Anda di halaman 1dari 3

Essay Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Posted by putuaditya in Oct 20, 2009, under Oceanography

http://putuadityasetiawan.blog.com/2009/10/20/essay-reklamasi-pantai-utara-jakarta/

A. Pendahuluan

Penulisan artikel ini dilatar belakangi oleh semakin merebaknya kabar tentang pro dan kontra
terhadap kebijakan pemerintah dalam proyek reklamasi pantai utara jakarta. Dari berbagai
sumber yang bisa dipercaya dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari penduduk sekitar
pantai sendiri tidak setuju dengan adanya proyek pelebaran pantai ini, hal ini dikarenakan
mereka khawatir nantinya satu-satunya mata pencaharian mereka yakni nelayan akan
semakin sulit dan mungkin akan tergusur dengan adanya rencana pembangunan besar-
besaran pasca reklamasi nantinya.

Masalah yang terjadi ini sangat pelik lantaran menyangkut dua kebutuhan yang berbeda
yakni antara kebutuhan masyarakat pesisir dan kebutuhan pembangunan dalam upaya
menghadapi era perdagangan bebas tahun 2020. Pemerintah telah menetapkan bahwa proyek
ini akan segera dilaksanakan tahun 2009 nanti dan ditargetkan tahun 2015 sudah selesai.

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah sebagai media pemberitahuan kepada khalayak ramai
tentang rencana dan ketetapan pemerintah mengenai reklamasi pantai utara jakarta yang pada
dasarnya merupakan daerah paling tertinggal di wilayah jakarta.

Dengan artikel ini diharapkan nantinya kita semua bisa mengambil suatu pelajaran yang baik
tentang bagaimana sebaiknya sikap kita terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya,
karena dalam segala aspek tentu ada unsur analisa dampak yang terjadi kedepannya, baik itu
dari segi lingkungan, masyarakat sekitar, maupun kuntungan yang bisa diambil. Dan bila
dalam penulisan artikel terdapat banyak kesalahan maupun kekurangan di sana – sini, saya
minta maaf yang sebesar-besarnya.

B. Isi

Setelah sempat terkubur akhirnya kata reklamasi kembali mencuat lagi di Jakarta. Adalah
Jakarta Utara yang menjadi sasaran adanya proyek ini. Proyek ini sebenarnya sudah mulai
direncanakan pada tahun 2003 tetapi tertunda lantaran banyak terjadi pro-kontra. Tetapi
walaupun demikian banyak diantara pengembang yang telah melakukan reklamasi dan
revitalisasi pantai secara sendiri-sendiri, diantara mereka adalah Pantai Indah Kapuk dan
Pantai Mutiara.

Maksud diadakannya reklamasi pantai adalah guna mengatasi kelangkaan lahan di kota
metropolitan ini, selain itu upaya ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan wilayah
Jakarta Utara yang relatif tertinggal perkembangannya dibandingkan dengan wilayah jakarta
yang lainnya. Pemerintahan ibu kota negara ini tidak punya pilihan lain dalam
mengembangkan wilayah pesisir pantainya. Untuk mengembangkan pantai ke arah timur
sudah terbentur dengan lahan pertanian beririgasi teknis yang tidak boleh dirubah fungsinya.
Sementara jika perluasan dilakukan ke arah selatan amatlah terbatas, karena kawasan ini
merupakan daerah resapan air.

Kawasan pantai utara Jakarta diharapkan nantinya akan menjadi daerah yang kompetitif
dalam upaya mengatasi era perdagangan dan investasi bebas pada tahun 2020 mendatang.
Dalam rancangannya proyek ini diperkirakan akan mengambil lebar dari bibir pantai ke arah
laut sejauh 1,5 Km dan kedalaman maksimal delapan meter serta akan terbentang sepanjang
32 Km. Proyek ini membutuhkan tanah sekitar 200 hingga 335 juta meter kubik yang
digunakan untuk membuat lahan olahan seluas 2.700 hektar. Dalam lahan olahan seluas ini
rencananya akan digunakan untuk pembangunan kegiatan industri, juga untuk fasilitas
kegiatan pariwisata, bisnis, perkantoran, sarana transportasi, dan perumahan penduduk untuk
750.000 jiwa.

Dilihat dari segi bisnis dan perkembangan wilayah, memang proyek ini sesaat terkesan
begitu baik dan mengiurkan para investor. Tapi, jika lebih diperhatikan dari aspek
lingkungan hidup dan sosial masyarakat tentulah akan terlihat betapa proyek ini banyak
memuat masalah yang kompleks. Dalam rancangannya, terkesan bahwa pemerintah sama
sekali tidak memperhatikan kerusakan ekosistem yang akan terjadi, seperti mangrove,
terumbu karang, ikan , dan ekosistem laut yang akan hilang dan terusir dari kawasan ini. Hal
ini terbukti dengan hilangnya cagar alam muara angke yang berfungsi untuk menangkal
abrasi dan lainnya. Selain itu, jika kita melihat kegiatan pengurukan, kemungkinan terbesar
yang akan terjadi adalah abrasi dikawasan yang akan diambil pasirnya. Contoh paling nyata
adalah pulau nipah di Batam, yang nyaris tenggelam akibat pengerukan pasir laut oleh
pengusaha untuk mereklamasi Singapura. Reklamasi bandara Soekarno Hatta yang
menggunakan pasir laut dari perairan Indramayu, dampaknya berupa abrasi yang tidak
terelakkan di pesisir sepanjang Eretan. Bahkan kini telah mendekati jalan raya Pantura.
Lainnya, kasus reklamasi Pantai Indah Kapuk, Jakarta, yang telah terbukti mendatangkan
banjir bagi penduduk setempat, apalagi jika pengurukan tersebut dilakukan dalam skala
besar.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah akan hilangnya mata pencarian ribuan pembudidaya
ikan yang memanfaatkan Teluk Jakarta selama ini. Pemda DKI tidak pernah mengkaji secara
mendalam aspek sosial dan penggusuran secara besar- besaran terhadap penduduk setempat
yang selama ini menjadi bagian dari lingkungan dan turut menjaga dan melestarikannya,
tetapi diusir dan belum jelas akan dikemanakan nantinya dan akan bekerja apa. Sedangkan
keahlian mayoritas penduduk di kawasan itu adalah budidaya dan menangkap ikan.
Sementara itu, landasan hukum dari proyek reklamasi ini sangat kontroversial, proyek ini
tidak ada dalam peraturan daerah tentang RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) 1985 – 2005.
Tapi tiba- tiba saja lahir Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi di
DKI Jakarta dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penjabaran Kebijaksanaan
Keppres tersebut. Hal yang janggal ini justru dijadikan dalih oleh Pemprov DKI untuk
melakukan pelanggaran.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 1999 tentang rencana tata tuang wilayah (RTRW)
2010 muncul ketentuan tentang reklamasi pantai utara Jakarta. Selain itu, Keppres No. 52
sangat tidak visibel dan tidak mengakomodir kepentingan ekologi dan sosial. Maka dalam
konsolodasi di tingkat LSM peduli lingkungan termasuk WALHI Jakarta di LP3ES pada 3
April 2003 lalu, forum sepakat untuk mengadakan gugatan judical review terhadap Keppres
tersebut, bila diperlukan.

Sejak awal ide reklamasi pantai utara Jakarta tahun 1995, telah mengundang berbagai
kecaman dari berbagai pihak. Para aktivis lingkungan hidup seperti WALHI Jakarta, ICEL,
LP3ES, LBH Jakarta, dan dari berbagai Akademisi berbagai universitas antara lain : ITB,
Trisakti, IPB, dan lain- lain turut menentang proyek ini.

Reklamasi dan revitalisasi pantai bukanlah jalan keluar dalam mengatasi masalah dalam
lingkungan pesisir di daerah Jakarta Utara dan sekitarnya, bahkan akan memperburuk
keadaan dan menimbulkan masalah lain. Bila tujuannya adalah untuk mengatasi abrasi dan
penurunan tanah di kawasan Pantai Utara Jakarta akibat penurunan air tanah di daerah itu,
maka yang seharusnya dilakukan adalah memperbaiki ekosistem, terutama menghutankan
kembali daerah resapan di bagian hulu dan daerah aliran sungai (DAS) yang bermuara di
Pantai Jakarta. Penyelesaian masalah banjir, penurunan air tanah dan tanah di Jakarta tidak
dapat di atasi secara parsial atau per daerah, tetapi harus terpadu dalam kesatuan ekosistem.

A. Penutup

Pengembangan suatu daerah maupun wilayah dengan tujuan memodernisasikan adalah suatu
hal yang memang harus dilakukan suatu pemerintahan agar perkembangan dan pertumbuhan
perekonomian merata antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Tapi, dalam
perencanaan dan prakteknya harus memperhatikan aspek dampak lingkungan dan dampak
sosial masyarakat sekitar yang mungkin akan timbul nantinya.

Suatu kemajuan itu tak berarti harus meninggalkan alam dan mengorbankan banyak hal
hanya demi pembangunan dan kemajuan peradaban. Tetapi suatu kemajuan sangat
bergantung kepada kualitas lingkungan disekitarnya, karena kehidupan manusia sangat
mengandalkan kepada kondisi alam yang bersahabat. Dan kondisi ini bisa diraih hanya
dengan kita berlaku baik dan arif terhadap alam sekitar kita.

Kondisi yang terjadi di alam adalah hasil dari buah karya manusia. Alam akan memberikan
respon yang baik bila manusia berlaku baik kepada alam, dan akan mendapat sebaliknya jika
manusia semena- mena dalam memanfaatkan sumber daya alam. Semua kembali pribadi
manusia itu sendiri, bagaimana sikap atau aksi yang mereka berikan.

Anda mungkin juga menyukai