Disusun oleh:
Muslim NIM. H1071141001
Aulia Rahma NIM. H1071141008
Hendri NIM. H1071141015
Marsita Ulfa NIM. H1071141019
Dwi Intan Oktavia NIM. H1071141022
Faisal NIM. H1071141026
Diyah Dwi Lestari NIM. H1071141035
Ghozy Lilbar F.H. NIM. H1071141036
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
elektromagnetik di TPA Batulayang Pontianak demi memenuhi syarat penilaian
dimata kuliah Geofisika Lingkungan.
Tidak lupa kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan laporan ini, seperti Dosen Pengampu mata
kuliah, Asisten praktikum dan kepada pihak pengelola TPA Batulayang.
Kami menyadari bahwa pada laporan ini terdapat banyak kekurangan,
kritik serta saran sangat kami harapkan demi perbaikan diwaktu yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat diterima dengan baik.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
3.4 Akuisisi Data ....................................................................................... 19
LAMPIRAN ...................................................................................................... 30
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 (a) Sistem loop vertical coplanar (VCP) dan (b) sistem loop
horizontal coplanar (HCP) ............................................................ 12
Gambar 3.2 GF Instrument CMD-4 : (a) 3 buah probe, (b) main unit ................. 18
Gambar A.1 GF Instrument CMD-4 : (a) 3 buah probe, (b) main unit. ............... 30
Gambar A.3 (e) Meteran, (f) Hp berisi aplikasi mencari koordinat dan flashdisk. 30
Gambar C.1 (a) Lokasi pengambilan data, (b) pengambilan data. ....................... 31
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa panjang atau
jauh sebaran lindi yang ada di sekitar TPA Batulayang Pontianak serta sebagai
informasi untuk masyarakat di sekitar TPA agar lebih bijak dalam memanfaatkan
air tanah supaya terhindar dari berbagai kerugian terutama kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elektromagnetik
4
5
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospek geofisika adalah
metode elektromagnetik (EM), biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda
konduktif. Metode elektromagnetik merupakan metode geofisika yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan kebawah
permukaan bumi. Sumber gelombang elektromagnetik bisa berasal dari alam
(natural source) ataupun sumber buatan (artificialsource). Pada metode EM
parameter yang diukur merupakan respon terhadap radiasi elektromagnetik yang
diterima oleh sensor atau receiver.
Perubahan komponen-komponen medan magnet akibat variasi
konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan.
Konsep penjalaran gelombang elektromagnetik di bumi dapat dipahami sebagai
proses induksi elektromagnetik. Sifat perambatan gelombang EM adalah dalam
perambatannya medan listrik berosilasi (bergetar) demikian juga dengan medan
magnet. Arah getar medan listrik selalu tegak lurus (orthogonal) dengan arah
getar medan magnet dan arah perambatan gelombang EM tegak lurus terhadap
arah getar dari medan listrik dan medan magnet (Santoso, 2002).
6
2.3 Konduktivitas
(2.3)
sedangkan untuk sumber dipol magnetik horizontal yang terletak di titik (0,0,h)
dan menuju pada arah y, komponen medan primer pada titik (x,y,z) diberikan oleh
persamaan:
mT 3 xy
H xp =
4 R5
m 3y2 1
H yp = T
4 R5 R3 (2.5)
m 3 y ( z h)
H zp = T
4 R5
dengan mT adalah momen magnetik dari sumber dipol.
adalah 3,67 meter dengan frekuensi kerja 9,8 kHz. Penetrasi kedalaman untuk
sistem loop horizontal coplanar (HCP) dapat mencapai 3 meter dan untuk
penetrasi kedalaman sistem loop vertical coplanar (VCP) dapat mencapai
kedalaman 6 meter. Dengan menggabungkan dua teknik di atas akan didapatkan
pengukuran konduktivitas lebih jelas sebagai fungsi instrumen untuk kedua dipol
vertikal dan horisontal (Sianturi. dkk,2012).
Gambar 2.4 (a) Sistem loop vertical coplanar (VCP) dan (b) sistem loop
horizontal coplanar (HCP)
(Sumber: Sianturi, 2012).
2.6 Limbah
Limbah adalah semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan
hewan yang berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang
karena tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi. Walaupun dianggap sudah
tidak berguna dan tidak dikehendaki, namun bahan tersebut terkadang masih
dapat dimanfaatkan kembali dan dijadikan bahan baku. Limbah padat lebih
dikenal sebagai sampah. Berdasarkan (Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
pasal 1 ayat 1 tentang pengelolaan sampah) sampah adalah sisa-sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan
anorganik, dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah (Damanhuri & Padmi,
2011).
Berdasarkan sumbernya limbah terdiri dari :
1. Limbah Pabrik
Limbah ini dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena limbah
ini mempunyai kadar gas yang beracun, pada umumnya limbah ini dibuang di
sungai–sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga
masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari – hari, misalnya MCK
14
(mandi, cuci, kakus) sehingga secara langsung gas yang dihasilkan oleh limbah
pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh masyarakat.
2. Limbah Rumah Tangga
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga ini biasanya berupa
sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain lain, bisa juga berupa
kertas, kardus atau kart on. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika
berasal dari sisa obat, botol plastik, tas plastik, kaca, dan aluminium.
3. Limbah Pertanian
Limbah ini biasanya berasal dari sisa tumpahan atau penyemprotan yang
berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida dan pemupukan yang berlebihan.
Limbah tersebut mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga dengan kurun waktu
tertentu zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau serta
laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.
4. Limbah Pertambangan atau Limbah Industri
Limbah ini biasanya berupa limbah anorganik yaitu limbah yang berasal
dari sumber daya alam yang tidak dapat diuraikan dan tidak dapat diperbaharui.
Berikut adalah berbagai jenis bahan anorganik yang terkandung dalam air limbah:
a. Garam anorganik yang terdiri dari magnesium sulfat, magnesium klorida yang
berasal dari kegiatan pertambangan dan industri, b. Asam anorganik yang terdiri
dari asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar
fosil.
Berdasarkan sifat bahaya limbah diklasifikasikan menjadi :
1. Limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat dengan limbah B3 adalah
setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang
karena sifat dan/atau konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan
hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia sesuai (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1994).
2. Limbah domestik, biasanya dihasilkan dari kegiatan rutin (sehari-hari)
manusia, umumnya dalam bentuk cair dan padat. Limbah cair biasa berasal
dari kegiatan mencuci pakaian dan makanan, mandi, kakus (tinja dan air seni),
15
menyiram, dan kegiatan lain yang menggunakan air di rumah. Serta limbah
padat yang biasa dikenal sebagai sampah (domestik) (Damanhuri & Padmi,
2011).
Air lindi adalah cairan dari sampah yang mengandung unsur-unsur terlarut
dan tersuspensi. Air lindi merupakan cairan yang keluar dari tumpukan sampah,
dan ini salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh timbunan
sampah. Sampah yang tertimbun di lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
mengandung zat organik, jika hujan turun akan menghasilkan air lindi dengan
kandungan mineral dan zat organik tinggi, bila kondisi aliran air lindi dibiarkan
mengalir kepermukaan tanah dapat menimbulkan efek negatif bagi lingkungan
sekitarnya termasuk bagi manusia.
Dibawah kondisi normal, air lindi didapatkan pada dasar landfill, sehingga
pergerakannya melalui lapisan bawah. Meski gerakan lateral juga terjadi, hal ini
tergantung juga dari karakteristik material sekitarnya.karena pentingnya rembesan
kearah vertikal dalam hubungannya dengan kontaminasi air tanah, maka masalah
penelitian banyak dititik beratkan pada perembesan ke arah vertikal.
Karakteristik air lindi sangat bervariasi tergantung dari proses-proses yang
terjadi di dalam landfill, yang meliputi proses fisik, kimia dan biologis.
Sedangkan faktor-faktor yang yang mempengaruhi proses yang terjadi di landfill
antara lain : jenis sampah, lokasi landfill, hidrogeologi, dan sistem pengoperasian,
faktor tersebut sangat bervariasi pada suatu tempat pembuangan yang satu dengan
yang lainnya, begitu pula aktifitas biologis serta proses yang terjadi pada
timbunan sampah baik secara aerob dan anaerob. Dengan berbagai hal tersebut
maka akan mempengaruhi pula produk yang dihasilkan akibat proses dekomposisi
seperti kualitas dan kuantitas air lindi serta gas, sebagai contoh bila suatu TPS
banyak menimbun sampah jenis organik maka karakter air lindi yang dihasilkan
akan mengandung zat organik tinggi disertai bau (Ali, 2011).
Menurut Seyhan (1977) air lindi (leacheat) dapat bergerak menyebar
apabila tanah/batuan dasar TPA (landfill) merupakan lapisan yang dapat
16
meloloskan air atau masih dapat meloloskan air (tidak 100% kedap air). Ada dua
jenis akuifer yang memungkinkan terjadinya penyebaran leacheat yaitu akuifer
setengah tertekan (bagian atasnya merupakan akitard/lapisan setengah kedap air)
dan akuifer bebas.
Salah satu sifat fisika air yang biasa digunakan untuk menentukan polutan
dalam air yaitu konduktivitas listrik. Dari sifat konduktivitas listrik pada polutan,
maka kita dapat mengetahui jenis dari polutan tersebut yaitu dari harga
resisitivitas limbah. Karakteristik air lindi yang dilihat dari sifat fisisnya yaitu
nilai resistivitas akan bernilai kurang dari 10 Ωm, ini yang akan membedakan
dengan air bersih dengan resistivitas 10-100 Ωm. Adapun harga resisitivitas dari
berbagai jenis limbah dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.2 Nilai resistivitas berbagai jenis limbah.
Jenis Limbah Resisitivitas (Ωm)
Sampah pada pasir 41,61- 81
Sampah pada tanah 10,4 – 31,9
Sampah pada campuran 17,4 – 62,7
Akuifer tercemar 1,23 – 1,81
Polutan cair (oli) pada pasir 2,09 – 4,36
Pasir besi pada lempung 172 – 359
Lindi TPA Jatibarang (1 s/d 3 liter) 24,4 – 86,9
Polutan pada pasir 89,3 – 457
Air tanah tercemar <8
(Sumber: Wulandari, 2015).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
17
18
Gambar 3.2 GF Instrument CMD-4 : (a) 3 buah probe, (b) main unit
Pengambilan data secara High dan Low dilakukan dengan cara mengambil
data nilai konduktivitas dan koordinat dari setiap patok di lintasan 1 sampai di
lintasan 6 dengan alat GF Instrument CMD-4 dan aplikasi pengambilan koordinat.
Data yang diperoleh dari pengukuran yang tercatat pada GF Instrument CMD-4
berupa data x [m], y [m], Cond. [mS/m], Inphase [ppt] dan Error [%]. Data yang
diperoleh konduktivitas dan koordinat (dalam UTM) disusun secara berurutan dari
patok pertama di lintasan 1 sampai patok terakhir di lintasan 6. Data ini digunakan
sebagai input dengan menggunakan software Surfer akan menghasilkan output
berupa pemodelan bawah permukaan berdasarkan lapisan baik data secara EM
High atau EM Low. Dari hasil penelitian diperoleh peta sebaran nilai
konduktivitas yang diperkirakan air limbah sampah (lindi) yang terdapat pada
lokasi perolehan data.
Mulai
Studi literatur
Desain survey
Pengambilan data
Pengolahan data
Pemodelan 2D
Hasil
Kesimpulan
Selesai
Analisis data dilakukan dengan hasil pengolahan data yang telah dilakukan
menggunakan perangkat lunak Surfer 12. Terdapat 6 lintasan dengan panjang
sebesar 60 meter dan jarak antar patok adalah 2 meter dan jarak antar lintasan
adalah 5 meter. 6 lintasan dalam penelitian ini mewakili untuk menentukan
sebaran limbah sampah (lindi) di TPA Batulayang Pontianak.
22
23
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
26
27
2. Warga di sekitar area TPA Batulayang Pontianak agar lebih bijak dalam
menggunakan air tanah sebab air tanah yang berada di sekitar rumah warga
kemungkinan sudah tercemar oleh lindi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., 2011, Rembesan Air Lindi (Leacheat) Dampak Pada Tanaman Pangan
Dan Kesehatan, Staf Pengajar Program Studi teknik lingkungan UPN
Veteran Jawa Timur, Surabaya.
Bayrak, M., 1995, Use of Electromagnetic VLF Method in Shallow Exploration in
Turkey (in Turkish), Jeofizik, 9-10: 143-148.
Burger, H.,R.; Sheehan, A.,F.; dan C. H. Jones, 2004, Introduction to Applied
Geophysics Exploring The Shallow Subsurface, W.W. Norton, New
York, London.
Damanhuri, E., dan Padmi, T., 2011, Teknologi Pengelolaan Sampah, ITB,
Bandung.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, 2013, Komposisi Sampah
TPA Batu Layang dan Layout TPA Batu Layang, Pontianak.
Fernando, A., 2006, 2-D Inversion of VLF-EM Single Frequency, Centro de
Geofisica da Universidade de Lisboa, Portugal.
Frank, P.; Bosch; dan I. Muller, 2001, Continuous Gradient VLF Measurement: A
New Possibility for High Resolution Mapping of Karst Structures,
Technical Articles, 19: 345-350.
Frohlich, B., 1982, Electromagnetic Surveying in Current Middle Easter
Archaelogy : Application and Evaluation, Society of Exploration
Geophysicists Press, Washington DC.
Iqbal, M., A., and Gupta, S.,G., 2009, Studies on Heavy Metal Ion Pollution of
Groundwatersources as An Effect of Municipal Solid Waste Dumping,
African Journal of Basic and Applied Sciences, 1( 5-6 ): 117-122.
Kauffman, A.,A., dan Keller, G.,V., 1981, The Magnetotelluric Sounding
Method. Elsevier, Amsterdam.
Kearey, P.; Brooks, M., dan Hill, I., 2002, An Introduction to Geophysical
Exploration, Edisi ke-3, Blackweell Science Ltd, Malden, USA, Australia,
Carlton, France.
Kreith, F., 1997, Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta.
Menas, A., 2014, Studi Rembesan Polutan Sampah Berdasarkan Metode
Konduktivitas Elektromagnetik di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Batulayang Kota Pontianak, Jurnal FMIPA UNTAN, 2(1) : 23-26.
Pribadi, M.,A., 2011, Metode Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner, Semarang.
Santoso, D., 2002, Pengantar Teknik Geofisika, Departemen Teknik Geofisika,
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Sianturi, G., 2012, Pemodelan Dan Inversi Numerik Untuk Sistem Loop-Loop
Elektromagnetik Domain Frekuensi, Institut Teknologi Bandung,
Bandung, (Skripsi).
Sumargana, L., Sulistijo, B.. dkk., 2010, Penggunaan Metoda Very Low
Frequency (VLF) Untuk Pemetaan Penyebaran Kontaminan Di TPA Pasir
Impun Kodya Bandung, Prosiding PIT HAGI, 27.
28
29
Suwendi, 2011, Kajian Penyebaran Logam Berat Raksa dan Kadmium Pada Air
Tanah Bebas Di Selatan TPA Kota Pontianak, Pontianak.
Seyhan, E., 1977. Fundamentals of Hydrology, S. Subagyo., 1993, (alih bahasa),
Dasar-dasar Hidrologi. Ed ke-2, Gajah Mada Univ. Press.,Yogyakarta.
Widyatmoko, H., dan Sintorini, 2002, Menghindari, Mengolah dan
Menyingkirkan Sampah, PT. Dinastindo Adiperkasa Internasional, Jakarta.
Wulandari, R.A., 2010, Pemodelan Fisika Metode Geolistrik Konfigurasi
Schlumberger Untuk Monitoring rembesan Limbah Dalam Tanah,
Universitas Negeri Semarang, Semarang, (Skripsi).
LAMPIRAN
(a) (b)
Gambar A.1 GF Instrument CMD-4 : (a) 3 buah probe, (b) main unit.
(c) (d)
(e) (f)
Gambar A.3 (e) Meteran, (f) Hp berisi aplikasi mencari koordinat dan flashdisk.
30
31
(a) (b)
E. Data Praktikum
F. Koordinat Lintasan