Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FINAL MATEMATIKA EKONOMI

“KONSEP FUNGSI,APLIKASI FUNGSI DALAM EKONOMI,LIMIT DAN


TURUNAN,APLIKASI LIMIT DAN TURUNAN {ELASTISITAS PERMINTAAN,
PENAWARAN DAN KURVA BIAYA} DAN MATRIKS”

Dosen Pengajar: Muhammad Nur sabar,S.Pd, M.Pd.

OLEH :

RISKA AULIA

{C0120331}

MANAJEMEN D 2020

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

FAKULTAS EKONOMI

MANAJEMEN 2020
1. MATERI KONSEP FUNGSI

A.  Pengertian Fungsi

Fungsi adalah sebuah relasi yang memiliki aturan khusus. Fungsi atau pemetaan dari
himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan setiap anggota himpunan A
dengan hanya satu anggota himpunan B.

Menurut definisi di atas, sebuah relasi dari himpunan A ke himpunan B dikatakan fungsi jika
memenuhi syarat sebagai berikut.

 Setiap anggota himpunan A mempunyai pasangan (tidak jomblo).


 Setiap anggota himpunan A hanya dipasangkan dengan satu anggota himpunan B
(tidak selingkuh).

Domain, Kodomain, dan Range

Misal fungsi f memetakan himpunan A ke himpunan B. Himpunan A disebut sebagai domain


(daerah asal), himpunan B disebut kodomain (daerah kawan), dan anggota himpunan B yang
merupakan peta (pasangan) dari himpunan A disebut range (daerah hasil).

Menyatakan Fungsi

Sebuah fungsi dapat dinyatakan dengan diagram panah, himpunan pasangan


berurutan, dan diagram kartesius. Berikut ini adalah contoh fungsi dan bukan fungsi yang
disajikan dalam diagram panah.

Domain dari fungsi f di atas adalah


A = {a, b, c}

Kodomainnya
B = {1, 2, 3}

dan Range-nya adalah


{1, 3}

Dalam pasangan berurutan, fungsi f dinyatakan sebagai berikut.


{(a,1), (b,1), (c,3)}
Notasi Fungsi

f: A → B artinya f memetakan anggota himpunan A ke himpunan B.

f: a → b atau f(a) = b artinya f memetakan a ke b atau b peta dari a.

f(x) = 2x artinya f memetakan setiap anggota domain ke anggota kodomain dengan aturan peta
pada kodomain adalah 2 kali dari setiap anggota domain.

Contoh
Diketahui A = {-2, -1, 0, 1, 2} dan B = {0, 1, 2, 3, 4}. Fungsi f memetakan setiap anggota
himpunan A ke himpunan B dengan rumus f(x) = x2. Tuliskan fungsi f dalam himpunan
pasangan berurutan dan tentukan range dari fungsi f.

f={(-2,4), (-1,1), (0,0), (1,1), (2,4)}


Rf={0, 1, 4}

B. Sifat-Sifat Fungsi

1. Fungsi Into
Fungsi f: A → B disebut fungsi into jika ada anggota himpunan B yang tidak memiliki
prapeta (pasangan) dari anggota himpunan A.

2. Fungsi Injektif
Fungsi f: A → B disebut fungsi injektif jika setiap anggota himpunan B hanya memiliki
satu pasangan dengan anggota himpunan A.

3. Fungsi Surjektif
Fungsi f: A → B disebut fungsi surjektif jika setiap anggota himpunan B merupakan
pasangan dari anggota himpunan A. Dengan kata lain, setiap anggota himpunan B atau
kodomain merupakan range.

4. Fungsi Bijektif
Fungsi f: A → B disebut fungsi bijektif jika fungsi f merupakan fungsi injektif sekaligus
fungsi surjektif. Artinya, setiap anggota himpunan B mempunyai pasangan dari anggota
himpunan A dan masing-masing anggotanya hanya memiliki satu pasangan.
Misalkan terdapat relasi dari himpunan A ke himpunan B. Untuk menentukan apakah relasi
tersebut merupakan fungsi atau bukan adalah dengan cara memperhatikan himpunan A.
Sedangkan untuk menentukan sifat-sifat sebuah fungsi adalah dengan cara memperhatikan
himpunan B.

Diketahui A = {1, 2, 3, 4, 5}, B = {2, 3, 4, 5, 6}, dan C = {2, 4, 6, 8}. Tentukan sifat dari fungsi
dalam bentuk himpunan pasangan berurutan berikut.

Contoh

Fungsi Sifat

f: C → A dengan f = {(2,1), (4,2), (6,4), (8,5)} Fungsi Injektif

f: A → C dengan f = {(1,2), (2,4), (3,4), (4,6),


Fungsi Surjektif
(5,8)}

f: C → B dengan f = {(2,2), (4,3), (6,3), (8,5)} Fungsi Into

f: A → B dengan f = {(1,2), (2,3), (3,4), (4,5), (5,6)} Fungsi Bijektif

C.Jenis-Jenis Fungsi

Secara garis besar, fungsi terdiri dari fungsi aljabar dan fungsi transenden. Fungsi aljabar
adalah fungsi yang mengandung bentuk aljabar. Sedangkan fungsi yang tidak mengandung
bentuk aljabar dinamakan fungsi transenden. Contoh fungsi aljabar adalah fungsi konstan,
fungsi identitas, fungsi linear, fungsi kuadrat, fungsi polinom, fungsi modulus, dan sebagainya.
Sedangkan fungsi transenden contohnya adalah fungsi eksponen, fungsi logaritma, fungsi
trigonometri, dan sebagainya.

1. Fungsi Konstan

Fungsi konstan adalah fungsi yang berbentuk f(x) = k dengan k adalah sebuah konstanta atau
skalar. Berapa pun nilai x disubstitusi, nilainya selalu sama/konstan, yaitu k. Grafik dari fungsi
ini berupa garis mendatar sejajar sumbu X.
2. Fungsi Identitas

Fungsi identitas adalah fungsi memetekan setiap anggota ke dirinya sendiri. Secara umum,
fungsi identitas ditulis sebagai f(x) = x. Grafik dari fungsi identitas adalah garis yang membentuk
sudut 45° terhadap sumbu X.

3. Fungsi Linear

Fungsi linear adalah fungsi yang berbentuk f(x) = ax + b dengan a ≠ 0. Grafik fungsi linear
berupa garis.

4. Fungsi Kuadrat

Fungsi kuadrat adalah fungsi yang berbentuk f(x) = ax2 + bx +c dengan koefisien x2, yaitu a ≠ 0.
Grafik fungsi kuadrat berbentuk kurva parabola.

5. Fungsi Polinom

Fungsi polinom adalah bentuk umum dari fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi linear, dan
fungsi kuadrat. Bentuk umumnya adalah sebagai berikut.

f(x) = anxn + an-1xn-1 + ... + a2x2 + a1x + a0


dengan an, an-1, ..., a2, a1, a0 bil. real, an ≠ 0, dan a0 konstanta.

6. Fungsi Irasional

Fungsi irasional adalah fungsi yang berbentuk akar. Contohnya f(x) = √x+1. Fungsi irasional
terdefinisi jika bilangan di dalam akar tak negatif (positif atau nol).

7. Fungsi Pecahan

Fungsi pecahan adalah fungsi yang berbentuk pecahan.

2x-3
Misalnya f(x)
=
4x+5

Fungsi pecahan terdefinisi jika bilangan pada penyebut pecahan tidak sama dengan nol.

8. Fungsi Ganjil

Fungsi ganjil adalah fungsi yang memenuhi f(-x) = -f(x). Grafiknya simetris terhadap titik pusat
O(0,0). Contohnya adalah f(x) = x3.
f(-x) = (-x)3 = -x3 = -f(x)
9. Fungsi Genap

Fungsi genap adalah fungsi yang memenuhi f(-x) = f(x). Grafiknya simetris terhadap sumbu Y.
Contohnya f(x) = x2 - 9.
f(-x) = (-x)2 - 9 = x2 - 9 = f(x)

Contoh Soal :

1. Diketahui f(x) = ax + b. dengan f(-4 ) = -3 dan f(2) = 9 Tentukan nilai a dan b kemudian
tuliskan fungsinya.

Jawaban:

f(x) = ax + b
f(-4 ) = a(-4) + b = -3
-4a + b = -3 ……. (1)
f( 2 ) = a . 2 + b = 9
2a + b = 9 ……. (2)

Eliminasikan 1 dan 2 diperoleh:


-4a + b = -3
2a + b = 9 –
-6a = – 12
a = 2,
substitusi nilai a = 2 ke 2a + b = 9
2.(2) + b = 9
4+b=9
b=5
Jadi fungsinya f(x) = 2x + 5

2. MATERI APLIKASI FUNGSI DALAM EKONOMI

A. Pengertian Fungsi Linier

Fungsi linier merupakan hal penting dalam ekonomi, baik dalam ekonomi mikro maupun
ekonomi makro, ekonomi moneter dan bagian-bagian dalam teori tersebut. Contoh-contoh yang
dapat dikategorikan di sini antara lain dalam ekonomi mikro antara lain fungsi permintaan,
fungsi penawaran, fungsi marginal. Dalam ekonomi makro dan moneter antara lain; fungsi
konsumsi, fungsi investasi, fungsi permintaan untuk transaksi, fungsi permintaan untuk
spekulasi, fungsi IM dan masih banyak lagi contoh-contoh penggunaannya. Pada bab ini akan
diuraikan penggunaan dalam fungsi permintaan, penawaran, keseimbangan pasar,
keseimbangan pasar karena pengaruh pajak dan subsidi, komsumsi dan tabungan.

1. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang/jasa yang diminta oleh
konsumen dengan variabel harga serta variabel lain yang mempengaruhinya pada suatu
periode tertentu. Variabel tersebut antara lain harga produk itu sendiri, pendapatan
konsumen, harga produk yang diharapkan pada periode mendatang, harga produk lain
yang saling berhubungan dan selera konsumen.

Bentuk Umum Fungsi Permintaan :

Q = a – bP atau

Dimana; Qd = Jumlah (Quantitas) barang/jasa yang diminta

a = Konstanta

b = Koefisien arah (gradient/kemiringan)

P = Harga barang/jasa

Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variable P (price, harga) dan variable
Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang berlawanan. Ini mencerminkan, hukum
permintaan yaitu apabila harga naikl jumlah yang diminta akan berkurang dan apabila
harga turun jumlah yang diminta akan bertambah.

Contoh soal :

Jika harga buku Rp 10.000,- per lusin maka undangan akan buku tersebut sebanyak 10
lusin, dan ketika harga buku turun menjadi Rp 8.000,- per lusin permintaannya menjadi
20 lusin. Carilah fungsi permintaanya!

Dik :

P1 = Rp 10.000,

P2 = Rp 8.000,

Q1 = 10

Q2 = 20

Dit : Qd……?

Peny :

P – p1 = Q-Q1

P2-p1 Q2-Q1

P-10.000 = Q-10

8.000-10.000 20-10
P-10.000 = Q-10

2000 10

-2000Q + 20000 10P - 100000

-2000Q = 10P - 120000

Q = -0,005P + 60

Qd = 60 – 0,005P atau Pd = 12000 - 200Q

Jadi, fungsi permintaannya adalah Qd = 60 – 0,005P atau pd=12000-200Q,

2. Fungsi Penawaran

Fungsi penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang/jasa yang ditawarkan


oleh produsen dengan variabel harga dan variabel lain yang mempengaruhinya pada
suatu periode tertentu. Variabel tersebut antara lain harga produk tersebut, tingkat
teknologi yang tersedia, harga dari faktor produksi (input) yang digunakan, harga produk
lain yang berhubungan dalam produksi, harapan produsen terhadap harga produk
tersebut di masa mendatang

Bentuk Umum :

Q = -a + bP atau

Dimana; Qs = Jumlah (Quantitas) barang/jasa yang ditawarkan

a = Konstanta

b = Koefisien arah (gradient/kemiringan)

P = Harga barang/jasa

Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variable P (price, harga) dan
variable Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini
mencerminkan,

hukum penawaran yaitu apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah
dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.

Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variable P (price, harga) dan variable
Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini
mencerminkan,

hukum penawaran yaitu apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah
dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.

Contoh soal :
Ketika harga Rp 40 per unit, jumlah penawarannya 10 unit. Dan

ketika harga Rp 60 per unit, jumlah penawarannya 20 unit.

Tentukan fungsi penawarannya!

Dik :

P1 = 40

P2 = 60

Q1 = 10

Q2 = 20

Dit : Qs = ....? peny :

p-p1 = Q-Q1

p2-p1 Q2-Q1

P-40 = Q-10

60-40 20-10

P-40 = Q-10

20 10

20Q - 200 = 10P - 400

20Q = 10P - 200

Q = 0,5P - 10

Qs = -10 + 0,5P atau Ps = 20 + 2Q

Jadi, fungsi penawarannya adalah Qs = -10 + 0.5P atau

Ps = 20 + 2Q

3. Keseimbagan Pasar

Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium)


apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama dengan jumlah barang yang
ditawarkan.

Syarat Keseimbangan Pasar :


Qd = Qs

Qd = jumlah permintaan

Qs = jumlah penawaran

E = titik keseimbangan

Pe = harga keseimbangan

Qe = jumlah keseimbangan

Contoh Soal :

Fungsi permintaan ditunjukan oleh persamaan Qd = 10 – 5P dan fungsi penawarannya


adalah Qs = – 4 + 9P

Berapakah harga dan jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar ?

Tunjukkan secara geometri !

Jawab :

Keseimbangan pasar :

Qd = Qs

10 – 5 P = – 4 + 9P

14P = 14

P = 1 ≡ Pe

Q = 10 – 5P

Q = 5 ≡ Qe

Harga dan jumlah keseimbangan pasar adalah E ( 5,1 )

B. PENGARUH PAJAK TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR

Jika produk dikenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan pasar atas
produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Biasanya tanggungan pajak
sebagian dikenakan kepada konsumen sehingga harga produk akan naik dan jumlah barang
yang diminta akan berkurang. Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah kena pajak dapat
digambarkan sebagai berikut.

Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebih besar pada sumbu harga. Jika
sebelum pajak persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P =
a + bQ + t

Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen : tk = Pe‘ – Pe

Beban pajak yang ditanggung oleh produsen : tp = t – tk

Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah : T = t x Qe‘

Contoh soal :

Diketahui suatu produk ditunjukkan fungsi permintaan P = 7 + Q dan fungsi penawaran

P = 16 – 2Q. Produk tersebut dikenakan pajak sebesar Rp. 3,-/unit

1. Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak ?

2. Berapa besar penerimaan pajak oleh pemerintah ?

3. Berapa besar pajak yang ditanggung kosumen dan produsen ?

Jawab :

1. Keseimbangan pasar sebelum pajak

Qd = Qs

7+Q = 16 – 2Q P = 7+Q

3Q = 9 P = 7+3

Q = 3 Pe = 10

Jadi keseimbangan pasar sebelum pajak E ( 3,10 )

Keseimbangan pasar sesudah pajak

Fungsi penawaran menjadi :

P = 16 – 2Q + t

= 16 – 2Q + 3

= 19 – 2Q Os = Qd

19 – 2Q = 7 + Q

3Q = 12
Qe‘ = 4

P = 19 – 2Q

= 19 – 8

Pe‘ = 11

Jadi keseimbangan pasar setelah pajak E’ ( 4,11 )

1. T = t x Qe‘

= 3.4

= 12 ( Besarnya penerimaan pajak oleh pemerintah Rp. 12,- )

1. tk = Pe‘ – Pe

= 11 – 1

= 1 ( Besar pajak yang ditanggung konsumen Rp. 1,- )

tp = t – tk

= 3–1

= 2 ( Besar pajak yang ditanggung produsen Rp. 2,- )

C. PENGARUH SUBSIDI TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR

Pengertian Subsidi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dengan adanya subsidi yang
diberikanpemerintah kepada masyarakat akan menyebabkan ongkos produksi yang
dikeluarkanoleh produsen menjadi lebih rendah dari pada ongkos produksi sebelum
adanya atautanpa adanya subsidi.MenurutDani Iskandar dkk,pengertian subsidi adalah
bantuan yang diberikanpemerintah kepada produsen sehingga harga yang
ditawarkansesuaidengan keinginanpemerintah dengan harga lebih murah daripada harga
semula.

Dengan adanya subsidi yang bersifat spesifik atas suatu barang (s) maka
kurvapenawaran akan bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal yang lebih kecil
(lebihrendah) dari sumbu harga, sedangkangrafik fungsi permintaannya tidak
terpengaruhdengan adanya subsidi.

Fungsi penawaran sebelum subsidi adalah:

P = F (Q)

Fungsi penawaran sesudah subsidi adalah:

P = F (Q)-s

Besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah adalah:

S=sQ

Dimana:

S = Jumlah subsidi

Q = Jumlah produk setelah subsidi

S = Subsidi per unit produk

Keseimbangan Pasar

Harga keseimbangan atauprice equilibriumakan terjadi pada


saatdemandataupermintaan ketemu dengan penawaran atausupply. Disebut harga
keseimbanganadalahharga dimana pada harga tersebut telah terjadi keseimbangan jumlah
barang yang dibelidengan jumlah barang yang dijual.Menurut Sri Endang
Rahayu,dkk,keseimbangan pasar adalah keseimbanganantara permintaan dan penawaran.

Menurut Sri EndangRahayu,dkk,keseimbanganhargaadalah harga dimana konsumen


dan produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah barang yang
dijual atau di konsumsi.Secara matematis hal iniditunjukkan dengan persamaansebagai
berikut :

Qd = Qs

Jika harga dibawah harga keseimbangan, terjadi kelebihan permintaan


atauexcessdemand.Karena permintaan akan meningkat dan penawaran akan
berkurang.Sebaliknya jika harga di atas harga keseimbangan, terjadi kelebihan
penawaran atauexcess supply.Karena jumlah penawaran meningkat maka jumlah permintaan
menurun.

Contoh :

Diketahui : Fungsi permintaan : D = q = 16–4p

Fungsi penawaran : S = q = 2p–2


Cari quantity dan harga keseimbangan

Jawab: Syarat harga keseimbangan adalah Qd = Qs

D. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar

Pajak yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang


yangditawarkan. Sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran. Sedangkan
padafungsi permintaan tidak mengalami perubahan sama sekali.
Fungsi penawaran sebelum dikenakan pajak adalah P = F (Q). Dan
fungsipenawaran setelah dikenakan pajak t perunitadalah P = F (Q) + t.
Makakeseimbangan pasarnya adalah dengan memecahkan fungsi
persamaanpenawaransebelumdan setelah dikenakan pajak. Total pajak yang diterima
oleh permerintahadalah T pemerintah = Pajak x Q pada keseimbangan stelah pajak.
Pajak yangditanggung oleh konsumen adalah (Pt-Pe) x Qt. Sedangkan pajak yang
ditanggungoleh produsen adalah total pajak yang diterima oleh pemerintah–pajak
yangditanggung oleh konsumen.

Contoh Soal:
Jika fungsi permintaan akan beras dan fungsi penawaran akanberas yang
diberikan sebagaiberikut : Pd = 12-Q dan Ps =2 + Q sedangkanpemerintah
mengenakan pajak sebesar 4 setiap unitberas yang diproduksi.
Tentukan:
a.Nilai keseimbangan pasar sebelum pajak
b.Nilai keseimbangan pasar setelah pajak
c.Total pajak yang dibayaroleh pemerintah
d.Besarnya pajak yang ditanggung oleh produsen
e.Besarnnya pajak yang ditanggung oleh konsumen

Jawab:
a.Dari soal yang telah dijelaskan dan diketahui
Pd = 12-Q
Ps = 2 + Q
t =4
maka nilai keseimbangan sebelum pajak adalah
Pd = Ps
12–Q = 2 + Q
-2Q =-10
Q =5
Maka Pd = 12-Q Ps = 2 +Q
= 12-5 = 7 =2+5=7
Jadi nilai keseimbanganpasar sebelum pajak adalah Padalah 7 dan Q adalah 5

b.Nilaikeseimbangan pasar setelah pajak adalah


Pd = 12–Q
Ps = 2 + Q
Pst = 2 + Q + t maka Pst = 2 + Q + 4 Maka Pst + 6 + Q
Rumus keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak adalah
Pd = Pst
12-Q = 6 + Qt
-2 Q = 6-12
Q=3
Maka Pd = 12–Q Pst= 6 + Q
t= 12–3 = 9 =6+3=9
Jadi nilai keseimbangan pasar setelah pajak adal P, Q adalah 9 dan 3

c.Total pajak yang dibayaroleh pemerintah


T = pajak x Q pada keseimbangan pasar setelah pajak
= 4 x 3 = 12
d.Besarnya pajak yang diterima oleh produsen
T produsen = T Pemerintah–T konsumen
=12–6 = 6
e.Besarnya pajak yang diterima oleh konsumen
T = (Pet–Pe) x Qt
= ( 9–7 ) X 3 = 6

3.MATERI LIMIT

Pada dasarnya limit digunakan untuk menyatakan sesuatu yang yang nilainya
mendekati nilai tertentu, seperti tak hingga yang pada dasarnya adalah angka yang sangat
besar yang nilainya tidak dapat dipastikan. Limit menjelaskan suatu fungsi jika batas tertentu
didekati. Jika suatu fungsi tidak terdefinisi untuk titik tertentu, tetapi kita masih bisa mencari nilai
yang didekati oleh fungsi tersebut apabila titik tertentu makin didekati yaitu dengan limit.

1. Pengertian Limit
Limit f(x) mendekati c sama dengan L, ditulis:
jika untuk setiap x yang cukup dekat dengan c tetapi x≠c, f(x) mendekati L.

2. Sifat Limit Fungsi


Jika n adalah bilangan bulat positif, k konstanta, f dan g ialah fungsi-fungsi yang
memiliki limit di c, maka berlaku teorema-teorema berikut.

3. Mencari Nilai Limit


 Metode substitusi
Metode ini dilakukan dengan mensubstitusi langsung nilai kedalam fungsi f(x).
Contoh Soal:

 Metode pemfaktoran
Jika pada metode substitusi menghasilkan suatu nilai bentuk tak tentu seperti:
 Metode mengalikan dengan faktor sekawan
Jika pada metode substitusi menghasilkan nilai limit yang irasional, maka fungsi
dikalikan dengan akar sekawannya, kemudian bisa disubstitusikan.

4. Limit Tak Hingga


Untuk menyelesaikan limit tak hingga dari suatu fungsi aljabar, terdapat dua cara yang umum
digunakan, yaitu
:

4.MATERI TURUNAN

Turunan merupakan suatu perhitungan terhadap perubahan nilai fungsi karena


perubahan nilai input (variabel). Turunan dapat disebut juga sebagai diferensial dan proses
dalam menentukan turunan suatu fungsi disebut sebagai diferensiasi.

Rumus Turunan
Berikut merupakan beberapa rumus dasar untuk menentukan turunan.

 f(x) = c, dengan c merupakan konstanta


Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 0.

 f(x) = x
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 1.
 f(x) = axn
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = anxn – 1
 Penjumlahan fungsi:  h(x) = f(x) + g(x)
Turunan fungsi tersebut yaitu h’(x) = f’(x) + g’(x).

 Pengurangan fungsi: h(x) = f(x) – g(x)


Turunan fungsi tersebut adalah h’(x) = f’(x) – g’(x)

 Perkalian konstanta dengan suatu fungsi (kf)(x).


Turunan fungsi tersebut adalah k . f’(x).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai turunan fungsi:

a. Turunan Fungsi
Misalkan terdapat suatu fungsi f(x) = axn. Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = anxn – 1.
Contohnya yaitu:

f(x) = 3x3
turunan dari fungsi tersebut yaitu

f’(x) = 3 (3) x3 – 1 = 9 x2.


-3
Contoh lainnya misalnya g(x) = -5y .
Turunan dari fungsi tersebut adalah g’(y) = -5 (-3) y-3 – 1  = 15y-4.
Berikut akan dijelaskan turunan fungsi aljabar.

b. Turunan Fungsi Aljabar


Pembahasan turunan fungsi aljabar pada bagian ini meliputi turunan dalam bentuk perkalian
dan turunan dalam pembagian fungsi aljabar.

Turunan fungsi aljabar dalam bentuk perkalian yaitu sebagai berikut.

Misalkan terdapat perkalian fungsi: h(x) = u(x) . v(x).

Turunan dari fungsi tersebut yaitu h’(x) = u’(x) . v(x) + u(x) . v’(x).

Keterangan:
 h(x) : fungsi dalam bentuk perkalian fungsi.
 h’(x) : turunan fungsi bentuk perkalian
 u(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
 u’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x
Turunan fungsi aljabar dalam bentuk pembagian yaitu:

Misalkan terdapat perkalian fungsi: h(x) = u(x)/v(x). Turunan dari fungsi tersebut adalah
h’(x) = (u’(x) . v(x) – u(x) . v’(x))/v2(x).
Keterangan:
 h(x) : fungsi dalam bentuk perkalian fungsi.
 h’(x) : turunan fungsi bentuk perkalian
 u(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
 u’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x

c. Turunan Akar
Misalkan terdapat suatu fungsi akar sebagai berikut

Untuk menentukan turunan dari fungsi tersebut, terlebih dahulu kita ubah ke dalam bentuk
fungsi perpangkatan. Bentuk fungsi perpangkatannya yaitu f(x) = xa/b.
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . x(a/b) – 1.
Bagaimana jika fungsi berbentuk seperti ini?

Untuk menentukan turunan fungsi di atas, terlebih dahulu diubah ke bentuk perpangkatan.

f(x) = g(x)z/b
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . g(x)(a/b) – 1 . g’(x).

d. Turunan Parsial
Apa itu turunan parsial? Turunan parsial merupakan suatu turunan dari fungsi peubah banyak
terhadap suatu peubah, sedangkan peubah yang lain dipertahankan.

Misalkan terdapat suatu fungsi: f(x, y) = 2xy, turunan parsial dari fungsi tersebut terhadap
variabel x yaitu fx’(x, y) = 2y.
Contoh lainnya yaitu, terdapat fungsi g(x, y) = -3xy2
Turunan parsial terhadap variable y yaitu fy’(x, y) = -6xy.
Berikutnya akan dijelaskan mengenai turunan implisit.

e. Turunan Implisit
Turunan implisit ditentukan berdasarkan variabel yang terdapat dalam fungsi.

Suatu fungsi dengan variabel x, turunannya : x d/dx.

Suatu fungsi dengan variabel y, turunannya : y d/dy. dy/dx.

Suatu fungsi dengan variabel x dan y, turunannya : xy d/dx + xy d/dy . dy/dx.


Contoh Soal Turunan
1. Tentukan turunan dari fungsi berikut.

 f(x) = 8
 g(x) = 3x + 5
 h(x) = 6x3
 k(x) = 3x5/3
 m(x) = (3x2 + 3)4

Pembahasan
 f’(x) = 0
 g’(x) = 3
 h’(x) = 6 (3) x3 – 1 = 18x2
 k’(x) = 3 (5/3) x(5/3) – 1 = 5x2/3
 m’(x) = 4 . (3x2 + 3)4 – 1 . 6x = 24x . (3x2 + 3)3

5.MATERI APLIKASI LIMIT DAN TURUNAN (ELASTITAS


PERMINTAAN,PENAWARAN,KURVA BIAYA)

A. Konsep Elastisitas Ekonomi

 Konsep dari elastisitas yang pertama adalah pengukuran tingkat kepekaan dari
suatu variabel terhadap berubahnya variabel yang lain.
 Konsep dari elastisitas yang kedua adalah semakin besar elastisitas maka
berbanding lurus dengan tingkat kepekaan dari suatu variabel itu.
 Konsep dari elastisitas yang ketiga adalah pengukuran yang menggunakan
persentase (%) dari berubahnya suatu variabel karena 1% variabel yang lain.

Elastisitas merupakan perbandingan pengaruh atas perubahan dari suatu harga


terhadap tingkat permintaan maupun penawaran suatu barang yang diminta oleh konsumen.
Hal ini dapat berarti elastisitas mengukur tingkat perubahan gejala ekonomi (variabel) yang
dihadapi konsumen terhadap gejala ekonomi (variabel) lainnya.

1. Elastisitas Permintaan

Elastisitas jenis ini merupakan tingkat kepekaan akan berubahnya jumlah barang yang
diminta akibat harga yang juga berubah.

Ada 5 macam elastisitas permintaan yaitu:

 Permintaan Inelastis Sempurna (Ed = 0)

Permintaan Inelastis Sempurna merupakan jenis elastisitas yang tidak akan berpengaruh pada
jumlah permintaan barang meski harganya berubah.

 Permintaan Inelastis (Ed < 0)


Permintaan Inelastis merupakan jenis elastisitas yang mana harga kurang terlalu berpengaruh
terhadap tingkat permintaan barang.

Dalam artian jika tingkat permintaan besar maka harga akan berubah namun dalam jumlah
yang sangat sedikit.

 Permintaan Inelastis Uniter (Ed = 1)

Permintaan Inelastis Uniter merupakan jenis elastisitas dimana jumlah barang yang diminta
berbanding lurus dengan harga yang berubah.

 Permintaan Elastis (Ed > 1)

Permintaan Elastis merupakan jenis elastisitas dimana harga akan berubah apabila barang
yang diminta dalam jumlah besar.

 Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)

Permintaan Elastis Sempurna merupakan jenis elastisitas dimana harga tidak akan berubah
meski jumlah barang yang diminta berubah-ubah.

2. Elastisitas Penawaran

Elastisitas jenis ini merupakan tingkat kepekaan akan berubahnya jumlah barang yang
ditawarkan akibat harga yang juga berubah.

Ada 5 macam elastisitas penawaran yaitu:

 Penawaran Inelastis Sempurna (Ed = 0)

Penawaran Inelastis Sempurna merupakan jenis elastisitas yang tidak akan berpengaruh pada
jumlah penawaran barang meski harganya berubah.

 Penawaran Inelastis (Ed < 0)

Penawaran Inelastis merupakan jenis elastisitas yang mana harga kurang terlalu berpengaruh
terhadap tingkat penawaran barang.

Dalam artian jika tingkat penawaran besar maka harga akan berubah namun dalam jumlah
yang sangat sedikit.

 Penawaran Inelastis Uniter (Ed = 1)

Penawaran Inelastis Uniter merupakan jenis elastisitas dimana jumlah barang yang ditawarkan
berbanding lurus dengan harga yang berubah.

 Penawaran Elastis (Ed > 1)


Penawaran Elastis merupakan jenis elastisitas dimana jika harga berubah maka barang yang
ditawarkan akan berubah dalam jumlah besar.

 Penawaran Elastis Sempurna (Ed = ~)

Penawaran Elastis Sempurna merupakan jenis elastisitas dimana jumlah barang yang
ditawarkan berubah-ubah meski harga tidak berubah.

B. Rumus Elastisitas Ekonomi


Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam mencari tingkat elastisitas permintaan
(pengaruh harga terhadap jumah barang yang diminta) dan rumus elastisitas penawaran
(pengaruh harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

E = ΔQ/ΔP x P/Q

atau

E = (%ΔQ)/(%ΔP)
Keterangan:
ΔQ = perubahan jumlah barang yang diminta/ditawarkan
ΔP = perubahan harga suatu barang
P = harga awal
Q = jumlah awal barang yang diminta/ditawarkan
E = tingkat elastisitas permintaan (Ed) / penawaran (Es).

Contoh Soal dan Pembahasan


1. Ketika harga apel Rp 15.000/kg jumlah yang ditawarkan 50 kuintal. ketika harga naik Rp
3000/kg, jumlah yang bisa ditawarkan 60 kuintal . hitunglah koefisien elastisitas
penawarannya ?

Jawab:

Diketahui

ΔQ = 60
ΔP = 15000 + 3000 = 18000
P = 15000
Q = 50
Maka

Es = ΔQ/ΔP x P/Q
Es = 60/18000 x 15000/50
Es = 1/300 x 300
Es = 300/300 = 1
Jadi koefisien elastisitas penawarannya adalah 1.

2. Pada saat harga telur Rp 13000/kg jumlah yang diminta 650 butir. Ketika harga naik menjadi
Rp 20000/kg jumlah yang diminta 80 butir.hitunglah koefisien elastisitas permintaannya?

Jawab:

Diketahui:

ΔQ = 80
ΔP = 20000
P = 13000
Q = 650
Maka

Ed = ΔQ/ΔP x P/Q
Ed = 80/20000 x 13000/650
Ed = 1/250 x 200
Ed = 200/250 = 4/5
Jadi koefisien elastisitas permintaannya adalah 4/5.

3. Kurva Biaya

Dalam kegiatan ekonomi tak terlepas dari aspek biaya yang menjadi aspek penting dan
membutuhkan perhatian penting. Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran yang
digunakan untuk memproduksi/menghasilkan dan atau menawarkan/memasarkan
barang/jasa tertentu yang biasa disebut biaya total (total cost). Biaya total (total cost) adalah
sejumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi dan atau memasarkan sejumlah
barang atau jasa.

Jika Q merupakan kuantitas/jumlah dari barang/jasa yang diproduksi atau dipasarkan,


dan TC merupakan biaya total (Total Cost) maka dapat dituliskan dengan TC = f(Q), dalam
hal ini besarnya biaya total ditentukan oleh besar kecilnya kuantitas/jumlah yang di
produksi. Dengan diketahuinya biaya total memproduksi jumlah barang tertentu (Q), maka
kita dapat menghitung biaya rata-rata. Biaya rata-rata (Average Cost) adalah biaya per unit
yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang/jasa pada tingkat produksi tertentu.
Biaya ratarata dari setiap produksi mungkin saja berbeda-beda, tingkat produksi dengan
biaya rata-rata rendah disebut tingkat produksi optimal yang nilainya diperoleh dari bagi
hasil biaya total dengan jumlah/kuantitas yang di produksi. Dapat dituliskan dalam formula:

TC
AC=
Q
Dimana;

AC = Biaya rata-rata (Average Cost)

TC = Biaya Total (Total cost)

Q = Jumlah/kuantitas barang/jasa yang diproduksi

Biaya marginal (Marginal Cost) adalah besarnya pertambahan biaya total akibat
pertambahan hasil produksi satu unit pada suatu tingkat produksi. Biaya marginal dapat
diperoleh dengan bagi hasil pertambahan biaya total dengan pertambahan jumlah/kuantitas
yang diproduksi dapat dituliskan dalam formulasi berikut;

∆ TC
MC=
∆Q

Jika pertambahan jumlah/kuantitas barang mendekati limitnya (∆Q→0) maka diperoleh;

∆ TC dTC df (Q)
MC= = =
∆Q dQ Q

Jadi, biaya marginal (Marginal Cost) merupakan turuanan dari fungsi biaya total.
Hubungan biaya total (TC) dengan variable jumlah/kuantitas (Q) dapat berupa fungsi linear,
maupun fungsi nonlinear antara lain fungsi kuadrat dan fungsi kubik (pangkat tiga).

1. Fungsi biaya total berbentuk linear Fungsi biaya total yang berbentuk linear memiliki
bentuk umum sebagai berikut;

TC = aQ + b

Dimana; TC = biaya total, Q = jumlah, a,b harus positif Sedangkan biaya rata-rata (AC)
b
yaitu; AC=a+
Q

Dan biaya marginalnya; MC = a Dari uraian diatas apabila TC, AC, dan MC digambarkan
dalam grafik, maka hubungannya dapat diliat seperti gambar di bawah ini:
2. Fungsi biaya total berbentuk parabola (kuadrat) Pada fungsi nonlinear fungsi biaya
totalnya merupakan fungsi kuadrat dengan bentuk umum;

TC = aQ2 + bQ + c

Dimana; TC = biaya total, Q = jumlah, a, b adalah koefisien dan c adalah konstanta.

Dari fungsi biaya total diatas diperoleh biaya rata-rata (AC) adalah:

c
AC=aQ+b+
Q

Sedangkan biaya marginalnya: MC = 2aQ + b. Berikut disajikan grafik fungsi TC, AC dan
MC.

Dari gambar diatas terlihat bahwa biaya total dan biaya rata-rata berbentuk parabola
sedangkan biaya marginalnya berbentuk garis lurus.

3. Fungsi biaya total berbentuk fungsi kubik (pangkat tiga) Fungsi biaya total nonlinear
dengan fungsi kubik(pangkat tiga). Bentuk fungsi biaya totalnya adalah:

TC = aQ3 + bQ2 + cQ + d

Dimana; TC = biaya total, Q = jumlah, a, b, c adalah koefisien dan d adalah konstanta.

Dari fungsi biaya total tersebut diperoleh biaya rata-rata yaitu :

AC = aQ2 + bQ + c + d/Q

Dan biaya marginalnya adalah: MC = 3aQ2 + 2bQ + c

6. MATERI MATRIKS

Pengertian Matriks

a. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun
atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut baris-baris dan kolom-
kolom.
b. Matriks adalah jajaran elemen (berupa bilangan) berbentuk empat persegi
panjang.

c. Matriks adalah suatu himpunan kuantitas-kuantitas (yang disebut elemen),


disusun dalam bentuk persegi panjang yang memuat baris-baris dan kolom-
kolom.

Penjumlahan dan pengurangan matriks hanya bisa dilakukan jika kedua matriks
memiliki ukuran atau tipe yang sama. Elemen-elemen yang dijumlahkan atau dikurangi
adalah elemen yang posisi atau letaknya sama.

Penjumlahan Matriks

Pengurangan Matriks

Sifat penjumlahan dan pengurangan matriks, diantaranya yaitu:

A+B=B+A

(A + B) + C = A + (B + C)

A–B≠B–A

Perkalian Matriks
Matriks dapat dikalikan dengan bilangan bulat maupun dengan matriks lain. Setiap perkalian
matriks, memiliki syarat masing-masing, diantaranya yaitu:

a. Perkalian Matriks Dengan Bilangan Bulat atau Perkalian Skalar Matriks

Matriks bisa dikalikan dengan bilangan bulat, maka hasil perkalian tersebut berupa matriks
dengan elemen-elemennya yang merupakan hasil kali antara bilangan dan elemen-elemen
matriks tersebut. Jika matriks A dikali dengan bilangan r, maka r.A =(r.aij). Contohnya:

Perkalian matriks dengan bilangan bulat dikombinasikan dengan penjumlahan atau


pengurangan matriks bisa dilakukan pada matriks dengan ordo sama. Berikut sifat-sifat
perkaliannya:

 r(A + B) = rA + rB
 r(A – B) = rA – rB

b. Perkalian Dua Matriks

Perkalian antara dua matriks misalnya matriks A dan B, bisa dilakukan jika jumlah kolom A
sama dengan jumlah baris B. Perkalian tersebut menghasilkan matriks dengan jumlah baris
sama dengan matriks A dan jumlah saman dengan matriks B, sehingga:

Elemen-elemen matriks C(mxs) merupakan penjumlahan dari hasil kali elemen-elemen baris
ke-i matriks A dengan kolom ke-j matiks B. Berikut skemanya:
Misalnya matriks A berordo (3 x 4) dan matriks B berordo (4 x 2), maka matriks C berordo (3 x
2). Elemen C pada baris ke-2 dan kolom ke-2 atau a22 diperoleh dari jumlah hasil perkalian
elemen-elemen baris ke-2 matriks A dan kolom ke-2 matriks B. Contohnya:

Perlu diingat sifat perkalian dua matriks bahwa:

AxB≠BxA

Terbukti bahwa A x B ≠ B x A. Ada sifat-sifat lain perkalian matriks dengan bilangan atau
dengan matriks lain, sebagai berikut:

 k(AB) = (kA)B
 ABC = (AB)C = A(BC)
 A(B + C) = AB + AC
 (A + B)C = AC + BC

Determinan Matriks

Determinan dari matriks A diberi notasi tanda kurung, sehingga penulisannya |A|. Determinan
hanya bisa dilakukan pada matriks persegi.

Determinan matriks ordo 2×2

Determinan matriks ordo 3×3 (aturan Sarrus)

Berikut sifat-sifat determinan matriks:

1. Determinan A = Determinan AT

2. Tanda determinan berubah jika 2 baris/2 kolom yang berdekatan dalam matriks ditukar.

3. Apabila suatu baris atau kolom determinan matriks memiliki faktor p, maka p bisa dikeluarkan
menjadi pengali.
4. Apabila dua baris atau dua kolom merupakan saling berkelipatan, maka nilai determinannya
adalah 0.

5. Nilai determinan dari matriks segitiga atas atau bawah adalah hasil kali dari elemen-elemen
diagonal saja.

Invers Matriks

Suatu matriks A memiliki invers (kebalikan) jika ada matriks B yang dapat membentuk
persamaan AB = BA = I, dengan I adalah matriks identitas. Invers dari suatu matriks berordo (2
x 2) seperti bisa dirumuskan sebagai:

Berikut sifat-sifat invers matriks:

AA-1 = A-1A = I

(A-1)-1 = A

(AB)-1 = B-1A-1

Jika AX = B, maka X = A-1B

Jika XA=B, maka X = BA-1

Contoh Soal Matriks dan Pembahasan Matriks

1. Dua buah matriks A dan B masing-masing berturut-turut


Maka, tentukan A-B

Pembahasan:

A-B =

2.Perhatikan matriks P dan matriks Q, berikut ini.

Tentukan matriks PQ

Pembahasan:

Anda mungkin juga menyukai