : 3AC

Dosen Pembimbing :

Kartika Rachma Sari, S.E., M.Si.Ak.,C.A

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM DIPLOMA III AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Bab 5 Full Costing dan Direct Costing Modul Halaman 83

LATIHAN

1. Jelaskan pengertian full costing dan direct costing, berikan contoh!


Jawab

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga pokok


produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan penentuan
harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption costing atau
disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering disebut
direct costing atau marginal costing (Garrison, 2000: 302). Dua pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Absorption Costing (Full Costing)


Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai
harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut
variable atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode absorption
costing terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik tetap dan variabel. Karena absorption costing meliputi seluruh
biaya produksi sebagai harga pokok, metode ini juga disebut metode full
costing. Sehingga metode inilah yang biasanya dijadikan sebagai tolak
ukur, terutama dalam menghitung total biaya per unit maupun harga pokok
produksi.
Harga pokok produksi menurut metode full costing umumnya terdiri
dari:
(a) Biaya bahan baku = Rp xxx
(b) Biaya tenaga kerja langsung = Rp xxx
(c) Biaya overhead pabrik tetap = Rp xxx
(d) Biaya overhead pabrik variabel = Rp xxx +
Harga pokok produksi = Rp xxx

Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan


memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga
pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap.
Menurut LM Samryn, “Full costing adalah metode penentuan harga
pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead
tanpamemperhatikan perilakunya.”
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan
tradisional menghasilkanlaporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir
dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan
penjualan. Baporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak
digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu
sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum untuk menjamin informasiyang tersaji dalam laporan tersebut.
Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya
yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan
dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai
perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi.
Perhitungan harga pokok produksi pada metode full costing
dilakukan dengan membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri dari hal-
hal berikut ini:

a) Harga Pokok Produksi (Penjualan)


Didapat dari harga dasar per unit dari produksi ataupun
penjualan suatu barang.
b) Hasil Penjualan
Untuk perolehan sebesar jumlah uang yang berhasil
didapatkan bagi perusahaan dengan aktivitas penjualan produk
perusahaan.
c) Laba Kotor
Untuk perusahaan akan mendapatkan laba kotor yang
didapat dari keuntungan penjualan, tetapi belum dikurangi
dengan biaya ataupun beban perusahaan. Dengan memiliki laba
kotor, Anda bisa menghitung selisih antara hasil penjualan dan
harga pokok produksi.
d) Laba Bersih
Untuk menghitung laba bersih dapat melalui cara selisih
antara laba kotor yang telah didapatkan sebelumnya. Kemudian
perolehan dari jumlah total atas biaya pemasaran variabel dan
dikalikan dengan unit produk yang terjual, ditambah biaya
pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum variabel, hingga
biaya administrasi dan umum tetap.
e) Biaya Pemasaran Tetap
Mencari jumlah biaya ini didapat dari pengeluaran uang atas
pemasaran suatu produk dengan jumlah yang tetap bahkan tidak
berubah-ubah.
f) Biaya Pemasaran Variabel
Biaya ini dikeluarkan dengan tujuan melakukan pemasaran
dari biaya variabel suatu produk oleh perusahaan.
g) Biaya Administrasi dan Umum Tetap
Sejumlah uang dalam mendukung proses produksi
perusahaan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
h) Biaya Administrasi dan Umum Variabel
Nominal uang yang dikeluarkan melalui perusahaan dalam
mendukung proses produksi.

2) Variable Costing (Direct Costing)


Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi
yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai
harga pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering
disebut direct costing atau marginal costing. Singkatnya, biaya tersebut
nantinya bisa menghasilkan jumlah yang fluktuatif (tidak tetap atau tidak
bisa dipastikan) seperti bisa naik-turun secara proporsional.
Harga pokok produksi menurut metode direct costing umumnya
terdiri dari:
(a) Biaya bahan baku = Rp xxx
(b) Biaya tenaga kerja langsung = Rp xxx
(c) Biaya overhead pabrik variabel = Rp xxx +
Harga pokok produksi = Rp xxx

Direct costing adalah Metode penentuan harga pokok produksi


yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja atau yang
secara langsung mempengaruhi volume produksi. Biaya yang terjadi di
mana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus
dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Menurut Mas’ud Machfoed, ”variabel costing adalah suatu
metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang
dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”
Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai
untuk menghitung biaya produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh
system variable costing memperlihatkan margin kontribusi barang-barang
yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam pengambilan
keputusan. Variable costing kadangkala disebut juga direct costing
(penentuan biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya
pokok marginal).
Dalam metode penentuan biaya pokok variable (variable costing),
hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam
persediaan dan biaya pokok penjualan.
Adanya perhitungan harga pokok produksi bagi metode ini
bertujuan untuk membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri dari hal-
hal berikut ini:

a) Biaya Bahan Baku


Seluruh pengeluaran yang dilakukan perusahaan dalam
kegiatan untuk membeli bahan baku suatu produk.
b) Biaya Tenaga Kerja
Adanya biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
membayar gaji para karyawan perusahaan.
c) Biaya Overhead Pabrik Variabel
Adanya kelebihan biaya yang tidak terduga dan terjadi
dalam sebuah perusahaan, sehingga tidak dapat diperhitungkan
sebelumnya.
d) Biaya Pokok Produksi
Menghasilkan nominal biaya pokok produksi dalam
membuat barang yang dihitung per unit.

Jika ditarik kesimpulan, arti dari istilah full costing adalah metode
akuntansi yang menunjukkan seluruh biaya, yang dikeluarkan di dalam proses
produksi. Seperti biaya variabel, biaya tetap, biaya langsung, biaya investasi
dan seluruh biaya yang dimanfaatkan.
Sementara metode variable costing adalah metode perhitungan di mana
seluruh biayanya digunakan untuk membuat suatu produk. Biaya yang gunakan
tersebut jumlahnya bisa terus berubah sesuai dengan volume kegiatan bisnis.

2. Bagaimanakah penyajian laporan full dan direct costing? Berikan masing-


masing 2 contoh bentuk laporan !
Jawab

1) Laporan Laba Rugi Metode Full Costing


Dalam laporan laba rugi yang dibuat dengan metode full costing,
bisa dilihat di contoh bahwa metode ini menitikberatkan pada penyajian
unsur-unsur biaya yang berhubungan dengan fungsi-fungsi pokok yang ada
dalam perusahaan.
Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi Pada metode full
costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Biaya produksi, meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel.
2) Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi semua
biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus
dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode terjadinya.
2) Laporan Laba Rugi Metode Variable Costing
Selajutnya ada contoh metode variable costing yang ditinjau dari
Laporan Laba Rugi, di mana metode ini lebih menitikberatkan pada
penyajian biaya yang disesuaikan dengan perubahan volume aktivitas
(classification by cost behavior).
Pada metode direct/variable costing, biaya digolongkan menjadi:
1) Biaya variabel (variable costs), meliputi semua biaya yang jumlah
totalnya berubah secara proporsioanal sesuai dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke dalam:
 Biaya variabel produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
 Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran variabel
(variable of marketing expense), biaya adminstrasi dan umum.
variabel (variable of general & administative expense), biaya
finansial variabel (variable of financial expense).
2) Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya
tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya
tetap pada konsep direct/variable costing disebut pula dengan biaya
periode (period cost) atau disebut pula biaya kapasitas(capacity cost).

Contoh Soal

Pada tahun 2010, PT. Cargill memproduksi dan menjual alat tenun
dari bahan kayu. Adapun data operasional pada bulan Mei 2010 sebagai
berikut :
o Harga jual per unit Rp 500.000
o Biaya produksi :
 Biaya variabel per unit :
Bahan langsung Rp 110.000
Tenaga kerja langsung Rp 60.000
Overhead pabrik variabel Rp 30.000
 Biaya tetap per tahun Rp 120.000
o Persediaan barang jadi :
 Unit persediaan awal 0 unit
 Unit yang diproduksi 100 unit
 Unit yang terjual 80 unit
o Biaya pemasaran tetap selama satu tahun Rp 7.000.000
o Biaya pemasaran variabel per unit Rp 50.000 x 80 unit = Rp
4.000.000
Diminta :

1. Hitunglah HPP menggunakan metode full costing dan sajikan dalam


laporan laba rugi!
Jawab

1) Harga Pokok Produksi (HPP)

Biaya bahan langsung = Rp 110.000


Biaya tenaga kerja langsung = Rp 60.000
Biaya overhead pabrik variabel = Rp 30.000
Biaya overhead pabrik tetap = Rp 120.000 +
Harga pokok produksi = Rp 320.000

2) Laporan laba rugi berdasarkan full costing

PT. Cargill
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Mei 2010

Penjualan (80 unit x Rp 500.000) Rp 40.000.000


HPP :
Persediaan awal Rp 0
Harga pokok produksi (100 unit x Rp 320.000) Rp 32.000.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 32.000.000
Persediaan akhir (20 unit x Rp 320.000) (Rp 6.400.000)
Harga pokok penjualan (Rp 25.600.000)
Laba kotor Rp 14.400.000
Biaya Usaha :
Beban Pemasaran Tetap Rp 7.000.000
Beban Pemasaran Variabel Rp 4.000.000 +
Jumlah Biaya Usaha Rp 11.000.000
Laba bersih Rp 3.400.000
2. Hitunglah HPP menggunakan metode direct/variable costing dan
sajikan dalam laporan laba rugi!
Jawab

1) Harga Pokok Produksi (HPP)

Biaya bahan langsung = Rp 110.000


Biaya tenaga kerja langsung = Rp 60.000
Biaya overhead pabrik variabel = Rp 30.000 +
Harga pokok produksi = Rp 200.000

2) Laporan laba rugi berdasarkan direct/variable costing

PT. Cargill
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Mei 2010

Penjualan (80 unit x Rp 500.000) Rp 40.000.000


HPP :
Persediaan awal Rp 0
Harga pokok produksi (100 unit x Rp 200.000) Rp 20.000.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 20.000.000
Persediaan akhir (20 unit x Rp 320.000) (Rp 6.400.000)
Harga pokok penjualan variabel Rp 13.600.000
Beban Pemasaran Variabel Rp 4.000.000
Jumlah Biaya Variabel (Rp 17.600.000)
Laba kontribusi Rp 22.400.000
Biaya Tetap :
Beban Pemasaran Tetap (Rp 11.000.000)
Laba bersih Rp 11.400.000

3. Apakah manfaat penyajian laporan dengan menggunakan metode full costing


dan direct/variable costing
Jawab

1) Dalam perencanaan laba jangka pendek


Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka
pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode
variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan
informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat
memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.

2) Dalam pengendalian biaya


Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh
full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik tetap
diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai
unsur biaya produksi sehingga manajemen kehilangan perhatian terhadap
period costs (biaya overhead pabrik tetap) tertentu yang dapat
dikendalikan. Di dalam variable costing, period costs yang terdiri biaya
yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam
laporan rugi-laba sebagai pengurang terhadap laba kontribusi.
Biaya tetap ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan:
discretionary fixed costs dan committed fixed costs. Discretionary fixed
costs merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan
manajemen sehingga dapat dikendalikan oleh manajemen. Contohnya biaya
iklan. Committed fixed costs merupakan biaya yang timbul dari pemilikan
pabrik, equipment dan organisasi pokok. Biaya ini merupakan semua biaya
yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang
perusahaan. Dalam jangka pendek committed fixed costs tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen. Contohnya biaya depresiasi, sewa, asuransi,
dan gaji karyawan inti.
Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri
dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh
informasi discretionary fixed costs terpisah dari committed fixed costs,
sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dapat dilakukan
oleh manajemen.

3) Dalam pengambilan keputusan oleh manajemen


Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk
pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka
pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period
costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga
jual jangka pendek.
Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full
costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan
biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual
harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap didalamnya. Di dalam
metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual
yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.

Untuk pihak internal, variabel costing digunakan untuk tujuan-


tujuan :
1. Perencanaan laba.
2. Penentuan harga jual produk.
3. Pengambilan keputusan oleh manajemen.
4. Pengendalian biaya.

Untuk pihak eksternal, meskipun tujuan utamanya untuk pihak


internal, konsep variabel costing dapat pula digunakan oleh pihak eksternal
untuk tujuan :
1. Penentuan harga pokok persediaan
2. Penentuan laba

Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang


disusun atas dasar variabel costing disesuaikan dengan teknik-teknik
tertentu, menjadi laporan yang disusun atas dasar konsep harga pokok penuh
(full costing), sebab konsep variabel costing tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

Anda mungkin juga menyukai