OLEH :
RISKA AULIA
{C0120331}
MANAJEMEN D 2020
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN 2020
1. MATERI KONSEP FUNGSI
A. Pengertian Fungsi
Fungsi adalah sebuah relasi yang memiliki aturan khusus. Fungsi atau pemetaan dari
himpunan A ke himpunan B adalah relasi yang memasangkan setiap anggota himpunan A
dengan hanya satu anggota himpunan B.
Menurut definisi di atas, sebuah relasi dari himpunan A ke himpunan B dikatakan fungsi jika
memenuhi syarat sebagai berikut.
Menyatakan Fungsi
Kodomainnya
B = {1, 2, 3}
f(x) = 2x artinya f memetakan setiap anggota domain ke anggota kodomain dengan aturan peta
pada kodomain adalah 2 kali dari setiap anggota domain.
Contoh
Diketahui A = {-2, -1, 0, 1, 2} dan B = {0, 1, 2, 3, 4}. Fungsi f memetakan setiap anggota
himpunan A ke himpunan B dengan rumus f(x) = x2. Tuliskan fungsi f dalam himpunan
pasangan berurutan dan tentukan range dari fungsi f.
B. Sifat-Sifat Fungsi
1. Fungsi Into
Fungsi f: A → B disebut fungsi into jika ada anggota himpunan B yang tidak memiliki
prapeta (pasangan) dari anggota himpunan A.
2. Fungsi Injektif
Fungsi f: A → B disebut fungsi injektif jika setiap anggota himpunan B hanya memiliki
satu pasangan dengan anggota himpunan A.
3. Fungsi Surjektif
Fungsi f: A → B disebut fungsi surjektif jika setiap anggota himpunan B merupakan
pasangan dari anggota himpunan A. Dengan kata lain, setiap anggota himpunan B atau
kodomain merupakan range.
4. Fungsi Bijektif
Fungsi f: A → B disebut fungsi bijektif jika fungsi f merupakan fungsi injektif sekaligus
fungsi surjektif. Artinya, setiap anggota himpunan B mempunyai pasangan dari anggota
himpunan A dan masing-masing anggotanya hanya memiliki satu pasangan.
Misalkan terdapat relasi dari himpunan A ke himpunan B. Untuk menentukan apakah relasi
tersebut merupakan fungsi atau bukan adalah dengan cara memperhatikan himpunan A.
Sedangkan untuk menentukan sifat-sifat sebuah fungsi adalah dengan cara memperhatikan
himpunan B.
Diketahui A = {1, 2, 3, 4, 5}, B = {2, 3, 4, 5, 6}, dan C = {2, 4, 6, 8}. Tentukan sifat dari fungsi
dalam bentuk himpunan pasangan berurutan berikut.
Contoh
Fungsi Sifat
C.Jenis-Jenis Fungsi
Secara garis besar, fungsi terdiri dari fungsi aljabar dan fungsi transenden. Fungsi aljabar
adalah fungsi yang mengandung bentuk aljabar. Sedangkan fungsi yang tidak mengandung
bentuk aljabar dinamakan fungsi transenden. Contoh fungsi aljabar adalah fungsi konstan,
fungsi identitas, fungsi linear, fungsi kuadrat, fungsi polinom, fungsi modulus, dan sebagainya.
Sedangkan fungsi transenden contohnya adalah fungsi eksponen, fungsi logaritma, fungsi
trigonometri, dan sebagainya.
1. Fungsi Konstan
Fungsi konstan adalah fungsi yang berbentuk f(x) = k dengan k adalah sebuah konstanta atau
skalar. Berapa pun nilai x disubstitusi, nilainya selalu sama/konstan, yaitu k. Grafik dari fungsi
ini berupa garis mendatar sejajar sumbu X.
2. Fungsi Identitas
Fungsi identitas adalah fungsi memetekan setiap anggota ke dirinya sendiri. Secara umum,
fungsi identitas ditulis sebagai f(x) = x. Grafik dari fungsi identitas adalah garis yang membentuk
sudut 45° terhadap sumbu X.
3. Fungsi Linear
Fungsi linear adalah fungsi yang berbentuk f(x) = ax + b dengan a ≠ 0. Grafik fungsi linear
berupa garis.
4. Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat adalah fungsi yang berbentuk f(x) = ax2 + bx +c dengan koefisien x2, yaitu a ≠ 0.
Grafik fungsi kuadrat berbentuk kurva parabola.
5. Fungsi Polinom
Fungsi polinom adalah bentuk umum dari fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi linear, dan
fungsi kuadrat. Bentuk umumnya adalah sebagai berikut.
6. Fungsi Irasional
Fungsi irasional adalah fungsi yang berbentuk akar. Contohnya f(x) = √x+1. Fungsi irasional
terdefinisi jika bilangan di dalam akar tak negatif (positif atau nol).
7. Fungsi Pecahan
2x-3
Misalnya f(x)
=
4x+5
Fungsi pecahan terdefinisi jika bilangan pada penyebut pecahan tidak sama dengan nol.
8. Fungsi Ganjil
Fungsi ganjil adalah fungsi yang memenuhi f(-x) = -f(x). Grafiknya simetris terhadap titik pusat
O(0,0). Contohnya adalah f(x) = x3.
f(-x) = (-x)3 = -x3 = -f(x)
9. Fungsi Genap
Fungsi genap adalah fungsi yang memenuhi f(-x) = f(x). Grafiknya simetris terhadap sumbu Y.
Contohnya f(x) = x2 - 9.
f(-x) = (-x)2 - 9 = x2 - 9 = f(x)
Contoh Soal :
1. Diketahui f(x) = ax + b. dengan f(-4 ) = -3 dan f(2) = 9 Tentukan nilai a dan b kemudian
tuliskan fungsinya.
Jawaban:
f(x) = ax + b
f(-4 ) = a(-4) + b = -3
-4a + b = -3 ……. (1)
f( 2 ) = a . 2 + b = 9
2a + b = 9 ……. (2)
Fungsi linier merupakan hal penting dalam ekonomi, baik dalam ekonomi mikro maupun
ekonomi makro, ekonomi moneter dan bagian-bagian dalam teori tersebut. Contoh-contoh yang
dapat dikategorikan di sini antara lain dalam ekonomi mikro antara lain fungsi permintaan,
fungsi penawaran, fungsi marginal. Dalam ekonomi makro dan moneter antara lain; fungsi
konsumsi, fungsi investasi, fungsi permintaan untuk transaksi, fungsi permintaan untuk
spekulasi, fungsi IM dan masih banyak lagi contoh-contoh penggunaannya. Pada bab ini akan
diuraikan penggunaan dalam fungsi permintaan, penawaran, keseimbangan pasar,
keseimbangan pasar karena pengaruh pajak dan subsidi, komsumsi dan tabungan.
1. Fungsi Permintaan
Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang/jasa yang diminta oleh
konsumen dengan variabel harga serta variabel lain yang mempengaruhinya pada suatu
periode tertentu. Variabel tersebut antara lain harga produk itu sendiri, pendapatan
konsumen, harga produk yang diharapkan pada periode mendatang, harga produk lain
yang saling berhubungan dan selera konsumen.
Q = a – bP atau
a = Konstanta
P = Harga barang/jasa
Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variable P (price, harga) dan variable
Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang berlawanan. Ini mencerminkan, hukum
permintaan yaitu apabila harga naikl jumlah yang diminta akan berkurang dan apabila
harga turun jumlah yang diminta akan bertambah.
Contoh soal :
Jika harga buku Rp 10.000,- per lusin maka undangan akan buku tersebut sebanyak 10
lusin, dan ketika harga buku turun menjadi Rp 8.000,- per lusin permintaannya menjadi
20 lusin. Carilah fungsi permintaanya!
Dik :
P1 = Rp 10.000,
P2 = Rp 8.000,
Q1 = 10
Q2 = 20
Dit : Qd……?
Peny :
P – p1 = Q-Q1
P2-p1 Q2-Q1
P-10.000 = Q-10
8.000-10.000 20-10
P-10.000 = Q-10
2000 10
Q = -0,005P + 60
2. Fungsi Penawaran
Bentuk Umum :
Q = -a + bP atau
a = Konstanta
P = Harga barang/jasa
Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variable P (price, harga) dan
variable Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini
mencerminkan,
hukum penawaran yaitu apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah
dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.
Dalam bentuk persamaan diatas terlihat bahwa variable P (price, harga) dan variable
Q (quantity, jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini
mencerminkan,
hukum penawaran yaitu apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah
dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang.
Contoh soal :
Ketika harga Rp 40 per unit, jumlah penawarannya 10 unit. Dan
Dik :
P1 = 40
P2 = 60
Q1 = 10
Q2 = 20
p-p1 = Q-Q1
p2-p1 Q2-Q1
P-40 = Q-10
60-40 20-10
P-40 = Q-10
20 10
Q = 0,5P - 10
Ps = 20 + 2Q
3. Keseimbagan Pasar
Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan
Contoh Soal :
Jawab :
Keseimbangan pasar :
Qd = Qs
10 – 5 P = – 4 + 9P
14P = 14
P = 1 ≡ Pe
Q = 10 – 5P
Q = 5 ≡ Qe
Jika produk dikenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan pasar atas
produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Biasanya tanggungan pajak
sebagian dikenakan kepada konsumen sehingga harga produk akan naik dan jumlah barang
yang diminta akan berkurang. Keseimbangan pasar sebelum dan sesudah kena pajak dapat
digambarkan sebagai berikut.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebih besar pada sumbu harga. Jika
sebelum pajak persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah pajak ia akan menjadi P =
a + bQ + t
Contoh soal :
1. Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak ?
Jawab :
Qd = Qs
7+Q = 16 – 2Q P = 7+Q
3Q = 9 P = 7+3
Q = 3 Pe = 10
P = 16 – 2Q + t
= 16 – 2Q + 3
= 19 – 2Q Os = Qd
19 – 2Q = 7 + Q
3Q = 12
Qe‘ = 4
P = 19 – 2Q
= 19 – 8
Pe‘ = 11
1. T = t x Qe‘
= 3.4
1. tk = Pe‘ – Pe
= 11 – 1
tp = t – tk
= 3–1
Pengertian Subsidi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dengan adanya subsidi yang
diberikanpemerintah kepada masyarakat akan menyebabkan ongkos produksi yang
dikeluarkanoleh produsen menjadi lebih rendah dari pada ongkos produksi sebelum
adanya atautanpa adanya subsidi.MenurutDani Iskandar dkk,pengertian subsidi adalah
bantuan yang diberikanpemerintah kepada produsen sehingga harga yang
ditawarkansesuaidengan keinginanpemerintah dengan harga lebih murah daripada harga
semula.
Dengan adanya subsidi yang bersifat spesifik atas suatu barang (s) maka
kurvapenawaran akan bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal yang lebih kecil
(lebihrendah) dari sumbu harga, sedangkangrafik fungsi permintaannya tidak
terpengaruhdengan adanya subsidi.
P = F (Q)
P = F (Q)-s
S=sQ
Dimana:
S = Jumlah subsidi
Keseimbangan Pasar
Qd = Qs
Contoh :
Contoh Soal:
Jika fungsi permintaan akan beras dan fungsi penawaran akanberas yang
diberikan sebagaiberikut : Pd = 12-Q dan Ps =2 + Q sedangkanpemerintah
mengenakan pajak sebesar 4 setiap unitberas yang diproduksi.
Tentukan:
a.Nilai keseimbangan pasar sebelum pajak
b.Nilai keseimbangan pasar setelah pajak
c.Total pajak yang dibayaroleh pemerintah
d.Besarnya pajak yang ditanggung oleh produsen
e.Besarnnya pajak yang ditanggung oleh konsumen
Jawab:
a.Dari soal yang telah dijelaskan dan diketahui
Pd = 12-Q
Ps = 2 + Q
t =4
maka nilai keseimbangan sebelum pajak adalah
Pd = Ps
12–Q = 2 + Q
-2Q =-10
Q =5
Maka Pd = 12-Q Ps = 2 +Q
= 12-5 = 7 =2+5=7
Jadi nilai keseimbanganpasar sebelum pajak adalah Padalah 7 dan Q adalah 5
3.MATERI LIMIT
Pada dasarnya limit digunakan untuk menyatakan sesuatu yang yang nilainya
mendekati nilai tertentu, seperti tak hingga yang pada dasarnya adalah angka yang sangat
besar yang nilainya tidak dapat dipastikan. Limit menjelaskan suatu fungsi jika batas tertentu
didekati. Jika suatu fungsi tidak terdefinisi untuk titik tertentu, tetapi kita masih bisa mencari nilai
yang didekati oleh fungsi tersebut apabila titik tertentu makin didekati yaitu dengan limit.
1. Pengertian Limit
Limit f(x) mendekati c sama dengan L, ditulis:
jika untuk setiap x yang cukup dekat dengan c tetapi x≠c, f(x) mendekati L.
Metode pemfaktoran
Jika pada metode substitusi menghasilkan suatu nilai bentuk tak tentu seperti:
Metode mengalikan dengan faktor sekawan
Jika pada metode substitusi menghasilkan nilai limit yang irasional, maka fungsi
dikalikan dengan akar sekawannya, kemudian bisa disubstitusikan.
4.MATERI TURUNAN
Rumus Turunan
Berikut merupakan beberapa rumus dasar untuk menentukan turunan.
f(x) = x
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = 1.
f(x) = axn
Turunan dari fungsi tersebut adalah f’(x) = anxn – 1
Penjumlahan fungsi: h(x) = f(x) + g(x)
Turunan fungsi tersebut yaitu h’(x) = f’(x) + g’(x).
a. Turunan Fungsi
Misalkan terdapat suatu fungsi f(x) = axn. Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = anxn – 1.
Contohnya yaitu:
f(x) = 3x3
turunan dari fungsi tersebut yaitu
Turunan dari fungsi tersebut yaitu h’(x) = u’(x) . v(x) + u(x) . v’(x).
Keterangan:
h(x) : fungsi dalam bentuk perkalian fungsi.
h’(x) : turunan fungsi bentuk perkalian
u(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
u’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x
Turunan fungsi aljabar dalam bentuk pembagian yaitu:
Misalkan terdapat perkalian fungsi: h(x) = u(x)/v(x). Turunan dari fungsi tersebut adalah
h’(x) = (u’(x) . v(x) – u(x) . v’(x))/v2(x).
Keterangan:
h(x) : fungsi dalam bentuk perkalian fungsi.
h’(x) : turunan fungsi bentuk perkalian
u(x), v(x) : fungsi dengan variabel x
u’(x), v’(x) : turunan fungsi dengan variabel x
c. Turunan Akar
Misalkan terdapat suatu fungsi akar sebagai berikut
Untuk menentukan turunan dari fungsi tersebut, terlebih dahulu kita ubah ke dalam bentuk
fungsi perpangkatan. Bentuk fungsi perpangkatannya yaitu f(x) = xa/b.
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . x(a/b) – 1.
Bagaimana jika fungsi berbentuk seperti ini?
Untuk menentukan turunan fungsi di atas, terlebih dahulu diubah ke bentuk perpangkatan.
f(x) = g(x)z/b
Turunan dari fungsi tersebut yaitu f’(x) = a/b . g(x)(a/b) – 1 . g’(x).
d. Turunan Parsial
Apa itu turunan parsial? Turunan parsial merupakan suatu turunan dari fungsi peubah banyak
terhadap suatu peubah, sedangkan peubah yang lain dipertahankan.
Misalkan terdapat suatu fungsi: f(x, y) = 2xy, turunan parsial dari fungsi tersebut terhadap
variabel x yaitu fx’(x, y) = 2y.
Contoh lainnya yaitu, terdapat fungsi g(x, y) = -3xy2
Turunan parsial terhadap variable y yaitu fy’(x, y) = -6xy.
Berikutnya akan dijelaskan mengenai turunan implisit.
e. Turunan Implisit
Turunan implisit ditentukan berdasarkan variabel yang terdapat dalam fungsi.
f(x) = 8
g(x) = 3x + 5
h(x) = 6x3
k(x) = 3x5/3
m(x) = (3x2 + 3)4
Pembahasan
f’(x) = 0
g’(x) = 3
h’(x) = 6 (3) x3 – 1 = 18x2
k’(x) = 3 (5/3) x(5/3) – 1 = 5x2/3
m’(x) = 4 . (3x2 + 3)4 – 1 . 6x = 24x . (3x2 + 3)3
Konsep dari elastisitas yang pertama adalah pengukuran tingkat kepekaan dari
suatu variabel terhadap berubahnya variabel yang lain.
Konsep dari elastisitas yang kedua adalah semakin besar elastisitas maka
berbanding lurus dengan tingkat kepekaan dari suatu variabel itu.
Konsep dari elastisitas yang ketiga adalah pengukuran yang menggunakan
persentase (%) dari berubahnya suatu variabel karena 1% variabel yang lain.
1. Elastisitas Permintaan
Elastisitas jenis ini merupakan tingkat kepekaan akan berubahnya jumlah barang yang
diminta akibat harga yang juga berubah.
Permintaan Inelastis Sempurna merupakan jenis elastisitas yang tidak akan berpengaruh pada
jumlah permintaan barang meski harganya berubah.
Dalam artian jika tingkat permintaan besar maka harga akan berubah namun dalam jumlah
yang sangat sedikit.
Permintaan Inelastis Uniter merupakan jenis elastisitas dimana jumlah barang yang diminta
berbanding lurus dengan harga yang berubah.
Permintaan Elastis merupakan jenis elastisitas dimana harga akan berubah apabila barang
yang diminta dalam jumlah besar.
Permintaan Elastis Sempurna merupakan jenis elastisitas dimana harga tidak akan berubah
meski jumlah barang yang diminta berubah-ubah.
2. Elastisitas Penawaran
Elastisitas jenis ini merupakan tingkat kepekaan akan berubahnya jumlah barang yang
ditawarkan akibat harga yang juga berubah.
Penawaran Inelastis Sempurna merupakan jenis elastisitas yang tidak akan berpengaruh pada
jumlah penawaran barang meski harganya berubah.
Penawaran Inelastis merupakan jenis elastisitas yang mana harga kurang terlalu berpengaruh
terhadap tingkat penawaran barang.
Dalam artian jika tingkat penawaran besar maka harga akan berubah namun dalam jumlah
yang sangat sedikit.
Penawaran Inelastis Uniter merupakan jenis elastisitas dimana jumlah barang yang ditawarkan
berbanding lurus dengan harga yang berubah.
Penawaran Elastis Sempurna merupakan jenis elastisitas dimana jumlah barang yang
ditawarkan berubah-ubah meski harga tidak berubah.
E = ΔQ/ΔP x P/Q
atau
E = (%ΔQ)/(%ΔP)
Keterangan:
ΔQ = perubahan jumlah barang yang diminta/ditawarkan
ΔP = perubahan harga suatu barang
P = harga awal
Q = jumlah awal barang yang diminta/ditawarkan
E = tingkat elastisitas permintaan (Ed) / penawaran (Es).
Jawab:
Diketahui
ΔQ = 60
ΔP = 15000 + 3000 = 18000
P = 15000
Q = 50
Maka
Es = ΔQ/ΔP x P/Q
Es = 60/18000 x 15000/50
Es = 1/300 x 300
Es = 300/300 = 1
Jadi koefisien elastisitas penawarannya adalah 1.
2. Pada saat harga telur Rp 13000/kg jumlah yang diminta 650 butir. Ketika harga naik menjadi
Rp 20000/kg jumlah yang diminta 80 butir.hitunglah koefisien elastisitas permintaannya?
Jawab:
Diketahui:
ΔQ = 80
ΔP = 20000
P = 13000
Q = 650
Maka
Ed = ΔQ/ΔP x P/Q
Ed = 80/20000 x 13000/650
Ed = 1/250 x 200
Ed = 200/250 = 4/5
Jadi koefisien elastisitas permintaannya adalah 4/5.
3. Kurva Biaya
Dalam kegiatan ekonomi tak terlepas dari aspek biaya yang menjadi aspek penting dan
membutuhkan perhatian penting. Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran yang
digunakan untuk memproduksi/menghasilkan dan atau menawarkan/memasarkan
barang/jasa tertentu yang biasa disebut biaya total (total cost). Biaya total (total cost) adalah
sejumlah biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi dan atau memasarkan sejumlah
barang atau jasa.
TC
AC=
Q
Dimana;
Biaya marginal (Marginal Cost) adalah besarnya pertambahan biaya total akibat
pertambahan hasil produksi satu unit pada suatu tingkat produksi. Biaya marginal dapat
diperoleh dengan bagi hasil pertambahan biaya total dengan pertambahan jumlah/kuantitas
yang diproduksi dapat dituliskan dalam formulasi berikut;
∆ TC
MC=
∆Q
∆ TC dTC df (Q)
MC= = =
∆Q dQ Q
Jadi, biaya marginal (Marginal Cost) merupakan turuanan dari fungsi biaya total.
Hubungan biaya total (TC) dengan variable jumlah/kuantitas (Q) dapat berupa fungsi linear,
maupun fungsi nonlinear antara lain fungsi kuadrat dan fungsi kubik (pangkat tiga).
1. Fungsi biaya total berbentuk linear Fungsi biaya total yang berbentuk linear memiliki
bentuk umum sebagai berikut;
TC = aQ + b
Dimana; TC = biaya total, Q = jumlah, a,b harus positif Sedangkan biaya rata-rata (AC)
b
yaitu; AC=a+
Q
Dan biaya marginalnya; MC = a Dari uraian diatas apabila TC, AC, dan MC digambarkan
dalam grafik, maka hubungannya dapat diliat seperti gambar di bawah ini:
2. Fungsi biaya total berbentuk parabola (kuadrat) Pada fungsi nonlinear fungsi biaya
totalnya merupakan fungsi kuadrat dengan bentuk umum;
TC = aQ2 + bQ + c
Dari fungsi biaya total diatas diperoleh biaya rata-rata (AC) adalah:
c
AC=aQ+b+
Q
Sedangkan biaya marginalnya: MC = 2aQ + b. Berikut disajikan grafik fungsi TC, AC dan
MC.
Dari gambar diatas terlihat bahwa biaya total dan biaya rata-rata berbentuk parabola
sedangkan biaya marginalnya berbentuk garis lurus.
3. Fungsi biaya total berbentuk fungsi kubik (pangkat tiga) Fungsi biaya total nonlinear
dengan fungsi kubik(pangkat tiga). Bentuk fungsi biaya totalnya adalah:
TC = aQ3 + bQ2 + cQ + d
AC = aQ2 + bQ + c + d/Q
6. MATERI MATRIKS
Pengertian Matriks
a. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang disusun
atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut baris-baris dan kolom-
kolom.
b. Matriks adalah jajaran elemen (berupa bilangan) berbentuk empat persegi
panjang.
Penjumlahan dan pengurangan matriks hanya bisa dilakukan jika kedua matriks
memiliki ukuran atau tipe yang sama. Elemen-elemen yang dijumlahkan atau dikurangi
adalah elemen yang posisi atau letaknya sama.
Penjumlahan Matriks
Pengurangan Matriks
A+B=B+A
(A + B) + C = A + (B + C)
A–B≠B–A
Perkalian Matriks
Matriks dapat dikalikan dengan bilangan bulat maupun dengan matriks lain. Setiap perkalian
matriks, memiliki syarat masing-masing, diantaranya yaitu:
Matriks bisa dikalikan dengan bilangan bulat, maka hasil perkalian tersebut berupa matriks
dengan elemen-elemennya yang merupakan hasil kali antara bilangan dan elemen-elemen
matriks tersebut. Jika matriks A dikali dengan bilangan r, maka r.A =(r.aij). Contohnya:
r(A + B) = rA + rB
r(A – B) = rA – rB
Perkalian antara dua matriks misalnya matriks A dan B, bisa dilakukan jika jumlah kolom A
sama dengan jumlah baris B. Perkalian tersebut menghasilkan matriks dengan jumlah baris
sama dengan matriks A dan jumlah saman dengan matriks B, sehingga:
Elemen-elemen matriks C(mxs) merupakan penjumlahan dari hasil kali elemen-elemen baris
ke-i matriks A dengan kolom ke-j matiks B. Berikut skemanya:
Misalnya matriks A berordo (3 x 4) dan matriks B berordo (4 x 2), maka matriks C berordo (3 x
2). Elemen C pada baris ke-2 dan kolom ke-2 atau a22 diperoleh dari jumlah hasil perkalian
elemen-elemen baris ke-2 matriks A dan kolom ke-2 matriks B. Contohnya:
AxB≠BxA
Terbukti bahwa A x B ≠ B x A. Ada sifat-sifat lain perkalian matriks dengan bilangan atau
dengan matriks lain, sebagai berikut:
k(AB) = (kA)B
ABC = (AB)C = A(BC)
A(B + C) = AB + AC
(A + B)C = AC + BC
Determinan Matriks
Determinan dari matriks A diberi notasi tanda kurung, sehingga penulisannya |A|. Determinan
hanya bisa dilakukan pada matriks persegi.
1. Determinan A = Determinan AT
2. Tanda determinan berubah jika 2 baris/2 kolom yang berdekatan dalam matriks ditukar.
3. Apabila suatu baris atau kolom determinan matriks memiliki faktor p, maka p bisa dikeluarkan
menjadi pengali.
4. Apabila dua baris atau dua kolom merupakan saling berkelipatan, maka nilai determinannya
adalah 0.
5. Nilai determinan dari matriks segitiga atas atau bawah adalah hasil kali dari elemen-elemen
diagonal saja.
Invers Matriks
Suatu matriks A memiliki invers (kebalikan) jika ada matriks B yang dapat membentuk
persamaan AB = BA = I, dengan I adalah matriks identitas. Invers dari suatu matriks berordo (2
x 2) seperti bisa dirumuskan sebagai:
AA-1 = A-1A = I
(A-1)-1 = A
(AB)-1 = B-1A-1
Pembahasan:
A-B =
Tentukan matriks PQ
Pembahasan: