Anda di halaman 1dari 3

Nama :Muhammad Ainin Ni’am

NIM :11000120140851

Kelas :Otonomi daerah D

Cari dan analisis problematika PERDA didalam Praktek Ketatanegaraan berikan


pendapat saudara.

Peraturan daerah (Perda) adalah sebuah instrumen untuk melaksanakan otonomi daerah dalam
rangka menentukan arah dan kebijakan pembangunan daerah serta fasilitas pendukung yang
menunjangnya. Namun, dalam praktik yang terjadi di lapangan muncul beberapa persoalan
atau masalah yang timbul sejak adanya otonomi daerah yang di manifestasikan dalam peraturan
perundang-undangan. Sehingga muncul banyak sekali peraturan daerah yang muncul akibat
munculnya lampu hijau itu.

Pertama adalah munculnya banyak sekali peraturan daerah yang mengatur mengenai pajak dan
retribusi yang memberatkan investor. Perda ini dianggap menimbulkan masalah ekonomi biaya
tinggi yang berdampak bagi pertumbuhan ekonomi, baik lokal maupun nasional. Sehingga
banyak Pemerintah Daerah yang memanfaatkan peluang meningkatkan PAD melalui.

Kedua, sejak pemerintah daerah diberikan wewenang untuk membentuk peraturan daerah,
muncul ribuan peraturan-peraturan yang muncul yang dihasilkan daerah politik lokal. Baik dari
Peraturan Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah provinsi maupun dari pemerintah
daerah kabupaten/kota. Hal ini menyulitkan pemerintah pusat untuk memberikan pengawasan
apalagi turut serta dalam pengontrolan dan pengujian terhadap peraturan yang keluar. Dalam
fenomenanya ada kekeliruan hukum, contohnya Dalam Pasal 145 ayat (7) Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 ditentukan bahwa “Apabila Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan
Presiden untuk membatalkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Peraturan
Daerah dimaksud dinyatakan berlaku”. Faktanya banyak diantara peraturna derah yang
dibatalkan bukan dari keputusan presiden melainkan dari keputusan Menteri. Selain itu, dalam
proses pengawasan ini memakan waktu yang sangat lama, sehingga berimbas terhadap
terabainya kepastian hukum. Hal itu juga sangat berpotensi menimbulkan masalah, karena bisa
saja tanpa disadari peraturan daerah tersebut berlaku dan diketahui oleh masyarakat.
Ketiga, sebelumnya sudah menjadi hak masyarakat untuk ikut serta dalam rangka pembentukan
regulasi yang mengatur hidup mereka, terutama regulasi dalam bentuk peraturan derah.
Masyarakat berhak untuk memberikan pendapat, saran dan masukan ketika proses persiapan
dan pembahasan perda. Namun, yang menjadi masalahnya adalah mekanisme partisipasi
masyarakat dalam berperan dalam pembentukan peraturan derah tidak jelas diatur dalam
undang-undang otonomi daerah. Hal ini sangat berpotensi peraturan daerah ini menjadi alat
untuk kepentingan penguasa dengan mengabaikan partisipasi masyarakat.

Keempat, Jika peraturan daerah terbebas dari muatan yang bermasalah, maka pembentukannya
harus dilakukan oleh pihak yang benar-benar mengetahui muatan tersebut sesuai dengan
bidangnya, seperti kemampuan untuk mengelola keuangan, kemampuan manajemen sumber
daya manusia, atau kemampuan dalam melaksanakan proses legislasi. Namun, yang menjadi
masalah disini, para pembuat Peraturan daerah yang kurang mengetahui hal-hal tersebut. selain
itu, tidak terjaminnya kompetensi DPRD disini tercermin dalam proses rekruitmennya yang
tidak mempertimbangkan kualitasnya melainkan hanya dilihat dari popularitasnya. hal ini
sangat berbahaya, karena ini berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Seharusnya peraturan
daerah diberikan kepada mereka yang mampu memberikan kualitas serta akuntabilitas dari
sebuah produk perundangan-undangan daerah dalam tingkat lokal.

Kelima, terjadi kesalahpahaman yang keliru mengenai penerapan politik hukum, sehingga hal
tersebut dijadikan sebuah sarana untuk deal-deal politik dalam penuangan muatan materi suatu
peraturan daerah. Sehingga peraturan yang diciptakan banyak yang tidak sesuai dengan politik
hukum nasional, bahkan mereka membuat politik hukum sendiri

Keenam, Banyak sekali peraturan yang tidak memenuhi aspek penyusunan yang sudah berlaku.
Bahkan substansinya sendiri banyak diantara peraturan yang dibuat banyak yang bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi. Seperti halnya di Kalimantan barat yang masih banyak
dijumpai kesalahan-kesalahan dalam proses pembuatan peraturan bahkan sampai substansinya.
Sebagai akibatnya Peraturan Daerah yang bermasalah tersebut tidak efektif dan tidak mencapai
sasaran sebagaimana tujuan yang diinginkan oleh pembentuk Peraturan Daerah tersebut. Hal
tersebut sangat merugikan baik dari aspek finansial, tenaga dan waktu yang telah dikeluarkan
baik Pemerintah ddaerah maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di dalam membuat
Peraturan Daerah tersebut

Ketujuh, Penyusunan maupun penjelasan naskah akademik sebelum penetapan program


pembentukan peraturan daerah sangat sulit untuk diimplementasikan di pemerintahan daerah,
pasalnya pembiayaan mengenai pembentukan peraturan daerah baru dianggarkan setelah
program pembentukannya ditetapkan. Padahal dalam prosesnya itu dimulai dari tahapan
perencanaan yang sebelumnya disusun penjelasan atau keterangan naskah akademiknya

Anda mungkin juga menyukai