Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018, hlm 23 - 38
p-ISSN: 2460-6146, e-ISSN; 2460-6618

PROSIKLISITAS DAN PERILAKU BANK LENDING PADA


INDONESIA: KASUS DUAL BANKING SYSTEM

Muhammad Zulkhibri1
Muhammad Rizky Prima Sakti2

ABSTRAK
Secara luas disarankan dalam literatur bahwa prosiklikalitas perilaku pinjaman bank dapat
menyebabkan ketidakstabilan keuangan. Penelitian ini mengkaji bank-lending channel over the
business cycle untuk dual banking system Indonesia dengan memastikan sejauh mana peran
bank syariah dalam perataan kredit. Dalam konteks ini, kami menggunakan data panel
unbalanced dual banking system Indonesia untuk periode 2001-2015. Dengan menggunakan
estimator GMM dinamis dua langkah, penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pinjaman
bank bersifat prosiklis. Namun, ketika kita mengkategorikan perilaku pinjaman ke bank
konvensional dan syariah, siklisitas pinjaman bank hanya mempengaruhi bank konvensional.
Adapun bank syariah, siklus bisnis tidak mempengaruhi keputusan pembiayaan mereka. Secara
khusus, bank syariah besar lebih kontra-siklus dalam perilaku pembiayaan mereka daripada
bank syariah kecil dan menengah. Uji ketahanan menggunakan ukuran pinjaman yang berbeda
dan spesifikasi model mengkonfirmasi hasil bahwa bank syariah lebih stabil dan kurang
prosiklikal dalam kasus sistem perbankan Indonesia.

Kata kunci: Prosiklikalitas, Bank Lending, Dual Banking System, GMM,


Indonesia Klasifikasi JEL: E59, E69, G29

Diterima : 18 September 2017


Revisi : 9 Agustus 2018
Diterima : 21 Agustus 2018

1. Ekonom Riset Senior, Lembaga Penelitian dan Pelatihan Islam, Bank Pembangunan
Islam, Jeddah Arab Saudi. Telp: +966-12-646-6533; Faks: +966-12- 506047132. Email:
khibri1974@yahoo.com.
2. Peneliti, Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID), Indonesia.
24 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

I. PENDAHULUAN
Ketidakstabilan keuangan memiliki konsekuensi langsung terhadap perekonomian yang
akan menyebabkan krisis ekonomi atau bahkan resesi. Secara historis, sejak runtuhnya
Perjanjian Bretton Wood, tercatat lebih dari 400 episode krisis keuangan (Laeven &
Valencia, 2013). Dalam beberapa tahun terakhir, krisis keuangan global telah mendapat
perhatian besar dari regulator dan akademisi. Salah satu pelajaran dari krisis keuangan
global baru-baru ini adalah pentingnya prosiklikalitas sektor perbankan. Prosiklikalitas
sektor perbankan yang kemungkinan memperkuat amplitudo siklus bisnis, dapat
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan dan pertumbuhan ekonomi (Ascarya, et al.
2016).
Indonesia pernah mengalami dua krisis keuangan besar, yaitu krisis keuangan Asia
1997 dan krisis keuangan global 2008. Krisis sebelumnya telah membuat Indonesia
terjebak dalam kondisi akut, sementara Indonesia telah menunjukkan kinerja yang lebih
tangguh dalam krisis terakhir. Meskipun demikian, beberapa tantangan tetap ada seperti
meningkatnya jumlah guncangan yang dihadapi oleh lembaga keuangan. Hal ini mungkin
segera berkembang karena keterkaitan sistem keuangan dan lebih diperburuk oleh
perilaku prosiklik lembaga keuangan dalam perekonomian (Utari et al., 2011). Kunci dalam
menjaga stabilitas keuangan adalah mengelola ketidakseimbangan domestik dan
keuangan seperti pertumbuhan kredit, harga aset, dan aktivitas pengambilan risiko di
sektor keuangan.
Penelitian tentang prosiklikalitas dan stabilitas keuangan telah mendapatkan
momentum dan popularitas di kalangan pembuat kebijakan dan akademisi pasca krisis
keuangan global. Namun, literatur tentang topik ini terutama ditujukan untuk literatur
perbankan konvensional. Hanya sedikit upaya yang dilakukan untuk mengeksplorasi isu-
isu penting bagi lembaga keuangan Islam. Mengingat masih sedikitnya penelitian yang
membandingkan kedua jenis lembaga tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas perbankan selama siklus bisnis dual banking system di Indonesia.
Pemilihan Indonesia untuk penelitian ini karena Indonesia memiliki potensi besar untuk
menjadi hub keuangan syariah global berikutnya dengan program pemerintah yang
terencana dan kerangka regulasi.
Sisa dari makalah ini disusun sebagai berikut. Di Bagian 2, kami memberikan tinjauan
literatur yang berkaitan dengan prosiklikalitas dan perilaku peminjaman. Dalam Bagian 3, kami
menjelaskan data dan metodologi. Dalam Bagian 4, kita berurusan dengan temuan dan analisis
empiris. Akhirnya, kesimpulan disajikan dalam Bagian 5.

II. SASTRA TERKAIT


2.1. Sekilas Tentang Perbankan Syariah Indonesia
Indonesia dinilai memiliki potensi yang luar biasa di bidang perbankan dan keuangan
syariah. Perkembangan industri perbankan syariah telah dimulai pada awal 1990-an
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan dianggap sebagai 10 besar
keuangan syariah yang berkembang secara global (IRTI-Thomson Reuters Report, 2015).
Ukuran industri keuangan syariah Indonesia pada tahun 2015 mencapai Rp 617 triliun
atau setara dengan 3% dari total aset industri keuangan. Sejak 2010, tingkat pertumbuhan
keuangan syariah Indonesia melampaui rekan-rekan konvensionalnya, masing-masing
menyumbang 139% dan 42% (IRTI-Thomson Reuters Report, 2015).
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 25

Di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan dan


keuangan syariah Indonesia diharapkan dapat terus tumbuh dan menunjukkan
perbaikan. Sektor perbankan Indonesia mendominasi dengan bank-bank
komersial yang besar. Hingga saat ini, terdapat 85 bank umum konvensional dan
12 bank umum syariah. Selain itu, jumlah nasabah perbankan syariah telah
meningkat pesat menjadi 13 juta nasabah di 3.000 jaringan kantor di Indonesia
(Bank Indonesia, 2015). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1, industri perbankan syariah di Indonesia masih memiliki pangsa kecil di kisaran 5% dibandingkan
dengan rekan-rekan konvensionalnya.
Pertumbuhan aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga relatif stabil dari tahun 2014-2016.
Gambar 2 menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mencapai puncaknya pada Oktober
2016, ketika pemerintah meluncurkan program pengampunan pajak. Meskipun perbankan
syariah tetap sehat didukung oleh permodalan yang kuat, namun masalah struktural masih
belum terselesaikan seperti harga pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank
konvensional. Biaya dana bank syariah kurang kompetitif dibandingkan dengan rekanan
konvensionalnya. Selain itu, bank syariah harus menggunakan model bisnis yang benar untuk
meminimalkan biaya dan mematuhisyariahprinsip. Kesemuanya itu dapat menghambat potensi
pertumbuhan perbankan syariah Indonesia di masa mendatang.

Rp Miliar
6.000.000
5.705.028
Perbankan Islam Perbankan Konvensional
5.031.843
5.000.000
4.329.984

4.000.000 3.798.631

3.054.595
3.000.000

2.000.000

1.000.000

199.717 248.110 278.917


100,258 148.987

-
2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Bank Indonesia (2016)

Gambar 1.
Perbandingan Aset Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia
26 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

Persentase (%)
12.00
Pertumbuhan aset Pertumbuhan pembiayaan Pertumbuhan dana pihak ketiga

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
Juni Agustus Oktober Desember Februari April Juni Agustus Oktober Desember Februari April Juni Agustus Oktober

2014 2015 2016

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (2016)

Gambar 2.
Aset, Pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah

2.2. Studi Terkait Prosiklikalitas dan Stabilitas Keuangan


Prosiklikalitas sistem perbankan terkait dengan underestimasi atau overestimasi
risiko yang memperkuat perilaku siklus antara lembaga perbankan dan sektor
ekonomi riil. Banyak ahli menganggap bahwa prosiklikalitas sektor perbankan
sebagai salah satu penyebab utama ketidakstabilan keuangan dalam perekonomian.
Seperti yang dikemukakan oleh Landau (2009), prosiklikalitas sektor perbankan dapat
memperburuk fluktuasi siklus bisnis dan berdampak buruk pada stabilitas keuangan.
Interaksi antara sektor keuangan dan ekonomi riil cenderung memperkuat besarnya
siklus bisnis. Deskripsi sederhana jarang mengatasi perilaku sistem keuangan dalam
kehidupan nyata karena sistem ini dicirikan oleh fitur kompleksitas. Dalam
kebanyakan kasus, lintasan harga aset akan menunjukkan berbagai dan sangat
fluktuatif.
Beberapa penelitian mengangkat masalah risiko dan stabilitas di bank syariah dan
bagaimana mereka menjadi lebih tangguh daripada bank konvensional (Čihák & Hesse,
2010; Hasan & Dridi, 2011). Analisis perilaku bank syariah menjadi penting karena
beberapa alasan; i) Bank syariah berinteraksi erat dengan bank konvensional dalam
sistem perbankan ganda, ii) bank syariah memiliki instrumen lindung nilai yang terbatas
untuk melindungi eksposur risiko mereka karena ukuran aset yang kecil dibandingkan
dengan bank konvensional. Selain itu, diyakini bahwa bank syariah lebih stabil dan tahan
terhadap krisis keuangan dan gangguan ekonomi karena fitur yang melekat. Farooq &
Zaheer (2015) berpendapat bahwa ketahanan dan stabilitas bank syariah berasal dari ciri
khas mereka; larangan transaksi bunga, transaksi spekulatif, dan aktivitas pengambilan
risiko yang berlebihan.
Banyak penelitian mendukung bahwa sistem keuangan Islam relatif stabil karena fitur yang
melekat dan nilai-nilai moral yang diabadikan dalamsyariahprinsip (Buiter, 2014;
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 27

Galati & Moessner, 2013; Husman, 2015). Ciri-ciri tersebut antara lain pelarangan bunga
dalam kegiatan simpan pinjam, tidak diperbolehkannya leverage, dan spekulasi
berlebihan yang memicu goncangan keuangan pada rekanan konvensional (Buiter, 2014).
Dalam yurisprudensi Islam, bunga dipandang sebagai riba dan karenanya tidak
diperbolehkan. Itu syariahulama menyetujui transaksi berbasis ekuitas sesuai dengan
konsep bagi hasil (PLS) dan transaksi berbasis perdagangan (al-bay), di mana hal itu
memiliki dampak penting bagi stabilitas sistem keuangan Islam.
Chapra (2009) berpendapat bahwa kontrak PLS memastikan disiplin yang lebih besar
dengan membuat bank syariah lebih waspada dalam kegiatan pinjaman, pada saat yang sama,
para deposan lebih berhati-hati dengan kesehatan bank syariah. Pada akhirnya, disiplin
semacam itu membawa stabilitas yang lebih besar dan efisiensi yang bahkan lebih besar di
lembaga keuangan Islam. Tidak hanya itu, keuangan Islam mengedepankan konsep keadilan
dan kewajaran. Seperti yang diatur dalamsyariahhukum kontrak, setiap pihak yang terlibat
dalam transaksi bisnis harus berbagi keuntungan dan risiko mereka sendiri untuk mengatasi
konsep keadilan dan kewajaran.
Mengingat fakta tentang fitur yang menonjol dari sistem keuangan Islam, orang dapat
menyimpulkan bahwa sistem keuangan Islam memiliki stabilitas intrinsik daripada sistem
berbasis konvensional. Telah terbukti bahwa keuangan Islam dapat menjadi solusi untuk
mengurangi masalah ketidakstabilan keuangan (Buiter, 2014). Pemangku kepentingan di sektor
keuangan didorong untuk mengadopsi keuangan syariah, sementara beberapa menyarankan
sektor perbankan untuk mengubah leverage yang berlebihan menjadi ekuitas syariah karena
hubungan antara prosiklikalitas dan stabilitas keuangan (Ascarya et al., 2016; Husman, 2015;
Ibrahim, 2016; Louati & Boujelbene, 2015).
Sebaliknya, sekelompok cendekiawan telah merusak ciri khas bank syariah yang
membuat mereka kebal dan tahan terhadap gangguan ekonomi (Abdul-Rahman et
al., 2014; Azmat et al., 2015; Chong & Liu, 2009; Zulkhibri & Sukmana , 2017). Chong &
Liu (2009) dan Zulkhibri & Sukmana (2017) berpendapat bahwa tidak ada perbedaan
substansial antara bank syariah dan konvensional dalam kasus sistem perbankan
Malaysia karena aset berbasis profit-loss sharing (PLS) disorot sebagai kekhasan bank
syariah. merupakan proporsi yang rendah dari aset bank syariah secara keseluruhan.
Sarjana lain meragukan kemampuan bank syariah untuk mengangkat aset berbasis
PLS dalam sistem perbankan syariah saat ini, yang cenderung lebih dipengaruhi oleh
guncangan yang merugikan (Abdul Rahman et al, 2014; Asmat et al, 2015)

Selain itu, tingginya konsentrasi aset bank syariah dan terbatasnya instrumen lindung nilai
akibat pembatasan prinsip syariah, yang semuanya berkontribusi terhadap ketidakstabilan
sistem perbankan syariah dalam menghadapi gangguan yang merugikan (Beck, Demirgüç-Kunt,
& Merrouche, 2013). ). Senada dengan itu, Hasan dan Dridi (2011) mengungkapkan bahwa
kinerja bank syariah dipengaruhi secara negatif ketika krisis melanda sektor riil. Cihak & Hesse
(2010) juga mendukung pandangan bahwa bank syariah ukuran besar kurang stabil
dibandingkan dengan bank konvensional ukuran besar. Dengan demikian, semuanya menunjuk
pada skeptisisme terhadap pandangan stabilitas, yaitu bank syariah lebih stabil dan lebih tahan
selama masa turbulensi.
Literatur dalam keuangan Islam juga menyoroti pentingnya pemisahan antara
alat yang membahas sifat deret waktu stabilitas keuangan (Ascarya et al., 2016), dan
dimensi penampang (Aysan et al., 2016; Ghosh, 2016). Ascarya dkk. (2016) menguji
prosiklikalitas sektor perbankan Indonesia dengan menggunakan seperangkat
28 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

teknik ekonometrik. Studi tersebut menunjukkan bahwa bank syariah lebih prosiklikal
dibandingkan bank konvensional. Meskipun demikian, perilaku prosiklikalitas bank syariah
dapat dipandang sebagai prosiklikalitas positif. Dengan demikian, prosiklikalitas bank syariah
tidak menyebabkan terjadinya credit bubble sehingga dapat memberikan manfaat bagi
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Literatur telah menyoroti beberapa instrumen
untuk mengatasi prosiklikalitas seperti provisi kerugian pinjaman (Lee et al., 2016; Zhang & Zoli,
2016). Provisi kerugian pinjaman3merupakan instrumen penting dimana salah penilaian risiko
dapat memperkuat siklus keuangan (Galati & Moessner, 2013).
Garis penelitian lain tentang stabilitas keuangan meneliti masalah risiko sistemik
lembaga keuangan Islam individu atau sistem keuangan Islam secara keseluruhan
(Blundell-wignall & Roulet, 2014; Ghosh, 2016) sehubungan dengan keterkaitan
antara lembaga keuangan dan ketersediaan pengganti. Blundell-wignall & Roulet
(2014) berpendapat bahwa risiko sistemik muncul karena lembaga keuangan secara
aktif menangani aktivitas kredit, transformasi maturitas, dan transaksi leverage. Ada
kompleksitas yang tinggi dan saling ketergantungan dalam sistem keuangan.
Kalibrasi kebijakan makroprudensial tampaknya relatif sulit dibandingkan aturan
kontra-siklus.

AKU AKU AKU. METODOLOGI


3.1. Data
Indikator prosiklikalitas pinjaman bank untuk bank syariah dan konvensional
bersumber dari database Bank Scope dari Bureau Van Dijk Company, sedangkan
informasi makroekonomi bersumber dari website Bank Indonesia. Penelitian ini
melibatkan 60 bank yang terdiri dari 50 bank konvensional dan 10 bank syariah
dengan rentang data periode 2001 hingga 2015.

3.2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan sistem penduga Generalized Method of Moments (GMM)
seperti yang dikemukakan oleh Arellano & Bover (1995) dan Blundell & Bond (1998).
Pada dasarnya, estimator GMM dinamis adalah penduga variabel instrumental yang
menggunakan nilai lagged variabel endogen serta nilai lagged dan arus semua
variabel eksogen ketat sebagai instrumennya. Ada dua jenis penduga; penduga satu
langkah dan dua langkah. Penaksir sebelumnya, juga dikenal sebagai first-
differenced GMM, menggunakan selisih dari masing-masing variabel untuk variabel
dependen dan independen dalam regresi dan membuat variabel instrumen dari
tingkat tertinggal dari variabel independen. Tingkat tertinggal ini bisa menjadi
instrumen yang lemah jika ada korelasi serial dalam istilah gangguan.
Variabel instrumental pada dasarnya adalah variabel tertinggal di antara variabel
penjelas dalam estimasi GMM. Kecil kemungkinan bahwa variabel lag ini akan
diasosiasikan dengan efek heterogenitas yang tidak teramati, sehingga regresi panel
dinamis memecahkan adanya masalah endogenitas. Untuk alasan ini,

3. Bank memiliki kebijakan yang cukup besar untuk penyisihan kerugian pinjaman mereka untuk kredit
macet. Dalam menghadapi kerugian yang semakin besar, bank akan menahan penyisihan piutang tak
tertagih untuk menjaga modalnya.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 29

penelitian ini memilih regresi panel dinamis, karena lebih kuat, tidak bias dan
penaksir efisien, dan terutama dalam memecahkan masalah endogenitas dalam data
panel. Blundell & Bond (1998) menunjukkan bahwa sistem GMM memiliki varians
yang relatif kecil dan lebih konsisten dan efisien, sehingga meningkatkan presisi
dalam penduga. Panel dinamis berbasis GMM membahas permasalahan
endogenitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi pada data panel.
Dalam estimator GMM, asumsi tidak ada korelasi serial urutan kedua dalam
perbedaan pertama dari istilah kesalahan diperlukan; jika tidak, instrumen menjadi
tidak valid. Sedangkan untuk pengujian spesifikasi model, penduga GMM
menggunakan uji Sargan dari over-identifying restriksi dan uji kurangnya korelasi
serial residual. Tes Sargan didasarkan pada analog sampel dari kondisi momen;
dapat digunakan untuk menentukan validitas asumsi yang telah ditentukan
sebelumnya, endogenitas, dan eksogenitas.
Baltagi (2008) menjelaskan keberadaan variabel dependen yang tertinggal merupakan
karakteristik unik dari model panel dinamis. Model dalam penelitian ini mengikuti model
komponen error satu arah dan dapat dituliskan sebagai berikut:

(1)

(2)

di mana:
kamu
dia
= Tingkat pinjaman bruto bank yang kempessayadalam periodeT =
kamu Keterlambatan pinjaman bruto bank yang kempessayadalam periodeT = Sebuah
dia-1

α. skalar
x' dia = Variabel penjelas banksayadalam periodeT
ε.dia = Istilah kesalahan acak yang terdiri dari dua komponen
μ.dia = Efek spesifik individu atau bank yang invarian waktu yang tidak dapat
ν.dia diamati = Gangguan sisa

Dalam penelitian ini, model empiris dirumuskan untuk menguji prosiklikalitas perilaku
pemberian kredit bank dan apakah bank syariah kurang atau lebih prosiklis. Kemudian
kita tentukan persamaan berikut Micco & Panizza (2006) dan Ibrahim (2016) sebagai
berikut:

(3)

di mana:
L dia = Logaritma natural pinjaman bruto bank yang diturunkan CPIsayadalam
Ldia-1
periodeT = Keterlambatan pinjaman kotor bank yang diturunkan CPIsayadalam
kamu periodeT = Logaritma natural PDB riil = Vektor variabel spesifik bank = Inflasi
x dia-1

infoT
Δ. = Perbedaan pertama dari
α.saya operator = Efek khusus bank
ε.dia = Istilah kesalahan acak
30 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Statistik deskriptif
Gambar 3 menunjukkan kinerja makroekonomi Indonesia, pertumbuhan PDB riil dan tingkat inflasi
dari tahun 2001 hingga 2015. Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 5,3
persen selama periode studi. Indonesia relatif kebal terhadap krisis keuangan global tahun 2008/09
dengan tingkat pertumbuhan selama krisis keuangan dengan rata-rata pertumbuhan tahunan
masing-masing sebesar 6 persen dan 4 persen pada tahun 2008 dan 2009. Kurangnya eksposur aset
beracun di sektor keuangan dan permintaan domestik yang kuat di sektor riil, untuk beberapa nama,
adalah faktor penting yang mendorong ekonomi Indonesia ke dalam pertumbuhan riil yang positif
dalam krisis keuangan global. Rekor inflasi Indonesia relatif tinggi sebesar 7,6 persen per tahun
selama tahun 2001 hingga 2015. Ini mengalami tren ayunan dari tahun 2001 hingga 2009 sebelum
relatif stabil di tahun 2010 dan seterusnya.

14 pertumbuhan GDP Inflasi 7

12 6

10 5

8 4

6 3

4 2

2 1

0 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Bank Indonesia (2016)

Gambar 3.
Pertumbuhan PDB Riil dan Inflasi selama 2001-2015

Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif pinjaman bank dan karakteristik khusus bank, seperti
aset riil log, rasio ekuitas terhadap aset, dan rasio pinjaman terhadap simpanan, baik untuk bank
syariah maupun konvensional. Terlihat jelas bahwa bank konvensional secara signifikan lebih besar
daripada bank syariah, seperti yang ditunjukkan oleh ukuran dan pinjaman yang lebih besar,
sementara tingkat pertumbuhan pinjaman bank konvensional berada pada 32 persen selama periode
2001-2015. Pertumbuhan pembiayaan bank syariah relatif lebih baik di atas 40 persen dibandingkan
periode yang sama. Bank syariah memiliki kapitalisasi yang lebih baik yang ditunjukkan dengan rasio
ekuitas terhadap aset yang lebih tinggi sebesar 17,4 persen dibandingkan dengan 11 persen untuk
bank konvensional. Rasio pendanaan yang ditunjukkan oleh loan to deposit ratio, relatif lebih tinggi
untuk bank syariah.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 31

Tabel 1.
Statistik deskriptif

Semua sampel
Variabel
Berarti Std. Dev min Maks
Pinjaman kotor 40.300.000 77.100.000 11.300 590.000.000

(dalam Rupiah)

% pertumbuhan 32.77 54,71 - 83,53 666.79

pinjaman bersih 38.800.000 74.200.000 7.600 570.000.000

(dalam Rupiah)

% pertumbuhan 33.61 55.66 - 42,42 667.55

Aset nyata (log) 16.9 1.63 12.61 20.63

Rasio ekuitas-aset (%) 12.21 7.64 - 7.15 63.23

Rasio pinjaman-deposito (%) 91.84 73.28 1.23 712,41

Bank Konvensional Bank Islam


Variabel
Berarti Std. Dev Berarti Std. Dev Berarti Std. Dev Berarti Std. Dev

Pinjaman kotor 44.900.000 81.700.000 11.300 590.000.000 10.400.000 13.700.000 97.930 50.000.000

(dalam Rupiah)

% pertumbuhan 31.59 56,76 - 83,53 666.79 41.06 36.4 - 23.61 140.91

pinjaman bersih 43.200.000 78.600.000 7.600 570.000.000 10.100.000 13.200.000 63,662 49.000.000

(dalam Rupiah)

% pertumbuhan 32.52 57.71 - 42,42 667.55 41.3 37.66 - 31.25 147.62

Aset nyata (log) 17.1 1.58 12.61 20.63 15.63 1.4 12.74 18.07

Rasio ekuitas-aset (%) 11.41 5.28 - 7.15 51.07 17.42 15.1 5.48 63.23

Rasio pinjaman-deposito (%) 81,57 37.19 1.23 326,42 164.23 166,85 66.75 712,41

4.2. Sistem GMM - Hasil Dasar


Tabel 2 di bawah ini menyajikan hasil estimasi data panel dinamis menggunakan
analisis GMM sistem dua langkah. Dalam Model 3, kami memiliki model regresi
dasar, yang mencakup variabel seperti variabel khusus bank dan tingkat inflasi.
Model 1 dan Model 3 hanya memasukkan variabel spesifik bank, sedangkan Model 2
dan Model 4 memasukkan tingkat inflasi sebagai proksi untuk variabel terkontrol. Uji
Sargan gagal menolak pembatasan over-identification, yang menunjukkan validitas
instrumen. Selain itu, uji korelasi serial (uji autokorelasi) tidak menolak nol dari
autokorelasi orde kedua. Residual persamaan level (prior differencing) tidak
mengalami masalah autokorelasi. Baik uji Sargan maupun autokorelasi menegaskan
model yang akan diestimasi menggunakan pendekatan estimasi GMM.
32 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

Meja 2.
Estimasi GMM Sistem - Hasil Dasar

Variabel -1 -2 -3 -4
L1 itu-1
0,650*** 0,683*** 0,648*** 0,677***
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
y dia
0,147*** 0,131* 0.199*** 0,553**
- 0,09 - 0,079 0 - 0,028
y xdia
IB saya
- - - 0,331*** - 0,629***

(0,000) (0,000)
UKURAN Ln
itu-1
0.302*** 0,251*** 0.315*** 0.269***
(0,000) (0,000) (0,000) 0
TOPI itu-1
- 0,027*** 0,028*** - 0,027*** - 0,028***

(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)


DANAit-1 0,0003** 0,0002** 0,0003** 0,0002*
(0,034) (0,031) (0,039) (0,078)
informasi
T
- - 0,011*** - - 0,010***

(0,000) (0,000)
Nilai-P
AR(2) 0.1476 0,25 0,1565 0,2521
Tes Sargan 0.2151 0.2461 0.217 0,2258
Catatan: angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai-p
* * * , * * , * menunjukkan signifikansi masing-masing pada 1%, 5%, dan 10% alpha

Tabel 2 memberikan hasil dari Model 1 dan Model 2 bahwa ukuran bank dan rasio
kapitalisasi, dan rasio pendanaan signifikan. Kami juga menemukan bukti yang
mendukung prosiklikalitas pinjaman bank di Indonesia, yang sejalan dengan Ibrahim
(2016), dan Ascarya et al. (2016). Temuan dari Model 1 dan Model 2 menunjukkan bahwa
peningkatan satu poin persentase dalam pertumbuhan PDB dikaitkan dengan
peningkatan sekitar 0,13 hingga 0,14 poin persentase dalam pertumbuhan pinjaman riil.
Selain itu, kami menyertakan dummy interaktif bank syariah dalam Model 3 dan Model 4
untuk menguji perbedaan signifikansi pinjaman bank konvensional dan pembiayaan bank
syariah. Hal ini dapat dijelaskan dengan koefisien estimasi signifikan dari dummy
interaktif bank syariah.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pembiayaan bank syariah meningkat lebih dari dua kali
lipat dari pinjaman konvensional sehubungan dengan PDB riil. Peningkatan satu poin
persentase dalam PDB riil masing-masing meningkatkan 0,19 poin persentase dan 0,55
poin persentase dalam pinjaman bruto riil bank konvensional dan bank syariah. Koefisien
dummy interaktif bank syariah pada Model 3 dan Model 4 adalah negatif dan signifikan
pada taraf 1%. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah tampaknya lebih kontra-siklus
daripada bank konvensional. Hasil ini berbanding terbalik dengan Ascarya et al. (2016)
yang menemukan bank syariah lebih prosiklik dibandingkan bank konvensional.

4.3. Hasil GMM Sistem – Berdasarkan Kelompok Ukuran Berbeda


Kami juga mempertimbangkan ukuran bank untuk menjelaskan prosiklikalitas pinjaman bank
antara bank syariah dan konvensional. Kami menggunakan pinjaman atas total aset (lnSIZE)
sebagai proxy untuk menentukan klasifikasi kelompok ukuran. Kami memisahkan sampel
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 33

menjadi tiga subsampel menurut ukurannya: besar (di atas persentil ke-75),
sedang (antara persentil ke-25 dan ke-75) dan kecil (di bawah persentil ke-25).
Tabel 3 menunjukkan perbedaan ukuran bank dalam hal prosiklikalitas pinjaman
bank antara bank syariah dan konvensional. Mirip dengan hasil awal, tes Sargan
gagal menolak pembatasan identifikasi berlebih. Selain itu, uji korelasi serial (uji
autokorelasi) tidak menolak nol dari autokorelasi orde kedua.

Tabel 3.
Hasil Estimasi GMM Sistem (Berdasarkan kelompok ukuran yang berbeda)

Model 1 Model 2 Model 3


Variabel
(ukuran kecil) (ukuran sedang) (ukuran besar)

L itu-1
0,269* 0.341*** 0,685***
(0,074) (0,000) (0,000)
y dia
0.108*** 0,660*** 0,186***
(0,002) (0,000) (0,000)
y xdia
IB saya
- 0,531 - 0,674 - 0,217*
- 0,461 (0.296) (0,076)
UKURAN Ln
itu-1
0,766*** 0,609*** 0.290***
(0,000) (0,000) (0,000)
TOPI itu-1
- 0,015*** - 0,002*** - 0,027***

(0,000) - 0,001 (0,000)


DANA itu-1
0,012** 0,0002** 0,005**
- 0,011 (0,034) (0,002)
informasi
T
- 0,0005* - 0,004*** - 0,009***

(0,087) (0,000) (0,000)


Nilai-P
AR(2) 0.4349 0,4126 0.7496
Tes Sargan 0,4528 0,4374 0,756
Catatan: angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai-p
* * * , * * , * menunjukkan signifikansi masing-masing pada 1%, 5%, dan 10% alpha

Tabel 3 menegaskan bahwa ukuran bank, rasio kapitalisasi dan rasio


pendanaan signifikan. Kami menemukan bukti prosiklikalitas bank lending di
Indonesia, yang sejalan dengan Bertray et al. (2015), Ibrahim (2016), dan Ascarya
dkk. (2016). Temuan menunjukkan bahwa peningkatan satu poin persentase
dalam PDB dikaitkan dengan sekitar 0,11 hingga 0,66 poin persentase
peningkatan pinjaman riil. Kelompok bank syariah menengah memiliki
pembiayaan syariah yang lebih besar daripada kelompok besar dan kecil,
meskipun secara statistik tidak signifikan. Untuk ukuran menengah, peningkatan
satu persen poin PDB riil meningkatkan 0,66 poin persentase pada kelompok
pembiayaan syariah, sedangkan peningkatan pembiayaan syariah untuk
kelompok kecil dan besar syariah masing-masing hanya menyumbang 0,10 dan
0,18 poin persentase.
34 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

4.4. Pemeriksaan Kekokohan


Kami kemudian melakukan serangkaian pemeriksaan ketahanan menggunakan pembiayaan
pinjaman bersih. Baik uji Sargan maupun uji autokorelasi memvalidasi instrumen analisis GMM.
Tabel 4 menunjukkan bahwa bank syariah cenderung memperlancar kegiatan perkreditannya.
Koefisien dummy interaktif bank syariah pada Model 3 dan Model 4 adalah negatif dan
signifikan yang menunjukkan sifat counter-cyclicality pembiayaan bank syariah. Untuk variabel
kontrol, semua karakteristik spesifik bank (ukuran, permodalan dan rasio pendanaan)
signifikan. Tingkat inflasi berhubungan negatif dan signifikan, yang mendukung hasil baseline
dari sifat prosiklikalitas pinjaman bank.

Tabel 4.
Sistem Hasil Estimasi GMM (Pinjaman Bersih)

Variabel -1 -2 -3 -4
L itu-1
0,420*** 0,448*** 0,457*** 0,482***
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
y dia
0,431*** 0.281*** 0,393*** 0,465***
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
y xdia
IB saya
- - - 0,426*** - 0,526***

(0,000) (0,000)
UKURAN Ln
itu-1
0,514*** 0,467*** 0,482*** 0,438***
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
TOPI itu-1
- 0,019*** - 0,021*** - 0207*** - 0,021***

(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)


DANA itu-1
0,0005** 0,0005** 0,0005** 0,0005***
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000)
informasi
T
- - 0,008*** - - 0,008***

(0,000) (0,000)
Nilai-P
AR(2) 0.1456 0.2069 0.1665 0.1632
Tes Sargan 0.2246 0.2077 0.2116 0.2145
Catatan: angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai-p
* * * , * * , * menunjukkan signifikansi masing-masing pada 1%, 5%, dan 10% alpha

Kami juga melakukan pemeriksaan ketahanan untuk regresi dinamis berdasarkan ukuran
bank yang berbeda. Tabel 5 menunjukkan hasil estimasi GMM menggunakan model
pertumbuhan pinjaman bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah memiliki
peran penting dalam kelancaran kegiatan perkreditan. Baik uji diagnostik, uji Sargan maupun
uji autokorelasi menunjukkan kecukupan model menggunakan prosedur GMM. Sebagian besar
karakteristik spesifik bank membawa koefisien yang signifikan, kecuali rasio pendanaan. Laju
inflasi negatif dan signifikan secara statistik, kecuali dari kelompok ukuran kecil. Namun, syarat
interaksi untuk bank syariah kecil dan menengah dan PDB riil tidak signifikan. Hasil ini
menegaskan pandangan 'stabilitas' bank syariah ukuran besar.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 35

Tabel 5.
Hasil Estimasi GMM Sistem (Pinjaman bersih, berdasarkan kelompok ukuran yang berbeda)

Model 1 Model 2 Model 3


Variabel
(ukuran kecil) (ukuran sedang) (ukuran besar)

L1 itu-1
0.268*** 0.341*** 0,476***
- 0,007 0 0
y dia
0.108*** 0.661*** 0,169*
- 0,002 0 - 0,091
y xdia
IB saya
- 0,153 - 0,694 - 0,210*
- 0,461 - 0,296 - 0,061
UKURAN Ln
itu-1
0,766*** 0,609*** 0.394***
0 0 0
TOPI itu-1
- 0,015*** 0,002** - 0,011***

0 - 0,001 0
DANA itu-1
0,001 - 0,0002 0,0002**
- 0,119 - 0,314 - 0,003
informasi
T
0,0005 - 0,004*** - 0,011***

- 0,874 0 0
Nilai-P
AR(2) 0.4349 0,4126 0.231
Tes Sargan 0,4629 0,8153 0.278
Catatan: angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai-p
* * * , * * , * menunjukkan signifikansi masing-masing pada 1%, 5%, dan 10% alpha

V. KESIMPULAN
Kami menguji perilaku pinjaman bank selama siklus bisnis dalam sistem perbankan ganda di
Indonesia Dengan menggunakan pendekatan sistem dinamis GMM dan set data panel tingkat
bank dari 60 bank selama periode 2001 hingga 2015, hasilnya menunjukkan prosiklikalitas
pinjaman bank untuk keduanya. bank syariah dan konvensional di indonesia. Namun, ketika kita
mengkategorikan ke dalam pinjaman konvensional dan pembiayaan syariah, bukti
menunjukkan bahwa bank konvensional adalah procyclical, sementara kami tidak menemukan
dukungan bahwa bank syariah procyclical dalam perilaku pembiayaannya.
Studi ini juga menunjukkan peran yang dimainkan oleh bank syariah dalam
memperlancar perilaku pembiayaan mereka selama masa penurunan ekonomi sebagai
bukti di bank syariah dan bank besar interaktif dummy. Dalam semua kasus, bukti
mendukung bahwa bank syariah adalah counter-cyclical dibandingkan bank konvensional
sejalan dengan Farooq dan Zaheer (2015) dan Ibrahim (2016). Bank syariah di Indonesia
telah mampu menstabilkan pembiayaan mereka selama resesi ekonomi baru-baru ini.
Tidaklah mengherankan jika bank syariah Indonesia berkinerja baik selama krisis
keuangan global meskipun krisis menghantam ekonomi global.
Prosiklikalitas perilaku pembiayaan sebagai salah satu penyebab utama risiko sistemik
telah dipahami dengan baik oleh regulator. Namun indikasi bahwa bank syariah di Indonesia
berperilaku counter-cyclical, sedangkan bank konvensional berperilaku procyclical dalam
kegiatan penyaluran kreditnya memerlukan perumusan kebijakan yang berbeda. Disarankan
bahwa merancang kerangka kerja yang baik dan instrumen yang efektif adalah penting untuk
mengatasi perbedaan sifat perilaku pemberian pinjaman di antara ini
36 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

dua sistem perbankan. Kebijakan dan kerangka kehati-hatian makro yang unik untuk bank
syariah dan konvensional sangat penting untuk mencegah risiko sistemik dan
ketidakseimbangan keuangan.

REFERENSI
Abdul-Rahman, A., Abdul Latif, R., Muda, R., & Abdullah, MA (2014). Kegagalan dan
potensi kontrak pembagian untung-rugi: Perspektif Teori Kelembagaan, Ekonomi
Baru (NIE).Jurnal Keuangan Cekungan Pasifik,28, 136-151. http://doi. org/
10.1016/j.pacfin.2014.01.004
Arellano, M., & Bover, O. (1995). Lihat lagi pada variabel instrumental
estimasi model komponen kesalahan.Jurnal Ekonometrika,68(1),29-51. https://
doi.org/10.1016/0304-4076(94)01642-D
Ascarya, Rahmawati, S., & Karim, AA (2016). Menguji prosiklikalitas Islam
dan bank konvensional di Indonesia. Dalam: Zulkhibri, M., Ismail, A., & Hidayat, S.
(eds).Regulasi dan Kebijakan Makroprudensial untuk Industri Keuangan Syariah.
Cham: Pegas.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-30445-8_8
Aysan, A., Disli, M., & Ozturk, H. (2016). Krisis keuangan, kebijakan makroprudensial
dan disiplin deposan.Tinjauan Ekonomi Singapura,62(1), 5-25. http://doi. org/
10.1142/S021759081740001X
Azmat, S., Skully, M., & Brown, K. (2015). Bisakah perbankan Islam menjadi
Islam?Jurnal Keuangan Pacific-Basin, 34, 253-272 http://doi.org/10.1016/j.
pacfin.2015.03.001
Bank Indonesia (2015).Laporan Statistik Bulanan, Perbankan Syariah Indonesia. Jakarta:
Bank Indonesia.
Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., & Merrouche, O. (2013). Islam vs konvensional
perbankan: Model bisnis, efisiensi dan stabilitas.Jurnal Perbankan & Keuangan, 37(2),
433–447. http://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2012.09.016 Blundell-wignall, A., & Roulet,
C. (2014). Kebijakan makro-prudensial, kontrol modal
dan risiko sistemik bank. Dalam: Shigehara, K. (eds).Batas Pengawasan dan Kegagalan
Pasar Keuangan.London: Palgrave Macmillan. https://doi.org/
10.1057/9781137471475_9
Blundell, R., & Bond, S. (1998). Kondisi awal dan batasan momen dalam
model data panel dinamis.Jurnal Ekonometrika, 87(1),115-143.
https://doi.org/10.1016/S0304-4076(98)00009-8
Buiter, WH (2014). Peran bank sentral dalam stabilitas keuangan : Bagaimana
berubah?Ilmiah Dunia,30, 11–56.
https://doi.org/10.1142/8720
Chapra, MU (2009).Krisis Keuangan Global: Beberapa saran dari Islam
Keuangan. Kyoto.
Chong, BS, & Liu, M.-H. (2009). Perbankan Islam: Bebas bunga atau bunga-
berdasarkan?Jurnal Keuangan Pacific-Basin,17(1), 125-144. http://doi.org/10.1016/j.
pacfin.2007.12.003
ihák, M., & Hesse, H. (2010). Bank Islam dan stabilitas keuangan: Sebuah empiris
analisis.Jurnal Penelitian Jasa Keuangan,38(2–3), 95–113. http://
doi.org/10.1007/s10693-010-0089-0
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Moneter Islam, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2018 37

Farooq, M., & Zaheer, S. (2015). Apakah bank syariah lebih tangguh selama keuangan?
panik?Tinjauan Ekonomi Pasifik,20(1), 101–124. http://doi.org/10.1111/1468-
0106.12096
Galati, G., & Moessner, R. (2013). Kebijakan makroprudensial - tinjauan pustaka.
Jurnal Survei Ekonomi,27(5), 846–878. http://doi.org/10.1111/j.1467-
6419.2012.00729.x
Ghosh, S. (2016). Kebijakan makroprudensial, krisis dan pengambilan risiko: Bukti dari
sistem perbankan ganda di negara-negara GCC.Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis
Islam,7(1), 6–27. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/09564230910978511
Hasan, M., & Dridi, J. (2011). Dampak krisis global terhadap Islam dan
bank konvensional: Studi banding.Jurnal Perdagangan Internasional, Ekonomi dan
Kebijakan,2(2), 163–200. http://doi.org/10.1142/S1793993311000270 Husman, J.
(2015).Esai tentang Perbankan dan Kebijakan Moneter dalam Hadirat Islam
Bank. Universitas Warwick.
Ibrahim, MH (2016). Siklus bisnis dan prosiklikalitas pinjaman bank secara ganda
sistem perbankan.Pemodelan Ekonomi,55, 127–134. http://doi.org/10.1016/j.
ecomod.2016.01.013
IRTI-Thomson Reuters (2015).Laporan Keuangan Syariah Indonesia: Prospek Untuk
Pertumbuhan Eksponensial. Jeddah: Lembaga Penelitian dan Pelatihan Islam. Laeven,
L., & Valencia, F. (2013). Database krisis perbankan sistemik.Ekonomi IMF
Ulasan, 61(2), 225–270. https://
doi.org/10.1057/imfer.2013.12
Landau, J. (2009). Kompleksitas dan krisis keuangan. Makalah dipresentasikan pada
Konferensi Makroekonomi dan Sistem Keuangan Di Masa Normal dan Saat
Stres, Bank of France dan Deutsche Bundesbank, Gouvieux-Chantilly.

Lee, M., Asuncion, RC, & Kim, J. (2016). Efektivitas kebijakan makroprudensial
di Asia berkembang: Sebuah analisis empiris.Keuangan dan Perdagangan Pasar
Berkembang, 52(4), 923–937. http://doi.org/10.1080/1540496X.2015.1103137
Louati, S., & Boujelbene, Y. (2015). Stabilitas-efisiensi bank dalam perbankan ganda
sistem: Sebuah analisis perbatasan stokastik.Jurnal Internasional Keuangan dan
Manajemen Islam dan Timur Tengah,8(4), 472–490. https://doi.org/10.1108/
IMEFM-12-2014-0121
Zhang, L., & Zoli, E. (2016). Bersandar melawan angin: Kebijakan makroprudensial
di Asia.Jurnal Ekonomi Asia,42, 33–52. http://doi.org/10.1016/j.
asieco.2015.11.001
Zulkhibri, M., & Sukmana, R. (2017). Saluran pembiayaan dan kebijakan moneter di
sistem perbankan ganda: bukti dari bank syariah di Indonesia.Catatan Ekonomi,
46(1),117-14. https://doi.org/10.1111/ecno.12076
38 Prosiklikalitas dan Perilaku Perkreditan Bank di Indonesia: Kasus Dual Banking System

halaman ini sengaja dibiarkan kosong

Anda mungkin juga menyukai