Anda di halaman 1dari 28

THEORI HUKUM 3

Hak, kewajiban hukum dan sanksi :

Hak hukum.
Konsep hak ini merupakan hak atas perbuatan orang lain,
yang perbuatannya diwajibkan menurut hukum. Hak
hukum selalu diikuti dengan kewajiban hukum dari
seseorang lainnya. Contohnya seorang kreditur mempunyai
hak hukum menuntut debiturnya membayar sejumlah uang,
dan si debitur mempunyai kewajiban menurut hukum untuk
membayar sejumlah uang tersebut. Dengan demikian
norma hukum mewajibkan seseorang individu untuk
melakukan sesuatu perbuatan tertentu terhadap seorang
lainnya, maka norma hukum ini memberi jaminan kepada
individu atas perbutan dari individu lainnya.
Hak ini sudah ada sebelum hukum (norma) mengaturnya.
Peraturan hanya menjamin dan memberi bentuk hak
hukumnya. The legal order guarantee and fashions legal
rights but does not create the m.

Hak adalah suatu kepentingan yang dijamin oleh tata


hukum, merupakan suatu kehendak yang diakui dan dibuat
efektif oleh peraturan hukum. Negara dengan tata
peraturannnya dibuat untuk melindungi kepentingan orang
dalam hubungan dengan orang yang lain dengan
memberikan sanksi pada yang melanggarnya. Dalam
pandangan aliran sejarah, hak itu telah hidup jauh sebelum
lahirnya Negara b ersama dengan tata hukum dan perangkat
kenegaraannya. Inilah yang kemudian dikatakan bahwa
peraturan hukum dibuat untuk menjamin dan memberi
bentuk hak hukum, tetapi tidak menciptakan hak itu sendiri.
Bertolak dari pendirian ini, karena peraturan hukum tidak menciptakan hak tetapi
hanya menjamin hak hukum seseorang, maka peraturan hukum itu tidak pula dapat
menghapus hak yang melekat pada seseorang.
Dengan demikian harus ditafsirkan bahwa hak seseorang
adalah norma hukum yang mewajibkan pihak lain untuk
melakukan kewajibannya. Hak kreditur adalah norma
hukum yang mewajibkan debitur untuk mengembalikan
pinjamannya. Hak pemilik adalah norma hukum yang
mewajlibkan individu lain untuk tidak mengganggu
pengaturan hukum tentang kepemilikan dan kekayaan yang
dimilikinya. Dalam hal ini hak hukum merupakan
hukum.
Karena hak adalah hak hukum, shg hak tersebut seharusnya
merupakan hak atas perbuatan orang lain, atas perbuatan
yang menurut hukium meruakan kewajiban.
Dengan demikian maka hak adalah kepentingan yang
dilindungi hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan
perorangan atau kelompok yang diharapkan dipenuhi.
Hak seorang individu mengikat pada individu lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Namun seorang
individu yang menyatakan kehendak atau yang mempunyai
hak, tidak dengan sendirinya mempunyai kekuasaan untuk
mengikat orang lain, melainkan harus dinyatakan dalam
suatu tindakan yang disebut perjanjian., sehingga pihak
kedua ini mempunyai suatu kewajiban hukum untuk
berbuat sesuatu. Atas dasar inilah maka apabila pihak
kedua ini tidak melakukan sesuatu yang harus dilakukan
menurut suatu tata cara yang ditentukan, dapat dikenakan
sanksi.
Sanksi ini bukan serta merta dilaksanakan terhadap pihak
yang tidak melakukan sesuatu atau telah gagal melakukan
sesuatu, tetapi diinisasi oleh pihak yang menyatakan
kehendak dari pihak lainnya agar sanksi dilaksanakan
terhadap si pelanggar. Tindakan ini disebut gugatan.
Individu adalah subyek hak, dimana peraturan memberi
kesempatan mengajukan gugatan;

Gugatan merupakan kondisi dari sanksi;


Isi gugatan adalah perwujudan kehendak terhadap
pemberlakuan suatu sanksi.
Dengan demikian pelaksanaan sanksi tergantung dari
gugatan dari penggugat atau kepentingan dari individu
Dalam proses pidana, memiliki bentuk yang sama dengan
proses perkara perdata. Proses acara pidana memproses
suatu perselisihan antra masyarakat hukum, yaitu negara
yang diwakili oleh sebuah organ publik dan seorang
individu perorangan yaitu terdakwa.
Pelaksanaan sanksi bergantung pada suatu tindakan oleh
suatu organ negara yang kompeten. Negara berhak
menuntut masyarakat untuk menghindari delik atau
menghindari kejahatan, karena negara melindungi
kepentingan masyarakat. Pembuat undang undang
menempatkan kepentingan masyarakat kolektif di atas
kepentingan pribadi.
Hak obyektif dan subyektif.
Hak obyektif atau hukum itu sendiri dipandang sebagai
peraturan atau norma sedangkan hak subyektif atau hak itu
sendiri didefinisikan sebagai kepentingan atau kehendak.
Hak ini telah ada menurut sejarah jauh sebelum negara
lahir bersama tata hukum yang ada didalamnya. Hak
didasarkan pada kepribadian individu dan pada kehormatan
yang telah ia peroleh dan pertahankan.
Peraturan hukum menjamin dan memberi bentuk hak
hukum, tapi tidak menciptakannya.
Dengan demikian maka peraturan hukum tidak pula dapat
menghapus hak yang ada.
Perilaku seorang individu yang berhubungan dengan
perilaku yang diwajibkan atas individu lain, disebut ”hak”.
Tuntutan atas perilaku yang diwajibkan, disebut dengan
pelaksanaan hak, sehingga hak merupakan cerminan dari
kewajiban.(hak refleks).
Hak refleks tidak akan ada tanpa adanya kewajiban hukum
terikait. Jika seseorang diwajibkan secara hukum untuk
berprilaku dengan cara tertentu thpd individu lain, ini
berarti individu lain itu mempunyai hak atas perilaku tsb.

Hak adalah relatif yang mengatur hak seseorang individu


dimungkinkan dalam hubungan dengan kewajiban individu
lainnya. (hubungan kreditur dan debitur – teori korelasi)
Hak absolut membawakan kewajiban bagai sejumlah
individu tak terbatas. Hak absolut yang khas dimana
pemilik mempunyai suatu hak menuntut setiap orang tidak
mengganggu kepemilikan harta kekayaannya.
Kewajiban relatif yaitu kewajiban seseorang untuk
melakukan sesuatu tertentu terhadap kepentingan individu
lainnya yang tertentu, misalnya kewajiban debitor
terhadapa kreditor untuk mengembalikan pinjamannya.
Kewajiban absolut adalah kewajiban yang dimiliki seorang
relatif terhadap sejumlah individu tak terbatas atau dengan
semua individu lainnya. Tidak membunuh atau
mengganggu urusan kepemilikan individu dengan harta
kekayaannya, merupakan kewajiban absolut.

Hak hukum dibedakan antara :


Jus ad rem yang berarti hak atas suatu barang tertentu.
Jus in personam yakni hak untuk menuntut agar
seseorang berbuat menurut cara tertentu, hak atas
perbuatan seorang lainnya.

Hak hukum merupakan hak atas perbuatan orang lain


sebagai kewajiban dari orang lain tersebut.
Hak hukum selalu menimbulkan kewajiban hukum bagi
pihak lain, atau seseorang mempunyai hak hukum atas
perbuatan tertentu menimbulkan kewajiban bagi pihak lain
untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang
mengganggu untuk melakukan atau tidak melakukan
perbuatan tersebut..
Apabila orang yang mempunyai kewajiban untuk tidak
mengganggu melakukan tindakan berarti ia melanggar
suatu kewajiban yang dibebankan kepadanya, dan ini
membawa konsekwensi terancam oleh sanksi.
Kewajiban hukum adalah norma hukum yang berhubungan
dengan Individu yang tindakannya melekat suatu
sanksi yang dapat diterapkan padanya dalam suatu
norma hukum. Perbuatan yang berlawanan dengan
perbuatan yang melekat suatu delik adalah suatu
syarat sanksi yang sebagai isi dari kewajiban hukum
itu. Kewajiban hukum adalah kewajiban untuk
menghindari terjadinya suatu sanksi. Hal ini adalah
kewajiban dari orang untuk tunduk pada norma
hukum.
Kewajiban hukum merupakan konsekwensi dari sanksi
sehingga perbuatan yang merupakan kewajiban hukum
untuk mentaati hukum tidak dapat disamakan dengan
perubatan yang diperintah oleh hukum itu sendiri.
Norma hukum tidak menetapkan perbuatan yang
membentuk kewajiban hukum, hanya perbuatan yang
sebaliknya yang bertentangan atau yang merugikan yang
merupakan persyaratan berlakunya sanksi yang diatur
dalam norma hukum

Hak hak tidak mengasingkan manusia dari kehidupan


sosial, tapi merupakan syarat membentuk kehidupan sosial
yang manusiawi dalam masyarakat.
Hak yang melekat pada manusia tidak melepaskan
seseorang dari kehidupan sosialnya, malah menciptakan
kemungkinan terjadinya hubungan hubungan sosial
dengan orang lain.
Mengak ui hak dan kebebasan tidak mengancam eksistensi
masyarakat, namun menjami n adanya etika dan hukum
yang dijunjung tinggai .

Hak Politik.
They are usually difined as the power to influence the
formation of the will of the state: this means, to participate
directly or indirecly in the formation of legal order in which
the will of the state expresses itself.
Dalam pelaksanaannya dijabarkan sebagai hak untuk
memberikan suara dan hak dari mereka yang terpilih untuk
menjadi anggota parlemen untuk turut serta dalam
pembahasan dan pengambilan keputusan dalam sidang
sidang pa rlemen. Hak politik merupakan kesempatan bagi
masyarakat untuk mengambil bagian dalam pemerintahan,
terutama dalam pembentukan kehendak negara, melalui
badan legislasi dalam pembuat an tatahukum. Partisipasi
warga merupakan salah satu karakteristik berdemokrasi.
Hak politik ini adalah hak untuk memberikan (hak) suara,
sedangkan kewajiban yang dikandungnya adalah kewajiban
dari organ yang dipercaya menyelenggarakan pemilihan
untuk menerima dan meberlakukan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Kewajiban ini dijamin
dengan sanksi apabila kewajiban itu dilanggar. Dipandang
dari fungsi di dalam proses pembentukan hukum maka hak
perdata (civil right) adalah sam a dengan hak politik
(political right). Karakter plitik dari hak perdata menjadi
jelas dengan disadari adanya pemberian hak hak perdata
kepada individu merupakan teknik hukum yang spesifik
dalam hukum perdata, dan hukum perdata adalah teknik
hukum spesifik dari kapitalisme perdata, yang secara
bersamaan merupakan suatu sistem politik. Dengan
demikian maka hak perdata adalah unsur yang spesifik
dalam tata hukum kapitalis, dan hak politik adalah unsur
spesific dari tata hukum demokratis, yang didalam
penerapannya dipandang sebagai fungsi khusus dalam
proses pembuatan hukum, maka dualisme antara hukum
dan hak menjadi lenyap.
Dengan demikian hak memilih adalah hak hukum yang sama dengan hak privat.

Bandingkan dengan pendapat Hans Kelsen selanjutnya


bahwa : I am not legally free to do what I wish to do if the
others are not legally obligated to let me do what I wish
to do. (saya tidak bebas menurut hukum melakukan apa
saja yang saya ingin lakukan, jika orang lain tidak
diwajibkan menurut hukum memperkenankan saya
melakukan apa yang saya inginkan).
Seseorang mempunyai hak hukum untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu tindakan, selama orang lain
mempunyai kewajiban hukum untuk tidak mengganggu
saya melakukan atau tidak melakukan tindakan yang di
inginkan.
Prinsip hukum dengan memberi hak pada seseorang
dengan membebankan kewajiban pada orang/individu lain.
Dengan membebankan suatu kewajiban, hukum
menentukan suatu sanksi apabila tidak dilakukan kewajiban
tersebut.
Bahan diskusi apakah hak untuk menjalankan suatu
perbuatan, dapat dinilai juga hak untuk tidak
menjalankan perbuatan itu ?

Bgmn pendapat sdr. Ttg perkawinan sejenis, abortus


provocatus, euthanasia, hak atas lingkungan hidup, hak
(bagi) binatang??
Kewajiban dan Tanggung jawab hukum.

Konsep yang berhubungan dengan kewajiban hukum


adalah tanggung jawab hukum. Seseorang yang
menyatakan bertanggung jawab secara hukum atas suatu
perbuatan tertentu, berarti ia bertanggung jawab atas sanksi
dalam hal suatu perbuatan yang bertentangan.
Tanggung jawab ini ditujukan pada pelaku langsung atas
perbuatannya sendiri, ini berarti subyek dari tanggung
jawab hukum dan subyek dari kewajiban hukum bersatu.

Secara teori terdapat dua jenis tanggung jawab :

1. tanggung jawab absolut.


Dalam hal ini perbuatan dan akibatnya tidak mengadung
kwalifikasi psikologis, apakah individu pelaku telah
mengantisipasi atau menghendaki akibat dari perbuatnnya
menjadi tidak relevan. Jika perbuatannya menimbulkan
akibat yang dianggap merugikan pembuat undang undang
maka timbullah tanggung jawab bagi sipelakunya.

2. tanggung jawab yang didasarkan pada suatu


kesalahan.
Sanksi ini dilekatkan jika akibat dari perbuatannya telah
diantisipasi dan dikehendaki dengan maksud jahat oleh
pelakunya.
Uraian lebih lanjut membedakan antara sanksi sanksi dari
perbuatan, yang ditandai dengan fakta bahwa tindakan
diberi syarat psikologis.
Keadaan jiwa dari pelaku yang telah menghendaki akibat
yang membahayakan (mens rea) merupakan unsur delik.
Unsur kesalahan dapat berupa dolus atau culva.
Dalam hukum modern mewajibkan individu untuk
melakukan tindakan penghindaran dari akibat yang
membahayakan terhadap individu lain, (suatu tindakan
preventif).
Kegagalan tindakan ini disebut kekhilafan (negligence),
atau ketiadaan antisipasi. Kegagalan ini karena kelalalian
(omisi) untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya
sanksi.

Kewajiban hukum :
Konsep ini berawal dari konsep khusus tentang moral
dalam hubungannya tindakan tersebut diharuskan atau
dilarang. Dalam norma hukum hal ini menjadi lebih
kompleks karena struktur dalam norma hukum perbuatan
yang dilakukan setidaknya harus dua orang individu yang
terdiri dari penjahat maupun orang yang harus
melaksanakan sanksi. Menurut Austin, menunjuk kepada
individu terhadap siapa sanksi itu dilaksanakan dalam hal
dia melakukan delik. Seseorang diwajibkan : -----jika delik
itu suatu tindakan positif tertentu, maka dia diwajibkan
untuk tidak melakukan tindakan tersebut, --jika delik itu
suatu kelalaian untuk melakukan suatu tindakan tertentu
(delik omisi) maka ia diwajibkan untuk melakukan
tindakan tersebut.delik disebutkan sebagai A delict is an
act of humanbeing behavior and therefore can only be
committed by a definite human being.
Dengan demikian kewajiban hukum terdapat dalam suatu
perbuatan tertentu, maka perbuatan yang berlawanan dari
kewajiban hukum adalah delik yang merupakan kondisi
suatu sanksi yang ditetapkan oleh suatu norma hukum.
Kewajiban hukum semata-mata merupakan norma hukum
dalam hubungannya dengan individu yang terhadap
perbuatannya sanksi dilekatkan di dalam norma hukum
tersebut.
Perbuatan yang berlawanan dengan perbuatan yang
merupakan kondisi dari sanksi tersebut adalah isi
kewajiban hukum. Kewajiban hukum adalah kewajiban
untuk menghindari delik, yang merupakan kewajiban
subyek untuk mematuhi norma hukum
Legal norms commands a certain behavior of an
individual.
Legal order commands a certain behavior by attaching a
sanction to the opposite behavior.
Kewajiban hukum membawa efek kepada suatu keharusan.
Konsekwensinya, kalau seseorang diwajibkan melakukan
suatu tindakan tertentu, membawa akibat adanya organ lain
yang harus menerapkan hukum padanya kalau ia tidak
melakukan kewajiban tersebut.
Kewajiban hukum adalah perbuatan yang karena
menjalankan perbuatan tersebut, delik menjadi terhindar.
Keadaan ini berlawanan dengan perbuatan yang
membentuk suatu sanksi yang harus dilaksanakan.
Akhirnya Kelsen menyebutkan :
It is individual who, by his behavior, can violate the
obligations, that is, can bring about the sanction, and who
therefore can also by his behavior fulfill the obligation, that
is, avoid the sanction.
He who is legally obligated to a certain behavior, ought to
behave in this way according to the law, we only express
the idea that a coercive act as a sanction ought to be
executed if he does not behave in this way.
Tentang sanksi dan upaya perbaikan, Kelsen menulis :
The obligation to make reparation for the damage is not a
sanction, but a substitute obligation. The sanction of civil
execution takes place only when this obligation is not
fulfilled.
The sanction of civil execution is directed into the property
of the individual who has caused damage by his behavior
but has not made reparation, then he is liable for his own
delict that consists in not making reparation for the
damage caused by his behavior.

Tanggungjawab hukum.
Kelsen menguraikan sebagai :
An individual is legally obligated to behave in a certain
way, is identical with the statement : A legal norm
commands a certain behavior of an individual”. A legal
order commands a certain behavior by attaching a sanction
to the opposite behavior. The legal obligation like the legal
norm which is identical with it, has a general or individual
character.
The individual who fulfills the obligation imposed on him
by a legal norm, obeys the norm; the individual who in case
of a violation executes the sanction stipulated by the legal
norm, apply the norm.
Both the obeying of legal norm and the applying of
represent behavior is conformity with the norm.
Seseorang bertanggung jawab hukum atas suatu perbuatan
tertentu berarti memikul tanggungjawab hukum atas sanksi
dalam hal perbuatan yang bertentangan. Dalam hal sanksi
pada pelaku langsung, artinya seseorang bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri. Ini berarti subyek dari
tanggungjawab hukum dan subyek dari kewajiban hukum
adalah satu.
Tanggungjawab hukum dapat dibagi atas :
a. tg jawab yang didasarkan pada adanya kesalahan, di
mana sanksi dilekatkan hanya pada delik yang diberi
syarat psikologis disebut culvability.
b. tanggungjawab absolut, yaitu tidak adanya hubungan
antara keadaan jiwa pelaku dengan akibat dari
perbuatan yang dilakukan, atau dengan perkataan lain
hubungan antara perbuatan dengan akibatnya tidak
mengandung kualifikasi psikologis. Apakah pelaku
menghendaki akibat dari perbuatannya, tidak
diperlukan, asal saja perbuatannya menimbulkan
akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang
undang, (yaitu sanksi tidak dikaitkan dengan syarat
psikologis, disebut liability). Kekhilafan (negligence)
adalah delik omisi (kelalaian) dan tanggungjawab atas
kekhilafan lebih merupakan suatu tanggung jawab
absolut. Mengenai kekhilafan ini disebutkan bahwa :
Negligence is present when the bringing about or non
prevention of an event that is undesirable from the
viewpoint of legal order is forbidden, although the
event was neither foreseen nor intended by the
individual, but could normally have been foreseen and
could not have been brought about or could be
prevented.
Menurut masyarakat hukum primitif, suatu sanksi melekat
pada suatu tindakan meskipun akibat yang membahayakan
telah ditimbulkan tanpa menghiraukan kehatihatian yang
diperlukan.
Hukum masyarakat modern mempunyai kecendrungan
untuk membatasi pada keadaan tidak terpenuhinya
kewajiban untuk mengambil tindakan tindakan yang dalam
keadaan normal dapat menghindarkan dari akibat akibat
dari tindakan manusia yang membahayakan.
Kelsen memperluas tanggung jawab ini dengan
mengatakan :
One is obligated oneself to behave in a certain way; one
cannot be obligated that someone else behaves in a certain
way.
But one can be liable not only for one’s own behavior, but
also for the behavior of someone else.

Dalam hal bagaimana ketentuan ttg mens rea diberlakukan?


(sebagai bahan diskusi)
Hukum dapat dipahami sebagai :
1. Norma atau kaidah yang sifatnya idealistis. Artinya
hukum sebagai kaidah merupakan patokan
mengenai sikap tindak atau perilaku yang pantas.
Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode
deduktif-rational sehingga menimbulkan jalan
pikiran yang dogmatis.
2. Hukum dipandang sebagai sikap tindak atau
perilaku yang teratur. Metode berpikir secara
induktif-empiris sehingga hukum itu dilihat sebagai
sikap tindak yang diulang-ulang dalam bentuk yang
sama dan mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk
mencapai keadilan dan perdamaian.

Ukuran penerimaan suatu norma terletak pada validitasnya


yaitu kesediaan menerima eksistensi norma itu mempunyai
kekuatan mengikat bagi mereka yang perbuatannya diatur
dalam peraturan tersebut.
Suatu norma dikatakan valid karena norma itu termasuk
dalam tata hukum norma positif.
Suatu norma dikatakan efektif terukur dari efektivitas
upaya yang dilakukan agar masyarakat mematuhi kaidah
hukum tersebut, atau dengan perkataan lain pengukuran
berhasil atau gagal kaidah hukum mencapai tujuannya.
Keadilan :
Keadilan adalah cita-cita yang irrational sehingga bukan
merupakan obyek pengetahuan, sebab keadilan adalah
suatu kebahagiaan sosial.
Ilmu pengetahuan yang rational yang merupakan obyek
adalah kepentingan-kepentingan. Dari kepentingan
kepentingan ini yang adil hanyalah satu saja, yaitu tata
positif yang dibuktikan melalui tindakan tindakan yang
ditentukan secara obyektif. Tata ini adalah hukum positif,
yang menghasilkan kompromi antar kepentingan sehingga
memperkecil friksi-friksi untuk menjamin tertatanya
kehidupan perdamaian sosial bagi pada subyek. Dalam hal
ini keadilan berarti pemeliharaan tata hukum positif melalui
penerapanya yang benar benar sesuai dengan jiwa dari tata
hukum positif tersebut. Tata hukum positif ini
mengusahakan hukum yang nyata dan mungkin bukan
hukum yang benar. Tata hukum positif adalah hukum
sebagaimana adanya, tanpa mempertahankan dengan
menyebutnya adil atau menyatakan tidak adil. Hanya tata
hjukum positif ini yang dapat menjadi obyek ilmu
pengetahuan; dan menjadi obyek dari teori hukum.
Dalam setiap bentuk kegiatan kehidupan manusia selalu
diatur oleh sistem dan norma hukum (ubi cocietas ibi ius)
Hukum merupakan tata sosial yang adil karena mengatur
perbuatan manusia menurut cara yang memuaskan semua
orang sehingga semua orang menemukan kebahagiaannya
dalam tata tersebut.(greatest happiness for greatest
number). Kerinduan akan keadilan adalah kerinduan abadi
manusia akan kebahagiaan, sehingga keadilan adalah
kebahagiaan sosial.
Untuk mencapai hal tersebut hukum memotivasi suatu
corak perilaku timbal balik tertentu diantara warganya:
1. untuk menyebabkan mereka menghindari tindakan-
tindakan tertentu yang karena suatu alasan dianggap
mengganggu atau membahayakan masyarakat;
2. untuk menyebabkan mereka melakukan tindakan
tindakan tertentu lainnya yang karena suatu alasan
dipandang bermanfaat bagi masyarakat.

Hukum positif akan berdampak pada :


a. aspek keadilan, yang membawa perdamaian bagi
subyek dalam komunit
b. as sosial dengan dasar yang lebih permanent.
c. aspek legalitas, yang merupakan suatu peraturan
umum yang adil diterapkan kepada semua orang dan
pada semua kasus.
Keadilan dalam arti legalitas adalah suatu kualitas yang
berhubungan bukan dengan isi tata hukum positif
melainkan dengan penerapannya. Keadilan dalam
pengertian ini berarti sesuai dengan dan diharuskan oleh
setiap tata hukum positif. Keadilan berarti pemeliharaan
tatahukum positif melalui penerapannya yang benar benar
sesuai dengan jiwa dari tata hukum posistif tersebut.
Keadilan ini adalah keadilan berdasarkan hukum. Apakah
seseorang adalah adil atau tidak dalam arti berdasarkan
hukum atau tidak berdasarkan hukum. Pernyataan ini
terlepas dari keinginan dan perasaan dari orang yang
memberi pertimbangan tersebut dan pernyataan tersebut
dapat diverifikasi menurut suatu cara yang obyektif. Ini
berarti perbuatan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan
suatu norma hukum yang dianggap valid oleh subyek yang
menilainya karena norma tersebut termasuk dalam hukum
positif.
John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice
mengemukakan bahwa the first statement of the two
principles read as follows: First : each person is to have an
equal right to the most extensive basic liberty compatible
with a similar liberty for others.
Second, social and economic inequalities are to be
arranged so that they are both (a) reasonably expected to
be to everyone’s advantage, and (b) attached to positions
and offices open to all.
Hal ini sejajar dengan pendapat Ulpianus yang menyatakan
bahw a iustitia est constant et perpetua voluntas ius suum
cuique tribuendi, yang bermakna bahwa keadilan adalah
kehendak yang bersifat tetap dan yang tidak ada akhirnya
untuk memberikan kepadanya tiap-tiap orang apa yang
menjadi haknya.
Oleh karena itu hukum harus adil dalam pengertian bahwa
hukum yang tidak adil bukan hukum ( lex iniusta non est
lex (an unjust law is not law). Dalam bagian ini maka
keadilan harus direfleksikan dan menjadi bagian dari
substansi hukum. Untuk hal ini Rawls menyebutkan bahwa
Thus it is maintained that where we find formal justice, the
rule of law and the honoring of legitimate expectations, we
are likely to find substantive justice as we.
Dalam hubungan ini dikatakan bahwa akar dari keadilan
adalah cinta kasih sehingga keadilan merupakan cinta kasih
seorang bijaksana (iustatia est caritas sapientis). Cinta
kasih menandakan adanya kebaikan hati, kebijaksanaan
menandaskan pengertian praktis dalam segala bidang
hidup. Orang adil adalah orang yang bertolak dari kebaikan
hatinya mengejar kebahagiaan dan kesempurnaan.
Teori keadilan dari Justianus dalam Corpus Iuris Civilis
yang menyebutkan bahwa Juris praecepta sunt haec:
honeste vicere, alterum non laedere, suum cuique tribuere
yang bermakna peraturan dasar dari hukum adalah hidup
dengan patut, tidak merugikan orang lain dan memberi
pada orang lain apa yang menjadi bagiannya. Dalam hal ini
prinsip bahwa seseorang berkehendak mengikat pada
segenap orang lain, dan masing-masing adalah miliknya
sendiri tidak menjawab apa yang menjadi milik orang itu.
Sebenarnya jawaban atas pertanyaan apa yang menjadi
milik setiap orang dan apa yang menjadi prinsip umum
yang mengikat setiap orang diberikan oleh hukum positif.
Oleh karena itu semua formula tentang keadilan ini
berakibat membenarkan setiap tata hukum positif. Formula-
formula ini memungkinkan setiap tata hukum positif yang
dibuat tampak adil.

Delik
Tindakan yang bertentangan dengan peraturan sosial, atau
perbuatan yang merugikan ini disebut delik.
Dalam teori hukum alam dikenal :
- mala in se, yaitu perbuatan yang dengan sendirinya
dianggap jahat, dan
- mala prohibita, perbuatan yang jahat hanya karena
perbuatan itu dilarang oleh suatu tata sosial positif.
Pembuat undang-undang pertama-tama harus menilai
suatu jenis perbuatan tertentu sebagai membahayakan
masyarakat (nallum), untuk melekatkan padanya sebuah
sanksi. Hal ini berarti sebelum sanksi itu diberikan,
perbuatan tersebut bukanlah nallum, menurut pengertian
hukum bukanlah delik. Jadi tidak ada mala in se hanya
ada mala prohibita, karena suatu perbuatan itu adalah
nallum jika perbuatan ini dilarang (prohibitum).
Pandangan ini sesuai dengan azas hukum pidana nulla
puna sine lege, nullum crimen sine lege, -tiada sanksi
tanpa suatu norma hukum yang memberikan sanksi ini,
tiada delik tanpa suatu norma hukum yang menetapkan
delik tersebut. Asas ini sebagai ungkapan dari
positivisme hukum dalam lapangan hukum pidana.
Dalam hukum perdata asas ini dapat diartikan bahwa
perbuatan manusia dapat dipandang sebagai delik hanya
jika suatu norma hukum positif melekatkan suatu sanksi
sebagai konsekwensi kepada perbuatan itu sebagai suatu
kondisi. Dalam teori hukum delik dikarekterisasi sebagai
kondisi suatu sanksi. Dengan demikian maka delik
adalah perbuatan seseorang terhadap siapa sanksi
sebagai konsekwensi dari perbuatannya itu diancamkan.
Kriteria dari konsep dilik adaslah suatu unsur yang
membentuk norma hukum. Delik adalah unsur norma,
melalui mana pembuat undang undang menyatakan
maksudnya menurut suatu cara yang dapat diketahui
secara obyektif.
Delik dapat berupa tindakan (komisi) dapat juga suatu
kelalaian (omisi) yaitu tidak melakukan sesuatu.
Konsep delik menurut hukum pada prinsipnya
masyaratkan bahwa individu yang dari sudut pandang
politik perbuatannya mengandung karakter
membahayakan masyarakat, dan individu terhadap siapa
sanksi dijalankan baik secara langsung atau tidak
langung adalah bersatu. Dalam kondisi yang sedemikian
definisi delik menurut hukum sebagai perbuatan individu
terhadap siapa sanksi sebagai suatu konsekwensi dari
perbuatan ini ditujukan.
Uraian delik sebagai tindakan individu diindentikan
dalam masyarakat primitif sebagai golongan atau klan
yang merupakan suatu satuan sosial. Dalam masyarakat
primitif tiadak memandang dirinya sendiri sebagai
seorang individu terlepas dari kelompok sosialnya
melainkan sebagai bagian integral dari kelompok
tersebut. Disini tidak ada seorangpun yang bebas. (one is
obligated oneself to behave in a certain way; one cannot
be obligated that someone else behaves in a certain
way. But one can be liable not only for one’s own
behavior,. But also for the behavior of someone else)
Sebaliknya dalam masyarakat modern, sanksi tidak saja
diterapkan pada individu yang bertanggung jawab saja,
tapi pada dasarnya pada seluruh anggota korporasi.
Contohnya dalam hukum internasional sebuah negara
dipandang sebagai subyek delik tanpa menghiraukan
fakta bahwa delik tersbeut terletak pada perbuatan
seorang individu tertentu, misalnya kepala negara.
Sepanjang negara tersebut dipandang sebagai badan
hukum maka subyek delik dan obyek delik sanksi adalah
identik.

Sanksi
Sanksi adalah reaksi dari peraturan hukum terhadap delik,
atau reaksi masyarakat yang diciptakan oleh peraturan
hukum terhadap pelaku delik, yaitu terhadap penjahat.
Sanksi dan delik keduanya ditentukan oleh peraturan
hukum.
Sanksi menjadi efektif jika para individu yang menjadi
subyeknya berbuat berdasar hukum, atau jika sanksi
dijalankan apabila kondisi kondisinya terpenuhi, yaitu delik
telah terbukti.
Namun suatu peraturan adalah peraturan hukum bukan
karena efektifitasnya dijamin oleh peraturan lainnya yang
memberikan sanksi; tetapi suatu peraturan adalah peraturan
hukum karena peraturan ini memberikan suatu sanksi.
Paksaan bukan menjamin efektifitasnya peraturan hukum,
melainkan merupakan isi dari peraturan hukum itu tersebut.

Validitas dan Efektifitas


Validitas mengandung pengertian sebagai eksistensi
spesifik dari norma. Suatu norma adalah valid kalau
diterima atau diakui eksistensinya dengan menganggap
bahwa norma ini mengandung kekuatan mengikat bagi
mereka yang diatur oleh peraturan tersebut. Peraturan
hukum yang valid adalah norma. Validitas norma ini
ditentukan dari :
a. bidang waktu berlakunya norma
b. ruang/teritorial dimana norma itu berlaku
c. isi/material dari norma itu
d. bidang personal atau subyek yang diatur oleh norma

Norma yang valid atas dasar kondisi bahwa norma tersebut


termasuk ke dalam suatu sistem norma, sehingga menjadi
efektif. Dengan demikian norma hukum itu mengikat,
bahwa orang harus berbuat sesuai dengan yang diharuskan
oleh norma hukum, bahwa orang harus mematuhi dan
menerapkan norma itu.
Efektifitas adalah kondisi dari validitas (bukan alasan
validitas). Dalam hal ini orang harus benar-benar berbuat
sesuai dengan norma hukum sebagaimana mereka harus
berbuat, bahwa norma itu benar-benar diterapkan dan
dipatuhi.
Kelsen mengatakan bahwa the effectiveness of a legal order
we understand the fact that individuals behave according to
the order, then the effectiveness manifests itself (a) in the
actual obeying of a legal norm (that is in
the fulfillment of the legal obligation stipulated
by the norms) and
(b) in the application of the norms (that is, in the
execution of the sanction stipulated by them)
Validitas adalah suatu kualitas hukum, efektifitas adalah
suatu kualitas perbuatan orang yang sesungguhnya dan
bukan kualitas hukum itu sendiri.
Hubungan keduanya ini dapat dipahami hanya dari sudut
pandang teori hukum yang dinamik yang membahas
masalah penalaran validitas dan konsep tata hukum.
Dalam konsep ini, kaidah hukum akan mempunyai arti
karena merupakan perlambang dari pernyataan umum
mengenai cita-cita sosial masyarakat.
Kaidah hukum ini dikatakan mempunyai efek instrumental
apabila warga menuruti apa yang dianjurkan oleh kaidah
tersebut, sedangkan dikatakan mempunyai efek simbolis
apabila kalau dapat meyakinkan warga bahwa perbuatan
yang dilarang itu adalah perbuatan yang salah. Efek
simbolis ditujukan pada sikap yang merupakan suatu
disposisi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Paksaan
Dalam hubungan sosial ini hukum adalah peraturan untuk
meningkatkan perdamaian sebab hukum melarang
penggungaan paksaan dalam hubungan-hubungan antar
anggota masyarakat. Namun harus diingat bahwa hukum
tidak secara mutlak menghindari penggunaan paksaan.
Hukum melekatkan kondisi-kondisi tertentu terhadap
penggunaan paksaan di dalam hubungan hubungan antar
umat manusia, mensyahkan penggunaan paksaan hanya
oleh individu tertentu dan hanya dibawah kondisi tertentu.
Hukum menyebabkan penggunaan paksaan sebagai
monopoli masyarakat untuk menciptakan ketentraman dan
perdamaian dalam masyarakat. Paksaan ini digunakan
untuk mencegah penggunaan paksaan dalam masyarakat
oleh masyarakat.
Dalam peraturan hukum penggunaan paksaan bersegi dua:
1. sebagai delik yakni kondisi bagi sanksi, atau
2. sebagai sanksi yaitu reaksi dari masyarakat hukum
terhadap delik.
Hukum dikategori sebagai peraturan yang dapat dipaksakan
atau bahkan hukum adalah peraturan yang benar benar
dipaksakan oleh suatu otorita tertentu.

Jenis paksaan :
Paksaan psikis, yaitu paksaan yang berawal dari ide
peraturan hukum dalam pikiran yang bersifat memaksa
memberikan motif bagi perbuatan yang diharapkan oleh
peraturan hukum itu sendiri, yaitu yang ditanamkan dalam
pikiran masyarakat untuk berbuat baik dan menghindari
yang tidak baik; dalam hal ini hukum sama dengan norma
moral dan agama.(paksaan tanpa kekerasan).

Paksaan phisik, terutama dalam hal pelanggaran ketentuan


pidana yang harus dijalankan oleh pembuat delik, dengan
membatasi kemerdekaan seseorang.

(And these sanctions are only coercive measures in the


sense that certain possessions are taken from the
individuals, in question against their will, if necessary by
the employment of physical force)

Argumentasi terhadap paksaan :


1. mereka yang mengharapkan keuntungan dari
kepatuhannya.
2. mereka yang menjalankan kewajiban dengan
sukarela.
Hukum menurut Eugen Ehrlich : Hukum adalah suatu
peraturan yang bersifat memaksa hanya jika kita
mengindentikan hukum dengan peraturan-peraturan yang
mengatur pengadilan harus memutus perselisihan hukum
yang dibawah ke hadapannya.
Argumentasi thp pendapat ini bahwa hukum bukan hanya
peraturan yang mengatur pengadilan memutus atau harus
memutus perselisihan, tapi hukum adalah peraturan yang
mengatur perbuatan manusia.
Pengertian ini kadang berubah menjadi peraturan yang
mengatur bagaimana tindakan-tindakan mereka diputus
secara hukum oleh pengadilan.
Hukum dalam hal ini sebagai organisasi paksaan dengan
tujuan ketentraman masyarakat, sebab :
 hukum melekatkan kondisi-kondisi tertentu terhadap
penggunaan paksaan dalam hubungan antar manusia,
 mensahkan penggunaan paksaan hanya oleh individu
tertentu
Perdamaian adalah suatu kondisi di mana tidak terdapat
penggunaan paksaan. Dalam konteks ini hukum hanya
memberikan perdamaian relative, karena mencabut hak
invividu tetapi memberikan kepada masyarakat untuk
menggunakan kekerasan, maka disebut bahwa perdamaian
hukum adalah suatu kondisi monopoli paksaan oleh
masyarakat.
Setiap individu dipaksa menahan diri dari perbuatan
mengganggu kepentingan individu lain dalam masyarakat.
Teknik sosial ini yang disebut ”hukum”.
Gangguan individu yang dipaksakan kepada orang lain
merupakan : a. tindakan melawan hukum
b. menimbulkan sanksi.
Sanksi merupakan terambilnya hak pribadi yang
bertentangan dengan kehendaknya, sehingga sanksi
mempunyai karakter sebagai tindakan paksaaan. Sanksi
yang diorganisasikan oleh masyarakat adalah suatu
tindakan paksaan yang ditujukan oleh seseorang individu
tertentu yang ditetapkan menurut peraturan sosial, menurut
suatu cara yang ditentukan oleh peraturan sosial, terhadap
individu yang bertanggungjawab atas tindakan yang
bertentangan dengan peraturan tersebut. Sanksi dibuat
sebagai konsekwensi dari perbuatan yang dianggap
merugikan masyarakat dan yang menurut maksud tata
hukum harus dihindarkan.

Kecakapan hukum
Perbuatan manusia yg diatur dalam suatu norma
mengandung dua elemen : (1). Isinya yaitu perbuatan yang
harus dilakukan atau tidak dilakukan; (2) orang, yaitu
individu yang harus melakukan atau menghindari suatu
tindakan. Hubungan yang menghubungkan norma isi dan
orang yang melakukan disebut kompetensi.
Harus diingat bahwa pembuatan perjanjian bukan suatu
tindakan membentuk isi, baik kewajiban maupun hak bagi
para pihak yang membuatnya. Para pihak tidak diwajibkan
menurut hukum, tidak pula mempunyai hak hukum untuk
membuat perjanjian, tetapi mereka mempunyai hak hukum
dan kewajiban hukum dari perjanjian itu setelah perjanjian
dibuat. Jadi membuat perjanjian adalah kecakapan hukum
dari masing masing pihak.

Hans Kelsen menguraikan dalam The Pure Theory of Law


Hukum, dibagi atas :
The Static Aspect of Law, dalam system norma statis,
norma itu dikatakan valid karena perbuatan yang dilakukan
oleh individu merupakan keharusan sesuai dengan isi
norma itu. Kualitas isi norma itu menjamin validitas norma.
Contohnya jangan membunuh, jangan mencuri, harus
menepati janji dsb., terdiri atas :

1. Sanksi
2. Kewajiban dan tanggung Jawab
3. Hak dan kewenangan
4. Kompetensi
5. Perwakilan (Representasi)
6. Subyek Hukum

The Dinamic Aspect of Law, dalam konteks ini diperlukan


adanya suatu norma dasar yang memberi fondasi bagi suatu
sistem norma yang dinamis. Norma dasar ini hanya
menentukan suatu otorita tertentu yang dapat
mendelegasikan kekuasaan membentuk norma kepada
otorita lainnya. Pemberian wewenang ini dalam bentuk
suatu delegasi dari suatu tingakatan yang lebih tinggi
kepada yang lebih rendah. Dengan demikian norma dasar
adalah suatu system yang dinamis terdiri dari peraturan
fundamental yang menjadi dasar rujukan bagi pembentukan
norma norma dalam system tersebut, terdiri atas
1. Dasar validitas dari Hukum Dasar
-sistem norma statis dan dinamis
-hukum kebiasaan dan hukum positif
2. Tata Urutan Norma (Hukum)
-konstitusi
-undang undang
-hukum materiel dan hukum acara
-organ penegak hukum
-pembentukan hukum
-norma khusus dalam pembentukan hukum
.

Anda mungkin juga menyukai