Anda di halaman 1dari 55

Arti kewajiban dasar menurut UU No.

39 tahun 1999 adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak


dilakasanakan, tidakmemungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Kewajiban dasar
manusia dalam UU ini adalah wajib patuh peraturan, perundangan, hokum tak tertulis,hokum
internasional yang diterima oleh Indonesia, wajib dalam pembelaan Negara,wajib menghormati HAM
orang lain,moral, etika tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Mengingat tingkah laku para tokoh di berbagai bidang dewasa ini, yang berkaitan dengan situasi
negeri kita di bidang politik, sosial, ekonomi dan moral, maka sudah sepantasnya kalau kita
saling mengingatkan bahwa tidak mungkin ada solusi (pemecahan) terhadap berbagai persoalan
gawat yang sedang kita hadapi bersama, kalau fikiran dan tindakan kita bertentangan dengan
prinsip-prinsip Pancasila yang sangat menjunjung tinggi Hak asasi manusia. Terutama hak-hak
kodrat manusia sebagai hak dasar ( hak asasi )yang harus dijamin dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, banyak ulasan atau penelaahan, yang bisa sama-sama kita lakukan
mengenai persoalan ini.

Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Apa pengertian Pancasila?
3. Apa yang dimaksud HAM dalam Pancasila?

PEMBAHASAN
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Menurut Oemar Seno Aji,1966


HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai insane ciptaan Allah SWT, sepeti : hak
hidup, keselamatan, kebebasan dan kesamaaan sifatnya tidak boleh dilangar oleh siapapun dan
seolah-olah merupakan holy area.
Kalau menurut Kuncoro, 1976
HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya.
Dan menurut G.J.Wollhof
HAM adalah sejumlah hak yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat
dicabut oleh siapapun.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
HAM lahir sejak manusia sadar akan hak yang dimilikinya dan kedudukannya sebagai subjek
hukum. Akan tetapi HAM baru mendapat perhatian penyelidikan ilmu pengetahuan, sejak HAM
mulai berkembang dan mulai diperjuangkan terhadap serangan atau bahaya, yang timbul dari
kekuasaan yang dimiliki oleh bentukan masyarakat yang dinamakan negara (state).

Sejarah asal mula Hak Asasi manusia berawal dari Eropa Barat yaitu inggris.tonggak pertama
kewenangan hak asasi ialah pada tahun 1215 dengan lahirnya (Magna Charta).Dalam Magna
Charta dijelaskan raja tidak lagi betindak sewenang-wenang dan harus mendapat persetujuan
para bangsawan.

Perkembangan berikutnya revolusi amerika (1776),dan revolusi perancis(1789).Dua revolusi


pada abad ke XVIII ini besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan hak asasi manusia
tersebut.Tahun 1789 munculnya revolusi perancis yang bertujuan untuk membebasakan warga
negara perancis dari kekangan kekuasaan mutlak dari seorang penguasa tunggal negara(absolute
monarchie) di perancis pada waktu itu (Raja Louis XVI)istilah yang dipakai pada waktu itu
“Droit De I’Homme”yang artinya hak manusia didalam bahasa inggris disebut “Human
Rights”atau”Mensen Rechten”dalam bahasa belanda dalam bahasa indonesia Hak-hak
kemanusiaan atau dikenal dengan istilah “Hak-hak Asasi Manusia”.
Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Sebagai warga Negara yang baik kita mesti
menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sbagainya.

Macam-Macam HAM

Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atau dibedakan sebagai berikut:


a.Hak-hak pribadi (personal Right)meliputi kebebasan menyatakn pendapat,kebebasan memeluk
agama.
b.Hak-hak ekonomi (property right)hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau menjual serta
memanfaatkannya.
c.Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau
(Right of legal Equality).
d.Hak-hak asasi politik (Political right)yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.
e.Hak-hak asasi sosial dan budaya(social and culture right)misalnya hak untuk memilih
pendidikan.
f.Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan(procedura
rights)peratuaran dalam hal penangkapan.

Tujuan Pendidikan Hak Asasi Manusia


1.Tujuan umum pendidikan Hak asasi manusia

Berdasarkan temuan pengembangan model tujuan pendidikan HAM adalah untuk


mendiseminasikan, meningkatkan mengembangkan dan melestarikan serta mempraktekkan atau
menerapkan nilai-nilai HAM dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
sehingga dapat mengembangkan pengertian kritis seseorang baik terhadap situasi hidup dirinya
maupun orang lain mengenai batasan serta struktur yang menghalangi pelaksanaan hak serta
kebebasan mereka sepenuhnya.

2.Tujuan khusus pendidikan Hak Asasi Manusia adalah;

1.Diseminasi dan sosialisasi nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan luar sekolah agar
masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.
2.Meningkatkan peran serta dan pengetahuan pesrta didik tentang nilai-nilai HAM.
3.Mengembangkan berbagai model pembelajaran untuk memperluas dan mepermudah
pemahaman dan pelaksanaan HAM.
4.Melestarikan berbagai nilai HAM dalam kehidupan bersama sebagai warisan kepada generasi
berikutnya sehingga semakin mentradisi prilaku yang sejalan dengan HAM.
5.Menunjukkan dan menerapkan berbagai cara hidup yang sejalan dengan tuntutan nilai-nilai
HAM.
6.Pendidikan HAM di sekolah menenekankan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non
diskriminatif. sikap anti kekerasan dan penyiksaan, hak-hak sipil dan politik warga negara dan
haka-hak ekonomi,sosial dan budaya.penekanan ini bertujuan mendukung proses reformasi
politik ekonomi dan hukum dalam rangka demokratisasi dan pengembangan masyarakat warga.

Dasar hukum pendidikan Hak Asasi Manusia

Dasar hukum perlunya HAM serta isi pendidikan HAM dibagi atas dasar hukum internasional
dan nasional.

1.Dasar hukum internasional

Ada banyak instrumen internasional Hak Asasi MAnusia dalam bentuk deklarasi, konvensi dan
dan kovenan yang menjadi dasar hukum internasional pendidikan HAM.Dari sekian instrumen
tersebut, yang terutama adalah:
a.Deklarasi universal Hak-hak Asasi Manusia dari PBB(universal Declaration of Human
Rights),10 desember 1948.
b.Konvensi hak-hak anak(20 november 1989)
c.Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita,18 desember
1979.
d.Konvensi tentang hak-yhak politik wanita 20 desember 1952.
e.Konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial,21 desember
1965.

2.Dasar hukum Nasional


Dasar hukum nasional yang digunakan untuk pendidikan HAM adalah:
a.Pancasila sebagai landasan idiil
b.UUD 1945 sebagai landasan konstitusi
c.UUD No. 7 tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai pengahpusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita,24 juli 1984.
d.UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia.
e.Tap MPR RI No. XVII/MPR 1998 tentang Hak Asas Manusia 13 November 1998.
f.UU pengesahan perjanjian internasional No.24 tahun 2000.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi. Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).

Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6. penyiksaan;
7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10. kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa
sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau
untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan
siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang
menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

Pengertian Pancasila
Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti “lima” dan sila yang berarti
“dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Sifat dari pancasila adalah imperative atau memaksa, siapa saja yang berada diwilayah NKRI,
wajib mentaati pancasila serta mengamalkan dengan tanpa persyaratan. Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan
sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan
dan kehidupan kenegaraan.
Dalam penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam Pembukaan UUD
1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut: Negara melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasar atas Persatuan; Negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; Negara Indonesia adalah Negara
yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan;
Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab. Khusus bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas
pokok Pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari Pembukaan UUD 1945
itu dibagi ke dalam 4 hal: 1. Tentang hal tujuan Negara indonesia, tercantum dalam kalimat
“Kemudian daripada itu dan seluruh tumpah darah indinesia, yang; Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Memajukan kesejahteraan rakyat; Mencerdaskan
kehidupan bangsa; Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Tentang hal ketentuan diadakanya Undang-Undang
Dasar tarcantum dalam kalimat yang berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia”; 3. Tentang hal
bentuk Negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat; 4. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila. Adapun Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 itu sebagian besar bahan-bahanya berasal dari Naskah
Rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia Perumus (panitia kecil) yang
beranggotakan 9 orang yang diketua oleh Ir. Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, naskah politik yang bersejarah itu dijadikan
Rancangan Pembukaan UUD sebagai bahan pokok dan utama bagi penyusunan/penetapan
Pembukaan (Preambule) UUD yang akan ditetakan itu. Naskah politik yang bersejarah yang
disusun pada tanggal 22 Agustus 1945 itu, di kemudian hari oleh Mr. Muhamad Yamin dalam
pidatonya di depan siding Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) pada tanggal 11
Juni 1945 dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa tahun kemudian dimuat dalam
bukunya yang berjudul Prokalmasi dan Konstitusi pada tahun 1951. Dalam naskah politik yang
di sebut dengan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah untuk pertama kali dasar falsafah Negara
pancasila ini dicantumkan secara tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya
pada tanggal 1 Juni 1945.
Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang yang telah menyusun Piagam Jakarta itu
adalah salah satu panitia kecil dari Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Adapun besar arti pentingnya Pembukaan Undang-Undang Daar
itu ialah karena pada aline ke 4 itu tercantum ketentuan pokok yang bersifat fundamental, yaitu
dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang dirumuskan dalam kata-kata berikut: ….”maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Mang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima dasar ini
tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita bangsa Indonesia yaitu pancasila.
Istilah atau perkataan pancasila ini memang tidak tercantum dalam Pembukaan maupun dalam
Batang Tubuh UUD 1945. Di alinea ke 4 dari Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan
bahwa, Negara Republik Indonesia berdasarkan kepada lima prinsip atau asas yang tersebut di
atas, tanpa menyebutkan pancasila. Bahwa kelima prinsip atau dasar tersebut adalah pancasila,
kita harus menafsirkan sejarah (maupun penafsiran sistematika) yakni menghubungkanya dengan
sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada tanggal 1 Juni 1945, seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof. Mr. Muhamad Yamin
(Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia) pada halaman 437 antara lain sebagai
berikut “perkataan Pancasila” yang kini telah menjadi istilah hukum, mula-mula ditempa dan
dipakai oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai paduan sila
yang lima.
Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia lama sebelum abad XIV. Kata kembar itu
keduanya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca dan sila yang memiliki arti yang berbeda.
Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu sendi yang lima (consisting of 5 rocks;
aus fund Felsen bestehend). Pancasila dengan huruf i yang panjang bermakna “5 peraturan
tingkah laku yang penting”. Kata sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga
berarti etika. Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian di atas dirasakan sudah menjadi satu
paduan antara sendi yang lima dengan lima tingkah laku yang senonoh. Dari uraian di atas
dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa pancasila sebagai istilah perkataan Sanskerta
yang sudah dikenal di tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk
formalnya sebagai dasar Falsafah Negara Republik Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni
1945.
Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Pancasila
Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci
di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental
tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia, terdapat
pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1 pembukaan
UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia. Oleh sebab itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Kebulatan lima dasar dalam Pancasila, mengemukakan Pancasila seperti dikemukakan


Notonegoro dalam Pidato Dies Universitas Airlangga pada 10 Nopember 1955 secara filsafat
kenegaraan, dan istilah “Pancasila” oleh Dr. Sumantri Harjoprakoso dalam “Indonesisch
mensbeeld als basis ener psychotherapie” (Leiden, Juni 1956) yang juga digunakan dalam bidang
kebatinan yang menyebut lima tabiat manusia guna mencapai pendirian hidup sempurna, yaitu:
1. Rela, 2. Narimo (Jawa), 3. Temen (Jujur), 4. Sabar, dan 5. Budi luhur. Lima tabiat ini agar
dapat melaksanakan sandaran hidup yang dinamakannya “Tri Sila” yakni: a. eling (beriman), b.
percaya dan c. mituhu (setia). “Pancasila” juga dikemukakan Prof. Dr. Priyono, Menteri PP dan
KK pada Seminar Ilmu dan Kebudayaan di Yogyakarta (29 Juni 1956) sebagai “Panca Sila”
Bahasa Indonesia.

Hubungan HAM dengan Pembukaan, diperlihatkan dengan secara khusus hak asasi kemerdekaan
segala bangsa dan tujuan negara, baik keluar dan kedalam dicantumkan dalam Pembukaan,
sedangkan dalam UUDS hanya mencantumkan tujuan perdamaian tanpa menjaga ketertiban
dunia. Isi Mukaddimah UUDS juga dinyatakan sama dengan Preambule Piagam Perdamaian
(Charter for Peace). Yang menarik adalah tinjauannya terhadap lima sila dalam Pancasila yang
membantu para penyelenggara memahami makna yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat
menilai apakah konstitusi yang dirumuskan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

HAM juga terdapat di dalam Pembukaan konstitusi kita yang pernah berlaku. Namun,
pelaksanaan HAM tetap berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Misalkan contoh bagaimana
kedudukan individu dalam sistem demokrasi? Demokrasi kita tetap berlandaskan kolektivisme,
bukan pertentangan individu dan “social orde” seperti demokrasi liberal dan hak-hak lainnya
yang tetap berlandaskan kondisi masyarakat asli Indonesia.
Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama
untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana hendaknya
sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang
demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan
tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi
masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada
masyarakat.

KESIMPULAN

Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara
Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaaan masyarakat dan
Negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai
perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu
pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara
yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik
Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam hubungannya dengan
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi
terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Demikianlah manusia dan Bangsa Indonesia menjamin kelestarian dan kelangsungan hidup
Negar Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat berdasarkan
Pancasila, serta penuh gelora membangun masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan makmur.
Pancasila sebagai dasar hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung isi yang
bermoral dan mengangkat martabat rakyat Indonesia dengan tidak melihat ras,suku, dan agama.
Dengan memandang secara rata dan mengedepankan hak asasi manusia dalam ketuhanan Yang
Maha Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, kesatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Daftar Pustaka
Purbopranoto, Kuntjoro, Hak-Hak Asasi Manusia dan Pancasila, Pradnya Paramita, 1982, Cet
Ke-7.
Setiardja, Gunawan, Supremasi Hukum dalam Perspektif Pengembangan HAM, Jakarta.

Ganeca Exact. 2007. Pendkewarganegaraansmp/mts.

https://maulanadipraja.wordpress.com/2012/01/16/hak-asasi-manusia-dalam-pancasila/

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA

 
 

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Mengingat tingkah laku para tokoh di berbagai bidang dewasa ini, yang berkaitan dengan situasi
negeri kita di bidang politik, sosial, ekonomi dan moral, maka sudah sepantasnya kalau kita
saling mengingatkan bahwa tidak mungkin ada solusi (pemecahan) terhadap berbagai persoalan
gawat yang sedang kita hadapi bersama, kalau fikiran dan tindakan kita bertentangan dengan
prinsip-prinsip Pancasila yang sangat menjunjung tinggi Hak asasi manusia. Terutama hak-hak
kodrat manusia sebagai hak dasar ( hak asasi )yang harus dijamin dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, banyak ulasan atau penelaahan, yang bisa sama-sama kita lakukan
mengenai persoalan ini.

2. Batasan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HAM?


2. Apa pengertian Pancasila?
3. Apa yang dimaksud HAM dalam Pancasila?

3. Tujuan Penulisan
Dalam menyusun makalah ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Agar mahasiswa mengerti tentang HAM


2. Agar mahasiswa dapat memahami tentang Pancasila
3. Agar mahasiswa tidak salah persepsi mengenai makna HAM dalam Pancasila
4. Agar mahasiswa mengerti, memahami dan dapat menerapkan HAM dalam Pancasila di
dalam kehidupan sehari hari.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan
status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.  

2. Pengertian Pancasila

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Sifat dari pancasila adalah imperative atau memaksa, siapa saja yang berada diwilayah NKRI,
wajib mentaati pancasila serta mengamalkan dengan tanpa persyaratan. Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan
sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan
dan kehidupan kenegaraan.

3. Maksud Dari Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila

Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci
di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan
fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa
Indonesia, terdapat pula ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan
ayat ke 1 pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia.
Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
                
        Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai berikut :
1. Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang
sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.
3. Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara
diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana
hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4. Sila  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat
yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat
yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu
hak-hak partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada
masyarakat.    

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Indonesia sebagai Negara hukum sangat menjunjung Hak asasi manusia, dan pancasila sebagai
dasar negara dan landasan yang fundamental mengandung nilai-nilai bahwa negara negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang beradab dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.  

2. Saran-saran

Dengan demikian, segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggara negara,
bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum
dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan HAK ASASI warga negara, harus
dijiwai dengan nilai-nilai PANCASILA.
http://pamuncar.blogspot.co.id/2012/08/hak-asasi-manusia-dalam-pancasila.html

HUKUM & HAM


Kewajiban dasar manusia :
1. Setiap org yg ada di wilayah RI wajib patut pada peraturan per-UU-an mengenai HAM
2. Setiap org yg ada di wilayah RI wajib menghormati HAM org lain, & tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa & bernegara.
3. Setiap HAM seseorg menimbulkan kewajiban dasar & tanggung jawab utk menghormati hak
asasi org lain secra timbale balik srta menjadi tugas pemerintah utk melindungi, menghormati,
menegakkan, & memajukannya
4. Dlm menjalankan hak & kebebasannya setiap org wajib tunduk kpd pembatasa yg ditetapkan
oleh UU dgn maksud utk menjaminpengakuan serta penghormatan atas hak & kebebasan org
lain & utk memenuhi tuntutan yg adil.

---------------------------------------------------------------------------
HAM menurut Agama :
1. HAM ditentukan oleh Tuhan sehingga Tuhan dikatakan otoriter & tdk dapat di ganggu gugat.
2. Manusia mempunyai HAM yg diberikan oleh Tuhan yg dilengkapi dgn akal sehingga manusia
berhak menentukan mana yg baik & mana yg buruk.

HAM (menurut pancasila) adalah seperangkat hak yg melekat pada keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan YME yg merupakan anugerahnya yg wajib dihormati, di junjung tinggi, &
dilindungi oleh Negara setiap org demi kehormatan & perlindungan harkat & martabat manusia.
---------------------------------------------------------------------------
Pengertian HAM :
1.Meriam Boediarjo
HAM hak2 yg dimiliki oleh manusia yg telah diperoleh & dibawa berasamaan dgn kelahiran &
kehadirannya dlm kehidupan bermasyarakat. Hak ini ada pada manusia tanpa membedakan
agama, Negara, RAS, karena bersifat asasi & universal.

2.John Locke
HAM hak2 yg diberi langsung oleh Tuhan yg maha pencipta sebagai hak yg kodrati.

3.Baharudin Lopa (mengutip pendapat Jan Mataerson (komisi HAM PBB))HAM hak2 yg
melekat pada subjek manusia, yg tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

4.UU No. 39 Th 1999


HAM seperangkat hak yg melekat pada hakekat & keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
YME & merupakan anugerah-Nya yg wajib di hormati, dijunjung tinggi & dilindungi oleh
Negara, hokum, pemerintah & setiap org demi kehormatan & perlindungan harkat & martabat
manusia.

5.Deklarasi PBB
HAM pengakuan akan martabat yg terpadu dlm diri setiap org akan hak2 yg sama & tdk dapat
dialihkan dari semua anggota keluarga manusia ialah dasar dari kebebasan, keadilan &
perdamaian dunia.
-------------------------------------------------------------------------

Dasar hukum HAM :


1. UUD 1945
2. TAP MPR No. XIII / MPR / 1998
3. UU No. 39 Th 1999
4. UU No. 26 Th 2000

--------------------------------------------------------------------
Latar belakang HAM karena manusia mempunyai kesadaran terhadap harga diri, harkat &
martabat. Muncul karena adanya tindakan semena2 dari penguasa yg sering melakukan
penindasan & kedzoliman. Dikatakan telah melakukan penindasan & kedzoliman karena dlm
masyarakat trdapat golongan sehingga kedudukan masyarakat menjadi tdk seimbang.

Golongan bangsawan / ningrat, pendeta, rakyat biasa.


Sejarah yg melatar belakangi lahirnya HAM :
1. Lahirnya Magna Charta Th 1215
Sebelumnya raja memiliki kekuasaan yg absolute dimana raja yg menguasai semua lembaga
Negara (Legislatif, Eksekutif, & Yudikatif). Kemudian rakyat mulai menuntut hak2nya sehingga
raja dapat dihukum di depan parlement.
2. Lahirnya Azas Bill of Right Th 1689 di Inggris
Manusia memiliki kesamaan kedudukan dlm hokum. Pada saat ini muncul hak kebebasan.

3. Teori J.J Rosseau, MontesQue, John Locke & Thomas J. Person


J.J Rosseau munculnya teori tentang kontrak social (perjanjian masyarakat) dimana Negara akan
melindungi rayatnya tanpa diminta.
MontesQue mengutarakan teori Trias politica (Legislatif, Eksekutif, & Yudikatif) agar ada
keseimbangan (chek & balance)
John Locke & Thomas J. Person lahirnya hak2 dasa kebebasan & persamaan.

4. Lahirnya Deklarasi Prancis Th 1789


Deklarasi Prancis melahirkan dasar atau ketentuan tentang “The Rule of Law” (aturan hukum)
intinya menyatakan bahwa tidak boleh ada penangkapan & penahanan yg semena2, termasuk di
tangkap tanpa alasan yg sah & jelas, yg tanpa di sertai surat perintah dari pejabat yg berwenang.
Pada masa Deklarasi Prancis, dinyatakan pula tentang “Presumsen of Inosen” (Azas Praduga tak
Bersalah). Org2 yg ditangkap kemudian di tahan & di tuduh berhak dinyatakan tdk bersalah
sampai ada putusan pengadilan yg In Crach.

---------------------------------------------------------------------------
Teori2 tentang HAM :
1. Teori Hak Kodrati (Natural Right Theory)
Menurut teori ini, HAM adalah hak2 yg dimiliki oleh semua org setiap saat & di semua tempat
oleh karena manusia di lahirkan sebagai manusia. Adapun hak2 kodrati yg dimaksud yaitu hak
utk hidup & hak kebebasan. Teori ini di kemukakan oleh Jhon Locke.

2. Teori Positifisme
Teori ini menolak keberadaan teori kodrati dgn alasan karena hak2 kodrati sumbernya tdk jelas.
Menurut teori positifisme, suatu hak mestilah berasal dari sumber yg jelas, seperti dari peraturan
per-UU-an atau konstitusi yg di buat oleh Negara. Teori ini di kemukakan oleh Jeremy Bentham.
Adapun pendapat Bentham yaitu :
“Bagi saya, hak merupakan anak hokum : dari hokum Riil lahir hak riil, tetapi dari hokum
imaginer. Hak kodrati adalah omong kosong belaka : hak yg kodrati & tdk bisa di cabut adalah
omong kosong, omong kosong yg di junjung tinggi.”

3. Teori Relatifisme Budaya


Teori yg juga menolak keberadaan teori kodrati dengan alasan teori hak2 kodrati &
penekanannya pada Universalitas sebagai suatu pemaksaan atas suatu budaya terhadap budaya
lain yg di beri nama “Imperialisme Budaya”.
Menurut teori Relatifisme Budaya tdk ada suatu hak yg bersifat Universal. Yg menganut teori ini
dinamakan “Mieczylaw Maneli”.

-------------------------------------------------------------------------

Pada Negara yg menganut system hukum Common Law / Rechts Staat terdapat (Negara hukum)
1. Perlindungan HAM
2. Pemerintahan berdasarkan hokum
3. Pembagian / pemisahan kekuasaan
4. Peradilan Administrasi

Sumber Hukum HAM :


1. UU UU No. 39 th 1999 : HAM tdk bisa dikurangi dlm bentuk apapun & oleh siapapun

2. Kebiasaan peraturan yg dibuat terkait dgn HAM yg dilaksanakan secara berulang2.

3. Traktat Deklarasi PBB, Konvenan HAM Sipil-Politik, Konvenan Sosial-Ekonomi


Karakter perbedaan antara HAM Sipil-Politik & HAM Sosial-Ekonomi yaitu :
HAM Sipil-Politik (Generasi I), berfendensi Negatif, artinya utk pemenuhannya sangat
bergantung dari ketiadaan peran Negara. Negara tdk terlalu banyak melakukan interpretensi
hokum terkait dgn HAM. Ex : hak berbicara, hak berpendapat, hak utk hidup, dll.
HAM Sosial-Ekonomi (Generasi II), bertendensi Positif, artinya utk pemenuhannya sangat
tergantung pada peran aktif Negara.

4. Doktrin buku HAM yg ditulis oleh Ahli / Pakar HAM (guru besar)

5. Yurisprudensi ada pada Peradilan HAM (Peradilan Khusus)

Hukum HAM yaitu semua aturan hukum yg megatur mengenai hak kodrati manusia sebagai
makhluk Tuhan YME yg wajib di hormati, dijunjung tinggi oleh Negara & setiap org dlm rangka
menjaga harkat & martabat manusia.

Bentuk2 Perjanjian Internasional Konvensi, Deklarasi, Traktar / Perjanjian, MoU (Memorandum


of Understanding).

Isi dari 30 Pasal Universal Declaration of Human Rights :


1. Pasal 1 & 2 semua org yg dilahirkan dgn martabat & hak2 yg sama, & berhak atas semua hak
& kebebasan tanpa membeda-bedakan RAS, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
pandangan politik, asal usul, kebangsaan / social, hak milik, kelahiran / kedudukan yg lain.

2. Pasal 3 sampai Pasal 21 menetapkan Hak2 Sipil & Politik (HAM Generasi I) yg menjadi hak
semua org. hak tsb meliputi :
1) Hak utk hidup, kebebasan & keamanan pribadi
2) Bebas dari perbudakan & penghambaan
3) Bebas dari penyiksaan & perlakuan maupun hukuman yg kejam, tdk berperikemanusiaan,
ataupun merendahkan derajat kemanusiaan.

Generasi HAM
Berdasarkan isi & ruang lingkup HAM seperti diatas, ahli hokum Prancis “Karel Vasek”
membagi HAM menjadi 3 generasi, yaitu :
1. Generasi Pertama (Hak Sipil-Politik yg lahir pada abad ke-17 & 18 berkaitan dgn Revolusi
Inggris, Amerika & Prancis.)
Dipengaruhi oleh paham Individualisme Liberal & doktrin sosial-ekonomi Laissez-Faire. HAM
Generasi Pertama adalah hak2 seperti dirumuskan dlm Pasal 3 – Pasal 21 Universal Declaration
of human Rights.
HAM Generasi Pertama disebut pula “hak2 negatif” artinya merujuk pada tiadanya campur
tangan terhadap hak2 & kebebasan Individual. Hak2 ini menjamin suatu ruang kebebasan
dimana individu sendirilah yg berhak menentukan darinya sendiri.
HAM Generasi Pertama menuntut ketiadaan intervensi (turut campur) pihak luar baik Negara
maupun kekuatan sosial lainnya terhadap kedaulatan individu. Jadi Negara tdk boleh berperan
aktif terhadap hak2 tsb, karena akan mengakibatkan pelanggaran terhadap hak2 & kebebasan.

2. Generasi Kedua
HAM Gengerasi ke II yaitu hak2 Sosial-Ekonomi-Kebudayaan. Pada masa sebelumnya, hak2
sosial-ekonomi-budaya sangat dikuasai oleh swasta, oleh karena itu rakyat menuntut agar
pemerintah ikut serta dlm bidang social-ekonomi-budaya.
Menurut Meriam Boediarjo, hak2 sipil-politik tdk cukup menciptakan kebahagian. Hak politik
seperti hak menyampaikan pendapat, hak utk memilih dlm pemilihan umum, tdk ada artinya jika
kebutuhan manusia yg paling pokok seperti sandang pangan, perumahan tdk terpenuhi. Karena
itu diperlukan pula hak asai ekonomi-sosial-budaya.

3. Generasi Ketiga
Mencakup hak2 solidaritas yg merupakan Rekonseptualisasi dari generasi HAM sebelumnya.
Hak2 ini muncul atas tuntutan dari negra2 berkembang utk terciptanya tatanan Internasional yg
adil baik dibidang ekonomi maupun dibidang lainnya. HAM generasi ke-3 tercantum dlm Pasal
28 Universal Declaration of human Rights. HAM Generasi ke-3 yaitu :
1) Hak atas penentuan nasib sendiri dibidang ekonomi, politik, sosial & cultural melalui tahap
Univikasi kebangsaan, Industrialisasi, kesejahteraan.
2) Hak atas pembangunan ekonomi & sosial
3) Hak utk berpartisipasi & memperoleh manfaat dari warisan bersama umat manusia.
4) Hak atas perdamaian
5) Hak atas lingkungan yg sehat
6) Hak atas bantuan kemanusiaan

-----------------------------------------------------------------------

Konsideran (mengingat & menimbang) ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 menyatakan :


1. Bahwa pembukaan UUD ’45 mengamanatkan pengakuan, penghormatan & kehendak bagi
pelaksanaan HAM dlm menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, bernagsa, & bernegara.
2. Bahwa Bangsa Indonesia sgb bagian masy dunia patut menghormati HAM yg tercantum dlm
DUHAM PBB srta Instrumen internasional lainnya mengenai HAM.
3. Bahwa Bangsa Indonesia sbg anggota PBB mempunyai tanggung jawab utk menghormati
DUHAM & berbagai Instrumen internasional lainnya mengenai HAM.

---------------------------------------------------------------------

Hak2 yg diatur & dijamin dlm UU No. 39 th 1999 ttg HAM :


1. Hak Utk Hidup hak mutlak setiap org & termasuk hak yg tdk dpt dikurangi oleh siapapun &
dlm keadaan apapun. Meliputi hal utk mempertahankan hidup & mempertahankan taraf hidup,
hak atas hidup yg tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir bathin serta hak atas lingkungan
yg baik & sehat (Pasal 9). Hal ini tertuang dlm Passal 27 (2), Pasal 28 A, Pasal 28 D, & Pasal 28
H UUD 1945.
Adanya pidana mati yg dilakukan terhadap pelaku TP tertentu menuai pro-kontra. Pendapat
pertama, hukuman mati merupakan hkum positif di Indonesia, karenanya masih relevan utk
dilaksnakan. Pendapat kedua, hukuman mai bertentangan dgn HAM yg menjamin hak utk hidup
sesuai dgn perubahan ke-2 UUD ’45.

2. Hak Berkeluarga & Melanjutkan Keturunan


Pasal 10 UU No. 39 th 1999 menyatakan bahwa setiap org berhak membentuk suatu keluarga &
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yg sah yg hanya dpt berlangsung atas kehendak
bebas kedua calon suami-istri ybs. Hal ini sama dgn yg tercantum dlm Pasal 28 B (1) UUD ’45.
Kehendak bebas bahwa perkawinan dilakukan atas niat suci tanpa paksaan, penipuan, tekanan
apapun & dari siapapun terhadap calon suami/istri.

3. Hak Utk Mengembangkan Diri


Terdapat dlm Pasal 28 B (2) & Pasal 28 F UUD ’45. Dlm UU No. 39 th ’99, hak utk
mngembangkan diri tercantum dlm Pasal 11-16 UU No. 39 th 1999 ttg HAM yg menegaskan
bahwa setiap org berhak ats perlindungan bagi pengembangan pribadinya, utk memperoleh
pendidikan, mencerdaskan dirinya & meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yg
beriman, bertakwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia & sejahtera sesuai dgn HAM.

4. Hak Utk Memperoleh Keadilan


Dlm Pasal 7 DUHAM terdapat Azas Equality Before the Law (setiap org mempunyai kedudukan
yg sama dlm hokum). Prinsip2 dlm UU No. 39 th ’99 :
1) Peradilan yg bebas & tdk memihak (Pasal 17)
2) Presumption of Innocence (Pasal 18 (1)) 3) Hak mendapatkan bantuan hokum (Pasal 18 (4))
4) Ne Bis In Idem (Pasal 18 (5))_seseorg tdk dpt diadili dlm perkara yg sama.

5. Hak untuk Mendapat Bantuan Hukum (Pasal 18 ayat (4))


Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai
adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Pemerintah menyediakan sarana bagi
mereka yang kurang mampu untuk membiayai penasehat hukum, yang dilakukan melalui
lembaga hukum.
1. Ne Bis In Idem (Pasal 18 ayat (5))
Setiap orang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama.
2. Hukuman Perampasan Kekayaan (Pasal 19)
Tidak ada tindak pidana yang diancam dengan hukuman berupa perampasan seluruh harta
kekayaan milik terdakwa.

6. Hak atas Kebebasan Pribadi


Hak atas Kebbasan Pribadi merupakan salah satu hak yang paling mendasar bagi setiap orang
karena menyangkut hak menentukan nasib sendiri. Hak ini meliputi Hak untuk Tidak
Diperbudak, Hak untuk Memeluk Agama, Hak untuk Dipilih dan Memilih, Hak
Kewarganegaraan, Hak Bertempat Tinggal.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 Perlindungan Hak atas Kebebasan Pribadi diatur dalam Pasal 20
– 43,
yaitu :
1. Hak untuk Tidak Diperbudak
2. Hak untuk Bebas Memeluk Agama
3. Hak untuk Bebas Memilih dan Dipilih
4. Hak untuk Berkumpul dan Berserikat 5. Hak untuk Berkumpul dan Berserikat
6. Hak untuk Menyampaikan Pendapat
7. Hak atas Status Kewarganegaraan
8. Hak untuk Bertempat Tinggal.
7. Hak atas Rasa Aman
Hak atas rasa aman ini meliputi hak-hak yang dapat dilindungi secara fisik maupun psikologis.
Hak ini meliputi hak suaka, hak perlindungan, hak rasa aman, hak rahasian surat, hak bebas dari
penyiksaan, dan hak tidak diperlakukan sewenang-wenang.

8. Hak atas Ke
sejahteraan
Hak atas kesejahteraan ini dikategorikan dalam kelompok HAM Generasi II. HAM Generasi II
ini sejajar dengan perlindungan bagi hak ekonomi, sosial dan budaya yaitu hak atas terciptanya
kondisi yang memungkinkan bagi setiap individu untuk mengembangkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Hak ini meliputi hak milik, hak atas pekerjaan, hak mendirikan serikat
pekerja, hak atas kehidupan yang layak, hak atas jaminan sosial dan hak atas perawatan.

9. Hak u
ntuk Turut Serta dalam Pemerintahan
1. Hak untuk Dipilih dan Memilih
Hak ini sangat berkaitan dengan hak dibidang politik, diantaranya keikutsertaan dalam pemilu,
baik sebagai calon yang akan dipilih maupun sebagai pemilih.
2. Hak untuk Mengajukan Pendapat
Hak ini dapat digunakan secara langsung maupun melalui wakil rakyat di DPR, DPRD,
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemerintahan.

10. Hak Perempuan


Perempuan mendapat tempat khusus dalam UU No. 39 Tahun 1999. Asas yang sangat mendasari
Hak asasi bagi perempuan diataranya hak Persepektif Gender dan Anti Diskriminasi. Artinya,
kaum perempuan mempunyai kesempatan yang sama seperti kaum pria untuk mengembangkan
dirinya, seperti dalam dunia pendidikan, pekerjaan, hak politk, kedudukan dalam hukum,
kewarganegaraan hak dan kewajiban dalam perkawinan. Hal ini dilatarbelakangi oleh perlakuan
yang sangat Deskriminatif terhadap kaum perempuan.

11. Hak Anak


Dalam Konvensi tentang Hak Anak, yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang
belum mencapai usia 18 tahun. Hak asasi anak telah diakui dan dilindungi sejak masih dalam
kandungan.
Hak anak meliputi banyak hal diantaranya hak atas nama dan kewarganegaraan sejak lahir,
perlindungan dan perawatan khusus bagi anak berkebutuhan khusus, hak beribadah, berekspresi
sesuai dengan usisanya, hak untuk mengetahui dan dibesarkan orang tua, hak untuk dibesarkan,
mendapat wali bila orang tua meninggal sesuai putusan pengadilan, perlindungan hukum dari
perlakuan buruk, hak untuk tidak dipisah dari orang tua secara paksa.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dinyatakan bahwa bilamana orang tua atau wali
atau pengasuh melakukan penganiayaan fisik dan atau mental, penelantaran, perlakuan buruk,
pelecehan seksual, pembunuhan terhadap anak maka mereka harus dikenakan pemberatan
hukuman dari yang semestinya.

https://www.facebook.com/permalink.php?id=372952162727420&story_fbid=429202910435678

10 (SEPULUH) HAK DASAR MANUSIA

1.           HAK UNTUK HIDUP;

2.           HAK BERKELUARGA DAN MELANJUTKAN KETURUNAN;

3.           HAK MENGEMBANGKAN DIRI;

4.           HAK MEMPEROLEH KEADILAN;

5.           HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI;

6.           HAK ATAS RASA AMAN;

7.           HAK ATAS KESEJAHTERAAN;

8.           HAK TURUT SERTA DALAM PEMERINTAHAN;

9.           HAK WANITA;

10.     HAK ANAK.

.    Pengertian Hak dasar dan HAM


Hak adalah tuntutan yang dapat diajukan seseorang kepada orang lain sampai pada batas-batas
pelaksanaan hak tersebut. Hak asasi manusia merupakan hak hukum yang dimiliki setiap orang
sebagai manusia dan bersifat universal, serta tidak memandang apakah orang tersebut kaya atau
miskin, laki-laki maupun perempuan.

Hak dasar adalah hak yang melekat pada diri manusia yang  ada sebelum lahir atau anak yang
masih dalam kandungan seorang wanita dan dianggap telah lahir, setiap kali kepentingan yang
menghendakinya.

Pengertian HAM menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Dengan akal budin dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri
perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi kebebasannya tersebut manusia memiliki
kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi Manusia yang secara
kodratnya melekat pada diri manusia sejak manusia dalam kandungan yang membuat manusia
sadar akan jati dirinya dan membuat manusia hidup bahagia. Setiap manusia dalam
kenyataannya lahir dan hidup di masyarakat. Dalam perkembangan sejarah tampak bahwa Hak
Asasi Manusia memperoleh maknanya dan berkembang setelah kehidupan masyarakat makin
berkembang khususnya setelah terbentuk Negara. Kenyataan tersebut mengakibatkan munculnya
kesadaran akan perlunya Hak Asasi Manusia dipertahankan terhadap bahaya-bahaya yang timbul
akibat adanya Negara, apabila memang pengembangan diri dan kebahagiaan manusia menjadi
tujuan.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan
dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Pasal 1
angka 1 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).

B.     Contoh Hak Dasar dan HAM

1. Hak dasar
Yang termasuk hak dasar ialah:

1. Hak untuk hidup


2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak meperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintah
9. Hak wanita
10. Hak anak

C.    Perbedaan Hak Dasar dengan HAM

 Hak Dasar

1. Kelebihannya
2. Jelas ketentuannya
3. Member pedoman
4. Sudah diketahui secara jelas tentang hak-hak setiap orang
5. Ada keputusan hukum
6. Hak milik
7. Menghargai hak orang lain
8. Kekurangannya
9. Terbatasnya hak
10. Timbulnya ketimpangan
11. Kadang-kadang kurang efektif

 HAM

1. Kelebihannya ialah:
2. Mutlak
3. Kodati (milik hidup kemerdekaan/kebebasan)
4. Perlindungan diri
5. Penegakkan demokrasi

Intinya HAM adalah melindungi hak-hak kodrati. HAM secara positif  (+) dapat menimbulkan
demokrasi.

1. Kekurangannya ialah:
2. Tak terbatas
3. Kurangnya pedoman
4. Melanggar hak orang lain
5. Lebih mengutamakan hak daripada kewajiban
6. Penyalah gunaan hak
7. Jika tidak konsisten, dapat merugikan bangsa sendiri
8. Menganggap hak sama dengan kebebasan.

Jadi perbedaan HAM dengan Hak Dasar adalah HAM berlaku secara universal sedangkan Hak
Dasar tergantung pada Negara berlakunya.

https://anditamal.wordpress.com/2014/10/07/perbedaan-hak-dasar-dengan-hak-asasi-manusia/

UURI No. 39 tahun 1999 juga mendenifisikan kewajiban dasar manusia adalah seperangkat
kewajiban yang apabila tidak dilakdanakan tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia (HAM)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 39 TAHUN 1999
TENTANG
HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 

a. bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban
tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh
tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi hak
asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta
keharmonisan lingkungannya;
b. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun;
c. bahwa selain hak asasi manusia, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara
manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban
tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi
Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa, serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia
yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia; 
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dalam
rangka melaksanakan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, perlu membentuk Undang-undang
tentang Hak Asasi Manusia;
Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 26, dan Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30,
Pasal 31 Pasal 32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-undang Dasar
1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia;

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG HAK ASASI MANUSIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia;
2. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak
memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia.
3. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan
hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.
4. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan
rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani, maupun rohani, pada seseorang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari,
dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat politik.
5. Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.
6. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan,
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
7. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga
mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi
melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
BAB II
ASAS - ASAS DASAR

Pasal 2

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Pasal 3

1. Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat
serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam
semangat persaudaraaan.
2. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil
serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.
3. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa
diskriminasi.

Pasal 4

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak hak manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan keadaan apapun dan oleh siapapun.

Pasal 5

1. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan
serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum.
2. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang obyektif
dan tidak berpihak.
3. Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan
dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.

Pasal 6

1. Dalam rangka penegakan hak asasi manusia, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat
hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan Pemerintah.
2. Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras
dengan perkembangan zaman.

Pasal 7

1. Setiap orang berhak untuk menggunakan semua upaya hukum nasional dan forum internasional
atas semua pelanggaran hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum Indonesia dan hukum
internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima negara Republik Indonesia.
2. Ketentuan hukum internasional yang telah diterima negara Republik Indonesia yang menyangkut
hak asasi manusia menjadi hukum nasional.

Pasal 8
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi tanggung
jawab Pemerintah.

BAB III
HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN DASAR MANUSIA

Bagian Kesatu
Hak Untuk Hidup

Pasal 9

1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.
2. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Bagian Kedua
Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan

Pasal 10

1. Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
2. Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri
yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Hak Mengembangkan Diri

Pasal 11

Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak.

Pasal 12

Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan,
mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi
manusia.

Pasal 13

Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa dan
umat manusia.

Pasal 14

1. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.
2. Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.
Pasal 15

Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun
kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

Pasal 16

Setiap orang berhak untuk melakukan pekerjaan sosial dan kebajikan, mendirikan organisasi untuk itu,
termasuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, serta menghimpun dana untuk maksud
tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Hak Memperoleh Keadilan

Pasal 17

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan,
pengaduan, dan gugatan, dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui
proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin
pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan
benar.

Pasal 18

1. Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu tindak
pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu
sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan untuk pembelaannya,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap orang tidak boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi pidana, kecuali berdasarkan suatu
peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum tindak pidana itu dilakukannya.
3. Setiap ada perubahan dalam peraturan perundang-undangan, maka berlaku ketentuan yang
paling menguntungkan bagi tersangka.
4. Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai
adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
5. Setiap orang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas suatu
perbuatan yang telah memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 19

1. Tiada suatu pelanggaran atau kejahatan apapun diancam dengan hukuman berupa perampasan
seluruh harta kekayaan milik yang bersalah.
2. Tidak seorangpun atas putusan pengadilan boleh dipidana penjara atau kurungan berdasarkan
atas alasan ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban dalam perjanjian utang piutang.

Bagian Kelima
Hak Atas Kebebasan Pribadi

Pasal 20

1. Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.


2. Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala perbuatan
berupa apapUn yang tujuannya serupa, dilarang.
Pasal 21

Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun jasmani, dan karena itu tidak boleh
menjadi obyek penelitian tanpa persetujuan darinya.

Pasal 22

1. Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
2. Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Pasal 23

1. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.


2. Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai
hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan
memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
bangsa.

Pasal 24

1. Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai.
2. Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik, lembaga
swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya pemerintahan
dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakan, dan pemajuan
hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 25

Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26

1. Setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan status


kewarganegaraannya.
2. Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak menikmati hak-
hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajib melaksanakan
kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

1. Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah, dan bertempat
tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia.
2. Setiap warga negara Indonesia berhak meninggalkan dan masuk kembali ke wilayah negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam
Hak Atas Rasa Aman

Pasal 28
1. Setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari negara lain.
2. Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan
nonpolitik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

Pasal 29

1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak
miliknya
2. Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia
berada.

Pasal 30

Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

Pasal 31

1. Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu.


2. Menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya diperbolehkan dalam hal-hal
yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.

Pasal 32

Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-menyurat termasuk hubungan komunikasi melalui
sarana elektronik tidak boleh diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 33

1. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam,
tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.

Pasal 34

Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang secara
sewenang-wenang.

Pasal 35

Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman, dan
tenteram, yang menghormati, melindungi, dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Hak Ketujuh
Hak Atas Kesejahteraan

Pasal 36
1. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain
demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara yang tidak
melanggar hukum.
2. Tidak boleh seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara
melawan hukum.
3. Hak milik mempunyai fungsi sosial.

Pasal 37

1. Pencabutan hak milik atas suatu benda demi kepentingan umum, hanya diperbolehkan dengan
mengganti kerugian yang wajar dan segera serta pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Apabila sesuatu benda berdasarkan ketentuan hukum demi kepentingan umum harus
dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik untuk selamanya maupun untuk sementara waktu
maka hal itu dilakukan dengan mengganti kerugian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan kecuali ditentukan lain.

Pasal 38

1. Setiap orang berhak, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan, berhak atas pekerjaan
yang layak.
2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak pula atas
syarat-syarat ketenagakerjaan.
3. Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama, sebanding, setara
atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang sama.
4. Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan dengan
martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat
menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.

Pasal 39

Setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerja dan tidak boleh dihambat untuk menjadi
anggotanya demi melindungi dan memperjuangkan kepentingannya serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.

Pasal 41

1. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk
perkembangan pribadinya secara utuh.
2. Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak
memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

Pasal 42

Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atau biaya negara, untuk menjamin kehidupan
yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bagian Kedelapan
Hak Turut Serta dalam Pemerintahan

Pasal 43

1. Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan
persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan
perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
3. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap jabatan pemerintahan.

Pasal 44

Setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan pendapat, permohonan,
pengaduan, dan atau usulan kepada pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih,
efektif, dan efisien, baik dengan lisan maupun dengan tulisan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kesembilan
Hak Wanita

Pasal 45

Hak wanita dalam Undang-undang ini adalah hak asasi manusia.

Pasal 46

Sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan sistem pengangkatan di
bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan wanita sesuai persyaratan yang ditentukan.

Pasal 47

Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak secara otomatis
mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai hak untuk mempertahankan, mengganti,
atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya.

Pasal 48

Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan jalur
pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

Pasal 49

1. Wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai
dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan.
2. Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya
berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.
3. Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan
dilindungi oleh hukum.
Pasal 50

Wanita telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali
ditentukan lain oleh hukum agamanya.

Pasal 51

1. Seorang isteri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama
dengan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan kehidupan perkawinannya, hubungan
dengan anak-anaknya, dan hak pemilikan serta pengelolaan harta bersama.
2. Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama
dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan anak-anaknya, dengan
memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak.
3. Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan mantan
suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta bersama tanpa mengurangi hak anak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kesepuluh
Hak Anak

Pasal 52

1. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.
2. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi
oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.

Pasal 53

1. Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf kehidupannya.
2. Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraannya.

Pasal 54

Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan
bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat
kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pasal 55

Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat
intelektualitas dan biaya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali.

Pasal 56

1. Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang
tuanya sendiri.
2. Dalam hal orang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya dengan baik
dan sesuai dengan Undang-undang ini, maka anak tersebut boleh diasuh atau diangkat sebagai
anak oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57
1. Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing
kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan
pengadilan apabila kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang tua.
3. Orang tua angkat atau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menjalankan kewajiban
sebagai orang tua yang sesungguhnya.

Pasal 58

1. Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik
atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan
orang tua atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak
tersebut.
2. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk penganiayaan fisik atau
mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan, dan atau
pembunuhan terhadap anak yang seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan
hukuman.

Pasal 59

1. Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya secara bertentangan dengan
kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang menunjukkan
bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak.
2. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hak anak untuk tetap bertemu langsung
dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya tetap dijamin oleh Undang-undang.

Pasal 60

1. Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.
2. Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat
intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan dan kepatutan.

Pasal 61

Setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan
berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan dirinya.

Pasal 62

Setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak, sesuai
dengan kebutuhan fisik dan mental spiritualnya.

Pasal 63

Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan di dalam peristiwa peperangan, sengketa bersenjata,
kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan.

Pasal 64
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan setiap
pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral,
kehidupan sosial, dan mental spiritualnya.

Pasal 65

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual,
penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat aditif lainnya.

Pasal 66

1. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan
hukuman yang tidak manusiawi.
2. Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku tindak pidana
yang masih anak.
3. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
4. Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai dengan
hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
5. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara manusiawi
dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dengan usianya dan harus
dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.
6. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau bantuan
lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
7. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh keadilan
di depan Pengadilan Anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk
umum.

BAB IV
KEWAJIBAN DASAR MANUSIA

Pasal 67

Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundang-
undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima
oleh negara Republik Indonesia.

Pasal 68

Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 69

1. Setiap warga negara wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas Pemerintah untuk
menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya.

Pasal 70
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

BAB V
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

Pasal 71

Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak
asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia.

Pasal 72

Kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, meliputi langkah
implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya pertahanan keamanan
negara, dan bidang lain.

BAB VI
PEMBATASAN DAN LARANGAN

Pasal 73

Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan
undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa.

Pasal 74

Tidak satu ketentuanpun dalam Undang-undang ini boleh diartikan bahwa Pemerintah, partai, golongan
atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau
kebebasan dasar yang diatur dalam Undang-undang ini.

BAB VII
KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Pasal 75

Komnas Hak Asasi Manusia bertujuan :

a. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; dan
b. meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Pasal 76

1. Untuk mencapai tujuannya, Komnas HAM melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian,


penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang hak asasi manusia.
2. Komnas HAM beranggotakan tokoh masyarakat yang profesinal, berdedikasi dan berintegritas
tinggi, menghayati cita-cita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan,
menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia.
3. Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
4. Perwakilan Komnas HAM dapat didirikan di daerah.

Pasal 77

Komnas HAM berasaskan Pancasila

Pasal 78

1. Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari :


a. sidang paripurna; dan
b. sub komisi.
2. Komnas HAM mempunyai sebuah Sekretariat Jenderal sebagai unsur pelayanan.

Pasal 79

1. Pelaksanaan kegiatan Komnas HAM dilakukan oleh Subkomisi.


2. Ketentuan mengenai Subkomisi diatur dalam Peraturan Tata Tertib Komnas HAM.

Pasal 81

1. Sekretariat Jenderal memberikan pelayanan administratif bagi pelaksanaan kegiatan Komnas


HAM. 
2. Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal dengan dibantu oleh unit kerja dalam
bentuk biro-biro.
3. Sekretariat Jenderal dijabat oleh seorang Pegawai Negeri yang bukan anggota Komnas HAM.
4. Sekretariat Jenderal diusulkan oleh sidang paripurna dan ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
5. Kedudukan, tugas, tanggung jawab, dan susunan organisasi Sekretariat Jenderal ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.

Pasal 82

Ketentuan mengenai Sidang Paripurna dan Sub Komisi ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Tata
Tertib Komnas HAM.

Pasal 83

1. Anggota Komnas HAM berjumlah 35 (tiga puluh lima) orang yang dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden
selaku Kepala Negara.
2. Komnas HAM dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua.
3. Ketua dan Wakil Ketua Komnas HAM dipilih oleh dan dari Anggota.
4. Masa jabatan keanggotaan Komnas Hak Asasi Manusia selama 5 (lima) tahun dan setelah
berakhir dapat diangkat kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 84

Yang dapat diangkat menjadi anggota Komnas HAM adalah warga negara Indonesia yang :
a. memiliki pengalaman dalam upaya memajukan dan melindungi orang atau kelompok yang
dilanggar hak asasi manusianya;
b. berpengalaman sebagai hakim, jaksa, polisi, pengacara, atau pengemban profesi hukum lainnya;
c. berpengalaman di bidang legislatif, eksekutif, dan lembaga tinggi negara;
d. merupakan tokoh agama, tokoh masyarakat, anggota lembaga swadaya masyarakat, dan
kalangan perguruan tinggi.

Pasal 85

1. Pemberhentian anggota Komnas HAM dilakukan berdasarkan keputusan Sidang Paripurna dan
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
2. Anggota Komnas HAM berhenti antar waktu sebagai anggota karena :
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri;
c. sakit jasmani atau rohani yang mengakibatkan anggota tidak dapat menjalankan tugas
selama 1(satu) tahun secara terus menerus;
d. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan; atau
e. melakukan perbuatan tercela dan atau hal-hal lain yang diputus oleh Sidang Paripurna
karena mencemarkan martabat dan reputasi, dan atau mengurangi kemandirian dan
kredibilitas Komnas HAM.

Pasal 86

Ketentuan mengenai tata cara pemilihan, pengangkatan, serta pemberhentian keanggotaan dan
pimpinan Komnas HAM ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib Komnas HAM.

Pasal 87

1. Setiap anggota Komnas HAM berkewajiban :


a. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keputusan Komnas
HAM.
b. berpartisipasi secara aktif dan sungguh-sungguh untuk tercapainya tujuan Komnas HAM;
dan
c. menjaga kerahasiaan keterangan yang karena sifatnya merupakan rahasia Komnas
HAM yang diperoleh berdasarkan kedudukannya sebagai anggota.
2. Setiap anggota Komnas HAM berhak :
a. menyampaikan usulan dan pendapat kepada Sidang Paripurna dan Subkomisi;
b. memberikan suara dalam pengambilan keputusan Sidang Paripurna dan Subkomisi;
c. mengajukan dan memilih calon Ketua dan Wakil Ketua Komnas HAM dalam Sidang
Paripurna; dan
d. mengajukan bakal calon Anggota Komnas HAM dalam Sidang Paripurna untuk
pergantian periodik dan antarwaktu.

Pasal 88

Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan hak anggota Komnas HAM serta tata cara
pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib Komnas HAM.

Pasal 89

1. Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam pengkajian dan penelitian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :
a. pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi manusia dengan
tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi;
b. pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk memberikan
rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan, dan pencabutan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia;
c. penerbitan hasil pengkajian dari penelitian;
d. studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain mengenai hak asasi
manusia;
e. pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia; dan
f. kerjasama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga, atau pihak lainnya,
baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
2. Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :
a. penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada masyarakat Indonesia;
b. upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia melalui lembaga
pendidikan formal dan non formal serta berbagai kalangan lainnya; dan
c. kerjasama dengan organisasi, lembaga atau pihak lainnya, baik di tingkat nasional,
regional, maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
3. Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam pemantauan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :
a. pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan laporan hasil pengamatan
tersebut;
b. penyidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat yang
berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran hak asasi manusia;
c. pemanggilan kepada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan untuk
dimintai dan didengar keterangannya;
d. pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya, dan kepada saksi pengadu
diminta menyerahkan bukti yang diperlukan;
e. peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap perlu;
f. pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis atau
menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya dengan persetujuan
Ketua Pengadilan;
g. pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan tempat-tempat
lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu dengan persetujuan Ketua Pengadilan;
dan
h. pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan terhadap perkara
tertentu yang sedang dalam proes peradilan, bilamana dalam perkara tersebut terdapat
pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah publik dan acara pemeriksaan oleh
pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh
hakim kepada para pihak.
4. Untuk melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan :
a. perdamaian kedua belah pihak;
b. penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan
penilaian ahli;
c. pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan;
d. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
Pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya; dan
e. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk ditindaklanjuti.

Pasal 90
1. Setiap orang dan atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar
dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM.
2. Pengaduan hanya akan mendapatkan pelayanan apabila disertai dengan identitas pengadu yang
benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang diadukan.
3. Dalam hal pengaduan dilakukan oleh pihak lain, maka pengaduan harus disertai dengan
persetujuan dari pihak yang hak asasinya dilanggar sebagai korban, kecuali untuk pelanggaran
hak asasi manusia tertentu berdasarkan pertimbangan Komnas HAM.
4. Pengaduan pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) meliputi pula
pengaduan melalui perwakilan mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh
kelompok masyarakat.

Pasal 91

1. Pemeriksaan atas pengaduan kepada Komnas HAM tidak dilakukan atau dihentikan apabila :
a. tidak memiliki bukti awal yang memadai;
b. materi pengaduan bukan masalah pelanggaran hak asasi manusia;
c. pengaduan diajukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada kesungguhan dari
pengadu;
d. terdapat upaya hukum yang lebih efektif bagi penyelesaian materi pengaduan; atau 
e. sedang berlangsung penyelesaian melalui upaya hukum yang tersedia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Mekanisme pelaksanaan kewenangan untuk tidak melakukan atau menghentikan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib Komnas HAM.

Pasal 92

1. Dalam hal tertentu dan bila dipandang perlu, guna melindungi kepentingan dan hak asasi yang
bersangkutan atau terwujudnya penyelesaian terhadap masalah yang ada, Komnas HAM dapat
menetapkan untuk merahasiakan identitas pengadu, dan pemberi keterangan atau bukti lainnya
serta pihak yang terkait dengan materi aduan atau pemantauan.
2. Komnas HAM dapat menetapkan untuk merahasiakan atau membatasi penyebarluasan suatu
keterangan atau bukti lain yang diperoleh Komnas HAM, yang berkaitan dengan materi
pengaduan atau pemantauan.
3. Penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) didasarkan pada pertimbangan bahwa
penyebarluasan keterangan atau bukti lainnya tersebut dapat :
a. membahayakan keamanan dan keselamatan negara;
b. membahayakan keselamatan dan ketertiban umum;
c. membahayakan keselamatan perorangan;
d. mencemarkan nama baik perorangan;
e. membocorkan rahasia negara atau hal-hal yang wajib dirahasiakan dalam proses
pengambilan keputusan Pemerintah;
f. membocorkan hal-hal yang wajib dirahasiakan dalam proses penyidikan, penuntutan,
dan persidangan suatu perkara pidana;
g. menghambat terwujudnya penyelesaian terhadap masalah yang ada, atau
h. membocorkan hal-hal yang termasuk dalam rahasia dagang;

Pasal 93

Pemeriksaan pelanggaran hak asasi manusia dilakukan secara tertutup, kecuali ditentukan lain oleh
Komnas HAM.

Pasal 94
(1) Pihak pengadu, korban, saksi, dan atau pihak lainnya yang terkait sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89 ayat (3) huruf c dan d, wajib memenuhi permintaan Komnas HAM.
(2) Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dipenuhi oleh pihak lain yang
bersangkutan, maka bagi mereka berlaku ketentuan Pasal 95.

Pasal 95

Apabila seseorang yang dipanggil tidak datang menghadap atau menolak memberikan keterangannya,
Komnas HAM dapat meminta bantuan Ketua Pengadilan untuk pemenuhan panggilan secara paksa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 96

1. Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (4) huruf a dan b, dilakukan oleh
Anggota Komnas HAM yang ditunjuk sebagai moderator.
2. Penyelesaian yang dicapai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berupa kesepakatan secara
tertulis dan ditandatangani oleh para pihak dan dikukuhkan oleh moderator.
3. Kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan keputusan mediasi yang
mengikat secara hukum dan berlaku sebagai alat bukti yang sah.
4. Apabila keputusan mediasi tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak dalam jangka waktu yang
ditetapkan dalam keputusan tersebut, maka pihak lainnya dapat memintakan kepada Pengadilan
Negeri setempat agar keputusan tersebut dinyatakan dapat dilaksanakan dengan pembubuhan
kalimat "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".
5. Pengadilan tidak dapat menolak permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4).

Pasal 97

Komnas HAM wajib menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenangnya, serta kondisi hak asasi manusia, dan perkara-perkara yang ditanganinya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia dan Presiden dengan tembusan kepada Mahkamah Agung.

Pasal 98

Anggaran Komnas HAM dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 99

Ketentuan dan tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang serta kegiatan Komnas HAM diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib Komans HAM.

BAB VII
PARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal 100

Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan
hak asasi manusia.

Pasal 101

Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan,
penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

Pasal 102

Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak untuk mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan
yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM dan atau lembaga lainnya.

Pasal 103

Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
perguruan tinggi, lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik secara sendiri-sendiri
maupun kerja sama dengan Komnas HAM dapat melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan
informasi mengenai hak asasi manusia.

BAB IX
PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

Pasal 104

1. Untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk Pengadilan Hak Asasi
Manusia di lingkungan Peradilan Umum.
2. Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan undang-undang dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun.
3. Sebelum terbentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka
kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diadili oleh
pengadilan yang berwenang.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 105

1. Segala ketentuan mengenai hak asasi manusia yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan lain dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur dengan Undang-undang ini.
2. Pada saat berlakunya Undang-undang ini :
a. Komnas HAM yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993
tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dinyatakan sebagai Komnas HAM menurut
Undang-undang ini.
b. Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komnas HAM masih tetap menjalankan fungsi, tugas,
dan wewenangnya, berdasarkan Undang-undang ini sampai ditetapkannya keanggotaan
Komnas HAM yang baru; dan
c. Semua permasalahan yang sedang ditangani oleh Komnas HAM tetap dilanjutkan
penyelesaiannya berdasarkan Undang-undang ini.
3. Dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Undang-undang ini susunan organisasi,
keanggotaan, tugas dan wewenang serta tata tertib Komnas HAM harus disesuaikan dengan
Undang-undang ini.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 106
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan


penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 23 September 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

BACHARUDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23 September 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 165

Salinan sesuai dengan aslinya.


SEKRETARIAT KABINET
Republik Indonesia
Kepala Biro PeraturanPerundang-undangan

Edy Sudibyo

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.htm

 . HAK-HAK DAN KEWAJIBAN DASAR/ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA Oleh: MAHIFAL, SH., MH.
Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi,
SH., MH.

 2. ISTILAH DAN PENGERTIAN HAK-HAK ASASI MANUSIA Perancis: Droit de I’home = hak manusia
Inggris: Human right = hak-hak kemanusiaan/hak-hak asasi manusia Belanda: Mensen rechten = hak-hak
kemanusiaan/hak-hak asasi manusia

 3. ISTILAH DAN PENGERTIAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Darji Darmodiharjo: Hak-hak asasi
manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah
Tuhan YME Hak-hak asasi ini menjadi dasar daripada hak-hak dan kewajiban- kewajiban yang lainnya
Padmo Wahjono: Hak-hak asasi adalah hak yang memungkinkan orang hidup berdasarkan suatu harkat
dan martabat tertentu (beradab) Ketetapan MPR-RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAM (lampiran naskah
HAK pada Angka I huruf D butir 1): “Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan YME yang
melekat pada diri manusia bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat
manusia UU No.39/1999 tentang HAM (pasal 1 angka 1): “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”

 4. PERBEDAAN ATAS MACAM DAN JENIS HAK-HAK ASASI Pengertian HAM dibedakan dari segi
subyeknya: Hak-hak asasi individu (Sri Soemantri : hak-hak asasi manusia klasik/de klassieke
grondrechten) Adalah hak-hak asasi manusia yang timbul dari eksistensi manusia. Hak-hak ini antara lain
seperti hak untuk berapat dan berkumpul, menyatakan pendapat secara lisan maupun tulisan, dan hak
untuk menganut agama tertentu Hak-hak asasi kolektif atau sosial (Sri Soemantri : hak-hak asasi
manusia sosial/de sociale grondrechten) Adalah hak-hak yang berhubungan dengan kebutuhan manusia,
baik yang bersifat lahiriah maupun rohaniah. Hak ini terkait dengan hak manusia/warga negara untuk
hidup bahagia dalam masyarakat dan negara

 5. PERBEDAAN ATAS MACAM DAN JENIS HAK-HAK ASASI (lanjutan) Pengertian HAM dibedakan dari
segi obyek dan kepentingannya / penggolongan HAM berdasarkan jenisnya: Hak-hak asasi pribadi atau
personal rights seperti kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan
bergerak dan sebagainya Hak-hak asasi ekonomi atau property rights seperti hak untuk memiliki
sesuatu, membeli dan menjual serta memanfaatkannya Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan
yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau yang biasa disebut rights of legal equality Hak-hak
asasi politik atau political rights, yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, seperti hak pilih
(memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak mendirikan partai politik, organisasi kemasyarakatan
dan sebagainya Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights, seperti hak untuk
memilih pendidikan dan mengembangkan kebudayaan and sebagainya Hak-hak asasi untuk
mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau procedural rights, seperti hak untuk
mendapatkan perlindungan dalam hal terjadi penangkapan, penggeladahan, penahanan, peradilan dan
sebagainya Hak-hak asasi untuk membangun atau rights to develop, yaitu hak-hak asasi bagi suatu
negara/komunitas untuk membangun negaranya tanpa campur tangan negara asing

 6. PERBEDAAN ATAS MACAM DAN JENIS HAK-HAK ASASI (lanjutan) Hubungan antara Negara
Demokrasi, Negara Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia: Negara demokrasi mengakui hak asasi Hak
fundamental berdasarkan konstitusi Di dalam UUD 1945 dirinci dalam: Hak dan kewajiban warga negara
Hak dan kewajiban penduduk Hak dan kewajiban penyelenggara negara Negara demokrasi
menampilkan sosok Negara Hukum Negara hukum (Rechtsstaat) umumnya dirumuskan sebagai Negara
Hukum Demokrasi Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 : “Negara Indonesia adalah negara hukum” Setiap negara
demokrasi memberikan kebebasan dalam penyaluran aspirasi rakyat Kemerdekaan berserikat,
Kemerdekaan berkumpul, Kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya
diatur dengan undang-undang Setiap negara demokrasi menggariskan tata cara menggerakkan negara
yang demokratis sifatnya Setiap pengertian HAM yang dibedakan dari segi obyek dan kepentingannya /
penggolongan HAM berdasarkan jenisnya dihormati dan diakui oleh Negara Demokrasi dan Negara
Hukum, sehingga jika sebuah negara menganut faham negara demokrasi dan atau negara hukum, maka
negara tersebut pasti akan menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia (HAM)
 7. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA HAM di belahan dunia Barat Inggris
memberikan corak HAM di belahan dunia Barat dan mewarnai perkembangan HAM sampai ke Amerika
Serikat Inggris melahirkan sosok HAM bernama John Locke HAM di belahan dunia Timur

 8. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Inggris (Eropa Barat): 1199-1216 memerintah raja John Lackland yang dikenal sangat sewenang-
wenang Muncul pertentangan akibat gaya kepemimpinan raja, sehingga melahirkan PIAGAM MAGNA
CHARTA (1215) yang mencerminkan kemenangan kaum bangsawan atas raja Piagam MAGNA CHARTA
(1215) memuat Raja tidak boleh bertindak sewenang-wenang Tindakan raja dalam hal-hal tertentu
harus mendapat persetujuan para bangsawan Magna Charta menjadi benih lahirnya peradilan menurut
hukum : due process of law and fair trial. Sengketa kaum bangsawan asli Inggris diselesaikan menurut
Hukum Adat dikenal sebagai Common Law The Great Charter of Liberties (1297) Petition of rights (1628)
Habeas Corpus Act (1697) Tahun 1689, terjadi revolusi besar THE GLORIUS REVOLUTION, melahirkan Bill
of Rights dan menyebabkan kerajaan Inggris beralih ke arah pemerintahan parlementer

 9. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Pengaruh INGGRIS terhadap
AMERIKA SERIKAT (USA) Setelah terjadi REVOLUSI INGGRIS (1689) Tanggal 4 Juli 1776 di USA lahir
Declaration of Independence, berkat pengaruh ahli pikir kenegeraan terkemuka Inggris, JOHN LOCKE
tentang Hak untuk hidup (life rights) Hak kemerdekaan (liberty rights) Hak milik (property rights)
Pengaruh INGGRIS terhadap PERANCIS Setelah terjadi REVOLUSI INGGRIS (1689) Tanggal 17 Juli 1789 di
Perancis lahir Assemble Nationale (Dewan Nasional) sebagai perwakilan rakyat Perancis yang mengubah
struktur Perancis dari Feodalistis menjadi Demokratis Tanggal 27 Agustus 1789 di Perancis lahir
Declaration des Droits del’Homme et du Citoyen (Pernyataan hak-hak manusia dan warga negara,
sebagai pengaruh pemikiran Rousseau dan menjadi dasar pemikiran aliran Liberalisme abad 19 di Eropa

 10. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Declaration des Droits
del’Homme et du Citoyen : Pasal 1 : Manusia dilahirkan bebas dan mempunyai hak yang sama.
Perbedaan dalam masyarakat hanya didasarkan atas kepentingan umum Pasal 2 : … hak-hak ini ialah
kemerdekaan, milik, keamanan, dan menentang terhadap penindasan Pasal 3 : Rakyat adalah sumber
dari segala kedaulatan Pasal 4 : Yang dimaksudkan dengan kemerdekaan ialah boleh bertindak
sesukanya asal jangan merugikan orang lain Pasal 17 : Hak atas milik adalah suci dan tidak boleh
dilanggar Tujuan Revolusi Perancis dikumpulkan dalam semboyannya: Kemerdekaan (Liberte)
Kesamarataan (Egalite) Persaudaraan (Fraternite)

 11. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Tahun 1941, USA di bawah
Presiden Franklin Delano Rosevelt, menyatakan 4 (empat) hal di muka kongresnya (The Four Freedoms):
Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech) Kebebasan beragama
(freedom of religion) Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear) Kebebasan dari
kekurangan/kemelaratan (freedom from want) Tahun 1946, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
membentuk Komisi Hak-Hak Asasi Manusia Sidang PBB 10 Desember 1948 menghasilkan deklarasi yang
diterima secara bulat oleh seluruh anggota PBB Nama Deklarasi PBB : Universal Declaration of Human
Rights (Pernyataan sedunia tentang Hak-hak Asasi Manusia (HAM))
 12. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Kerajaan Sriwijaya (Abad VII – Abad IX) = Kerajaan MARITIM Terpelihara dan terbinanya
kehidupan spiritual, ekonomi, dan politik Perlindungan terhadap nelayan dari perompak Pengembangan
bidang politik (hubungan internasional dengan Cina dan Nalanda India) Kerajaan Majapahit (Abad XII –
Abad XVI) = Kerajaan MARITIM Keagamaan: Kerukunan antar pemeluk agama yang berlainan
Kebudayaan/kesusateraan: Tulisan Empu Prapanca tentang Negara Kertagama Tulisan Empu Tantular
tentang Sutasoma yang berisi tentang Bhineka Tunggal Ika Hubungan Internasional: Persahabatan
dengan negara-negara tetangga, seperti Burma, Kamboja, dll dengan semboyan Mitreka Satata

 13. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Munculnya Penjajah Asing Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang Kehidupan bangsa
Indonesia mulai mengalami penindasan dan penderitaan sebagai bangsa terjajah Perlawanan-
perlawanan Fisik di Tanah Air Sultan Agung (Mataram 1645) Sultan Agung Tirtayasa dan Kiai Tapa
(Banten sekitar 1650) Sultan Hasanudin (Makasar 1660) Untung Suropati dan Trunojoyo (Jawa Timur
1670) Ibn. Iskandar (Minangkabau 1680) dan Imam Bonjol (Minaukabau 1822-1830) Badaruddin
(Palembang sekitar 1817) Jelantik (Bali 1850) Pangeran Antasari (Kalimantan 1870) Anak Agung Made
(Lombok sekitar 1895) Iskandar Muda (Aceh 1635) serta Teuku Umar, Teuku Cik di Tiro dan Cut Nya’ Din
(Aceh 1873 – 1904) SiSingamangaraja (Batak 1900)

 14. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Munculnya Pergerakan-Pergerakan Perlawanan Non Fisik Pendidikan dan Sosial dipelopori
Budi Utomo (20 Mei 1908 = Awal Kebangkitan Nasional) H.O.S. Tjokroaminoto (Pendiri Syarekat Islam
1911) Douwes Dekker, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantoro) dan Tjipto Mangunkusumo
(Pendiri dan Tokoh Indische Partij 1912) Tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda) dipelopori
Muh.Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, Wongsonegoro, dll: Satu Tanah Air Satu Bangsa Satu Bahasa
Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan diri menjadi bangsa yang merdeka, bersatu dan
berdaulat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo
yang sesingkat- singkatnya”. Jakarta 17 Agustus 1945, Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta.

 15. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Pasca Kemerdekaan INDONESIA Tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya UUD Republik
Indonesia (UUD 1945) Terwujudnya perangkat hukum negara Terwujudnya perangkat hukum sebagai
jaminan hak-hak asasi dasar/asasi manusia Indonesia dan kewajiban-kewajiban yang bersifat dasar/asasi
Pembukaan UUD 1945 memuat hak-hak asasi yang bersifat umum (Hak Bangsa) dan tidak bersifat
individu UUD 1945: Alinea Pembukaan UUD 1945 “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa …” Batang Tubuh Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal 28, Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1),
Pasal 31 dan Pasal 34

 16. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Pasca Kemerdekaan INDONESIA Pergantian Konstitusi Negara Indonesia Konstitusi RIS
(1949) UUDS (1950) Dirancang oleh Soepomo dengan mencontoh Piagam PBB tentang HAM yang
berisikan 30 pasal (The Universal Declaration of Human Rights 1948) Konferensi Asia Afrika (KAA 1955)
Dasasila Bandung Pasal pertama memuat pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia Dekrit Presiden RI
tanggal 5 Juli 1959 dalam Kepres RI No.50/1959, LNRI No.75/1959 Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan
UUDS 1950 tidak berlaku lagi Hak-hak asasi yang berlaku ialah yang terdapat dalam UUD 1945 Tahun
1959 – 1965 terjadi penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 oleh ORDE LAMA Adanya paham
NASAKOM Munculnya pemberontakan G-30 S/PKI

 17. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Pasca Kemerdekaan INDONESIA ORDE BARU sebagai Koreksi total terhadap ORDE LAMA
Paham HAM dituangkan dalam beberapa Undang-Undang UU No.14/1970 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman UU No.8/1981 tentang KUHAP UU No.5/1986 tentang Peradilan
Administrasi Negara UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU No.7/1989 tentang
Peradilan Agama Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM) melalui Keppres RI
No.50/1993 tanggal 7 Juni 1993 Tujuan KOMNASHAM: Membantu pengembangan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 Meningkatkan perlindungan HAM guna
mendukung terwujudnya pembangunan nasional Kegiatan KOMNASHAM: Menyebarluaskan wawasan
nasional dan internasional mengenai HAM Mengkaji instrumen PBB tentang HAM Memantau dan
menyelidiki pelaksanaan HAM Mengadakan kerjasama regional dan internasional dalam rangka
memajukan dan melindungi HAM

 18. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAK-HAK ASASI MANUSIA (lanjutan) Sejarah Perkembangan HAM
di Indonesia Pasca Kemerdekaan INDONESIA ORDE REFORMASI Undang-Undang No.9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum Disahkan tanggal 26 Oktober 1998
Dimuat dalam LNRI No.181 Tahun 1998 Ketetapan MPR-RI No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Disahkan tanggal 23 September
1999 Dimuat dalam LNRI No.165 Tahun 1999

 19. PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA DALAM NEGARA PANCASILA HAM dalam Negara Pancasila
HAM dipandang penting dengan menempatkan manusia sesuai dengan Kodrat, Harkat dan Martabatnya
Kodrat Manusia Keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami,
kekuasaan, bekal dan disposisi yang melekat pada keberadaan/eksistensi manusia baik sebagai makhluk
pribadi maupun sebagai makhluk sosial ciptaan Tuhan YME Harkat Manusia Nilai manusia sebagai
makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan- kemampuan cipta, rasa dan karsa, kebebasan, hak-hak serta
kewajiban- kewajiban asasi Martabat Manusia Kedudukan luhur manusia sebagai makhluk Tuhan lainnya
di dunia, karena manusia adalah makhluk yang berakal budi, sehingga manusia mempunyai martabat
tinggi Derajat Manusia Kodrat tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
memiliki bakat, kodrat, kebebasan, hak-hak dan kewajiban- kewajiban asasi

 20. PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA DALAM NEGARA PANCASILA (lanjutan) Ketetapan MPR-RI
No.XVII/MPR/1998 sangat penting dan strategis: Mengandung Amanat Penugasan kepada: Lembaga-
lembaga Tinggi Negara dan seluruh Aparatur Pemerintah Untuk menghormati, menegakkan dan
menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM kepada seluruh masyarakat Presiden RI and DPR-RI
Untuk meratifikasi berbagai instrumen PBB tentang HAM, sepanjang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945 KOMNASHAM yang ditetapkan dengan Undang-Undang Untuk melaksanakan
penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan mediasi tentang HAM Memuat susunan
sistematika naskah HAM Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia Piagam
Hak Asasi Manusia

 21. PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA DALAM NEGARA PANCASILA (lanjutan) Susunan Sistematika
Naskah Hak Asasi Manusia Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia
Pendahuluan Landasan Sejarah, Pendekatan dan Substansi Pemahaman HAM bagi Bangsa Indonesia
Piagam Hak Asasi Manusia Pembukaan, terdiri atas 7 alinea Batang Tubuh, terdiri atas 10 bab dan 44
pasal Bab I : Hak Untuk Hidup (Pasal 1) Bab II : Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan (Pasal 2)
Bab III : Hak Mengembangkan Diri (Pasal 3 s/d 6) Bab IV : Hak Keadilan (Pasal 7 s/d 12) Bab V : Hak
Kemerdekaan (Pasal 13 s/d 19) Bab VI : Hak Atas Kebebasan Informasi (Pasal 20 s/d 21) Bab VII : Hak
Keamanan (Pasal 22 s/d 26) Bab VIII : Hak Kesejahteraan (Pasal 27 s/d 33) Bab IX : Kewajiban (Pasal 34
s/d 36) Bab X : Perlindungan dan Pemajuan (Pasal 37 s/d 44)

 22. PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA DALAM NEGARA PANCASILA (lanjutan) Undang-Undang No.39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Terdiri dari 11 bab dan terperinci dalam 106 pasal Bab I :
Ketentuan Umum (Pasal 1) Bab II : Asas-asas Dasar (Pasal 2 s/d 8) Bab III : HAM dan Kebebasan Dasar
Manusia (Pasal 9 s/d 66) Bab IV : Kewajiban Dasar Manusia (Pasal 67 s/d 70) Bab V : Kewajiban dan
Tanggung Jawab Pemerintah (Pasal 71 s/d 72) Bab VI : Pembatasan dan Larangan (Pasal 73 s/d 74) Bab
VII : Komisi Nasional HAM (Pasal 75 s/d 99) Bab VIII : Partisipasi Masyarakat (Pasal 100 s/d 103) Bab IX :
Pengadilan HAM (Pasal 104) Bab X : Ketentuan Peralihan (Pasal 105) Bab XI : Ketentuan Penutup (Pasal
106) Perubahan Kedua UUD-RI Tahun 1945, tanggal 18 Agustus 2000 Mencantumkan ketentuan HAM
dalam Bab XA Judul : Hak Asasi Manusia Pasal 28A s/d 28J

 23. Selamat Siang ……………….

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kewajiban Dasar Manusia dalam Menjunjung HAM di Indonesia


Kewajiban dasar manusia telah diatur dalam Undang-undang No. 39 tahun 1999
Tentang Kesehatan, yaitu :
             1.   Pasal 67
Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada
peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional
mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.

             2.    Pasal 68


Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

             3.    Pasal 69


1)  Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2)  Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab
untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas
Pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya.

            4.      Pasal 70


Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

2.2    Hubungan Kewajiban Dasar Manusia dalam menjunjung HAM dengan Bidang
Kesehatan

Kesehatan mencerminkan komitmen masyarakat terhadap kesetaraan dan keadilan.


Kesehatan dan HAM seharusnya diprioritaskan di atas kepentingan ekonomi dan
politik. Berikut adalah contoh hubungan dasar manusia dalam menjunjung HAM
dengan bidang kesehatan.

           1.     Setiap warga negara Indonesia wajib patuh terhadap perundang-undangan
maupun hukum tak tertulis.
        Dalam bidang kesehatan, para medis wajib memberikan pelayanan kesehatan
sesuai peraturan yang berlaku di derahnya dan sesuai dengan ketetapan undang-
undang.
   Misalnya bidan harus memiliki surat ijin praktik ( SIPB) apabila ingin membuka
rumah praktik sendiri, tenaga medis harus menempuh pendidikan terlebih dahulu
minimal D3.

         2.   Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sebagai tenaga medis, dalam mengupayakan pembelaan negara bisa dengan
meningkatkan kualitas sarana maupun tenaga medisnya sesuai perkembangan dunia
kedokteran terkini, mendukung penerapan hak untuk sehat, misalnya :
- Dalam bidang kesehatan tenaga medis ikut serta menuntut pemerintah dan organisasi
internasional untuk memastikan pelaksanaan kebijakan dan menghormati hak untuk
sehat
- membangun gerakan masyarakat agar kesehatan dan HAM masuk dalam undang-
undang
- melawan eksploitasi kebutuhan kesehatan rakyat untuk mengambil keuntungan (misal
kasus strain virus flu burung)

3.      Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam bidang kesehatan
dapat dilakukan dengan cara :
-          Menghargai etika medis, yaitu menghargai sesama medis, menjalin kemitraan yang
baik, tidak menjelek-jelekkan sesama medis demi keuntungan sendiri.
-          Menghargai perbedaan sosial budaya, sepeti tidak membanding-bandingkan suku,dan
ekonomi,
-          Menjaga rahasia klien
-          Menerapkan 5S, yaitu: senyum, salam, sapa, sopan dan santun kepada siapapun
-          Berbuat adil dalam memberikan pelayanan kesehatan

4.      Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas
Pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya.
Dalam hubungannya dengan bidang kesehatan, peran negara meliputi:
-          pemberian jasa atas pelayanan
-          penyediaan fasilitas dan sarana seperti mendirikan program pendidikan kesehatan,
peralatan perawatan yang memadai.
-          Penyediaan pelayanan kesehatan dasar
-          Promosi penyediaan makanan dan gizi yg baik
-          Penyediaan air bersih yg cukup dan sanitasi
-          Perawatan ibu dan anak termasuk KB
-          Imunisasi untuk penyakit menular berbahaya
-          Pencegahan dan kontrol thp penyakit2 endemik lokal
-          Pengobatan yg baik dan penyakit umum dan luka-luka
-          Penyediaan obat-obat esensial
5.      Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Dalam bidang kesehatan, misalnya kewajiban tenaga medis yang berhubungan
dengan pernyataan di atas, yaitu:
-   Memberi pelayanan yang terbaik kepada klien dengan tidak membeda-bedakan status
ekonominya
-          memberikan hak kepada klien atau keluarga dalam bermusyawarah menentukan
keputusan
-          melakukan persetujuan apabila akan dilakukan penelitian
-          memberikan hak hidup
-          dan lain-lain.

2.3  Profesi Kesehatan


Jenis profesi kesehatan dan kewajibannya antara lain, yaitu :
1.      Dokter
Dokter merupakan profesi yang dianggap membanggakan pada sebagian besar
masyarakat. Namun, pada pelaksanaannya dokter memiliki tanggung jawab besar yang
harus dilaksanakan dimana hal ini tidak semudah yang dipikirkan oleh masyarakat.
Sebagai dokter, ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan
bidangnya yaitu sebagai tenaga medis. Tidak dipungkiri pula, jika ada tugas atau
perintah dari negara, seharusnya seorang dokter dapat melaksanakannya, karena hal
itu merupakan kewajibannya kepada negara sebagai tenaga medis. Maka dari itu,
dokter dituntut untuk selalu professional dalam menjalankan profesinya.

·         Kewajiban dokter kepada pasien sebagai berikut :


a.       Memberikan pelayanan medis sesuai dg standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan pasien.
b.      Merujuk pasien ke dokter lain yg memiliki keahlian/ ketrampilan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.
c.       Merahasiakan segala sesuatu yg diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien
meninggal dunia, serta tunduk pada tata cara pembukaan Rahasia Kedokteran
menurut Hukum yang berlaku.
d.      Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kec: ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya
e.       Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.

·         Kewajiban Dokter kepada Teman Sejawat


a.       Setiap dokter memperlakukan teman sejwatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
b.      Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

·         Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri


a.       Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya bekerja dengan baik.
b.      Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.

·         Kewajiban dokter kepada negara


a.       Membayar pajak atas ijin prakteknya.
b.      Menjalankan profesi dokternya sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan oleh
pemerintah.
c.       Bersedia untuk ditempatkan didaerah terpencil sesuai dengan Surat Keputusan dari
pemerintah.
d.      Memberikan tenaga medisnya terhadap korban bencana alam atau korban perang.

·         Kewajiban Dokter Kepada Masyarakat


a.       Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi untuk
hidup insani.
b.      Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu yang dimiliki
dan ketrampilannya untuk kepentingan masyarakat.
c.       Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pada penderita agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat maupun dalam
masalah lainnya.
d.      Memberikan layanan kesehatan semaksimal mungkin
e.       Melayani atau menerima konsultasi
f.       Melakukan kederisasi masyarakat dalam bidang kesehatan kompleks
g.      Menanggulangi penyakit atau wabah tertentu
h.      Memberikan penyuluhan/informasi kesehatan  pada masyarakat.
i.        Melaporkan apabila terjadi kejadian luar biasa.
j. Seorang dokter harus mengutamakan/mendahulukan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan segala aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh,serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
k.      Dalam melakukan pekerjaannya sebagai dokter,seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
l.        Seorang dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan atau tekhnik baru yang belum teruji kebenarannya.

2.      Bidan
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia
ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin
melaksanakan praktek kebidanan.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagaii
pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan
mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
-          Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
-          Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu.
-          Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat.
-          Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.
Perilaku Profesional Bidan
1.      Bertindak sesuai keahliannya
2.      Mempunyai moral yang tinggi
3.      Bersifat jujur
4.      Tidak melakukan coba-coba
5.      Tidak memberikan janji yang berlebihan
6.      Mengembangkan kemitraan
7.      Terampil berkomunikasi
8.      Mengenal batas kemampuan
9.      Mengadvokasi pilihan ibu

3.      Perawat
Perawat adalah orang yang berkecimpung di dalam dunia kesehatan, yang mana
berdasarkan ilmu yang telah mereka miliki, mereka ditugaskan di Departemen
Kesehatan untuk merawat para pasien, baik itu mereka lakukan di rumah sakit
maupun home care. Jika mereka bekerja di rumah sakit sebagai juru rawat rumah
sakit, tugas mereka adalah membantu para dokter dalam menangani para pasien, baik
itu pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Berikut contoh kewajiban perawat :
1.      Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
2.      Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan
standar profesi dan batas kegunaannya.
3.      Perawat wajib menghormati hak klien.
4.      Perawat wajib merujukkan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak
dapat mengatasinya.
5.      Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan
keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang
ada.
6.      Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan ibadahnya
sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu klien
yang lainnya.
7.      Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait
lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien.
8.      Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan
yang diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.
9.      Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
bersinambungan.
10.  Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus.

4.      Radiologi
Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semat-mata pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat yang
memerlukan pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada
kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.
-          Kewajiban Umum
Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya:
1.      Tidak dibenarkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan,warna jenis kelamin,
agama, politik serta status sosial kliennya.
2.      Selalu berpedoman pada standar profesi.
3.      Tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan
keuntungan pribadi. Selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta
standar profesi Radiografer.

-          Kewajiban terhadap Profesi


Setiap Radiografer :

1.      Harus menjaga dan menjunjung tinggi nama baik profesi.


2.      Hanya melakukan pekerjaan Radiografi & Imejing (CT Scan, MRI, USG), Radioterapi
dan Kedokteran Nuklir atas permintaan dokter tanpa meninggalkan prosedur yang
telah digariskan.
3.      Tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan ahlinya untuk melakukan
pekerjaan Radiografi & Imejing (CT Scan, MRI, USG), Radioterapi dan Kedokteran
Nuklir.
4.      Tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi.

-          Kewajiban terhadap Pasien


Setiap Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesi :
1.      Senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai–nilai
budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat.
2.      Wajib dengan tulus dan ikhlas memberikan pelayanan terbaik.
3.      Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil pekerjaan profesi
maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien.
4.      Wajib melaksanakan peraturan-peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
5.      Demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan Ahli lain yang terkait
dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan
kemampuan profesinya.
6.      Wajib membina hubungan kerja yang baik antara profesinya dengan profesi lain demi
kepentingan pelayanan terhadap masyarakat
-          Kewajiban terhadap diri sendiri
Setiap Radiografer :

1.      Harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik terhadap bahaya radiasi
maupun terhadap penyakit.
2.      Senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan terhadap masyarakat.
5.      Gizi
Perbaikan gizi untuk meningkatkan gizi perseorangan masyarakat antara lain
perbaikan perilaku sadar gizi peningkatan akses serta mutu gizi, playanan gizi dan
kesehatan sesuai dengan ilmu dan teknologi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap warga negara termasuk pemerintah selain mendapatkan hak-haknya juga
harus menjalankan kewajiban agar Hak Asasi Manusia seimbang dan terpenuhi
sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera. Karena setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban yang sama tanpa terkecuali.
Dalam bidang kesehatan, kewajiban dasar manusia dalam HAM dijalankan oleh
pemerintah maupun tenaga kesehatan agar dapat berjalan seimbang dengan hak
masyarakat yang harus terpenuhi.

3.2 Saran
Pemerintah maupun tenaga kesehatan harus memberi pelayanan kesehatan
yang berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat yang baik.

http://intansasaji.blogspot.co.id/2013/12/kewajiban-dasar-manusia-dalam_3815.html

Anda mungkin juga menyukai