1. Konsep Mengenai Kekuasaan 1.1 Pengertian Kekuasaan Banyak definisi tentang kekuasaan itu yang telah disampaikan oleh beberapa pakar. Menurut Gibson dan kawan-kawan (2009) kekuasaan adalah kemampuan untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang diinginkan seseorang agar orang lain melakukannya. Jadi kekuasaan itu adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang diinginkannya. 1.2 Sumber atau Basis dan Bentuk Kekuasaan Menurut Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Thoha (1998) mengatakan bahwa sumber dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya. Menurut John French dan Bertram Raven (1965) dalam Tyson dan Jackson (2000), bahwa ada lima basis kekuasaan, yaitu: a. Kekuasaan Legal/Legitimasi (Legitimate Power) Kekuasaan yang bersumber pada jabatan/wewenang/posisi yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Makin tinggi posisi makin besar kekuasaan legitimasinya. b. Kekuasaan Imbalan/Ganjaran/Penghargaan (Reward Power) Kekuasaan yang bersumber atas kemampuan untuk menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain, seperti gaji, promosi, atau penghargaan jasa lainnya seperti meningkatkan kenyamanan kondisi kerja. c. Kekuasaan Paksaan (Coersoice Power) Kekuasaan diperoleh dengan membuat para pengikut memiliki rasa takut. Dengan demikian sumber kekuasaan diperoleh dari rasa takut. Misalnya bila tak mengikuti perintah pimpinan, bisa dipindah, ditunda pembayaran gaji atau pangkatnya, dll. d. Kekuasaan Ahli (Expert Power) Kekuasaan ini bersumber atau diperoleh karena punya pengetahuan dan keahlian, yang mana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh orang lain. e. Kekuasaan Acuan/Referensi (Referent Power) Kekuasaan diperoleh atau bersumber karena sifat-sifat pribadi (kepribadian) yang disenangi / dikagumi.
1.3 Taktik Kekuasaan
Robbins dan Coulter (2015) menyampaikan 9 (Sembilan) taktik kekuasaan yang bersumber dari hasil riset, yaitu sebagai berikut. a. Legitimasi. Menyampaikan sesuatu berbasiskan kebijakan/aturan organisasi karena posisi dalam jabatan. b. Bujukan yang rasional. Menyampaikan argument-argumen yang logis. c. Daya Tarik yang menjadi sumber inspirasi. Mengembangkan komitmen yang menarik bagi sasaran, kebutuhan, pengharapan, dan aspirasi. d. Konsultasi. Mencari dukungan dengan melibatkan mereka pengikut. e. Pertukaran. Memberikan imbalan atas dukungan yang diberikan. f. Daya Tarik pribadi. Mendapatkan dukungan atau kepatuhan karena persahabatan atau kesetiaan. g. Menjilat. Memakai bujukan, pujian, atau keramahtamahan. h. Tekanan. Dengan memakai ancaman dan peringatan. i. Koalisi. Dengan meminta dukungan orang lain dalam organisasi guna menunjang permintaan/perintah.
2. Konsep Mengenai Politik
2.1 Pengertian Politik dan Perilaku Politik Politik (organisasional) menurut Jones (1985) yang dikutip oleh Indriyo Gitosudarmo dan Sudita (1997) adalah aktivitas yang dipergunakan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menggunakan kekuasaan, untuk mendapatkan hasil/tujuan yang diinginkan, bila terdapat ketidakpastian atau ketidaksepakatan pilihan. Politik akan ada di semua lini organisasi, individu-individu akan terus berhubungan dengan perilaku politik, karena akan dapat dan bahkan sering dipakai sebagai strategi untuk mempertahankan kekuasaan, mencegah orang lain mengambil alih kekuasaan yang dicengkramnya, atau untuk memperluas kekuasaan yang telah ada padanya. Fenomena mana lantas menghasilkan apa yang disebut dengan perilaku politik.
2.2 Taktik Untuk Memainkan Politik Dalam Organisasi
Ada beberapa studi tentang macam-macam taktik politik yang digunakan oleh kelompok manajerial di dalam organisasi, satu diantaranya hasil studi oleh R.W. Allen dkk (1979) yang dikutip oleh Gisbson dan kawan-kawan (2009) tentang delapan taktik politik sebagai berikut. a. Menyerang / menyalahkan orang lain b. Memakai informasi c. Membangun citra / manajemen yang menarik d. Mengembangkan dasar dukungan e. Memuji yang lain, berusaha agar disayangi f. Koalisi kekuasaan, sekutu yang kuat g. Bekerjasama dengan yang berpengaruh h. Menciptakan obligasi / pertukaran
2.3 Etika Berperilaku Politik
Sepanjang kekuasaan yang digenggam dilaksanakan dalam batasan formal terutama dikaitkan dengan wewenang yang dimiliki dan dalam kerangka kebaikan organisasi, itu adalah sesuatu yang etis. Tetapi ketika kekuasaan tersebut digunakan di luar dari batas wewenang formal, kekuasaan yang dimiliki adalah untuk kepentingan pribadi atau kelompok, itu adalah tidak etis.
3. Konsep Mengenai Imbalan
3.1 Beberapa Isu Penting tentang Imbalan Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (1997) mencatat beberapa isu penting yang menyangkut tentang imbalan yang sering mewarnai kehidupan suatu organisasi. Adapun isu-isu tersebut adalah sebagai berikut. a. Bahwa orang bekerja pada suatu organisasi tertentu adalah dilatar belakangi oleh berbagai macam alasan atau motif, dan salah satunya yang sangat dominan adalah untuk menjaring imbalan sebab dengan imbalan yang diperolehnya ia akan dapat memuaskan aneka kebutuhan yang sering mengejarnya. b. Bahwa uang bukanlah satu-satunya imbalan yang diburu orang dalam bekerja. Ternyata di samping uang ada pencarian lain yang terkait dengan imbalan yang diimpikan. c. Imbalan yang dicari para pekerja ternyata bervariasi sepanjang waktu, sesuai dengan dinamika perubahan kondisi yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Tingkat imbalan yang diburu oleh seorang pekerja akan sangat terkait dengan kebutuhan yang menghadangnya.
3.2 Tujuan dan Jenis-jenis Imbalan
a. Tujuan imbalan Tujuan memberi imbalan menurut Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (1997) dan Gibson dan kawan-kawan (2009) pada dasarnya adalah seperti yang diuraikan berikut ini. - Untuk atau dalam rangka memotivasi anggota organisasi. Sistem imbalan yang dirancang oleh suatu organisasi harus mampu memacu motivasi kerja dari anggota organisasi, agar dapat berprestasi pada tingkat yang tinggi. - Untuk atau dalam rangka membuat kerasan pekerja yang sudah ada, terutama pekerja yang berkualitas, agar mereka tetap kerasan bekerja (loyal) dan tidak mudah hengkang ke organisasi lain. - Untuk dalam rangka menarik orang-orang yang berkualitas. Kemajuan suatu organisasi antara lain ditentukan oleh kualitas orang-orang yang ada di dalamnya. Salah satu daya Tarik seseorang bergabung ke dalam suatu organisasi adalah sistem imbalan yang dibentuk dan diterapkan oleh organisasi tersebut. b. Jenis-jenis imbalan 1. Imbalan Intrinsik Yakni jenis imbalan yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri atau imbalan yang merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri. Menurut Gibson dan kawan-kawan (2009) imbalan intrinsik meliputi: - Penyelesaian tugas Kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik, merupakan hal yang penting bagi sejumlah orang. - Pencapaian Prestasi Pencapaian prestasi berkaitan dengan kemampuan untuk menyelesaikan tujuan yang menantang (Challenging goal). - Otonomi Banyak orang merasa puas bekerja jika mereka diberi kebebasan dalam melaksanakan tugasnya dan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. - Pertumbuhan Pribadi Pertumbuhan pribadi pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan dan peluang yang tersedia bagi karyawan untuk mengembangkan keahlian dan karirnya. 2. Imbalan Ekstrinsik Adalah jenis imbalan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan tetapi berasal dari pekerjaan, meliputi: - Imbalan Finansial Yang dapat berbentuk gaji, upah, atau bonus. Gaji penerimaanya bersifat rutin dan tetap setiap bulan. Bonus berkaitan dengan prestasi karyawan yang mutakhir, di mana pemberiannya diberikan pada prestasi-prestasi tertentu yang mampu diraih oleh karyawan. - Jaminan Sosial (Fringe Benefit) Jaminan sosial antara lain meliputi: jaminan hari tua, asuransi tenaga kerja, biaya opname di rumah sakit, biaya perumahan dan lain sebagainya. - Profit-sharing Profit sharing pada dasarnya mendorong partisipasi dan prestasi dari para pekerja dengan memberikan bagian tertentu dari laba perusahaan yang bentuknya bisa berupa kas maupun saham. - Penghargaan atau pengakuan Prestasi yang baik perlu mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas jerih payah karyawan yang telah mereka sumbangkan pada organisasi. - Promosi Promosi merupakan pemindahan secara vertikal ke jenjang yang lebih tinggi yang disertai dengan adanya kenaikan tanggung jawab dan imbalan.
3.3 Pengaruh Imbalan Terhadap Prestasi Kerja
a. Bahwa uang harus dipertimbangkan sebagai tujuan orang bekerja yang mampu memenuhi kekurangan kebutuhannya. b. Uang dapat menjadi sumber ketidakpuasan yang potensial jika jumlahnya jauh dari yang diharapkan, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai faktor pemuas. c. Uang dapat dipandang sebagai alat untuk mencapai hasil yang diinginkan. d. Uang dapat berfungsi sebagai penguat, jika diberikan kepada seseorang berkaitan dengan prestasi tertentu.
3.4 Pendekatan Sistem Imbalan Non Tradisional
Ada empat pendekatan imbalan yang berbeda yang belum secara luas teruji yang dikemukakan oleh Gibson dan kawan-kawan (2009), yaitu sebagai berikut. a. Tunjangan Model Kafetaria Melalui model ini karyawan dimungkinkan mengembangkan dan mengalokasikan paket tunjangan yang secara pribadi dianggap menarik oleh mereka. Model ini menjadi aktual, karena pada dasarnya karyawan memiliki keinginan bervariasi, dan organisasi berkesempatan untuk menawarkan program yang cocok dengan keinginan karyawan secara individual. b. Banking Time Off (Menabung Cuti Kerja) Suatu praktik imbalan yang memungkinkan karyawan memperoleh cuti kerja di samping cuti lain, yang disebabkan karena yang bersangkutan menorehkan suatu prestasi. Program ini menjadi menarik bagi pegawai karena cuti adalah sesuatu yang menyenangkan. c. Pembayaran Berdasarkan Keterampilan Dalam sistem kompensasi yang tradisional, karakteristik pekerjaan, kondisi pasar tenaga kerja menjadi penentu tingkat pembayaran karyawan dan rentangnya. Tetapi dalam program pembayaran berdasarkan keterampilan, pembayaran kepada karyawan tergantung tidak hanya pada faktor pekerjaan, namun juga terkait dengan tingkat dan ragam keterampilan yang dimiliki. Program ini mencoba meninjau dari sisi efisiensi atau nilai tambah pada prestasi kerja. d. Gain Sharing (Pembagian Hasil) Bentuk formula pembayaran imbalan yang didasarkan pada insentif kelompok, dimana pegawai turut serta berkontribusi dalam perolehan pendapatan organisasi melalui prestasi aktualnya yang meningkat.
4. Konsep Mengenai Hukuman dalam Organisasi
Hukuman merupakan pemberian hasil yang tidak diinginkan (menyakitkan), dalam rangka mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan tersebut (Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita, 1997). Beberapa alasan yang dikemukakan mengapa hukuman tidak efektif dalam mengubah perilaku yaitu: a. Hukuman hanya mempengaruhi perilaku yang bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. b. Menggunakan hukuman akan diikuti dengan efek samping berupa sikap emosional yang justru dapat merugikan. c. Penerapan hukuman dalam organisasi kurang manusiawi.
Maka oleh karena itu, menurut pendapat Baron, Gray, dan Denis yang dikutip Gibson (2009) dalam Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (1997), bahwa pada saat memaksakan memberikan tindakan hukuman perlu memperhatikan hal-hal seperti:
a. Waktu pemberian hukuman
Hukuman diberikan segera setelah perilaku yang tidak diinginkan dilakukan. b. Intensitas hukuman Hukuman akan mencapai tingkat efektivitas yang lebih besar, jika intensitas hukuman tersebut cukup kuat. c. Konsistensi hukuman Hukuman harus dilakukan secara konsisten terhadap setiap perilaku pelanggaran yang terjadi. d. Kejelasan alasan/klarifikasi Orang yang dihukum harus mengetahui dengan jelas mengapa ia dihukum.