Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Keperawatan Medikal Bedah II

“STROKE”

Disusun Oleh :

Dosen Pengampu :

Prodi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah “Keperawatan Medikal Bedah II tentang Penyakit Stroke ” ini dapat tersusun hingga
selesai. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi
teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk
pembelajaran kita bersama.

  Bengkulu, 30 Januari 2022

                                                                                               Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 14

3.2 Saran.................................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera serebrovaskuler atau stroke terjadi akibat iskemik
atau perdarahan (Tambayong, 2000). Stroke dibedakan menjadi strokehemoragik yaitu
adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu
lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak.Dari hasil penelitian yang
dilakukan selama satu tahun di sebuahrumah sakit di Amerika, menyebutkan bahwa dari 757
pasien penderitastroke yang terdiri dari 41,9% stroke hemoragik dan 58,1% strokeiskemik.
Hal ini menunjukkan peningkatan angka penderita strokehemoragik yang sangat tinggi bila
dibandingkan pada tahun 1970 dan1980, yaitu 73% hingga 86% stroke iskemik daan 8%
sampai 18% strokehemoragik (Shiber dkk, 2008).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di negaramaju, setelah
penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lajumortalitas pada stroke hemoragik sangat
tinggi, pada perdarahanintraserebrum hipertensif mendekati 50%, sedangkan untuk
perdarahansubarakhnoid sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan (Price,2006).Di
Indonesia sendiri, stroke merupakan penyebab kematian dankecacatan neurologis yang utama
(Mansjoer, 2000). Kira-kira 200.000kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat
stroke pada setiaptingkat umur, tetapi yang paling sering pada usia 75-85 tahun
(Muttaqin,2008).Saat ini, stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun
cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke jugatak lagi menjadi milik
warga kota yang berkecukupan, namun juga dialamioleh warga pedesaan yang hidup dengan
keterbatasan. Hal ini dapat terjadikarena life style atau gaya hidup yang berhubungan dengan
faktor pencetus stroke, seperti makan makanan yang banyak mengandung lemakdan
kolesterol tinggi serta malas berolahraga.Mengingat akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
stroke sangat berbahaya, maka penderita stroke memerlukan penanganan dan perawatanyang
bersifat umum, khusus, rehabilitasi, serta rencana pemulangan klien.Usaha yang dapat
dilakukan mencakup pelayanan kesehatan secaramenyeluruh, mulai dari promotif, preventif,
kuratif, sampai dengan rehabilitatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi konsep dasar dari penyakit Stroke?
2. Apa saja yang perlu diidentifikasi dalam konsep keperawatan pada pasien dengan
Stroke?
3. ,
4. ,
5. ,

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi konsep dasar dari penyakit
Stroke
2. Mengidentifikasi hal-hal yang terdapat pada konsep keperawatan pada pasien
dengan Stroke
3. M
4. M
5. M

D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa,Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam
hal pemahaman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke
2. Untuk Institusi,Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke
3. Untuk Pembaca,Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca

BAB II
PEMBAHASAN

a. Definisi Stroke
Menurut WHO (World Health Organization), stroke didefinisikan suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda
yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi
antar tempat, waktu dan keadaan penduduk. (Chris W. Green dan Hertin Setyowati 2004).
Chandra B. mengatakan stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan
oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik)
atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
fokal daerah otak yang terganggu. Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak
akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran
darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi
karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak
dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001).

b. Klasifikasi stroke
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke
iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai
berikut :
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau
timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa
terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri
serebri) atau pembuluh darah kecil.
Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh
darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh
karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah
(trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh
darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah nutrisi dan
oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke
iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke
otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan
otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai
dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa
teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark (Grofir, 2009; Brust, 2007, Junaidi, 2011).
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND
akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat
semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung
bertahap dari ringan sampai menjadi berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang
lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang
jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel
otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi
kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang pecah
(intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak
(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada
kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan
terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang
sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan
karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena
mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih
parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke
hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:
1. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti
dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens lainnya.
Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera untuk dapat mempertahankan
hidup.
2. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang robek
adalah bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak.
3. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi
sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah
kebocoran aneurisma.
4. Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak
yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral
karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah.

c. Epidemiologi
Di Indonesia,stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1di RS
Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Kejadian stroke di Indonesia punselalu meningkat
dari tahun ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain untuk
aktivitas pribadi, 20 % membutuhkanbantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki, dan 75 %
kehilangan pekerjaan.
Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia
untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai
138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011. Menurut data
tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang penderita stroke di Indonesia, sekitar 125.000
diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui
karena banyak yang tidak dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya atau jarak rumah sakit
yang jauh dari tempat tinggal. Kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus
melonjak. Pada tahun 2004, b e b e r a p a  penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan
pasien rawat inap yang disebabkanstroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat
jalan atau yang tidak dibawake rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008) Di
Bali jumlah penderita Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik yang masuk ke RSUP
Sanglah Denpasar tidak bisa dikatakan sedikit.
Dari data catatan medik RSUP Sanglah Denpasar didapatkan jumlah penderita stroke 2
tahun terakhir memang mengalami penurunan, namun jumlah kasusnya masih
tergolong banyak. Pada tahun 2011 jumlah penderita stroke yang menjalani perawatan
adalah 848 orangdimana bila dirata-ratakan terdapat 71 kasus per bulan. Sedangkan pada
tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila dirata-ratakan terdapat 60 kasus per bulan.

d. Etiologi Stroke
Sroke biasanya disebabkan oleh:
A. Trombosis Serebral.
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti di
sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis sering
kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di
bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
- Aterosklerosis : mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis aterosklerosis bermacam-
macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut; lumen arteri menyempit
dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah, oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadi thrombosis, merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.
- Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis
nodosa.
- Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).
- Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
B. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak,
dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli,
yaitu:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik, infark miokardium,
fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel
sehingga darah membentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
mengeluarkan embolus-embolus kecil. Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endokardium. Sumber di
jantung fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit jantung reumatik,
penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
- Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis komunis, arteri
vertrebralis distal.
- Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
C. Hemoragik.
Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid
atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab otak yang paling umum
terjadi:
- Aneurisma berry, biasanya defek congenital
- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk vena
- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalam dan
degenerasi pembuluh darah.
D. Hipoksia umum.
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
- Hipertensi yang parah
- Henti jantung paru
- Curah jantung turun akibat aritmia.
E. Hipoksia lokal.
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
(Muttaqin, 2011)

f. Faktor Resiko Stroke


Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau potentially
modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well documented)
(Goldstein,2006).
1. Non modifiable risk factors :
A. Usia
Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55 th, insidensinya
meningkat 2 kali lipat. Hal ini berkaitan dengan adanya proses penuaan (degenerasi) yang
terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia pembuluh darahnya lebih
kaku karena adanya plak (atheroscelorsis).
B. Jenis kelamin
Insidensi pada pria 19% lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-
laki cenderung merokok. Dan, rokok ternyata dapat nerusak lapisan dari pembuluh darah
tubuh.
C. Berat badan lahir rendah
Risiko stroke meningkat dua kali pada orang dgn berat badan yg rendah (< 2500 g) ketika
lahir
D. Ras/etnis
Dari beberapa penelitian dikemukakan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada
laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%
sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar
58,7%.
E. Genetik / Hereditas
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke pada
keluarga, memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan
orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya. Gen berperan besar dalam beberapa faktor
risiko stroke, misalnya hipertensi, jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah.
Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko stroke.
2. Modifiable risk factors
a. Well-documented and modifiable risk factors
o Hipertensi
Hipertensi adalah faktor resiko yang paling penting untuk stroke, terutama
Stroke sumbatan.  Tidak ada bukti bahwa wanita lebih tahan terhadap
hipertensi daripada laki-laki. Insiden stroke sebagian besar diakibatkan oleh
hipertensi, sehingga kejadian stroke dalam populasi dapat dihilangkan jika
hipertensi diterapi secara efektif. Peningkatan tekanan darah yang ringan atau
sedang (borderline) sering dikaitkan dengan kelainan kardiovaskuler,
sedangkan pada peningkatan tekanan darah yang tinggi, stroke lebih sering
terjadi. Hipertensi menyebabkan aterosklerosis darah serebral sehingga
pembuluh darah mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah
dan menimbulkan perdarahan. Stroke yang terjadi paling banyak oleh karena
hipertensi adalah hemoragik.
o Paparan asap rokok
Merokok merupakan faktor resiko tinggi terjadinya serangan jantung dan
kematian mendadak, baik akibat stroke sumbatan maupun perdarahan. Pada
meta analisis dari 32 studi terpisah, termasuk studi-studi lainnya, perokok
memegang peranan terjadi insiden stroke, untuk kedua jenis kelamin dan
semua golongan usia dan berhubungan dengan peningkatan resiko 50% secara
keseluruhan, bila dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko terjadinya
stroke, dan infark otak pada khususnya, meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki ataupun wanita. 
o Diabetes
Diabetes meningkatkan kemungkinan aterosklerosis pada arteri koronaria,
femoralis dan serebral, sehingga meningkatkan pula kemungkinan stroke
sampai dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.  Dari
arterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat
pembuluh darah sehingga mengakibatkan iskemia. Iskemia menyebabkan
perfusi otak menurun dan akhirnya terjadi stroke. Pada DM, akan mengalami
penyakit vaskuler sehingga juga terjadi penurunan makrovaskulerisasi.
Makrovaskulerisasi menyebabkan peningkatan suplai darah ke otak. Dengan
adanya peningkatan suplai tersebut, maka TIK meningkat, sehingga terjadi
edema otak dan menyebabkan iskemia. Pada DM juga terjadi penurunan
penggunaan insulin dan peningkatan glukogenesis, sehingga terjadi
hiperosmolar sehingga aliran darah lambat, maka perfusi otak menurun
sehingga stroke bisa terjadi.
o Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu
Kelainan jantung  merupakan kelainan atau disfungsi organ yang
mempredisposisikan timbulnya stroke. Meskipun hipertensi merupakan faktor
resiko untuk semua jenis stroke, namun pada tekanan darah berapapun,
gangguan fungsi jantung akan meningkatkan resiko stroke secara signifikan.
Peranan gangguan jantung terhadap kejadian stroke meningkat seiring
pertambahan usia .Selain itu, total serum kolesterol  , LDL maupun trigliserida
yang tinggi akan meningkatkan resiko stroke iskemik ( terutama bila disertai
dengan hipertensi ), karena terjadinya aterosklerosis pada arteri karotis.  
o Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan yang ditandai oleh kelainan baik peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kolesterol LDL yang tinggi
(normal : < 100 mg/dl), kolesterol HDL (normal : 35-59 mg/dl) yang rendah,
dan rasio kolesterol LDL dan HDL yang tinggi dihubungkan dengan
peningkatan risiko terkena stroke. Hal ini akan diperkuat bila ada faktor risiko
stroke yang lain (misalnya:hipertensi, merokok, obesitas). Berbagai penelitian
epidemiologi secara konsisten menghubungkan peningkatan risiko stroke pada
penyandang dislipidemia. Peningkatan 1 mmol/ L (38,7 mg/dL) kadar
kolesterol darah total akan meningkatkan risiko stroke sebesar 25%. Di lain
sisi peningkatan 1 mmol/ L kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) akan
menurunkan risiko stroke sebesar
o Stenosis arteri karotis
Stenosis arteri karotis adalah penyempitan atau penyempitan permukaan
dalam (lumen) dari arteri karotis, biasanya disebabkan oleh aterosklerosis.
o Sickle cell disease
Bentuk eritrosit yang seperti bulan sabit dapat menyumbat suplay darah ke
otak
o Terapi hormonal pasca menopause
o Diet yang buruk
o Inaktivitas fisik
o Obesitas
Pasien obesitas/ kegemukan  memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah dan
serum lipid yang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan pasien tidak gemuk.
Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke, terutama pada kelompok usia
35-64 tahun pada pria dan usia 65-94 tahun pada wanita. Namun, pada
kelompok yang lain pun, obesitas mempengaruhi keadaan kesehatan, melalui
peningkatan tekanan darah, gangguan toleransi glukosa dan lain-lain.  Pola
obesitas  juga memegang peranan penting, dimana obesitas sentral dan
penimbunan lemak pada daerah abdominal, sangat berkaitan dengan kelainan
aterosklerosis. Meskipun riwayat stroke dalam keluarga penting pada
peningkatan resiko stroke, namun pembuktian dengan studi epidemiologi
masih kurang. 

b. Less well-documented and modifiable risk factors


→ Penyalahgunaan alkohol
→ Penggunaan kontrasepsi oral
→ Sleep-disordered breathing
→ Nyeri kepala migren

f. Patofisiologi stroke
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa
tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Stroke bukan
merupakan penyakit tunggal tetapi merupakan kumpulan dari beberapa penyakit diantaranya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus dan peningkatan lemak dalam darah atau
dislipidemia. Penyebab utama stroke adalah thrombosis serebral, aterosklerosis dan
perlambatan sirkulasi serebral merupakan penyebab utama terjadinya thrombus. Stroke
hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural dan intraserebral (Smeltzer & Bare, 2002).

Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya


pembuluh darah sehingga dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa
mendorong struktur otak dan merembes kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel
atau ke ruang intracranial. Ekstravasi darah terjadi di daerah otak dan subaraknoid, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi
jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan penekanan pada arteri disekitar perdarahan.
Bekuan darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil karena terjadi penekanan
maka daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami nekrosis
karena kerja enzim-enzim maka
bekuan darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga (Smeltzer & Bare, 2002).

Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan. Pembuluh darah


yang mengalami gangguan biasanya arteri yang berhubungan langsung dengan otak.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat secara cepat dan konstan,
berlangsung beberapa menit bahkan beberapa hari. Gambaran klinis yang sering muncul
antara lain: pasien mengeluh sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah
penurunan kesadaran dan kejang. Sembilan puluh persen menunjukan adanya darah dalam
cairan serebrospinal, dari semua pasien ini 70-75 % akan meninggal dalam waktu 1- 30 hari,
biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke sistem ventrikel, herniasi
lobus temporal dan penekanan mesensefalon atau mungkin disebabkan karena perembesan
darah ke pusat-pusat yang vital. Penimbunan darah yang cukup banyak di bagian hemisfer
serebri masih dapat ditolerir tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata
sedangkan adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat
mengakibatkan kematian (Smeltzer & Bare, 2002).

g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari stroke secara umum Menurut Soeharto (2002) menyebutkan
adalah sebagai berikut :
o Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke leher dan wajah
o Mual dan muntah
o Kaku kuduk
o Penurunan kesadaran
o Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu bagian tubuh,
terutama di salah satu sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.
o Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu bagian tubuh, terutama jika
hanya salah satu sisi.
o Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
o Kerusakan motoric dan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motoric

17
o Gangguan komunikasi seperti : disatria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (kerusakan
komunikasi/ kehilangan fungsi biacara), apraksia (ketidak mampuan melakukan tindakan
yang dipelajari).
o Gangguan persepsi
o Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
o Disfungsi kandung kemih
Manifestasi klinis stroke dapat dilihat dari deficit neurologiknya, yaitu:
a. Defisit Lapangan Penglihatan
1. Homonimus heminopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan):
- Tidak menyadari orang atau objek di tempat hehilangan penglihatan
- Mengabaikan salah satu sisi tubuh
- Kesulitan menilai jarak
2. Kehilangan penglihatan perifer:
- Kesulitan melihat pada malam hari
- Tidak menyadari objek atau batas objek
3. Diplopia:
- Penglihatan ganda
b.Defisit Motorik
1. Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh):
- Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer
yang berlawanan)
2. Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi):
- Paralisis wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan)
3. Ataksia:
- Berjalan tidak mantap, tegak
- Tidak mampu menyatukan kaki. Perlu dasar berdiri yang luas
4. Disartria:
- Kesulitan dalam membentuk kata
5. Disfagia:
- Kesulitan dalam menelan

18
c.Defisit Sensori
1. Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi):
- Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
- Kesulitan dalam propriosepsi
d.Defisit Verbal
1. Afasia ekspresif:
- Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami
- Mungkin mampu bicara dalam respon kata-tunggal
2. Afasia reseptif:
- Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan
- Mampu bicara tetapi tidak masuk akal
3. Afasia global:
- Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
e.Defisit Kognitif
- Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
- Penurunan lapang perhatian
- Kerusakan kemampuan untuk berkosentrasi
- Alasan abstrak buruk
- Perubahan penilaian
f.Defisit Emosional
- Kehilangan control diri
- Labilitas emosional
- Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
- Depresi
- Menarik diri
- Rasa takut, bermusuhan, dan marah
- Perasaan isolasi
(Smeltzer dan Bare, 2002).

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
a. Stroke hemisfer kanan

19
o Hemiparese sebelah kiri tubuh
o Penilaian buruk 
o Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh kesisi
yang berlawanan
b. Stroke hemisfer kiri
o Mengalami hemiparese kanan
o Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
o Kelainan bidang pandang sebelah kanan
o Disfagia global
o Afasia
o Mudah frustasi
Adapun tanda dan gejala dilihat dari jenis stroke, yaitu:
a. Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa:
o Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodormal yang terjadi pada saat istirahat
atau bangun pagi.
o Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
o Terjadi trauma pada usia > 50 tahun
o Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya.
b. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
o Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak.
o Ganguan sensibilitas pada suatu anggota badan (gangguan hemisensorik)
o Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor/koma)
o Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara)
o Disartria (bicara pelo atau cade)
o Afaksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran)
o Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).
h. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:

20
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan
vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi
ekstrem perlu perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan
potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dari
katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah keotak dan selanjutnya
menurunkan aliran darah serebral

i. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis
klien stroke meliputi:
a. Angiografi Serebri. Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal Pungsi. Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada intracranial.
Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan
likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari
pertama.
c. CT Scan. Pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari Computerized Tomography
scanning (CT-scan). Menurut penelitian Marks, CT-scan digunakan untuk mengetahui
adanya lesi infark di otak dan merupakan baku emas untuk diagnosis stroke iskemik
karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini mempunyai
keterbatasan, yaitu tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6
jam, tidak semua rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan ahli
radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin skirining stroke
21
iskemik.( Widjaja, Andreas., dkk. 2010) yaitu Memperlihatkan secara spesifik letak
edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. Magenetic Imaging Resonance (MRI). Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk
menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat dar hemoragik.
e. USG Doppler. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
f. EEG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls liistrik dalam jaringan otak.
g. Pemeriksaan Darah Rutin
h. Pemeriksaan Kimia Darah. Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
i. Pemeriksaan Darah Lengkap. Untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
j. Pemeriksaan Elektrokardiogram berkaitan dengan fungsi dari Jantung untuk pemeriksaan
penunjang yang berhubungan dengan penyebab stroke
k. Penggunan skala stroke NIH (National Institute Of Health) sebagai pengkajian status
neurologis pasien dengan stroke. Yaitu untuk menentukan status defisit neurologis pasien
dan penunjang stadium
(Muttaqin, 2011), (Anania, Pamella. 2011)
j. Pencegahan
1. Hindari merokok, kopi dan alkohol
2. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal ( cegah kegemukan)
3. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi
4. Batasi makkanan berkolesterol dan lemak (daging,durian,alpukat,keju dan lainnya)
5. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak mkan buah dan sayuran)
6. Olahraga yang teratur.

22
BAB III
PENUTUP\

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka

23
Depkes RI,1998. Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan system persyarafan,
DEPKES RI. Jakarta.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah. Vol.2.


Jakarta:EGC.

Junaidi, iskandar,2004, Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke, Edisi; 2, PT


Bhuana ilmu popular, kelompok gramedia, Jakarta.

Price, S, A, 2000, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (terjemahan), Edisi ;4


buku 2, Jakarta, EGC.

Tucker, 1998, Standar perawatan pasien ( terjemahan), Edisi 3, Jakarta, EGC.

Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan/ Jakarta: Salemba medika
Price,Sylvia dkk.2007. patofisiologi “Konep Klinis dan Proses Penyakit. Volume 2.Edisi
6.Jakarta :EGC

24

Anda mungkin juga menyukai