NPM : 1806194233
Farmakokinetika – B
QBL 12
PENYESUAIAN DOSIS PADA GANGGUAN ORGAN
1. Jelaskan faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan dosis pada penderita gangguan
fungsi organ!
- Waktu paruh eliminasi obat akan lebih panjang, penurunan ekskresi obat melalui
ginjal
- Aliran darah akan berubah (aliran darah renal)
- Gangguan ginjal dapat mempengaruhi volume distribusi obat akibat dari perubahan
kesetimbangan cairan, ikatan obat-protein atau faktor lainnya. Vd meningkat, fraksi
obat bebas meningkat, fraksi ikatan obat-protein rendah. Pada obat asam lemah,
ikatan obat-protein dapat berkurang, sementara obat basa lemah tidak terlalu
berpengaruh
- Bioavailabilitas pada pasien dengan gangguan ginjal parah dapat menurun karena
perubahan motilitas GI tract dan pH yang disebabkan oleh gangguan ginjal parah.
Sebaliknya, bioavailabilitas obat oral mungkin dapat meningkat karena berkurangnya
first-pass metabolism di hati.
- Klirens total dapat berkurang pada pasien gangguan ginjal karena penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR) dan sekresi tubular aktif atau berkurangnya klirens hepatik
- Jenis dan keparahan gangguan hati: tidak semua penyakit hati dapat
mempengaruhi farmakokinetik obat secara setara
- Eliminasi obat: obat yang dieliminasi >20% lewat hati pengaruhnya tidak terlalu
signifikan, sementara obat yang ekskresi utamanya lewat renal paling tidak
terpengaruh oleh gangguan hati.
- Rute administrasi obat: bioavailabilitas obat oral akan meningkat karena
berkurangnya first-pass effect
- Ikatan obat-protein dapat terpengaruh karena hati berperan dalam mensintesis
albumin
- Metabolisme obat dengan klirens intrinsik akan terganggu
- Obstruksi biliaris: gangguan fungsi hati dapat mengganggu ekskresi empedu dari
beberapa obat dan metabolitnya, terutama metabolit glukoronida
- Perubahan farmakodinamik dapat mempengaruhi sensitivitas jaringan terhadap
obat
- Obat dengan jendela terapi besar akan lebih tidak terpengaruh oleh gangguan hati
Penentuan GFR
Beberapa obat dan zat endogen digunakan sebagai penanda untuk mengukur GFR. Penanda
akan dibawa ke ginjal oleh darah melalui arteri ginjal dan difiltrasi pada glomerulus. Kriteria
yang dibutuhkan untuk menggunakan obat untuk mengukur GFR :
Laju dimana obat penanda ini difiltrasi daru darah ke dalam urin per satuan waktu akan
mencerminkan GFR di ginjal. Perubahan GFR mencerminkan perubahan dalam fungsi ginjal
yang mungkin berkurang dalam kondisi uremia.
1. Inulin merupakan polisakarida fruktosa yang memenuhi sebagian besar kriteria di atas
sehingga dijadikan rujukan standar untuk pengukuran GFR.
Metode :
Klirens kreatinin didefinisikan sebagai volume plasma yang dibersihkan dari kreatinin per
satuan waktu.
Metode :
- Dihitung langsung dengan menentukan konsentrasi kreatinin serum pasien dan laju
ekskresi urin dari kreatinin. Konsentrasi kreatinin serum ditentukan pada titik tengah
periode pengumpulan urin dan laju ekskresi lewat urin dari kreatinin diukur sepanjang
hari (24 jam) agar akurat kreatinin serum dinyatakan dalam ml/menit dan konsentrasi
kreatinin serum dalam mg/dl atau mg%.
- Metode lain, didasarkan pada kreatinin serum umumnya dibandingkan dengan klirens
kreatinin yang diperoleh dari ekskresi kreatinin lewat urin 24 jam.
Persamaan untuk menghitung klirens kreatinin bila diketahui konsentrasi kreatinin serum :
Clcr diekspresikan dalam mL/menit dan konsentrasi serum dalam mg/dL atau mg%
*Ccr = konsentrasi kreatinin (mg/dl) dari serum diambil pada ke jam 12 atau pada titik
tengah periode pengumpulan urin, V = volume urin diekskresi (ml) dalam 24 jam, Cu =
konsentrasi kreatinin dalam urin (mg/ml), dan Clcr = klirens kreatinin dalam ml/menit.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung klirens kreatinin adalah dengan
menggunakan konsentrasi serum kreatinin. Perhitungan ini lebih sering digunakan jika
dibandingkan dengan metode sebelumnya, yang membutuhkan pengambilan urine selama 24
jam dan lebih berpotensi menimbulkan kesalahan pengambilan data. Metode yang lebih
akurat berdasarkan umur, tinggi dan berat badan serta jenis kelamin. Hendaknya digunakan
untuk pasien dengan fungsi hati utuh dan tidak ada penyakit otot abnormal, seperti hipertrofi,
atau distrofi.
1. Dewasa
- Perhitungan Cockcroft dan Gault (1976), yang mempertimbangkan berat badan dan usia,
dapat digunakan untuk menghitung klirens kreatinin pada pria dewasa:
Clcr = 140-age yearx BB kg72 x Ccr
Untuk wanita dewasa, digunakan 90% dari nilai klirens kreatinin yang diperoleh pada
pria.
- Metode nomogram (Sicrsback-Nielsen dkk.)
Berdasarkan umur, berat badan, dan konsentrasi kreatinin serum.
2. Anak-anak
- Untuk menghitung klirens kreatinin pada anak, dapat digunakan perhitungan yang
dikembangkan oleh Schwartz, dkk (1976):
Clcr = 0,55 tinggi badan (cm)Ccr
- Metode nomogram Traub dan Johnson (1980) untuk anak-anak (6-12 tahun):
Berdasarkan tinggi badan dan konsentrasi kreatinin serum.
5. Jelaskan 2 metode penyesuaian dosis pada penderita gangguan fungsi ginjal!
Jika interval dosis dijaga konstan maka D0u equal terhadap fraksi dari dosis
normal
Untuk IV infus, Css dijaga untuk pasien dengan fungsi renal normal maupun dengan
gangguan ginjal. Maka dari itu, laju infus, R, harus diganti menjadi nilai baru, Ru, untuk
pasien uremia
Jika konstanta eliminasi obat tidak bisa ditentukan secara langsung, metode tidak
langsung dapat digunakan untuk mengukur konstanta eliminasi obat prediksi berdasarkan
fungsi ginjal pasien. Asumsi tentang bagaimana dosis regimen dikalkulasi termasuk
sebagai berikut:
Overall elimination rate constant adalah penjumlahan total dari semua rute eliminasi pada
tubuh
Klirens renal merupakan produk dari volume distribusi apparent dan rate constant untuk
ekskresi renal
Dengan mengasumsikan volume distribusi apparent dan eliminasi rute nonrenal tidak
berubah pada uremia, maka
Perubahan klirens renal karena gangguan ginjal akan terlihat pada perubahan di ku.
6. Jelaskan penyesuaian dosis pada pasien hemodialisa!
Hemodialisis menggunakan suatu mesin dialysis dan menyaring darah melalui membrane
buatan, hemodialisis membutuhkan akses ke pembuluh darah untuk memungkinkan darah
mengalir ke mesin dialysis dan kembali ke tubuh. Selama hemodialisis, darah mengalir
melalui mesin dialysis, dimana bahan limbah dikeluarkan dari darah dengan difusi melalui
membran buatan sebelum darah dikembalikan ke dalam tubuh. Hemodialisis merupakan suatu
metode yang jauh lebih efektif untuk penghilangan obat dan lebih disukai dalam situasi bila
penghilangan cepat obat dari tubuh penting, seperti pada overdosis dan keracunan.
Pendosisan obat pada pasien yang menerima hemodialisis sangat dipengaruhi oleh
frekuensi dan jenis mesin dialisis yang digunakan dan oleh sifat fisikokimia dan
farmakokinetika obat.
Pada dialysis yang melibatkan pasien uremia yang menerima obat-obat untuk terapi, laju
dimana obat yang diberikan dihilangkan bergantung pada laju alir darah ke mesin dialisis dan
kinerja dari mesin dialisis. Adapun istilah yang digunakan dalam penyesuaian dosis untuk
pasien dialisis yaitu klirens dialisis atau dialysance. Klirens dialisis adalah proses
penghilangan obat dari mesin dialisis. Klirens dialisis menggambarkan jumlah darah yang
dibersihkan secara sempurna dari obat-obat (dalam mL/menit), diketahui dengan persamaan
berikut ini:
Keterangan:
Ca = konsentrasi obat dalam darah arteri (darah yang masuk ke mesin ginjal)
Cv = konsentrasi obat dalam darah vena (darah yang meninggalkan mesin ginjal)
Obat-obat yang mudah terdialisis akan memiliki klirens dialisis yang tinggi dan waktu
paruh eliminasi lebih pendek pada pasien dialisis. Berikut adalah persamaan mengenai hal-
hal tersebut
kON adalah tetapan laju eliminasi orde kesatu dari obat pada pasien dialisis.
Fraksi obat yang hilang karena eliminasi dan dialisis dapat diperkirakan dari persamaan
berikut ini:
7. Regimen dosis pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 250 mg peroral tiap 8 jam.
Rekomendasikan regimen dosis untuk pasien dengan Clcr 35 mL/min.
8. Seorang pasien menerima antibiotik selama menjalani dialisis. Kecepatan aliran darah menuju
mesin adalah 50 mL/min. Konsentrasi obat yang masuk ke dalam mesin adalah 10 µg/mL dan
yang keluar dari mesin adalah 4,5 µg/mL. Klirens obat pada pasien ini adalah 20 mL/min.
Rekomendasikan regimen dosis pada pasien di atas jika konsentrasi rata-rata antibiotik tetap
dipertahankan!
9. Hitung Clcr untuk wanita berumur 47 tahun, berat badan 62 kg dengan Cr serum 1,5 mg/dL!
10. Dosis lazim Obat A pada pasien dengan fungi ginjal normal adalah 2 mg/kg tiap 12 jam
secara IV ganda. Rekomendasikan dosis obat A untuk pasien laki-laki 65 tahun BB 70 kg dengan
Cr serum 3.5 mg/dL, diasumsikan Clcr normal 100 ml/menit (gunakan nomogram)!