Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RELAKSI ALLAH SWT, MANUSIA DAN ALAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Dan Lingkungan Hidup


Dosen Pengampu: Rika Dwi Kurniati, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Kelas A

Nurmeli Aulia 2111100094

Leza Alesti 2111100068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadiran Allah SWT atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “etika, moral, dan
akhlak” guna memenuhi tugas mata kuliah pendididkan agama.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami hanturkan untuk junjungan nabi
agung kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kami semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling
benar yakni syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaa dan kami
telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi
perbaikan tugas makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 17 Februari 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................ ............................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. LatarBelakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Permasalahan.................................................................................. 2

BAB II

PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

A. Pengertian tentang tuhan, alam dan manusia............................................. 3


B. Konsep Dasar Makhluk........................................................................... 10
C. Relaksi antara tuhan, alam dan manusia….............................................. 13

BAB III

PENUTUP ............................................................................................................ 15

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran ......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 96 yang artinya, “Jika
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. (QS Al-A’raf 96).

Dari arti ayat Al-Quran di atas sangat nyata bagaimana Allah


mengkaitkan antara perilaku penduduk negeri dengan gerak alam, baik yang
datang dari bawah atau bumi maupun dari atas alias langit. Allah menjamin
bahwa jika penduduk negeri beriman dan bertakwa niscaya Allah akan
perintahkan langit dan bumi untuk memberikan banyak keberkahan bagi
penghuninya. Dan Allah senantiasa menepati janjinya, tidak pernah
mengingkari janjiNya.
Namun sebaliknya, Allah menyampaikan ancaman bila penduduk negeri
mendustakan ayat-ayat Allah, maka pastilah Allah akan menyiksa mereka
disebabkan perbuatan penghuninya.
Lalu mengapa di negeri berpenduduk muslim terbanyak di dunia, yaitu
Indonesia, terjadi bencana beruntun? Sungguh, penulis khawatir jangan-
jangan jumlah muslim di negeri ini memang sangat banyak, namun benarkah
kita berlaku jujur dalam pengakuan keimanan kita?

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa rumusan
masalah. Sebagai berikut :

1. Apa pengertian tentang Tuhan?

2. Apa konsep dasar tentang makhluk?

3. Bagaimana relasi antara Tuhan, alam dan manusia?

2
C. Tujuan

1. Untuk mempelajari pengertian tentang Tuhan.

2. Untuk mempelajari tentang konsep dasar makhluk.

3. Untuk mempelajari tentang relasi antara Tuhan dengan manusia.

4. Untuk mempelajari tentang relasi antara manusia dengan alam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tentang Tuhan, Manusia dan Alam

1. Tuhan
Berada di luar jangkauan pikiran dan akal. Seluruh alam semesta yang
tak terhingga terbentang di hadapan mata kita. Tetapi di balik semuanya itu
terdapat kekuatan Maha Gaib yang mendalangi semua ‘permainan’. Bahkan
orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran agama mereka tidak
menyangkal bahwa kekuatan Yang Maha Gaib itu memang ada. Tuhan tidak
dapat dibatasi waktu, Ia luhur dan mandir. Seluruh ciptaanNya mentaati
perintahNya. Namun Ia bukanlah pelakuNya. Ia tak berbentuk, Ia maha ada
dan memelihara segala sesuatu. Ia pencipta, tak bergerak, Maha Kuasa,
Abadi, Penebus Dosa, Tak Terpahamkan, Tak Terjangkaukan, Tanpa Awal,
Kekal dan Ia adalah Kesadaran murni. Ia Tak terkalahkan dan Gudang
pengetahuan, Swadaya, Ia lautan kenikmatan dan Ia Maha Ada. Ia merupakan
perwujudan Sabda dan Nama-Nya memelihara segala sesuatu.

2. Manusia
Manusia adalah subjek pendidikan, sekaligus juga obyek pendidikan.
Manusia dewasa yang berkebudayaan adalah subadalah subyek pendidikan
yang berarti bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan. Mereka
berkewajiban secara moral atas perkembangan pribadi anak-anak mereka,
yang notabene adalah generasi penerus mereka. Manusia dewasa yang
berkebudayaan terutama yang berprofesi keguruan (pendidikan) bertangung
jawab secara formal untuk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan
tujuan dan nilai-nilai yang dikehendai masyarakat bangsa itu.
Manusia yang belum dewasa, dalam proses perkembangan
kepribadiannya, baik menuju pembudayaan maupun proses kematanga dan
intregitas, adalaah obyek pendidikan. Artinya mereka adalah sasaran atau
bahan yang dibina. Meskipun kita sadari bahwa perkembangan kepribadian

3
adalah self development melalui self actifities, jadi sebagai subjek yang sadar
mengembangkan diri sendiri.

3. Alam
Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang
digunakan oleh manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam
alam semesta ini manusia tidak dapat hidup dan “mandiri” dengan
sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta saling membutuhkan
dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam
semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan
manusia butuh alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia
lainnya.
Pada umumnya ada tiga macam konsep tentang alam semesta atau identifikasi
tentang alam semesta, yaitu :

1) Ilmu pengetahuan yang didasarkan pada dua hal yaitu tiori dan
eksperimen.
2) Filsafat yang didasarkan pada prinsip yang jelas dan tidak dapat
disangkal lagi oleh akal dan bersifat umum dan konpherensif.
3) Agama yang didasarkan pada pemikiran dan hujjah.
Dengan demikian konsepsi mengenai alam semesta bersifat rasional dan
filosofis. Selain konsepsi dan filosofis yaitu abadi dan komprehensif,
konsepsi religius tentang alam semesta tak seperti konsepsi ilmiah dan
filigius tentang alam semesta tak seperti konsepsi ilmiah dan filosofis
murni, memiliki suatu nilai lagi, yaitu menyucikan prinsip-prinsip
konsepsi alam semesta.
Alam berarti dunia, alam semesta, kerajaan, jadi jika dianalisis alam
merupakan yang sesungguhnya atau alam yang nyata. Dengan kata lain
alam semesta adalah tempat bernaung makhluk-makhluk Tuhan. Maka
alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia dan
untuk di pelajari manusia dan semoga dapat menjalankan fungsi dan
kedudukannya sebagai manusia di muka bumi ini.

4
4. Konsep Allah dalam paganisme (penyembahan berhala) arab
Kata Allah adalah ‘kata fokus’ tertinggi dalam sistem Al-Qur’an, yang
nilai penting dan kedudukanNya tidak ada yang melebihinya. Secara umum,
sebuah nama, dalam arti sebuah kata adalah simbol dari sesuatu. Dalam dunia
arab pra islam, konsep Allah sudah memiliki makna dan arti, diantaranya:
1) Allah dalam konsepsi ini adalah Pencipta dunia.
2) Dialah pemberi kehidupan terhadap segala sesuatu.
3) Dialah satu-satunya yang memimpin dengan sangat sungguh-sungguh.
4) Dialah objek dari apa yang kita deskripsikan sebagai monotheisme (paham
keTuhanan yang Maha Esa).
5) Akhirnya, Allah adalah penguasa Ka’bah.

5. Siapakah Tuhan dan bagaimanakah hubungannya dengan kita


Tuhan Yang Maha Kuasa adalah pencipta seluruh alam semesta. Ia
menciptakan segala sesuatu dari diri-Nya sendiri. Karena itulah, Ia adalah
pencipta sejati. Ia merupakan keseluruhannya. Sumber dari hakikat yang
membentuk jiwa kita, itu disebut Tuhan. Bila kita merupakan tetesan
kesadaran, maka Ia adalah lautan kesadaran. Bila merupakan seberkas sinar
dari hakikat kesadaran, maka Ia adalah matahari dari hakikat kesadaran itu.
Jiwa penuh kasih, dan Tuhan adalah sumber dari segala kasih.

6. Bukti bahwa Allah Ada


Apabila kita hendak berbicara tentang bukti-bukti material haruslah
dimulai dengan makhluk. Dialah merupakan bukti sepanjang siang dan
malam berada dihadapan kita dan kita rasakan langsung keberadaannya sebab
hal hal tersebutlah yang kita geluti sehari-hari. Itu adalah perkara yang tidak
dapat dibantah oleh siapapun. Dengan demikian hanya dengan menggunakan
bahwa alam semesta telah diciptakan dan dipersiapkan bagi kehidupan
manusia sebelum manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Al-
Baqarah 29: “Dia-lah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi
untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit! Dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.

5
B. Konsep dasar makhluk
1. Teori segala sesuatu
Sangat sukar untuk membangun sebuah teori penyatuan segala sesuatu
dengan lengkap yang merupakan tolok tunggal. Maka sebagai gantinya, kita
telah membuat kemajuan dengan menemukan teori-teori secara parsial atau
per bagian dari teori penyatuan. Teori tersebut menyatakan sebuah batasan
kawasan dari kejadian-kejadian dan mengabaikan pengaruh-pengaruh lain
atau memperkirakannya dengan angka-angka tertentu. Dapatkah benar-benar
ada sebuah teori penyatuan segala sesuatu. Akankah kita hanya memburu
sebuah fatamorgana. Jawaban atas pertanyaan ini terdapat tiga kemungkinan,
yaitu:
a. Benar-benar ada sebuah teori penyatuan yang lengkap, yang ditemukan
pada suatu saat jika kita benar-benar pandai.
b. Tidak terdapat teori tentang alam semesta yang terakhir, hanya sebuah
deretan teori yang menggambarkan alam semesta yang lebih akurat.
c. Tidak terdapat teori tentang alam semesta. Kejadian yang tidak
dapatdiprediksi di luar sebuah keberadaan tertentu, namun terjadi dalam
sebuah cara yang sekehendak dan acak.

2. Teori penciptaan alam semesta


Dalam surat Al-Baqarah ayat 117 Allah SWT berfirman: “Pencipta
langit dan bumi, bila Dia berkehendak atas sesuatu. Dia mengatakan-Nya,
Jadilah dan terjadilah ia”. Dalam model teori ledakan Big Bang, apabila
waktu nyata diinterpolasikan ke arah titik mula kelahiran alam semesta, maka
apapun dalilnya akan sampai pada suatu keadaan kemanunggalan masif awal.
Singularitas awal atau kemanunggalan awal adalah suatu keadaan yang tak
terhindarkan dari kenyataan alam semesta yang tidak bergantung pada ada
atau tidaknya pengamat dalam alam semesta. Teori fisiki kuantum mula-mula
muncul pada awal abad ke-20. Fisika kuantum berpendapat bahwa gerak
materi di dalam situasi atau pada tingkat kuantum tidak memiliki sifat

6
deterministik atau pasti seperti pada tingkat mekanik klasik, tetapi ia
memiliki sifat probabilistik atau kemungkinan-kemungkinanyang ada.

3. Beragam konsepsi tentang alam semesta


Pada umumnya ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta atau
identifikasi tentang alam semesta, yaitu :
1) Ilmu pengetahuan yang didasarkan pada dua hal yaitu teori dan
eksperimen.
2) Filsafat yang didasarkan pada prinsip yang jelas dan tidak dapat disangkal
lagi oleh akal dan bersifat umum dan konpherensif.
3) Agama yang didasarkan pada pemikiran dan hujah. Dengan demikian
konsepsi islam mengenai alam semesta bersifat rasional dan filosofis.
Selain konsepsi filosofis yaitu abadi dan komprehensif, konsepsi religius
tentang alam semesta tak seperti konsepsi ilmiah dan filosofis murni,
memiliki satu nilai lagi, yaitu menyucikan prinsip-prinsip konsepsi alam
semesta.

C. Relasi antara Tuhan, alam dan manusia


1. Tuhan dan manusia
Relasi yang kompleks secara konseptual dapat dianalisis berdasarkan empat
bentuk utama relasi antara Tuhan dan manusia, antara lain:
a. Relasi ontologis yaitu antara Tuhan sebagai sumber eksistensi manusia
yang utama dan manusia sebagai representasi dunia wujud eksistensi nya
berasal dari Tuhan atau dengan kata lain hubungan Pencipra dengan
makhluk.
b. Relasi komunikatif yaitu Tuhan dan manusia dibawa ke dalam korelasi
yang sangat dekat satu sama lain dan melalui komunikasi timbal balik.
c. Relasi Tuan-hamba, relasi ini melibatkan Tuhan sebagai di pihak Tuhan
sebagai Tuan (Rabb), semua konsep yang berhubungan dengan
keagunganNya, sedangkan manusia sebagai hamba yang patuh.
d. Relasi etik, relasi ini didasarkan pada perbedaan dasar antara dua aspek
yang berbeda yang dapat dibedakan dengan konsep tentang Tuhan itu
sendiri dan manusia sendiri.

7
2. Manusia dan Alam
Pada kenyataannya saat ini manusia sudah tidak lagi memperhatikan
keseimbangan alam dalam pengeksploitasiannya. Saat ini manusia sudah
dikuasai nafsu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga
dalam memanfaatkan alam tak lagi memperdulikan dampak buruk
terhadap keimbangan ekosistem alam di bumi ini. Hutan-hutan yang dulu
lebat kini sudah gundul karena pohonnya habis ditebangi untuk berbagai
macam keperluan industri. Ditambah lagi mayoritas kegiatan penebangan
pohon tidak diikuti dengan kegiatan menanam pohon dengan persentase
minimal setara dengan banyak pohon yang ditebang. Hal ini sungguh
berakibat fatal, karena dengan demikian fungsi hutan sebagai penahan air,
penyaring udara dan habitat bagi berbagai macam ekosistem flora dan
fauna bisa musnah. Bila hal itu terjadi, maka jelaslah hanya dampak buruk
yang akan kita terima sebagai konsekuensinya. Contohnya saja banjir
bandang, tanah longsor dan yang paling parah ialah pemanasan global
yang sekarang sedang terjadi. Dan ketika musibah itu terjadi, maka kita
secara refleks akan berdo’a kepada Allah dengan hati yang ikhlas dan
semata-mata karena Allah karena berharap kita segera diselamatkan dari
musibah itu. Padahal hakekatnya manusia ini diciptakan oleh Allah ialah
untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan Allah
SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, ”Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui." Kita sebagai manusia benar-benar wajib untuk
bersyukur karena kita sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan
Allah sama seperti tumbuhan, malaikat, hewan ataupun setan namun
ternyata kita diberi suatu tanggung jawab yang istimewa. Apakah itu ,

8
Yaitu Allah SWT mempercayakan bumiNya ini untuk diurus oleh kita
manusia. Padahal sebelum Allah memberikan amanah mulia ini pada
manusia, Allah telah terlebih dahulu menawarkannya pada para malaikat
dan malaikat menyatakan tidak sanggup, lalu Allah juga menawarkannya
kepada gunung namun gunung juga menyatakan tidak sanggup, begitu
pula ketika ditawarkan kepada golongan jin serta makhluk ciptaan Allah
yang lain, semuanya menyatakan tidak sanggup. Kemudian Allah
mempercayakan amanah yang sungguh luar biasa berat ini kepada
golongan manusia, lalu mengapa kita tidak bersyukur , Maka dari itu mari
kita lihat kembali siapa diri kita sebenarnya. Amanah yang dibebankan
oleh Allah di pundak manusia sungguh sangatlah berat. Apabila kita telah
menyadari tanggung jawab itu, maka kita akan selalu bersyukur dan akan
menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi ini
dengan baik. Yaitu kita akan benar-benar menjadi pemimpin di bumi ini
dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan
tidak akan membuat polusi karena kita sadar bahwa bumi ini adalah titipan
Allah SWT kepada manusia. Kita juga akan menjadikan bumi ini sebagai
ladang amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan
akhirat, dengan cara menjaga kelestarian alam ini dan kita akan selalu
berusaha sebisa mungkin agar peringatan Allah pada surat Ar-Ruum ayat
41 yang artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”, menjadi cambuk yang keras agar kita
selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah dan menjaga kelestarian
alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Apabila kita hendak berbicara tentang bukti-bukti material haruslah
dimulai dengan makhluk. Dialah merupakan bukti sepanjang siang dan
malam berada dihadapan kita dan kita rasakan langsung keberadaannya sebab
hal hal tersebutlah yang kita geluti sehari-hari. Itu adalah perkara yang tidak
dapat dibantah oleh siapapun. Dengan demikian hanya dengan menggunakan
bahwa alam semesta telah diciptakan dan dipersiapkan bagi kehidupan
manusia sebelum manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Al-
Baqarah 29: “Dia-lah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi
untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit! Dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.
Relasi yang kompleks secara konseptual dapat dianalisis berdasarkan
empat bentuk utama relasi antara Tuhan dan manusia, antara lain:
a. Relasi ontologis yaitu antara Tuhan sebagai sumber eksistensi manusia
yang utama dan manusia sebagai representasi dunia wujud eksistensi nya
berasal dari Tuhan atau dengan kata lain hubungan Pencipra dengan
makhluk.
b. Relasi komunikatif yaitu Tuhan dan manusia dibawa ke dalam korelasi
yang sangat dekat satu sama lain dan melalui komunikasi timbal balik.
c. Relasi Tuan-hamba, relasi ini melibatkan Tuhan sebagai di pihak Tuhan
sebagai Tuan (Rabb), semua konsep yang berhubungan dengan
keagunganNya, sedangkan manusia sebagai hamba yang patuh.
d. Relasi etik, relasi ini didasarkan pada perbedaan dasar antara dua aspek
yang berbeda yang dapat dibedakan dengan konsep tentang Tuhan itu
sendiri dan manusia sendiri.
e. Padahal hakekatnya manusia ini diciptakan oleh Allah ialah untuk
menjadi khalifah di muka bumi ini. Hal tersebut dijelaskan Allah SWT
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, ” Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak

10
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Hubungan manusia dengan alam mengandung beberapa aspek, yaitu
manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga
dengan hewan, tumbuhan, lingkungan/alam.
B. Saran
Dengan adanya penjelasan seperti di atas semoga kita selalu bisa
menjaga dan melestarikan alam sekitar sebagaimana yang diperintahkan oleh
Allah SWT dan mendapan ridho dari-Nya sebagai tujuan hakiki hidup
manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

M. Solihin. Perkembangan Filsafat. Pustaka Setia. Bandung : 2007.

Toshihiko Izutsu. Relasi Tuhan dan Manusia. PT. Tiara Wacana.


Yogyakarta : 2003.

Sabdono Surohadikusumo. Kemana Mencari Tuhan. Pustaka Dian.


Yogyakarta : 2006.

Murtadha Muthahhari. Manusia dan Alam Semesta. Penerbit Lentera.


Jakarta : 2006.

Ahmad Marconi. Bagaimana Alam Semesta Diciptakan. Pustaka Jaya.


Jakarta : 2003.

Stephen W. Hawking. Teori Segala Sesuatu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta :


2007.

Franz Magnis Suseno. Menalar Tuhan. Kanisius. Yogyakarta : 2006.

Ian G. Barbour. Menemukan Tuhan. Mizan Media Utama. Bandung :


2002.

12

Anda mungkin juga menyukai