Anda di halaman 1dari 8

LANGKAH-LANGKAH REBT DALAM KONSELING SEBAYA

(Konseling Sebaya)

Oleh
Kelompok:
1. Esrawati Silalahi (1213052009)
2. Yessy Ary Estiani Sutopo (1213052051)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
LANGKAH-LANGKAH REBT DALAM KONSELING SEBAYA

Konselor : Esrawati Silalahi


Konseli : Yessy Ary Estiani Sutopo

Permasalahan dengan Teori ABC:


A (Activity Event): Klien datang pada konselor dengan membawa masalah bahwa
klien selalu memikirkan pacarnya yang akhir-akhir ini jarang memberikan kabar
dan merasakan perbedaan sikap pada diri pacar.
B (Belief): Klien sering berasumsi bahwa pacarnya selingkuh dan jenuh dengan
hubungan yang sudah berlangsung selama 2tahun.
C (Consequen):Karena selalu memikirkan pacarnya, pikiran tersebut mengganggu
kegiatan belajarnya. Ia menjadi tidak konsentrasi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dikampus.

1. Tujuan klien yang spesifik


Menemukan keyakinan-keyakinan klien yang irasional dari masalahnya tentang
dirinya yang merasa diselingkuhi dan tidak diperhatikan lagi oleh pacarnya.

2. Harus setuju yang berubah dirinya bukan situasi atau orang lain
Klien menyetujui bahwa dirinyalah yang harus berubah yaitu tentang keyakinan
yang irasional itu ada karena emosinya yang negatif yaitu kesal, marah dan takut
kehilangan pacarnya.

3. Menentukan target masalah yang konkret


Klien takut pacarnya selingkuh karena akhir-akhir ini ia jarang diberi kabar.
Dikaitkan dengan situasi yang baru saja terjadi yaitu:
Kemarin saat klien menghubungi pacarnya tetapi panggilan telponnya tidak
diangkat.
Konselor mengajukan pertanyaan tentang “siapa sajakah pacar yang dimaksud
klien?”
Kemudian klien menjawab “ yang ia maksud adalah Dika yaitu pacarnya selama 2
tahun ini”

4. Respon yang disungsional


Karena klien merasa tidak pernah diperhatikan oleh pacarnya, ia menjadi cuek dan
acuh tak acuh dengan pacarnya.

5. Menyebutkan emosi dan perilaku disfungsional


Emosi disungsional: klien selalu merasa kesal, marah, dan takut kehilangan
pacarnya.
Perilaku disfungsional klien sering muram dan menangis di kamarnya.

6. Mengukur seberapa besar disfungsionalnya emosi


Dari tingkat 1-10, Klien menyebutkan bahwa emosinya saat ini berada pada
tingkat 7.

Harus membuat klien termotivasi untuk berubah


Motivasi:
Meyakinkan klien bahwa, apa klien yakin bahwa pacarnya tidak peduli dengannya
dan selingkuh, mungkin saja saat klien menghubungi pacarnya, pacarnya tidak
mendengar suara handpone yang mungkin terlalu kecil, atau mungkin pacarnya
sedang banyak kegiatan. Memberikan arahan kepada klien untuk menghubungi
kembali pacarnya.

7. Identifikasi A
Konselor bertanya pada klien “Apa yang kamu rasakan ketika pacar kamu sudah
jarang memberi kabar?”
Konseli menjawab “ klien merasa sangat kesal, marah dan takut jika pacarnya
akan meninggalkannya”.

8. Mengasumsikan klien bahwa A benar irasional beliefnya sesuai


Klien menyebutkan A bahwa karena pacarnya sudah jarang memberikan kabar
dan tidak menjawab panggilannya ia merasa bahwa pacarnya selingkuh dan akan
meninggalkannya.

9. Hubungkan B dengan C, dan memahami ditorsi fungisonal bukan karena


A tapi karena C
Klien mempunyai Belief (B) yaitu yakin bahwa pacarnya selingkuh dan akan
meninggalkannya lalu muncullah konseluensi (C) yaitu kelien merasa kesal,
marah dan takut pacarnya meninggalkannya.
Teknik 100 orang
Konselor bertanya kepada klien “Apakah dari 100 orang jika mereka
menghubungi pacarnya tetapi pacarnya tidak menjawab panggilan telponnya atau
jarang menghubunginya maka pacarnya telah selingkuh.
Kemudia klien menjawab:
Ya, mungkin dari mereka semua ada yang tidak memiliki perasaan seperti yang
saya rasakan.

10. Irasional belief berhubungan dengan emosi yang tidak sehat atau B dan
C tidak sehat saling berhubungan
B yang dimiliki klien: yaitu klien yakin bahwa pacarnya selingkuh dan akan
meninggalkannya. Keyakinan tidak sehat jika berhubungan dengan konsekuensi
yang dimiliki klien yaitu: C klien merasa kesal, marah dan takut pacarnya
meninggalkannya.
Setelah mengidentifikasi belief yang irasional anda bantu temukan belief yang
irasional. Belief klien yang irasional adalah klien yakin bahwa pacarnya selingkuh
dan akan meninggalkannya.
Belief yang rasional yaitu klien menyadari bahwa pada saat klien mengubungi
pacarnya, pacarnya tidak mendengar karena suara hanponenya mungkin terlalu
pelan atau pacar klien sedang terburu-buru. jika pacar klien sudah jarang
menghubungi klien, karena pacarnya sedang banyak kegiatan atau tugas. Lalu
klien mencoba untuk menghubungi kembali pacarnya dan mau membicarakan
permasalahan yang sedang ia rasakan saat ini.
Konselor : Yessy Ary Estiani Sutopo
Konseli : Esrawati Silalahi

Permasalahan dengan Teori ABC:


A (Activity Event): Klien datang pada konselor dengan membawa masalah,
bahwa klien tidak bisa menolak ajakan teman-temannya untuk pergi bermain (ke
Mall dan karokean). Teman-temannya selalu mengajaknya pergi bermain hingga
larut malam, alhasil ia jarang belajar karena memiliki sedikit waktu untuk belajar
dan sudah merasa lelah.
B (Belief): Klien takut untuk menolak ajakan teman-temannya karena ia
beranggapa jika ia menolak ajakan temannya ia akan dimusuhi oleh teman-
temannya.
C (Consequen):
 Konsekuensi perilaku:
Karena selalu mengikuti ajakan teman-temannya, sehingga membuatnya jarang
belajar dan jarang mengerjakan tugas dengan baik. Akhirnya hal tersebut
mengakibatkan penurunan prestasi.
 Konsekuensi emosi yang ditimbulkan:
dia merasa tertekan dan terancam akibat pikiran irasionalnya sehingga ia merasa
cemas untuk mengatakan kata Tidak jika ia diajak pergi bermain bersama teman-
teman“ atau ia takut menolak ajakan teman.

1. Tujuan Spesifik
Klien ingin agar ia mampu menolak ajakan temannya agar ia tidak pergi bermain
hingga larut malam. Contoh percakapan:
Konselor: “Apa yang ingin kamu dapatkan dari sesi konseling ini?”

2. Persetujuan klien untuk berubah bukan situasi


Klien setuju bahwa yang merubah dirinya, bukan teman – temannya tetapi dirinya
sendiri. Contoh percakapan:
Konseli: “Saya sadar seharusnya sayalah yang menolak ajakan teman saya karena
teman saya hanya mengajak dan saya yang memutuskan untuk ikut atau tidak
pergi bersama mereka.

3. Menentukan masalah target yang konkret, meliputi:


Situasi : Saat diajak pergi bermain bersama teman-teman
Waktu : Sepulang sekolah (ketika duduk dibangku SMA)
Orang : Teman-teman yang mengajak pergi hingga larut malam

4. Identifikasi respon perilaku disfungsional / Identifikasi C


Emosi yang dirasakan klien ketika diajak bermain dengan teman-temannya
adalah: jengkel, sebal, merasa bersalah pada dirinya sendiri karena selalu bermain,
tidak belajar dan pulang malam serta tidak berani menolak ajakan temannya. Apa
yang dilakukan klien pada saat itu? klien pergi bermain dengan terpaksa. Contoh
percakapan:
Konselor: “Apa yang kamu rasakan ketika teman mu mengajak mu pergi
bermain?”
Konselor: “Apa yang dilakukan klien pada saat itu?”

5. Menemukan konsekuensi emosi yang spesifik


Klien merasa bersalah pada dirinya sendiri karena selalu bermain, tidak belajar
dan pulang malam serta tidak berani menolak ajakan temannya. Contoh
percakapan:
Konselor: “Jadi kamu merasa bersalah karena kamu sering pergi bermain dan
tidak bisa menolak ajakan teman-teman mu itu?”

6. Mengukur emosi disfungsional dan motivasi klien untuk merubah C


 Mengukur emosi disfungsional: ukuran disfungsional emosi yang dialami klien /
tingkat rasa bersalah pada diri klien ketika klien tidak dapat menolak ajakan
teman, ditunjukkan pada angka 6. Contoh percakapan:
Konselor: “Jika ditunjukkan dengan angka 1-10, berapa tingkat rasa bersalah yang
ada pada dirimu?”
 Motivasi klien untuk merubah C: ketika klien melihat teman lainnya yang dapat
Menolak ajakan temannya untuk pergi ke salah satu swalayan untuk berbelanja
(shoping) dan tidak keluar malam karena teman tersebut ingin belajar sehingga
prestasi yang baik dapat bertahan dan meningkat. Contoh percakapan:
Konselor: “Apa yang membuat mu ingin berubah untuk dapat menolak ajakan
teman-teman mu?”

7. Mengidentifikasi A dan mengasumsikan A benar sehingga iB sesuai


 Mengidentifikasi A
Contoh percakapan:
Konselor : “Apa yang membuat mu merasa bersalah kepada dirimu sendiri
ketika teman-teman mu mengajak mu untuk pergi bermain?”
Konseli : “Saya merasa telah melanggar norma, karena tidak sepatutnya
wanita keluar malam dan sebagai pelajar tidak sepatutnya juga bermain hingga
larut malam karena sebaiknya malam hari digunakan untuk belajar dan
mengerjakan PR.
 Mengasumsikan A benar sehingga iB sesuai
Konselor berkata “Bahwa sewajarnya teman mengajak mu bermain tetapi kamu
masih bisa menolaknya dan kamu juga bisa berteman dan tidak dimusuhi teman
mu karena tidak mau bermain bersamanya, asalkan alasan yang kamu utarakan
dapat diterima oleh teman-teman mu sehingga teman-teman mu tidak mengajak
mu bermain lagi.

8. Hubungan B-C
Konselor mengungkapkan bahwa konsekuensi emosi yang klien alami adalah rasa
bersalah karena telah melanggar norma dan pulang malam serta klien merasa takut
untuk menolak karena ia takut dijauhi oleh teman-temannya bukan karena ajakan
dari teman-temannya untuk mengajaknya bermain / keluar malam. Contoh
percakapan:
Konselor: “Apa yang membuat mu tidak berani menolak ajakan teman-teman
mu?”
9. Memahami distorsi fungisonal bukan karena A tapi karena C (Tidak
menggunakan teknik 100 person)
Klien telah memahami bahwa menerima ajakan teman-temannya untuk pergi
bermain membuat rasa bersalah pada dirinya sendiri dan tidak bisa menolak
ajakan membuatnya tidak belajar sehingga mengalami penurunan prestasi.

10. Mengidentifikasi iBS dan mengajarkan rBs


 Mengidentifikasi iBS, yaitu merasa bersalah karena tidak dapat / tidak bisa
menolak ajakan teman-temannya untuk bermain dikarenakan ia takut dimusuhi.
 Mengajarkan iBS, yaitu konselor mengajarkan rasional belief yang harus
dimiliki dan dikembangkan oleh klien menghilangkan rasa bersalah dan takut
untuk berani menolak ajakan teman-temannya serta ia tidak akan dimusuhi oleh
teman-temannya.

Anda mungkin juga menyukai