Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR


Judul Percobaan : Pembuatan Larutan

Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 28 Oktober 2021

Disusun Oleh:

Nama : Andi Aulia Urrahman Azka

NIM : 2107036043

Program Studi : KIMIA

Kelompok : KIMIA A

Asisten Praktikum : Siti Sarah

LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita tidak lepas dari hal-hal yang
berbau dengan ilmu kimia, seperti halnya makhluk hidup menyerap vitamin,
mineral, dan makanan dalam bentuk larutan, Larutan memegang peran penting
dalam kehidupan sehari-hari. Semua kehidupan yang terdapat di bumi ini semua
pasti membutuhkan campuran zat pada prosesnya. Pada umumnya, reaksi kimia
berlangsung antara dua campuran zat, bukan antara zat murni. saat ini, begitu
banyak reaksi kimia yang kita kenali, baik itu hasil dari laboratorium maupun
yang terjadi secara alami. Larutan merupakan campuran homogen yang
komposisinya sama, ukuran partikel, tidak ada bidang batas antara zat pelarut
dengan zat terlarut yang artinya tak bisa dibedakan secara langsung antara zat
pelarut dengan zat terlarut, partikel penyusunnya berukusan sama dari dua zat atau
lebih. Dalam pembentukan larutan apabila zat padat atau cair larut dalam cairan,
maka dalam campuran terjadi gaya tarik menarik antar molekul (intermolekul) zat
terlarut dan pelarut. Selain itu juga terdapat gaya tarik dai dalam molekul
(intramolekul) itu sendiri yang menyebabkan molekul atau ionnya masih tetap
bersatu.

Larutan terdiri atas dua komponen. Komponen-komponen tersebut yaitu


pelarut dan zat terlarut. pelarut biasanya disebut solvent dan zat terlarut biasanya
disebut solute. Zat pelarut adalah zat yang memiliki jumlah terbanyak sedangkan
zat terlarut memiliki jumlah yang lebih sedikit. Pembuatan larutan ini sangat
penting dari skala mikro hingga skala makro titik di alam, umumnya reaksi kimia
berlangsung di dalam larutan air. termasuk Bagaimana makhluk hidup menyerap
mineral vitamin dan makanan dalam bentuk larutan titik larutan biasanya terdiri
atas dua zat atau lebih yang bercampur dan bersifat homogen. Larutan memegang
peran penting dalam kehidupan sehari-hari, karena larutan sering kali digunakan
sebagai reagen atau pereaksi. Pembuatan larutan juga didasari untuk pembuatan
larutan standar atau larutan pereaksi. Selain itu pembuatan larutan bertujuan untuk
membuat larutan yang baru dan menggantikan larutan yang lama atau yang telah
kadaluarsa (tidak layak pakai).

Oleh karena itu praktikum kali ini dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan
pembuatan larutan dari bahan padat dan cair, konsentrasi dari suatu larutan, serta
faktor apa saja yang mempengaruhi konsentrasi nya. Di dalam larutan terdapat
kuantitas relatif suatu zat tertentu yang disebut konsentrasi. Konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan.
Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti
larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung
sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer. Larutan pekat dapat
dibuat menjadi encer dengan proses pengenceran..

1.2 Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui perbedaan pembuatan larutan dari bahan padat NaOH dan
cair HCl.

- Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembuatan larutan NaOH
dan larutan HCl.

- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi larutan.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan merupakan campuran dari dua zat atau lebih. Larutan dapat terjadi
karena komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul-molekul atau
lain-lain yang bercampur baur. Larutan dapat berupa padat, cair atau gas.
Namunlazimnya yang disebut larutan adalah zat cair. Larutan terdiri dari dua
komponen yaitu pelarut dan zat terlarut. Larutan adalah campuran karena terdiri
dari dua bahan yang disebut homogeny karena sifat-sifatnya sama dengan sebuah
cairan. Karena larutan adalah campuran molekul yang biasanya molekul-molekul
pelarut agak berjauhan dalamlarutan bila dibandingkan dalam larutan murni.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkankonsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi
yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi-standarisasi sering dilakukan
dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut
(Harjadi, 2000).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O),
selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform,
benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan sutu gas dengan gas
lainnya. Karena smeua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap
campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat
dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Apabila sebagian
cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah
padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom
atau molekul dari komponen lainnya. Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-
molekul terlarut mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan
dengan molekul-molekul pelarut. Bila ada kesamaan dari sifat kelistrikan,
misalnya momen dipol yang tinggi, antara solute/solvent, maka gaya gaya tarik
yang terjadi adalah kuat. Bila tidak ada kesamaan, maka gaya tarik solute/solvent
lemah. Dengan menggunakan alasan ini, suatu senyawa yang bersifat polar seperti
air biasanya menggunakan solvent yang baik untuk senyawa yang polar seperti
alkohol tetapi merupakan solvent yang jelek untuk senyawa yang non polar seperti
gajolin (Syukri, 1999).

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan


konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat
terlarut dalam sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Konsentrasi
didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut
yang digunakan dalam bentuk volume(berat), mol zat terlarut dalam jumlah
volume terlarut dalam pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul satuan konsentrasi
yaitu fraksi mol perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan
jumlah total mol dalam larutan. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat
terlarut dengan Pelarut satuan konsentrasi, yaitu: Fraksi mol adalah perbandingan
mol salah satu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen.

− Kemolalan adalah jumlah mol terlarut di dalam tahap 1000 g pelarut murni
− Kemolaran adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan liter larutan
− Persen masa adalah perbandingan masa zat terlarut dengan massa larutan
dikalikan 100%
− Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume
larutan dikalikan 100%

Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas,
molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen
volume (Baroroh, 2004).

Molaritas merupakan salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi larutanselain


molalitas, normalitas maupun fraksi mol. Molaritas menyatakan jumlah mol
zatyang terlarut dalam Iiter larutan. Cara membuat larutan aplikasinya banyak
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin anda pernah membuat air teh
manis. Untuk menghasilkan larutan yangsesuai dengan yang diharapkan tentu
anda harus bisa mencampurkan bahan-bahandengan komposisi yang sesuai.
Keterampilan membuat larutan tentu sangat banyakmanfaatnya baik di
laboratorium maupun di bidang industri.Molaritas (M) adalah suatu konsentrasi
yang mengukur banyaknya mol zatterlarut dalam satu liter larutan. Dapat
ditulisdengan rumus :
𝑛
𝑀=
𝑉
(2.1)
Dengan, M = molaritas (mol/liter) n = mol zat terlarut (mol) v = volume zat
terlarut (gram) g = massa zat terlarut (gram), Mr = massa molekul relatif zat
terlarut. Membuat suatu larutan untuk eksperimen dapat dilakukan dengan
melarutkanzat padat (Kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan
konsentrasi tinggimenjadi konsentrasi rendah (James. E. Brady, 2000).

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan


cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat (H2SO4).
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditamahkan dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar dapat menyebabkan
air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik (Khopkar,
1990).

Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g


pelarut.Molalitas tidak tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam bidang
kimia fisika,teristimewa dalam sifat koligatif. Normalitas menyatakan jumlah
ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam larutan
bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karenasatuan ini dipakai dalam
penyetara zat dalam reaksi (James. E. Brady, 2000).

Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan atau menyerap kalor


pada reaksi ini, terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi
endoterm ditandai dengan adanya penurunan suhu sistem. Dengan demikian, kalor
dipindah dari lingkungan ke dalam sistem reaksi endoterm mempunyai entalpi
bernilai positif yaitu 770. Energi yang ditetapkan lebih kecil daripada energi yang
digunakan saat reaksi. Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya
transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksoterm selalu ditandai dengan
adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi bertanda
negatif yaitu kurang dari 70. Hal ini terjadi dikarenakan energi yang dilepaskan
lebih besar daripada yang digunakan untuk reaksi (Achmad, 1996).

Konsentrasi larutan menyatakan secara kualitatif zat terlarut dan pelarut di


dalam larutan. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah zat Pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah molar, molal, dan bagian per juta. Penulisan kelarutan suatu solute di
dalam solvent dapat dinyatakan secara ketiganya Sementara itu, secara kualitatif
komposisi larutan dapat dinyatakan encer atau pekat. Molekul dari komponen-
komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses
pelarutan, tarikan antar partikel-partikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. (Sutresna, 2008).

Kesetimbangan larutan adalah pengaruh ion senama perubahan kelarutan.


Ion C nama kelarutan garam dalam larutan yang telah mengandung elektrolit lain
dengan ion yang sama dengan salah satu ion garam tersebut, akan lebih kecil dari
kelarutan garam dalam air murni tersebut. Kesetim-bangan larutan merupakan
kesetimbangan dinamis yang ada dalam senyawa kimia dalam keadaan padat
berada dalam kesetimbangan dengan larutannya. Padatan dapat larut tanpa
perubahan, disertai disosiasi atau disertai reaksi kimia dengan konstituen lain,
seperti asam dan basa. Setiap jenis kesetimbangan dicirikan oleh konstanta
kesetimbangan yang bergantung pada suhu. Kesetimbangan kelarutan penting
dalam skenario farmasi, lingkungan, dan lain lain (Syukri, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu :


− Temperature
− sifat pelarut
− efek ion sejenis
− efek ion berlainan
− ph
− hidrolisis
− pengaruh kompleks
Larutan non ideal deviasi negatif terjadi bila gaya tarik menarik antara molekul
yang berbeda lebih besar dari pada gaya taik menarik antar molekul yang sama.
Sehingga sulit menguap dari keadaan murninya. Hasilnya tekanan uap dari
larutannya lebih kecil dari hukum Raolt dan terjadi deviasi negatif. Akibatnya
proses pembentukan larutannya melepas panas (eksoterm) (Khopkar,2003).
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam
sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan
tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang
terpisah.Lazimnya salah satu komponen (penyusunnya) larutan semacam itu
adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium
pelarut atau solvent. Komponen lain, yang dapat berbentuk cairan, gas, atau padat
dibayangkan sebagai terlarut ke dalam komponen pertama. Zat yang terlarut
disebut zat terlarut atau solute. Biasanya komponen yang jumlahnya terbanyak
yang dianggap sebagai pelarut. Akan tetapi, jika menyangkut air dan larutannya
berbentuk cair, makaair yang dianggap sebagai pelarut (Gunawan, dkk, 2004)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
− Batang pengaduk
− Spatula
− Neraca digital
− Kaca
− Gelas kimia
− Labu takar 100mL
− Botol semprot
− Tabel periodik
− Bulb
− Botol reangen
− Corong kaca
− Pipet
− Kalkulator

3.1.1 Bahan
− Padatan NaOH
− Larutan HCl
− Aquades

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,5 mol
− Ditimbang padatan NaOH seberat 2 gram menggunakan neraca digital
− Dimasukkan kedalam gelas beaker
− Dibilas dengan aquades
− Ditambahkan 25 ml aquades
− Diaduk padatan NaOH larut di dalam aquades
− Dimasukkan larutan NaOH ke dalam labu takar 200 ml
− Ditambahkan aquades hingga tanda tera
− Dihomogenkan
− Dimasukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam botol reagen dan diberi label
− Dihitung volume NaOH 0,5 M
3.2.2 Pembuatan Larutan HCl 0,5 mol
− Ditambahkan aquades secukupnya kedalam beaker gelas
− Ditambahkan aquades ke dalam labu takar 250 ml
− Dimasukkan labu takar ke dalam gelas beaker
− Dipasang bulb ke pipet ukur 2 ml
− Diambil larutan HCl 0,5 M sebanyak 2 ml
− Dipindahkan larutan HCl yang berkonsentrasi 0,5 ke dalam labu ukur
− Ditambahkan aquades hingga tanda tera
− Dihomogenkan
− Dimasukkan larutann HCl 0,1 M yang telah jadi ke dalam botol reagen
− Diberi label disimpan ke dalam lemari asam
− Dihitung volume HCl 0.5 M
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Membuat Larutan NaOH 0,5 M


− Ditimbang padatan NaOH − NaOH berupa padatan
seberat 2 gram menggunakan berwarna putih
neraca digital
− Dimasukkan kedalam gelas
beaker
− Dibilas dengan aquades
− Ditambahkan 25 ml aquades
− Diaduk padatan NaOH larut di
dalam aquades
− Dimasukkan larutan NaOH ke − Aquades berupa larutan
dalam labu takar 200 ml bening
− Ditambahkan aquades hingga − Padatan NaOH larut dalam
tanda tera aquades
− Dihomogenkan − Larutan NaOH berupa
− Dimasukkan larutan NaOH 0,1 larutan bening
M ke dalam botol reagen dan
diberi label
− Dihitung volume NaOH 0,5 M

− Botol reagen berwarna gelap

− Didapatkan volume 0,5 M


sebesar 40 ml

2. Membuat Larutan HCl 0,5 M


− Dimasukkan aquades − Aquades berupa larutan
secukupnya ke dalam gelas bening
beaker
− Dimasukkan aquades ke dalam
labu takar 250 ml
− Dimasukkan labu takar ke
dalam gelas beker
− Bulb berwarna merah bata
− Dipasang bulb ke pipet ukur 2
ml
− HCl berupa larutan bening
− Dipipet larutan HCl 0,5 M
sebanyak 2 ml
− Dipindahkan larutan HCl yang
berkonsentrasin0,5 ke dalam
labu ukur
− Ditambahkan aquades hingga
pada tera − Botol reagen berupa kaca
− Dihomogenkan bening
− Dimasukkan larutan HCl 0,1 M
yang telah jadi ke dalam botol
reagen
− Diberi label disimpan ke dalam
lemari asam − Didapatkan volume 0,5 M
sebesar 50 ml
− Dihitung volume HCl 0,5 M

4.2 Reaksi
4.2.1 NaOH + H2O
NaOH + H2O → Na(OH)2 + H2
4.2.2 HCl + H2O
HCl + H2O → H3O= + Cl-
4.3 Perhitungan
4.3.1 Perhitungan NaOH dalam 200 mL
Diketahui :
M1 = 0,5 M
M2 = 0,1 M
V2 = 200 mL
M 1 × V 1 = M2 × V 2
0,5 M × V1 = 0,1 M × 200 mL
V1 = 40 mL

4.3.2 Perhitungan NaOH dalam 200 mL


Diketahui :
M1 = 0,5 M
M2 = 0,1 M
V2 = 250 mL

M 1 × V 1 = M2 × V 2
0,5 M × V1 = 0,1 M × 250 mL
V1 = 50 mL

4.3 Pembahasan
Larutan merupakan campuran dari dua zat atau lebih. Larutan dapat terjadi
karena komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul-molekul atau
lain-lain yang bercampur baur. Larutan dapat berupa padat, cair atau gas.
Namunlazimnya yang disebut larutan adalah zat cair. Larutan terdiri dari dua
komponen yaitu pelarut dan zat terlarut. Larutan adalah campuran karena
terdiri dari dua bahan yang disebut homogeny karena sifat-sifatnya sama
dengan sebuah cairan.

Pembuatan larutan merupakan aktivitas yang sering sekali dilakukan


dalam bekerja di laboratorium, baik dalam analisis kimia secara konvensional
(volumetri dan gravimetri maupun dalam analisis secara instrumentasi
(spektrometri, kromatografi, dsb). Dalam analisis konvensional misalnya
adalah pembuatan larutan standar yang digunakan untuk titrasi, sedangkan
dalam analisis instrumentasi misalnya adalah pembuatan serangkaian larutan
standar untuk memperoleh grafik standar.
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan
atau pelarut. Secara sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran
atau sebuah informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah
pelarutnya. Konsentrasi larutan yang biasa dipakai pada laboratorium, yaitu
Molaritas, Molalitas, Normalitas, Fraksi Mol, Konsentrasi dalam Persen, Parts per
Million (ppm) dan Parts per Billion (ppb), dan Keformalan.

- Molaritas merupakan salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi


larutanselain molalitas, normalitas maupun fraksi mol. Molaritas (M) adalah
suatu konsentrasi yang mengukur banyaknya mol zatterlarut dalam satu liter
larutan.
- Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g
pelarut.Molalitas tidak tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam
bidang kimia fisika,teristimewa dalam sifat koligatif. Normalitas menyatakan
jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam
larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karenasatuan ini
dipakai dalam penyetara zat dalam reaksi.
- Fraksi mol merupakan salah satu satuan konsentrasi larutan selain molalitas
dan juga molaritas.Fraksi mol adalah perbandingan jumlah mol suatu zat (nt)
dalam larutan dengan jumlah mol seluruh zat (np) dalam larutan.
- Normalitas adalah ukuran yang menunjukkan konsentrasi pada berat setara
dalam gram per liter larutan. Berat ekivalen itu sendiri adalah ukuran
kapasitas reaktif molekul yang dilarutkan dalam larutan. Dalam suatu reaksi,
tugas zat terlarut adalah menentukan normalitas suatu larutan.
- Konsentrasi dalam persen dalam ilmu kimia, untuk menyatakan konsentrasi
larutan sering digunakan istilah persen. Persen dalam konsentrasi larutan
dapat dinyatakan menjadi tiga bentuk, yaitu persen berat (%W/W), persen
volume (%V/V), dan persen berat volume (%W/V). Persen berat sering
digunakan karena persen ini tidak bergantung pada temperatur suhu.
- Ppm adalah kependekan dari parts per million atau bagian dari sejuta. Satuan
nirdimensi atau satuan tidak memiliki dimensi yang berasal dari pecahan
yang sangat kecil memakai satuan ppm dan parts per billion (ppb). Misalnya
seperti konsentrasi larutan atau kelimpahan partikel yang sangat kecil. Parts
per million atau Bagian per sejuta (PPM) adalah rasio yang digunakan untuk
menggambarkan jumlah kontaminan atau konsentrasi yang terdapat dalam
suatu zat. Dimana satu PPM adalah jumlah unit dibagi per sejuta unit.
- PPB adalah singkatan dari Part per Billion berarti Bagian per Semiliar
Bagian. Satuan PPB sering digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu
senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut,
kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam
garam juga dinyatakan dalam ppm. PPB adalah unit yang umum digunakan
konsentrasi untuk nilai-nilai yang sangat kecil. “Bagian per” notasi bukan
bagian dari sistem SI unit. Notasi menjelaskan berdimensi kuantitas. Notasi
ppb paling sering terlihat dalam fisika dan teknik. Dalam kimia, penggunaan
unit SI-compliant dianjurkan.

Berdasarkan tingkat kelarutannya, larutan dibedakan menjadi tiga


macam meliputi larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan larutan sangat jenuh :

- Larutan jenuh

Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila
bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.

- Larutan tak jenuh

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh (
masih dapat larut).
- Larutan sangat jenuh

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh (
masih dapat larut).

Reaksi eksoterm selalu ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem


saat reaksi berlangsung. Reaksi eksoterm adalah kalor yang dihasilkan oleh
suatu proses pembakaran dipindahkan dari sistem ke lingkungannya. Dengan
kata lain yaitu suatu reaksi yang menghasilkan kalor. Sebagai contoh yaitu
pada reaksi pembakaran yang terjadi pada api adalah reaksi eksoterm sehingga
akan melepaskan energi ke sekelilingnya. Reaksi endoterm adalah reaksi yang
membutuhkan atau menyerap kalor pada reaksi ini, terjadi perpindahan kalor
dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan adanya penurunan
suhu sistem. Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya
transfer kalor dari sistem ke lingkungan.

Larutan baku primer merupakan larutan yang mengandung zat padat


murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode
gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.Contoh larutan baku primer
diantaranya larutan kalium dikromat (K2Cr2O7), natrium klorida (NaCl), asam
oksalat, dan asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer:

- Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada


suhu 110-120 °C) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya
tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)

- Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbon dioksida.

- Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu; mengandung kotoran atau zat lain tidak melebihi 0.01%.

- Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa


ekuivalen yang besar; sebisa mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat
diabaikan.

- Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih; mudah larut
dalam pelarut yang sesuai dengan pelarut.

- Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan


langsung; reaksinya stikiometri dan berlangsung terus-menerus. Kesalahan
titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secra tepat dan mudah.

Larutan baku sekunder merupakan larutan yang mengandung suatu zat


yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat
yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh
larutan baku sekunder diantaranya larutan perak nitrat (AgNO3), kalium
permanganat (KMnO4), besi(II) sulfat (FeSO4) dan natrium hidroksida (NaOH).

Syarat-syarat larutan baku sekunder:

- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer


- Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
- Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
NaOH adalah singkatan dari natrium hidroksida atau sodium hidroksida
atau dikenal sebagai soda kaustik atau soda api di industri. NaOH dalam suhu
ruang berbentuk kristal putih tidak berbau dan bersifat sangat higroskopis
(menyerap kelembaban udara). Dilansir dari National Library of Medicine,
natrium hidroksida saat dilarutkan dalam air atau dinetralkan dengan cairan asam
akan melepaskan panas yang cukup untuk menyalakan bahan mudah terbakar.
Dan kemudian NaOH akan membentuk cairan bening yang lebih kental dari air.

Sifat-sifat kimia NaOH yaitu :

- Bereaksi dengan asam


- Bersifat hidroskopis
- Bersifat basa dengan pH 14
- Tidak larut dalam eter
- Tidak bereaksi dengan monia
- Mudah menguap
- Larutannya merupakan elektrolit kuat karena terionisasi sempurna pada air
- Mudah menyerap kelembapan dari udara
Sifat-sifat fisik NaOH yaitu :
- Tidak berbau
- Keasaman (pKa) 15,7
- Berbentuk padatan putih, licin, kristal buram
- Massa polar 39,9971 g mol-1
- Tekanan uap 2,4 kPa (pada 20°C)
- Berat molekul 40 g/mol
- Kelarutan 111 g/100 mL (20°C)
- Densitas 2,13 g/cm3

Asam klorida merupakan larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl).
Ia merupakan asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga dipergunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang
sangat korosif.
Sifat-sifat kimia HCl yaitu :

- Memiliki pH 1
- Oksidator korosif
- HCl akan berasap tebal di udara
- HCl mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun
- Larutannya merupakan asam kuat dan jika bereaksi dengan asam senyawa
seperti kalsium karbonat dan tembaga menghasilkan klorida terlarut
- HCl adalah asam monoprotik dan jika bereaksi dengan molekul air
membentuk ion hydronium

Sifat-sifat fisik HCl yaitu :

- Cairan tidak berwarna


- Keasaman (pKa) -6,3
- Massa polar 36,46 g/mol
- Titik lebur -27,32℃ (247 K)
- Kelarutan dalam air tercampur penuh
- Energi ionisasi 1250 kj/mol
- Titik didih 110℃ (383 K) pada larutan 20,2%

Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan larutan NaOH dan HCL.
Pada percoaan pertama dilakukan larutan NaOH 0,5 M dalam 100 mL. Mula-mula
ditimbang padatan NaOH seberat 2 gram menggunakan neraca digital lalu
dimasukkan kedalam gelas beaker setelah itu dibilas dengan aquades,
Ditambahkan 25 ml aquades kemudian diaduk padatan NaOH larut di dalam
aquades, Dimasukkan larutan NaOH ke dalam labu takar 200 ml lalu
diitambahkan aquades hingga tanda tera kemudian dihomogenkan, dimasukkan
larutan NaOH 0,1 M ke dalam botol reagen dan diberi label dan dihitung volume
NaOH 0,5 M dengan M1 = 0,5 M, M2 = 0,1 M, V2 = 200 ml didapatkan V1 = 40
ml. Dihomogenkan, fungsi di homogenkan Larutan agar larutan tercamput dengan
sempurna. Setelah itu masukkan kedalam Botol reagen dan beri label agar tidak
tertukar. Dari percobaan pertama didapatkan Hasil larutan bening.
Pada percobaan kedua yaitu pembuatan larutan HCL 0,5 M dalam 250 mL.
Mula -mula ditambahkan aquades secukupnya kedalam beaker gelas lalu
ditambahkan aquades ke dalam labu takar 250 ml, dimasukkan labu takar ke
dalam gelas beaker setelah itu dipasang bulb ke pipet ukur 2 ml kemudian dambil
larutan HCl 0,5 M sebanyak 2 ml, dipindahkan larutan HCl yang berkonsentrasi
0,5 ke dalam labu ukur, ditambahkan aquades hingga tanda tera setelah itu
dihomogenkan, dimasukkan larutann HCl 0,1 M yang telah jadi ke dalam botol
reagen dan diberi label disimpan ke dalam lemari asam. Kemudian dihitung
volume HCl 0.5 M dengan M1 = 0,5 M, M2 = 0,1 M, V2 = 250 ml didapatkan
hasil V1 = 50ml. Dalam percobaan Kedua ini dihasilkan larutan bening dengan
sedikit buih dipermukaan larutan.

Pada percobaan pembuatan larutan dan pengenceran larutan, kita


menggunakan beberapa alat yang akan membantu kita dalam melaksanakan
percobaan ini. Seperti neraca analitik yang berfungsi untuk menimbang bahan
secara akurat. Berikutnya adalah labu takar, pada praktikum kali ini, alat ini
digunakan pada percobaan pembuatan larutan dan pengenceran larutan. Labu
takar juga bisa digunakan sebagai wadah untuk mendapatkan larutan zat tertentu
yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel
dengan menggunakan pipet. Pipet tetes digunakan untuk membantu memindahkan
cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lainnya dalam jumlah yang sangat
kecil., ada pipet ukur yang digunakan untuk mengukur larutan HCL pekat dapat 2
ml. Hal ini berarti, pipet ukur digunakan sebagai alat ukur kuantitatif dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Batang pengaduk yang berfungsi untuk
mnecampurkan larutan atau membuat larutan menjadi homogen dan tercampur
rata. Tabel periodik fungsinya adalah untuk mengetahui nomor atom, konfigurasi
elektron, dan sifat setiap unsur dan kalkulator berfungsi sebagai alat penghitung.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
− Berdasarkan hasil percobaan perbedaan pembuatan dari bahan padatan NaOH
dan cair HCl di antaranya yaitu cara penakaran NaOH menggunakan neraca
analitik sedangkan HCl menggunakan pipet tetes. Selain itu, rumus yang
digunakan untuk menghitung konsentrasi pada larutan NaOH dan pada
larutan HCl yaitu M1 × V1 = M2 × V2.

− Berdasarkan hasil percobaan ini dihasilkan reaksi NaOH dan Aquades adalah
NaOH + H2O → Na(OH)2 + H2. Dan reaksi untuk HCl dengan Aquades
adalah HCl + H2O → H3O= + Cl-

− Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi larutan yaitu kadar zat


terlarut, jenis zat terlarut dan pelarut, massa jenis zat terlarut dan volume zat
terlarut dalam pelarut.
5.2 Saran
Sebaiknya pda percobaan selanjutnya pembuatan larutan dapat menggunakan
zat lain agar dapat tau variasi hasil dari pembuatan larutan dengan zat yang
bervariasi, seperti NaOH diganti dengan Na2CO3 dan HCl dengan H2SO4.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1996. KIMIA LARUTAN. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Baroroh, Umi L.U. 2004. DIKTAT KIMIA DASAR I. Banjar Baru : Universitas
Lambung Mangkurat.

Brady,James E.1994.KIMIA UNIVERSITAS EDISI KELIMA JILID PERTAMA.


Jakarta: Erlangga.

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. TANGKAS KIMIA. Surabaya: Kartika.

Harjadi, W. 2000. ILKU KIMIA ANALITIK. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Khopkar, S.M. 1990. KONSEP DASAR KIMIA ANALITIK. Jakarta : Universitas


Indonesia

Khopkar.2008. KONSEP DASAR KIMIA ANALITIK.Jakarta:UI-Press

Sutresna, Nana. 2008. KIMIA 2A. Grafindo Media Pratama: Bandung.

Syukri, S. 1999. KIMIA DASAR JILID I. ITB: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai