DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 3 :
1. Murni ( SR20214015 )
2.Nopi puan Maharani (SR20214014)
3.Junianti Tri Lestari (SR20214005)
4.Nanda Nadia Agustin (SR20214002)
5.Robi robiansyah (SR20214027
6.Rohani (SR20214025)
7.Humaidi (SR20214019)
pg. 1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i
C. ETIOLOGI ............................................................................................................6
D. PATOFISILOGI ...................................................................................................6
E. MANIFESTASI .....................................................................................................7
A. PENGKAJIAN .....................................................................................................10
A. KESIMPULAN .....................................................................................................19
B. SARAN ..................................................................................................................19
pg. 3
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Bedikal Bedah II “ Askep
Graves Dyseases” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II serta untuk memahami tentang asuhan keperawatan tentang Graves Dyseases. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.
Terdapat banyak kesalahan dalam makalah “ASKEP GRAVES DYSEASES”, untuk itu
penulis mengharapkan agar pembaca dapat memberikan sanggahan, kritik, dan saran yang bersifat
membangun.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada semua pembaca.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan kelenjar endokrin: penyakit graves pada berbagai tingkat usia secara
komprehensif berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tentang konsep medis pada Penyakit Graves.
b. Mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada Penyakit Graves.
pg. 1
2
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi
kepustakaan.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu bab I pendahuluan yang
berisikan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab II Landasan teori yang berisikan pengertian, anatomi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
penyakit graves. Bab III Asuhan keperawatan dengan penyakit graves yang berisikan
proses keperawatan. Bab IV penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
pg. 3
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Penyakit Graves adalah jenis yang paling banyak djumpai. Kondisi ini terjadi akibat
pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan yang disebabkan oleh abnormalitas stimulasi
klenjar tiroid oleh imunoglobulin sirkulasi. Gangguan ini 8 kali lebih sering dialami oleh
wanita dibandingkan pria dan mencapai puncak antara dekade ke 2 dan ke 4 kehidupan.
Kondisi ini dapat muncul setelah syok emosional, stres, atau infeksi, tetapi siknifikan pasti
dari hubungan ini tidak dipahami (Brunner & Suddarth, 2014).
Penyakit graves adalah suatu penyakit autoimun yang tidak diketahui penyebabnya,
bercirikan pembesaran kelenjar tiroid dan sekresi hormon tiroid yang berlebihan, serta
keadaan dimana antibodi berikatan dengan reseptor TSH dan menstimulasi kelenjar tiroid
untuk melepaskan T3, T4 atau keduanya secara berlebihan (Lewis, Sharon, 2014).
Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang menyebabkan hipertiroidisme (Marlene
Hurst, 2016).
Penyakit Graves adalah penyakit yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang over aktif
dan merupakan penyebab hipertioid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya
turunan. Wanita 5 kali lebih sering dari pada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit
autoimun, dimana antibody ditemukan dalam peredaran darah yaitu Tyroid Stimulating
Immunogirobulin (TSI Antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH
Reseptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, semsitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir
dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering
berjalan sendiridan tidak bergantung pada tinggi rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit
dapat menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak
(Amin Huda Nurarif, 2015).
Jadi penyakit graves adalah suatu keadaan terganggunya sistem imun akibat proses
autoimun, dimana sistem imun tersebut memicu pembentukan antibodi yang disebut
Thyroid Stimulating Immunoglubolin (TSI) dan berikatan dengan Thyroid Stimulating
Hormone Reseptor (TSHR) yang menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan dan merupakan penyebab tersering hipertiroidisme yang belum
diketahui penyebabnya secara pasti.
pg. 3
4
pg. 5
6
C. Etiologi
Kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan yang dapat di
sebbakan oleh suatu penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang
kelenjar tiroid. Penyebab lainya dapat berupa tumor jinak (adenoma) yang mengakibatkan
membesarnya kelenjar tiroid (goiter) atau produksi TSH yang berlebihan leh kelenjar
pituitary, disebabkan oleh tumor pituitary (Mary Digiolio & Donna Jackson, 2014).
Penyakit Graves disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody
yang disebut thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI
Meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dcirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter)
dan eksoftalmus (mata yang melotot). (Tarwono, 2013).
D. Patofisologi
Graves disease merupakan salah satu contoh dari gangguan autoimun hipersensitif
tipe II. Sebagian besar gambaran klinisnya disebabkan karena produksi autoantibodi yang
berikatan dengan reseptor TSH, dimana tampak pada sel folikuler tiroid ( sel yang
memproduksi tiroid). Antibodi mengaktifasi sel tiroid sama seperti TSH yang
menyebabkan peningkatan produksi dari hormon tiroid. Opthalmopathy infiltrat
(gangguan mata karena tiroid) sering terjadi yang tampak pada ekspresi reseptor TSH pada
jaringan retroorbital. Penyebab peningkatan produksi dari antibodi tidak diketahui. Infeksi
virus mungkin merangsang antibodi, dimana bereaksi silang dengan reseptor TSH
manusia. Ini tampak sebagai faktor predisposisi genetik dari Graves disease, sebagian
besar orang lebih banyak terkena Graves disease dengan aktivitas antibodi dari reseptor
TSH yang bersifat genetik (Mary Digiolio & Donna Jackson, 2014).
7
E. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Huda Nurarif dalam buku NANDA NIC NOC tahun 2015, manifestasi
klinis pada penyakit graves sebagai berikut:
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebih.
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi BAB.
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
7. Gangguan reproduksi.
pg. 7
8
Menurut Marlene Hurst dalam Buku keperawatan medikal bedah tahun 2016,
manifestasi klinis pada penyakit graves sebagai berikut:
1. Goiter (pembengkakan pada leher)
2. Cemas, gemetaran, tremor.
3. Intoleransi terhadap panas, berkeringat.
4. Penurunan berat badan namun nafsu makan meningkat.
5. Peningkatan defekasi bising usus hiperaktif.
6. Eksoftalmus (penonjolan bola mata) : hanya terlihat pada penyakit Graves.
7. Kulit hangat, lembab, licin, kemerahan.
8. Tekanan darah normal, peningkatan nadi (90-160x/m saat istirahat), denyut nadi
bounding, aritmia, palpitasi ( Fibrilasi atrial pada klien berusia lebih dari 50 tahun)
9. Peningkatan frekuensi pernafasan.
10. Dispnea saat olahraga.
11. Masalah menstruasi (amenorea), masalah Fertilitas
12. Penurunan libido
13. Ginekomastia (peningkatan payudara) pada pria (jarang terjadi).
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan
hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan
(axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon
tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam
keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4
rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid
tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
9
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel
tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga
kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan
produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan
kadang-kadang tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan
pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut
TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati
0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-
4).(1,2,3).
Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan, USG, EKG) untuk
menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes
supresi tiroksin. (Mary Digiolio & Donna Jackson, 2014).
G. Penatalaksanaaan Medis
Pengobatan terhadap Graves disease termasuk penggunaan obat-obat anti tiroid
(OAT), yodium radioaktif dan tiroidektomi (eksisi pembedahan dari kelenjar tiroid).
Pengobatan hipertiroid pada graves disease adalah dengan obat-obatan seperti
methimazole atau propylthiouracil (PTU), yang akan menghambat produksi dari hormon
tiroid, atau juga dengan yodium radioaktif . Pembedahan merupakan salah satu pilihan
pengobatan, sebelum pembedahan pasien diobati dengan methimazole atau
propylthiouracil (PTU). Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi tiroksin dengan OAT
dosis tinggi untuk menghambat produksi hormon tiroid namun pasien tetap dipertahankan
eutiroid dengan pemberian tiroksin. Penambahan tiroksin selama terapi dengan OAT juga
akan menurunkan produksi antibodi terhadap reseptor TSH dan frekuensi kambuhnya
hipertiroid.
Pengobatan dengan iodium radioaktif diindikasikan pada : pasien umur 35 tahun atau
lebih, hipertiroid yang kambuh setelah dioperasi, gagal mencapai remisi sesudah
pemberian OAT, tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT dan pada adenoma
toksik, goiter multinodular toksik. Digunakan I131 dengan dosis 5-12mCi per oral.
(Brunner & Suddarth, 2014).
pg. 9
1
0
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GRAVES
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Seperti dibawah ini
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan, nyeri dada
(angina), sering kelelahan, mual, muntah, urine dalam jumlah berlebihan, dan
diare.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit tiroid yang dialami, infeksi, riwayat penggunaan
obat-obatan seperti lithium dan merokok.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit graves atau hipertiroidisme, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya faktor genetik penyakit graves, riwayat keluarga yang
mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon toroid atau
pengobatan antitiroid, dihentikan terhadappengobatan antitiroid, dilakukan
pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin
yangmenyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung,
penyakit yang baru terjadi (pneumonia).
11
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda –tanda vital.
2) Aktivitas dan Istirahat
Adanya insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan
koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot, terlihat lemas.
3) Sistem Kardiovaskuler
Adanya palpitasi, nyeri dada (angina), disritmia (Fibrilasi atrium),
irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
4) Eliminasi
Adanya urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses (diare).
5) Integritas Ego
Adanya Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
6) Makanan dan Cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, adanya
Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
7) Pernafasan
Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada
krisis tirotoksikosis).
8) Neurosensori
Pusing, kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan
penglihatan, disorientasi, stupor.
pg. 11
1
2
9) Keamanan
Suhu meningkat di atas 37,400 C, diaforesis, kulit halus, hangat dan
emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
Adanya penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : T3 meningkat (N: 70-250 mg/dl), T4
meningkat (N: 4-12 mcg/dl), TSH menurun.
2) Scan
Scan dapat mengetahui daerah dari kelenjar tiroid yang paling aktif
dan menghasilkan maksimum T3 dan T4. Scan juga dapat mengetahui
kanker tiroid, tumor atau nodul
3) Ultrasonografi
USG membantu mendeteksi cycts, tumor, dan nodul kelenjar
tiroid. (Brunner & Suddarth, 2014).
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif.
No Data Problem Etiologi
13
1 Data Subjektif:
Klien mengeluh jantung Penurunan curah Perubahan frekuensi
berdebar-debar dan jantung jantung
nyeri dada
Data Objektif:
TD meningkat, takikardi
2 Faktor Resiko:
-Kehilangan berlebihan Resiko kekurangan -
pg. 13
1
4
melalui rute normal (Diare) volume cairan
- Penurunan berat badan
- Faktor yang mempengaruhi
cairan (status
hipermetabolik)
3 Data Subjektif:
- klien mengatakan Ketidakseimbangan hipermetabolik
mengalami penurunan berat nutrisi kurang dari
badan tetapi tidak mengalami kebutuhan tubuh
penurunan nafsu makan
Data Objektif:
- Penurunan berat badan
4 Data Subjektif:
- Klien mengeluh demam Hipertermia Penyakit
Data Objektif:
-Peningkatan suhu tubuh
>37,400C.
5 Data Subjektif:
- Klien mengeluh sering Intoleransi Aktivitas Kelemahan umum
kelelahan
Data Objektif:
- Adanya atrofi otot
- klien tampak lemas
Data yang telah dianalisa dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
15
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual, potensial atau
kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit Graves
adalah sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung. (Amin
Huda Nurarif, 2015).
2. Resiko kekurangan volume cairan.(Amin Huda Nurarif,2015).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik.(Brunner & Suddarth, 2014)
4. Hipertermia berhubungan dengan penyakit. .(Brunner & Suddarth, 2014)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.(Mary Digilio, 2014)
pg. 15
1
6
f. anjurkan untuk
menurunkan stres
2. Resiko kekurangan volume setelah dilakukan tindakan a. Monitor frekuensi
cairan keperawatan selama 3x24 jam kehilangann cairan
diharapkan kekurangan pasien
volume cairan dapat dicegah. b. Monitor status
Dengan kriteria hasil : hidrasi ( kelembaban
a. Tekanan darah, nadi, suhu membran mukosa,
tubuh dalam batas normal. nadi adekuat,
b. Tidak ada tanda tanda tekanan darah
dehidrasi ortostatik), jika
c. Elastisitas turgor kulit diperlukan
baik, membran mukosa c. Monitor vital sign
lembab, tidak ada rasa d. Monitor masukan
haus yang berlebihan. makanan atau cairan
dan hitung intake
kalori harian.
e. Kolaborasikan
pemberian cairan 0,9
% NaCl.
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Kolaborasi dengan
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3 x 24 ahli gizi untuk
tubuh berhubungan dengan jam, diharapkan nutrisi pasien menentukan jumlah
hipermetabolik seimbang dengan. Dengan kalori dan nutrisi
kriteria hasil : yang dibutuhkan
a. Tidak ada tanda tanda pasien
malnutrisi b. Berikan informasi
b. Adanya peningkatan berat yang tepat tentang
badan sesuai dengan kebutuhan nutrisi
tujuan c. Kaji adanya
c. Mampu mengidentifikasi alergi makanan
kebutuhan nutrsi d. Berikan makanan
yang terpilih (sudah
17
dikonsultasi dengan
ahli gizi)
e. Timbang berat
badan pasien pada
interval yang tepat
4. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tekanan
dengan penyakit. keperawatan selama 2 x 24 darah, nadi dan RR
jam diharapkan suhu tubuh b. Monitor warna
pasien kembali normal. dan suhu kulit
Dengan kriteria hasil : c. Berikan pengobatan
a. Suhu tubuh dalam rentang untuk mengatasi
normal penyebab demam
b. Nadi dan RR dalam d. Kompres pasien
rentang normal pada lipatan paha
c. Tidak ada perubahan dan aksila
warna kulit dan tidak ada e. Berikan pengobatan
pusing untuk mencegah
terjadinya menggigil
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan a. Bantu pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 untuk
kelemahan umum jam diharapkan dapat mengidentifaksi
beraktivitas sperti semula. kekurangan dalam
Dengan kriteria hasil : beraktivitas
a. Mampu melakukan b. Bantu klien untuk
aktivitas sehari hari mengidentifikasi
b. TTV Normal aktivitas yang
c. Mampu berpindah : dengan mampu dilakukan
atau tanpa bantuan alat c. Monitor respon fisik
d. Status respirasi : klien
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
(NANDA, 2015)
pg. 17
1
8
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien
serta memahami tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan mencakup melakukan,
membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi
dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus
menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut
juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan
evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesipulan
Penyakit graves merupakan penyakit autoimun yang tidak dapat diketahui secara pasti
penyebabnya, kapan remisinya tercapai dan membutuhkan penekanan proses autoimun
secara terus menerus. Oleh karena itu pengelolaan penyakit graves ini memerlukan
evaluasi teratur dan kerjasama dokter, perawat dan pasien, termasuk ketaatan pasien
minum obat sehingga tujuan pengobatan dapat dicapai.
B. Saran
Setelah membaca tulisan ini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit graves.
pg. 19
2
0
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2014.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.Jakarta:EGC.
Digiolio, Mary.2014.Keperawatan Medikal Bedah Ed.
Bahasa
Indonesia.Yogyakarta:Rapha Publishing.
http://www.GraveDisease.com
Hurst, Marlene.2016.Buku Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
Bahasa Indonesia.Jakarta:EGC.
Nurarif, A.H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Medi Action.
Sharon, lewis.2014.Medical Surgical Nursing 1.Inggris:Mosby Company.
Tarwono.2013.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:CV.
Trans Info Media.