Anda di halaman 1dari 14

THEORI HUKUM 2

Pengantar Kuliah :
Kata theory – teori berasal dari kata theoria yang dalam perkataan Romawi berarti
perenungan, suatu perkataan yang sesungguhnya berasal darikata thea dari ungkapan
bahasa Yunani diartikan sebagai cara pandang, atau hasil pandang subyek, sebagai suatu
konstruksi cita atau ide manusia dibangun dengan maksud untuk menggambarkan secara
reflektif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman.
Dalam dunia ilmu, teori memiliki arti dan kedudukan yang sangat penting, karena
dengan teori memberikan sarana untuk merangkum dan menyatukan hal-hal yang tercerai
berai dengan memberikan landasan yang kuat menjadikan sebagai suatu kesatuan.
Dengan teori akan menghubungkan satu sama yang lain sehingga mempunyai makna dan
dapat memahami permasalahan yang dibicarakan. Teori memberi penjelasan cara
mengorganisasi dan mengsistimatisasi masalah.
Teori hukum merangkum berbagai hasil temuan yang dibahas dalam filsafat hukum, teori
politik dan dogmatika hukum. Selain itu teori hukum akan memberikan jawaban atas
hubungan hukum dengan agama, etika, ekonomi dan sosial.

Dengan demikian maka teori hukum merupakan disiplin ilmu hukum yang secara kritis
dalam perspektif interdisipliner menganalisa berbagai aspek dari gejala hukum yang
mandiri dan menyeluruh, baik dalam konsepsi teoritis maupun dalam pengelolaan praktis,
dengan tujuan memperoleh penmahaman yang lebih komprehensif dan penjelasan yang
lebih jernih atas bahan-bahan yuridis yang tersedia.
Lahirnya teori hukum yang berasal dari ajaran hukum umum yang mempelajari asas-asas
hukum, pengertian dan konsep, pembedaan dan penggolongan, dipandang sama dalam
semua tatanan hukum dan merupakan bagian dari sistem hukum. Dengan kata lain
pemikiran teori hukum adalah :
1. menginginkan adanya disiplin ilmiah positif yang baru, lebih teoritikal dari
dogmatikan hukum namu lebih konkret dan praktis dari filsafat hukum;
2. menjadi obyek dari disiplin ilmu ini adalah penyelidikan tentang struktur dasar,
asas dan pengertian dasar dalam setiap hukum positif.
3. berupaya menguraikan gejala-gejala hukum secara metodololgikan yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga dapat mencapai kesimpulan yang faktual dan
diverifikasi dan didukung secara ilmiah.

The subject matter of a general theory of law is the legal norms, their elements, their
interrelation, the legal order as a whole, its structure, the relationship between different
legal orders and finally the unity of the law in the plurality of positive legal orders.

When this doctrine is called the pure theory of law, it is meant that it is being kept free all
the elements foreign to the specific method of a science whose only purpose is the
cognition of law, not its formation. A science is describe its object as its actually is not to
prescribe how it should be or should not be from the point of view, as some specific value
judgment. The latter is a problem of politics, and a such, concerns the art of government,
an activity directed at values, not an object of science, directed at reality.

Legal reality, the specific existence of the law, manifests itself is a phenomenon which is
mostly designated a the positiveness law. Positive law is always the law of a definitive
community.

Hukum dapat dipahami sebagai :


1. Norma atau kaidah yang sifatnya idealistis. Artinya hukum sebagai kaidah
merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku yang pantas. Metode
berpikir yang dipergunakan adalah metode deduktif-rational sehingga
menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis.
2. Hukum dipandang sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur. Metode
berpikir secara induktif-empiris sehingga hukum itu dilihat sebagai sikap
tindak yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama dan mempunyai tujuan
tertentu, yaitu untuk
mencapai keadilan dan perdamaian.

Ukuran penerimaan suatu norma terletak pada validitasnya yaitu kesediaan menerima
eksistensi norma itu mempunyai kekuatan mengika t bagi mereka yang perbuatannya
diatur dalam peraturan tersebut.
Suatu norma dikatakan valid karena norma itu termasuk dalam tata hukum norma positif.
Suatu norma dikatakan efektif terukur dari efektivitas upaya yang dilakukan agar
masyarakat mematuhi kaidah hukum tersebut, atau dengan perkataan lain pengukuran
berhasil atau gagal kaidah hukum mencapai tujuannya.

Keadilan :
Keadilan adalah cita-cita yang irrational sehingga bukan merupakan obyek pengetahuan,
sebab keadilan adalah suatu kebahagiaan social, karena hukum sebagai tata aturan
mengatur perilaku manusia yang berlaku bg setiap orang dan semua orang menemukan
kebahagiaan di dalamnya.
Keadilan adalah s esuatu di luar ratio karena bagaimanpun tindakan manusia tetap bukan
sebagai pengetahuan. Bagi pengetahuan yang rational, yang ada dalam masyarakat
hanyalah kepentingan dan konflik kepentingan. Oleh karena itu antara dua kepentingan
dicari kompromi yang obyektif berdasarkan tata aturan yang obyektif sebagai hukum
positif yang akan merupakan subyek ilmu.
Ilmu pengetahuan yang rational yang merupakan obyek adalah kepentingan-kepentingan.
Dari kepentingan kepentingan ini yang adil hanyalah satu saja, yaitu tata positif yang
dibuktikan melalui tindakan tindakan yang ditentukan secara obyektif. Tata ini adalah
hukum positif, yang menghasilkan kompromi antar kepentingan sehingga memperkecil
friksi-friksi untuk menjamin tertatanya kehidupan perdamaian sosial bagi pada subyek.
Dalam hal ini keadilan berarti pemeliharaan tata hukum positif melalui penerapanya yang
benar benar sesuai dengan jiwa dari tata hukum positif tersebut. Dalam setiap bentuk
kegiatan kehidupan manusia selalu diatur oleh sistem dan norma hukum (ubi cocietas ibi
ius)
Hukum merupakan tata sosial yang adil karena mengatur perbuatan manusia menurut
cara yang memuaskan semua orang sehingga semua orang menemukan kebahagiaannya
dalam tata tersebut.(greatest happiness for greatest number). Kerinduan akan keadilan
adalah kerinduan abadi manusia akan kebahagiaan, sehingga keadilan adalah
kebahagiaan sosial.
Untuk mencapai hal tersebut hukum memotivasi suatu corak perilaku timbal balik
tertentu diantara warganya:
1. untuk menyebabkan mereka menghindari tindakan- tindakan tertentu yang
karena suatu alasan dianggap mengganggu atau membahayakan masyarakat;
2. untuk menyebabkan mereka melakukan tindakan tindakan tertentu lainnya yang
karena suatu alasan dipandang bermanfaat bagi masyarakat.

Hukum positif akan berdampak pada :


a. aspek keadilan, yang membawa perdamaian bagi subyek dalam komunitas sosial
dengan dasar yang lebih permanent.
b. aspek legalitas, yang merupakan suatu peraturan umum yang adil diterapkan
kepada semua orang dan pada semua kasus.

Keadilan dalam arti legalitas adalah suatu kualitas yang berhubungan bukan dengan isi
tata hukum positif melainkan dengan penerapannya. Keadilan dalam pengertian ini
berarti sesuai dengan dan diharuskan oleh setiap tata hukum positif. Keadilan berarti
pemeliharaan tatahukum positif melalui penerapannya yang benar benar sesuai dengan
jiwa dari tata hukum posistif tersebut. Keadilan ini adalah keadilan berdasarkan hukum.
Apakah seseorang adalah adil atau tidak dalam arti berdasarkan hukum atau tidak
berdasarkan hukum. Pernyataan ini terlepas dari keinginan dan perasaan dari orang yang
memberi pertimbangan tersebut dan pernyataan tersebut dapat diverifikasi menurut suatu
cara yang obyektif. Ini berarti perbuatan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan suatu
norma hukum yang dianggap valid oleh subyek yang menilainya karena norma tersebut
termasuk dalam hukum positif.
John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice mengemukakan bahwa the first
statement of the two principles read as follows: First : each person is to have an equal
right to the most extensive basic liberty compatible with a similar liberty for others.
Second, social and economic inequalities are to be arranged so that they are both (a)
reasonably expected to be to everyone’s advantage, and (b) attached to positions and
offices open to all.
Hal ini sejajar dengan pendapat Ulpianus yang menyatakan bahwa iustitia e st constant
et perpetua voluntas ius suum cuique tribuendi, yang bermakna bahwa keadilan adalah
kehendak yang bersifat tetap dan yang tidak ada akhirnya untuk memberikan kepadanya
tiap-tiap orang apa yang menjadi haknya.
Oleh karena itu hukum harus adil dalam pengertian bahwa hukum yang tidak adil bukan
hukum ( lex iniusta non est lex (an unjust law is not law). Dalam bagian ini maka
keadilan harus direfleksikan dan menjadi bagian dari substansi hukum. Untuk hal ini
Rawls menyebutkan bahwa Thus it is maintained that where we find formal justice, the
rule of law and the honoring of legitimate expectations, we are likely to find substantive
justice as we.
Dalam hubungan ini dikatakan bahwa akar dari keadilan adalah cinta kasih sehingga
keadilan merupakan cinta kasih seorang bijaksana (iustatia est caritas sapientis). Cinta
kasih menandakan adanya kebaikan hati, kebijaksanaan menandaskan pengertian praktis
dalam segala bidang hidup. Orang adil adalah orang yang bertolak dari kebaikan hatinya
mengejar kebahagiaan dan kesempurnaan.
Teori keadilan dari Justianus dalam Corpus Iuris Civilis yang menyebutkan bahwa Juris
praecepta sunt haec: honeste vicere, alterum non laedere, suum cuique tribuere yang
bermakna peraturan dasar dari hukum adalah hidup dengan patut, tidak merugikan orang
lain dan memberi pada orang lain apa yang menjadi bagiannya. Dalam hal ini prinsip
bahwa seseorang berkehendak mengikat pada segenap orang lain, dan masing-masing
adalah miliknya sendiri tidak menjawab apa yang menjadi milik orang itu. Sebenarnya
jawaban atas pertanyaan apa yang menjadi milik setiap orang dan apa yang menjadi
prinsip umum yang mengikat setiap orang diberikan oleh hukum positif. Oleh karena itu
semua formula tentang keadilan ini berakibat membenarkan setiap tata hukum positif.
Formula- formula ini memungkinkan setiap tata hukum positif yang dibuat tampak adil.

Paksaan
Dalam hubungan sosial ini hukum adalah peraturan untuk meningkatkan perdamaian
sebab hukum melarang penggungaan paksaan dalam hubungan-hubungan antar anggota
masyarakat. Namun harus diingat bahwa hukum tidak secara mutlak menghindari
penggunaan paksaan. Hukum melekatkan kondisi-kondisi tertentu terhadap penggunaan
paksaan di dalam hubungan hubungan antar umat manusia, mensyahkan penggunaan
paksaan hanya oleh individu tertentu dan hanya dibawah kondisi tertentu. Hukum
menyebabkan penggunaan paksaan sebagai monopoli masyarakat untuk menciptakan
ketentraman dan perdamaian dalam masyarakat. Paksaan ini digunakan untuk mencegah
penggunaan paksaan dalam masyarakat oleh masyarakat.
Dalam peraturan hukum penggunaan paksaan bersegi dua:
1. sebagai delik yakni kondisi bagi sanksi, atau
2. sebagai sanksi yaitu reaksi dari masyarakat hukum terhadap delik.
Hukum dikategori sebagai peraturan yang dapat dipaksakan atau bahkan hukum adalah
peraturan yang benar benar dipaksakan oleh suatu otorita tertentu.
Paksaan dapat dibedakan antara
- paksaan psikis yaitu yang ditanamkan dalam pikiran masyarakat untuk berbuat baik
dan menghindari yang tidak baik; dalam hal ini hukum sama dengan norma moral
dan agama.(paksaan tanpa kekerasan).
- paksaan phisik dengan membatasi kemerdekaan seseorang.

Argumentasi terhadap paksaan :


1. mereka yang mengharapkan keuntungan dari kepatuhannya.
2. mereka yang menjalankan kewajiban dengan sukarela.
Hukum menurut Eugen Ehrlich : Hukum adalah suatu peraturan yang bersifat memaksa
hanya jika kita mengindentikan hukum dengan peraturan-peraturan yang mengatur
pengadilan harus memutus perselisihan hukum yang dibawah ke hadapannya.
Argumentasi thp pendapat ini bahwa hukum bukan hanya peraturan yang mengatur
pengadilan memutus atau harus memutus perselisihan, tapi hukum adalah peraturan yang
mengatur perbuatan manusia.
Pengertian ini kadang berubah menjadi peraturan yang mengatur bagaimana tindakan-
tindakan mereka diputus secara hukum oleh pengadilan.
Hukum dalam hal ini sebagai organisasi paksaan dengan tujuan ketentraman masyarakat,
sebab :
 hukum melekatkan kondisi-kondisi tertentu terhadap penggunaan paksaan dalam
hubungan antar manusia,
 mensahkan penggunaan paksaan hanya oleh individu tertentu
Perdamaian adalah suatu kondisi di mana tidak terdapat penggunaan paksaan. Dalam
konteks ini hukum hanya memberikan perdamaian relative, karena mencabut hak
invividu tetapi memberikan kepada masyarakat untuk menggunakan kekerasan, maka
disebut bahwa perdamaian hukum adalah suatu kondisi monopoli paksaan oleh
masyarakat.

Setiap individu dipaksa menahan diri dari perbuatan mengganggu kepentingan individu
lain dalam masyarakat. Teknik sosial ini yang disebut ”hukum”.
Gangguan individu yang dipaksakan kepada orang lain merupakan : a. tindakan melawan
hukum
b. menimbulkan sanksi.
Sanksi merupakan terambilnya hak pribadi yang bertentangan dengan kehendaknya,
sehingga sanksi mempunyai karakter sebagai tindakan paksaaan. Sanksi yang diorganisa
sikan oleh masyarakat adalah suatu tindakan paksaan yang ditujukan oleh seseorang
individu tertentu yang ditetapkan menurut peraturan sosial, menurut suatu cara yang
ditentukan oleh peraturan sosial, terhadap individu yang bertanggungjawab atas tindakan
yang bertentangan dengan peraturan tersebut. Sanksi dibuat sebagai konsekwensi dari
perbuatan yang dianggap merugikan masyarakat dan yang menurut maksud tata hukum
harus dihindarkan.

Delik
Tindakan yang bertentangan dengan peraturan sosial, atau perbuatan yang merugikan ini
disebut delik.
Dalam teori hukum alam dikenal :
- mala in se, yaitu perbuatan yang dengan sendirinya dianggap jahat, dan
- mala prohibita, perbuatan yang jahat hanya karena perbuatan itu dilarang oleh
suatu tata sosial positif.
Pembuat undang-undang pertama-tama harus menilai suatu jenis perbuatan tertentu
sebagai membahayakan masyarakat (nallum), untuk melekatkan padanya sebuah
sanksi. Hal ini berarti sebelum sanksi itu diberikan, perbuatan tersebut bukanlah
nallum, menurut pengertian hukum bukanlah delik. Jadi tidak ada mala in se hanya
ada mala prohibita, karena suatu perbuatan itu adalah nallum jika perbuatan ini
dilarang (prohibitum). Pandangan ini sesuai dengan azas hukum pidana nulla puna
sine lege, nullum crimen sine lege, -tiada sanksi tanpa suatu norma hukum yang
memberikan sanksi ini, tiada delik tanpa suatu norma hukum yang menetapkan delik
tersebut. Asas ini sebagai ungkapan dari positivisme hukum dalam lapangan hukum
pidana. Dalam hukum perdata asas ini dapat diartikan bahwa perbuatan manusia
dapat dipandang sebagai delik hanya jika suatu norma hukum positif melekatkan
suatu sanksi sebagai konsekwensi kepada perbuatan itu sebagai suatu kondisi. Dalam
teori hukum delik dikarekterisasi sebagai kondisi suatu sanksi. Dengan demikian
maka delik adalah perbuatan seseorang terhadap siapa sanksi sebagai konsekwensi
dari perbuatannya itu diancamkan. Kriteria dari konsep dilik adaslah suatu unsur yang
membentuk norma hukum. Delik adalah unsur norma, melalui mana pembuat undang
undang menyatakan maksudnya menurut suatu cara yang dapat diketahui secara
obyektif.
Delik dapat berupa tindakan (komisi) dapat juga suatu kelalaian (omisi) yaitu tidak
melakukan sesuatu.
Konsep delik menurut hukum pada prinsipnya masyaratkan bahwa individu yang dari
sudut pandang politik perbuatannya mengandung karakter membahayakan
masyarakat, dan individu terhadap siapa sanksi dijalankan baik secara langsung atau
tidak langung adalah bersatu. Dalam kondisi yang sedemikian definisi delik menurut
hukum sebagai perbuatan individu terhadap siapa sanksi sebagai suatu konsekwensi
dari perbuatan ini ditujukan.
Uraian delik sebagai tindakan individu diindentikan dalam masyarakat primitif
sebagai golongan atau klan yang merupakan suatu satuan sosial. Dalam masyarakat
primitif tiadak memandang dirinya sendiri sebagai seorang individu terlepas dari
kelompok sosialnya melainkan sebagai bagian integral dari kelompok tersebut. Disini
tidak ada seorangpun yang bebas. (one is obligated oneself to behave in a certain
way; one cannot be obligated that someone else behaves in a certain way. But one
can be liable not only for one’s own behavior,. But also for the behavior of someone
else)
Sebaliknya dalam masyarakat modern, sanksi tidak saja diterapkan pada individu
yang bertanggung jawab saja, tapi pada dasarnya pada seluruh anggota korporasi.
Contohnya dalam hukum internasional sebuah negara dipandang sebagai subyek delik
tanpa menghiraukan fakta bahwa delik tersbeut terletak pada perbuatan seorang
individu tertentu, misalnya kepala negara. Sepanjang negara tersebut dipandang
sebagai badan hukum maka subyek delik dan obyek delik sanksi adalah identik.

Sanksi
Sanksi adalah reaksi dari peraturan hukum terhadap delik, atau reaksi masyarakat yang
diciptakan oleh peraturan hukum terhadap pelaku delik, yaitu terhadap penjahat.
Sanksi dan delik keduanya ditentukan oleh peraturan hukum.
Sanksi menjadi efektif jika para individu yang menjadi subyeknya berbuat berdasar
hukum, atau jika sanksi dijalankan apabila kondisi kondisinya terpenuhi, yaitu delik telah
terbukti.
Namun suatu peraturan adalah peraturan hukum bukan karena efektifitasnya dijamin oleh
peraturan lainnya yang memberikan sanksi; tetapi suatu peraturan adalah peraturan
hukum karena peraturan ini memberikan suatu sanksi.
Paksaan bukan menjamin efektifitasnya peraturan hukum, melainkan merupakan isi dari
peraturan hukum itu tersebut.
Jenis paksaan :
Paksaan psikis, yaitu paksaan yang berawal dari ide peraturan hukum dalam pikiran yang
bersifat memaksa memberikan motif bagi perbuatan yang diharapkan oleh peraturan
hukum itu sendiri.
Paksaan phisik, terutama dalam hal pelanggaran ketentuan pidana yang harus dijalankan
oleh pembuat delik.
(And these sanctions are only coercive measures in the sense that certain possessions are
taken from the individuals, in question against their will, if necessary by the employme nt
of physical force)
Dalam hukum perdata, terutama sebagai gantirugi. Hans Kelsen menyatakan bahwa The
obligation to make reparation for the damage is not a sanction, but a substitute
obligation. The sanction of civil execution takes place only when this obligation is not
fulfilled.

Validitas dan Efektifitas


Validitas mengandung pengertian sebagai eksistensi spesifik dari norma. Suatu norma
adalah valid kalau diterima atau diakui eksistensinya dengan menganggap bahwa norma
ini mengandung kekuatan mengikat bagi mereka yang diatur oleh peraturan tersebut.
Peraturan hukum yang valid adalah norma. Validitas norma ini ditentukan dari :
a. bidang waktu berlakunya norma
b. ruang/teritorial dimana norma itu berlaku
c. isi/material dari norma itu
d. bidang personal atau subyek yang diatur oleh norma

Norma yang valid atas dasar kondisi bahwa norma tersebut termasuk ke dalam suatu
sistem norma, sehingga menjadi efektif. Dengan demikian norma hukum itu mengikat,
bahwa orang harus berbuat sesuai dengan yang diharuskan oleh norma hukum, bahwa
orang harus mematuhi dan menerapkan norma itu.
Efektifitas adalah kondisi dari validitas (bukan alasan validitas). Dalam hal ini orang
harus benar-benar berbuat sesuai dengan norma hukum sebagaimana mereka harus
berbuat, bahwa norma itu benar-benar diterapkan dan dipatuhi.
Kelsen mengatakan bahwa the effectiveness of a legal order we understand the fact that
individuals behave according to the order, then the effectiveness manifests itself (a) in
the actual obeying of a legal norm (that is in
the fulfillment of the legal obligation stipulated
by the norms) and
(b) in the application of the norms (that is, in the
execution of the sanction stipulated by them)
Validitas adalah suatu kualitas hukum, efektifitas adalah suatu kualitas perbuatan orang
yang sesungguhnya dan bukan kualitas hukum itu sendiri.
Hubungan keduanya ini dapat dipahami hanya dari sudut pandang teori hukum yang
dinamik yang membahas masalah penalaran validitas dan konsep tata hukum.
Dalam konsep ini, kaidah hukum akan mempunyai arti karena merupakan perlambang
dari pernyataan umum mengenai cita-cita sosial masyarakat.
Kaidah hukum ini dikatakan mempunyai efek instrumental apabila warga menuruti apa
yang dianjurkan oleh kaidah tersebut, sedangkan dikatakan mempunyai efek simbolis
apabila kalau dapat meyakinkan warga bahwa perbuatan yang dilarang itu adalah
perbuatan yang salah. Efek simbolis ditujukan pada sikap yang merupakan suatu disposisi
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Kewajiban hukum :
Konsep ini berawal dari konsep khusus tentang moral dalam hubungannya tindakan
tersebut diharuskan atau dilarang. Dalam norma hukum hal ini menjadi lebih kompleks
karena struktur dalam norma hukum perbuatan yang dilakukan setidaknya harus dua
orang individu yang terdiri dari penjahat maupun orang yang harus melaksanakan sanksi.
Menurut Austin, menunjuk kepada individu terhadap siapa sanksi itu dilaksanakan dalam
hal dia melakukan delik. Seseorang diwajibkan : -----jika delik itu suatu tindakan positif
tertentu, maka dia diwajibkan untuk tidak melakukan tindakan tersebut, --jika delik itu
suatu kelalaian untuk melakukan suatu tindakan tertentu (delik omisi) maka ia
diwajibkan untuk melakukan tindakan tersebut.delik disebutkan sebagai A delict is an
act of humanbeing behavior and therefore can only be committed by a definite human
being.
Dengan demikian kewajiban hukum terdapat dalam suatu perbuatan tertentu, maka
perbuatan yang berlawanan dari kewajiban hukum adalah delik yang merupakan kondisi
suatu sanksi yang ditetapkan oleh suatu norma hukum.
Kewajiban hukum semata-mata merupakan norma hukum dalam hubungannya dengan
individu yang terhadap perbuatannya sanksi dilekatkan di dalam norma hukum tersebut.
Perbuatan yang berlawanan dengan perbuatan yang merupakan kondisi dari sanksi
tersebut adalah isi kewajiban hukum. Kewajiban hukum adalah kewajiban untuk
menghindari delik, yang merupakan kewajiban subyek untuk mematuhi norma hukum
Legal norms commands a certain behavior of an individual.
Legal order commands a certain behavior by attaching a sanction to the opposite
behavior.
Kewajiban hukum membawa efek kepada suatu keharusan. Konsekwensinya, kalau
seseorang diwajibkan melakukan suatu tindakan tertentu, membawa akibat adanya organ
lain yang harus menerapkan hukum padanya kalau ia tidak melakukan kewajiban
tersebut.
Kewajiban hukum adalah perbuatan yang karena menjalankan perbuatan tersebut, delik
menjadi terhindar. Keadaan ini berlawanan dengan perbuatan yang membentuk suatu
sanksi yang harus dilaksanakan.
Akhirnya Kelsen menyebutkan :
It is individual who, by his behavior, can violate the obligations, that is, can bring about
the sanction, and who therefore can also by his behavior fulfill the obligation, that is,
avoid the sanction.
He who is legally obligated to a certain behavior, ought to behave in this way according
to the law, we only express the idea that a coercive act as a sanction ought to be executed
if he does not behave in this way.
Tentang sanksi dan upaya perbaikan, Kelsen menulis :
The obligation to make reparation for the damage is not a sanction, but a substitute
obligation. The sanction of civil execution takes place only when this obligation is not
fulfilled.
The sanction of civil execution is directed into the property of the individual who has
caused damage by his behavior but has not made reparation, then he is liable for his own
delict that consists in not making reparation for the damage caused by his behavior.

Tanggungjawab hukum.
Kelsen menguraikan sebagai :
An individual is legally obligated to behave in a certain way, is identical with the
statement : A legal norm commands a certain behavior of an individual”. A legal order
commands a certain behavior by attaching a sanction to the opposite behavior. The legal
obligation like the legal norm which is identical with it, has a general or individual
character.
The individual who fulfills the obligation imposed on him by a legal norm, obeys the
norm; the individual who in case of a violation executes the sanction stipulated by the
legal norm, apply the norm.
Both the obeying of legal norm and the applying of represent behavior is conformity with
the norm.
Seseorang bertanggung jawab hukum atas suatu perbuatan tertentu berarti memikul
tanggungjawab hukum atas sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Dalam hal
sanksi pada pelaku langsung, artinya seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya
sendiri. Ini berarti subyek dari tanggungjawab hukum dan subyek dari kewajiban hukum
adalah satu.
Tanggungjawab hukum dapat dibagi atas :
a. tg jawab yang didasarkan pada adanya kesalahan, di mana sanksi dilekatkan
hanya pada delik yang diberi syarat psikologis disebut culvability.
b. tanggungjawab absolut, yaitu tidak adanya hubungan antara keadaan jiwa pelaku
dengan akibat dari perbuatan yang dilakukan, atau dengan perkataan lain
hubungan antara perbuatan dengan akibatnya tidak mengandung kualifikasi
psikologis. Apakah pelaku menghendaki akibat dari perbuatannya, tidak
diperlukan, asal saja perbuatannya menimbulkan akibat yang dianggap merugikan
oleh pembuat undang undang, (yaitu sanksi tidak dikaitkan dengan syarat
psikologis, disebut liability). Kekhilafan (negligence) adalah delik omisi
(kelalaian) dan tanggungjawab atas kekhilafan lebih merupakan suatu tanggung
jawab absolut. Mengenai kekhilafan ini disebutkan bahwa : Negligence is present
when the bringing about or non prevention of an event that is undesirable from
the viewpoint of legal order is forbidden, although the event was neither foreseen
nor intended by the individual, but could normally have been foreseen and could
not have been brought about or could be prevented.

Menurut masyarakat hukum primitif, suatu sanksi melekat pada suatu tindakan meskipun
akibat yang membahayakan telah ditimbulkan tanpa menghiraukan kehatihatian yang
diperlukan.
Hukum masyarakat modern mempunyai kecendrungan untuk membatasi pada keadaan
tidak terpenuhinya kewajiban untuk mengambil tindakan tindakan yang dalam keadaan
normal dapat menghindarkan dari akibat akibat dari tindakan manusia yang
membahayakan.
Kelsen memperluas tanggung jawab ini dengan mengatakan :
One is obligated oneself to behave in a certain way; one cannot be obligated that
someone else behaves in a certain way.
But one can be liable not only for one’s own behavior, but also for the behavior of
someone else.

Hak hukum.
Konsep hak ini merupakan hak atas perbuatan orang lain, yang perbuatannya diwajibkan
menurut hukum. Hak hukum selalu diikuti dengan kewajiban hukum dari seseorang
lainnya. Contohnya seorang kreditur mempunyai hak hukum menuntut debiturnya
membayar sejumlah uang, dan si debitur mempunyai kewajiban menurut hukum untuk
membayar sejumlah uang tersebut. Dengan demikian norma hukum mewajibkan
seseorang individu untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu terhadap seorang lainnya,
maka norma hukum ini memberi jaminan kepada individu atas perbutan dari individu
lainnya.
Bahan diskusi apakah hak untuk menjalankan suatu perbuatan, dapat dinilai juga
hak untuk tidak menjalankan perbuatan itu ?
Hak ini sudah ada sebelum hukum (norma) mengaturnya. Peraturan hanya menjamin dan
memberi bentuk hak hukumnya. The legal order guarantee and fashions legal rights but
does not create them.

Hak adalah suatu kepentingan yang dijamin oleh tata hukum, merupakan suatu kehendak
yang diakui dan dibuat efektif oleh peraturan hukum. Negara dengan tata peraturannnya
dibuat untuk melindungi kepentingan orang dalam hubungan dengan orang yang lain
dengan memberikan sanksi pada yang melanggarnya. Dalam pandangan aliran sejarah,
hak itu telah hidup jauh sebelum lahirnya Negara bersama dengan tata hukum dan
perangkat kenegaraannya. Inilah yang kemudian dikatakan bahwa peraturan hukum
dibuat untuk menjamin dan meberi bentuk hak hukum, tetapi tidak menciptakan hak itu
sendiri.
Bertolak dari pendirian ini, karena peraturan hukum tidak menciptakan hak tetapi hanya
menjamin hak hukum seseorang, maka peraturan hukum itu tidak pula dapat menghapus
hak yang melekat pada seseorang.
Dengan demikian harus ditafsirkan bahwa hak seseorang adalah norma hukum yang
mewajibkan pihak lain untuk melakukan kewajibannya. Hak kreditur adalah norma
hukum yang mewajibkan debitur untuk mengembalikan pinjamannya. Hak pemilik
adalah norma hukum yang mewajlibkan ilndilvidu lain untuk tidak mengganggu
pengaturan hukum tentang kepemilikan dan kekayaan yang dimilikinya. Dalam hal ini
hak hukum merupakan hukum.
Hak seorang individu mengikat pada individu lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Namun seorang individu yang menyatakan kehendak atau yang
mempunyai hak, tidak dengan sendirinya mempunyai kekuasaan untuk
mengikat orang lain, melainkan harus dinyatakan dalam suatu tindakan yang disebut
perjanjian., sehingga pihak kedua ini mempunyai suatu kewajiban hukum untuk berbuat
sesuatu. Atas dasar inilah maka apabila pihak kedua ini tidak melakukan sesuatu yang
harus dilakukan menurut suatu tata cara yang ditentukan, dapat dikenakan sanksi.
Sanksi ini bukan serta merta dilaksanakan terhadap pihak yang tidak melakukan sesuatu
atau telah gagal melakukan sesuatu, tetapi diinisasi oleh pihak yang menyatakan
kehendak dari pihak lainnya agar sanksi dilaksanakan terhadap si pelanggar. Tindakan ini
disebut gugatan.
Individu adalah subyek hak, dimana peraturan memberi kesempatan mengajukan
gugatan;
Gugatan merupakan kondisi dari sanksi;
Isi gugatan adalah perwujudan kehendak terhadap pemberlakuan suatu sanksi.
Dengan demikian pelaksanaan sanksi tergantung dari gugatan dari penggugat atau
kepentingan dari individu
Dalam proses pidana, memiliki bentuk yang sama dengan proses perkara perdata. Proses
acara pidana memproses suatu perselisihan antra masyarakat hukum, yaitu negara yang
diwakili oleh sebuah organ publik dan seorang individu perorangan yaitu terdakwa.
Pelaksanaan sanksi bergantung pada suatu tindakan oleh suatu organ negara yang
kompeten. Negara berhak menuntut masyarakat untuk menghindari delik atau
menghindari kejahatan, karena negara melindungi kepentingan masyarakat. Pembuat
undang undang menempatkan kepentingan masyarakat kolektif di atas kepentingan
pribadi.

Hak adalah relatif yang mengatur hak seseorang individu dimungkinkan dalam
hubungan dengan kewajiban individu lainnya. (hubungan kreditur dan debitur)
Hak absolut membawakan kewajiban bagai sejumlah individu tak terbatas. Hak absolut
yang khas dimana pemilik mempunyai suatu hak menuntut setiap orang tidak
mengganggu kepemilikan harta kekayaannya.
Kewajiban relatif yaitu kewajiban seseorang untuk melakukan sesuatu tertentu terhadap
kepengingan individu lainnya yang tertentu.
Kewajiban absolut adalah kewajiban yang dimiliki seorang relatif terhadap sejumlah
individu tak terbatas atau dengan semua individu lainnya. Tidak membunuh atau
mengganggu urusan kepemilikan individu dengan harta kekayaannya.

PERILAKU HUKUM

Perilaku hukum merupakan unsure pokok system hukum, yaitu apa yang
sesungguhnya dijalankan orang. Perilaku dipengaruhi oleh aturan, keputusan,
perintah atau undang undang dalam suatu Negara, sehingga mempengaruhi orang
untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan ketentuan tersebut.
Peraturan yang disebut dead letter ialah aturan yang tidak diterapkan lagi tapi
belum dicabut. Aturan ini masih dipakai walaupun tidak sempurna dan hanya
sesekali saja.

Tujuan peraturan adalah mempengaruhi perilaku hukum masyarakat, terlepas dari


efektif atau tidak atau dipatuhi atau tidaknya peraturan tersebut.

Faktor yang mempengaruhi perilaku hukum :


1. komunikasi termasuk sosialisasi terhadap masy.
Termasuk bagaimana cara komunikasi itu sendiri.
2. pengetahuan hukum, apakah setiap orang dianggap
tahu hukum?
-apakah seseorang dapat digeledah oleh polisi
-bgmn seseorang memahami hukum, tergantung
tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal,
lingkungan, perilaku masyarakat dsb.
3. sanksi, oleh karena tidak semua orang akan
mematuhi peraturan. Oleh karena adanya sanksi
memaksa orang untuk mematuhi hukum, atau
setidaknya mengatur perilaku orang untuk memilih,
dengan memberikan insentif bagi yang
mengikutinya (menanam padi atau konfersi
tanaman) -
4. pencegahan. Sebagai konsep psikologis adalah
dugaan bagaimana orang akan bereaksi terhadap
harapan tertentu.
Apakah pemberian hukuman menjadikan efek jera?
Apakah sanksi social mempengaruhi tindak pidana?

Faktor social adalah orang peduli akan apa yang dipikirkan orang lain, dan
keadaan ini berlaku timbal balik, bagaimana orang lain mempengaruhi perilaku
hukum seseorang.
(terjadinya geng motor, lebih patuh pada kelompok sehingga berani melanggar
aturan (hukum)
(takut kalau ada polisi, atau bahkan berani melawan arus lalu lintas?) merupakan
gejala akan legitimasi hukum dan moral masyarakat. Bandingkan dengan
budaya malu di Jepang.
Kepatuhan pada hukum karena dibuat secara sah, berbeda dengan mematuhi
aturan karena aturan itu bersifat moral benar atau karena aturan itu adil/etis.
(Demo anti perang sehingga dipenjara karena tidak mengikuti wjb militer.)
Hukum dan perubahan social
1. Hukum mempengaruhi terjadinya perubahan social.
Hukumlingkungan menyadarkan masyarakat untuk
hidup teratur dan bersih.
(law is a social engineering)
2. Perubahan social menyebabkan terjadinya
perubahan hukum – (revolusi industry
menyebabkan hukum menyesuaikannya)
3. Saling mempengaruhi, terjadinya interaksi dalam
masyarakat paguyuban dalam tata kehidupan adat
setempat (local) sehingga menjadi kearifan local.
Proses social berada dibalik perubahan budaya
hukum dan budaya hukum memperkuat proses
social sehingga terjadi perubahan social. (proses
anti discrimination di Amerika Serikat.)

Hans Kelsen menguraikan dalam The Pure Theory of Law

Hukum, dibagi atas :


The Static Aspect of Law, dalam system norma statis, norma itu dikatakan valid karena
perbuatan yang dilakukan oleh individu merupakan keharusan sesuai dengan isi norma
itu. Kualitas isi norma itu menjamin validitas norma. Contohnya jangan membunuh,
jangan mencuri, harus menepati janji dsb., terdiri atas :
1. Sanksi
2. Kewajiban dan tanggung Jawab
3. Hak dan kewenangan
4. Kompetensi
5. Perwakilan (Representasi)
6. Subyek Hukum

The Dinamic Aspect of Law, dalam konteks ini diperlukan adanya suatu norma dasar
yang memberi fondasi bagi suatu sistem norma yang dinamis. Norma dasar ini hanya
menentukan suatu otorita tertentu yang dapat mendelegasikan kekuasaan membentuk
norma kepada otorita lainnya. Pemberian wewenang ini dalam bentuk suatu delegasi dari
suatu tingakatan yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Dengan demikian norma
dasar adalah suatu system yang dinamis terdiri dari peraturan fundamental yang menjadi
dasar rujukan bagi pembentukan norma norma dalam system tersebut, terdiri atas
1. Dasar validitas dari Hukum Dasar
-sistem norma statis dan dinamis
-hukum kebiasaan dan hukum positif
2. Tata Urutan Norma (Hukum)
-konstitusi
-undang undang
-hukum materiel dan hukum acara
-organ penegak hukum
-pembentukan hukum
-norma khusus dalam pembentukan hokum

Anda mungkin juga menyukai