Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL

GAMBARAN EVALUASI STANDAR KOMPETENSI


KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN PRE OPERASI
DI RUMAH SAKIT UMUM KERTHA USADA

NI LUH RISKAYANI

18D10086

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI DENPASAR
2022
PROPOSAL

GAMBARAN EVALUASI STANDAR KOMPETENSI


KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN PRE OPERASI
DI RUMAH SAKIT UMUM KERTHA USADA

NI LUH RISKAYANI

18D10086

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUSI TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal penelitian dengan judul “Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi


Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit Umum Kertha
Usada” telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan dalam ujian
proposal penelitian

Denpasar, Januari 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ni Luh Adi Satriani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat Ns. Ni Nyoman Nuartini, S.Kep., M.Kes.
NIR/NIDN. 0820127401 NIR/NIDN. 0810068101

PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN

ii
Proposal Penelitian dengan judul “Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi
Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Umum Kertha
Usada” telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan dalam ujian
proposal penelitian.

Denpasar, Januari 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ni Luh Adi Satriani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat Ns. Ni Nyoman Nuartini, S.Kep., M.Kes.
NIR/NIDN. 0820127401 NIR/NIDN. 0810068101

Menyetujui,
Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali
Rektor

I Gede Putu Darma Suyasa, S. Kp., M. Ng., Ph. D


NIDN. 0823067802

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre
Operasi Di Rumah Sakit Umum Kertha Usada”.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan,


pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph. D selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatam
kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu Ni Luh Dina Susanti, S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor I Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali selaku penguji utama yang telah memberikan
izin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan dalam penyusunan
proposal ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang memberikan dukungan kepada penulis.
5. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana Putra, Sp.An selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Keperawatam Anestesiologi yang memberikan dukungan
moral dan perhatian kepada penulis.
6. Ibu Ns. Ni Luh Adi Satriani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku pembimbing I
yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian proposal ini.
7. Ibu Ns. Nyoman Nuartini, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam penyelesaian proposal ini.
8. Ibu I Gusti Agung Galuh Wismadewi, S.S selaku pembimbing akademik
yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis dalam
penyusunan proposal ini.

iv
9. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf ITEKES Bali atas izin dan
dukungannya dalam penyusunan proposal ini.
10. Keluarga tercinta terutama Ibu dan Bapak yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materil hingga selesainya proposal ini.
11. Sahabat-sahabat penulis yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu, namun tiada hentinya selalu menghibur dan menjadi tempat curhat
disaat penulis merasa lelah, sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal
ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari


sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.

Denpasar,

Penulis,

v
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM.......................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN ........... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi............................................................................... 7
B. Komunikasi Efektif................................................................... 10
C. Standar Kompetensi Penata Anestesi........................................ 12
D. Penata Anestesi......................................................................... 13
E. Pembedahan atau Operasi......................................................... 14
F. Penelitian Terkait...................................................................... 14
BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Penelitian..................................................... 22
B. Variabel Penelitian.................................................................... 23
C. Definisi Operasional.................................................................. 23
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian....................................................................... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 25
C. Populasi dan Sampel................................................................. 26
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data......................................... 27
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.............................. 29
F. Etika Penelitian......................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 34
LAMPIRAN..................................................................................................... 36

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Jumlah Kasus Tindakan Operasi di RSU Kertha Usada Buleleng


Tahun 2017-2020.................................................................................... 2

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 24

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Kerangka Konsep Komunikasi Efektif pada Pasien Pre Operasi............ 22

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian ...................................................................... 36


Lampiran 2 Lembar Kuesioner..................................................................... 37
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden................................ 40
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................................. 41

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesi merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan kepada
pasien dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit, baik dalam proses
pembedahan atau prosedur lain yang berpotensi menimbulkan rasa sakit pada
pasien (Prayogi et al., 2020). Pelayanan anestesi merupakan salah satu
tindakan medis yang ada di dalam dunia kesehatan, yang dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi dengan didampingi oleh penata anestesi. Penata
anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang
keperawatan anestesi atau penata anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Peraturan Menteri Kesehatan No.18 Tahun (2016),
yang mengatur tentang izin dan penyelenggaraan praktek penata anestesi.

Rumah Sakit Umum Kertha Usada merupakan salah satu rumah sakit
umum yang terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. RSU Kertha
Usada menjadi salah satu Rumah sakit umum yang menjadi pilihan
masyarakat Kabupaten Buleleng karena berada di pusat kota, serta telah
dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan medis yang cukup lengkap. RSU
Kertha Usada memiliki 3 (tiga) kamar operasi yang dilengkapi dengan ruang
persiapan operasi dan ruang pulih sadar (recovery room). Dengan fasilitas
yang dimiliki, Rumah Sakit Umum Kertha Usada mampu melayani ribuan
pasien setiap tahunnya. Adapun data jumlah pasien operasi yang ditangani
Rumah Sakit Kertha Usada Buleleng adalah sebagai berikut.

1
2

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Tindakan Operasi di RSU Kertha Usada Buleleng
Tahun 2017-2020
KASUS BEDAH 2017 2018 2019 2020
Umum 478 623 512 400
Saraf 20 45 62 10
Onkologi 183 238 436 205
Obgyn 1.027 1.316 1.090 748
Mata 288 375 512 332
Orthopedi 315 409 443 319
THT 26 34 136 94
Vaskuler 183 239 68 108
Urologi 105 136 204 325
JUMLAH 2.625 3.415 3.463 2.541
Sumber: Rumah Sakit Kertha Usada

Dengan banyaknya pasien operasi yang dilayani setiap tahun, tentunya


diperlukan dukungan tenaga penata anestesi yang cukup dan terampil dalam
melaksanakan proses Anestesi. Namun RSU Kertha Usada tidak memiliki
tenaga penata anestesi yang bersifat tetap. Pelaksanaan operasi di RSU Kertha
Usada melibatkan 14 (empat belas) penata anestesi yang besifat tidak tetap
atau on call. Dengan tidak adanya tenaga penata anestesi yang berstatus
pegawai tetap di RSU Kertha Usada, maka manajemen rumah sakit akan
kesulitan untuk mengevaluasi kinerja serta meningkatkan kompetensi penata
anestesi dalam melaksanakan tugasnya. Kesulitan dalam meningkatkan
kompetensi Penata Anestesi dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas
pelayanan yang diberikan.

Pelayanan anestesi harus dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/722/2020 tentang
Standar Profesi Penata Anestesi. Standar profesi penata anestesi menjelaskan
bahwa standar kompetensi penata anestesi terdiri atas etik legal, keselamatan
pasien, pengembangan diri, profesionalisme, serta komunikasi efektif.
Standar kompetensi penata anestesi ditunjang oleh pilar berupa landasan
ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi, instrumentasi serta keterampilan klinis.
Penyusunan standar profesi penata anestesi bertujuan untuk meningkatkan
3

pelayanan yang berkualitas kepada pasien, dengan mengacu pada


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang anestesi. Dengan
adanya standar profesi penata anestesi diharapkan mampu menjadi pedoman
bagi penata anestesi dalam melaksanakan tanggung jawabnya kepada pasien.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh penata anestesi adalah
komunikasi efektif, dimana penata anestesi diharapkan mampu
menyampaikan informasi tentang persiapan operasi kepada pasien. Pemberian
informasi tentang persiapan operasi memberikan pengaruh baik kepada
pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Arifah & Trise (2012) menunjukan
bahwa pada pemberian informasi yang baik dapat menurunkan tingkat
kecemasan kepada pasien menjadi ringan sebanyak 82,2%. Penelitian yang
dilakukan oleh Sulastri et al., (2019) menunjukan bahwa adanya pengaruh
komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi.

Pemberian informasi yang baik juga terbukti mampu meningkatkan


tingkat kepuasan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Chabibi et al., (2019)
menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik
dengan kepuasan pasien pre operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto
et al., (2019) didapatkan hasil yaitu adanya hubungan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien, sehingga pemberian informasi
yang baik sangat penting untuk dilakukan agar pasien merasa puas dan
mengerti akan informasi yang di dapatkan.

Kurangnya pemberian informasi tentunya akan berdampak buruk bagi


psikologis pasien, seperti munculnya rasa cemas atau kepanikan akibat
kurangnya pemahaman atau pengetahuan pasien. Sedangkan pasien pada
umumnya kurang memiliki pengetahuan terkait dengan prosedur tindakan
anestesi dan persiapan pembedahan yang akan dilaksanakan. Penelitian yang
dilakukan Kurniawan et al., (2018) di dapatkan hasil yaitu 75,6% pasien pre
anestesi kurang memiliki pengetahuan tentang persiapan pembedahan. Dan
4

menurut Soemitro (2014) sebanyak 68,32% pasien yang diteliti memiliki


health literacy yang buruk. Sedangakn menurut Soewito (2017) Sebanyak
61,9% pasien yang diteliti memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.

Penggunaan istilah medis yang sulit dipahami oleh pasien juga


menjadikan informasi yang diberikan tidak dapat dimengerti oleh pasien
secara lengkap. Penelitian yang dilakukan oleh Babitu & Cyna (2010)
menunjukan bahwa 45% pasien gagal memahami satu atau lebih istilah medis
yang digunakan dalam komunikasi antara pasien dan tenaga medis. Menurut
Prasanti (2020) salah satu upaya yang dapat perawat lakukan untuk mengatasi
hambatan komunikasi dengan keluarga pasien adalah dengan menggunakan
bahasa yang dimengerti bersama. Penata Anestesi perlu memberikan
informasi dengan pemilihan kata-kata yang mudah dipahami oleh pasien,
sehingga pasien dapat memahami informasi yang disampaikan.

Pentingnya pemberian informasi kepada pasien pre operasi sangat


bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap tindakan yang
akan dilakukan, sehingga kondisi psikologis pasien dan keluarga harus dijaga
dengan baik, agar nantinya dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan
keluarga terhadap instruksi yang telah diberikan. Peranan penata anestesi
dalam memberikan informasi kepada pasien menjadi penting dan perlu
dilakukan evaluasi guna memastikan bahwa pasien dan keluarga telah
memperoleh informasi secara lengkap, jelas, dan mudah dimengerti, demi
keamanan dan kenyamanan pasien. Sayangnya, penelitian yang mengevaluasi
komunikasi efektif, yang yang diterima oleh pasien dan keluarga pasien pre
operasi belum banyak dilakukan. Kompetensi komunikasi efektif sesuai
dengan Standar profesi anestesi baru ditetapkan pada tahun 2020, dimana
standar tersebut masih cukup baru, dan belum banyak peneliti yang berfokus
untuk mengevaluasi kompetensi komunikasi efektif penata anestesi terhadap
pasien. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, Peneliti ingin
melakukan penelitian tentang Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi
Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi di RSU Kertha Usada.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Evaluasi
Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi di
Rumah Sakit Umum Kertha Usada?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan standar
kompetensi komunikasi efektif penata anestesi pada pasien pre operasi di
Rumah Sakit Umum Kertha Usada.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui jumlah pasien yang mendapatkan komunikasi sesuai
dengan Standar Kompetensi Penata Anestesi.
b. Mengetahui jumlah pasien yang tidak mendapatkan komunikasi sesuai
dengan Standar Kompetensi Penata Anestesi.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi tentang gambaran
evaluasi standar kompetensi komunikasi efektif pada pasien pre operasi
di Rumah Sakit Umum Kertha Usada.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Institusi Rumah Sakit
6

Sebagai sumber informasi tambahan untuk institusi rumah sakit


untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan mengenai bagaimana
gambaran evaluasi standar kompetensi komunikasi efektif pada
pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Kertha Usada.
b. Penata Anestesi
Memberikan masukan kepada Penata Anestesi agar dapat melakukan
komunikasi secara efektif terhadap pasien pre operasi sesuai dengan
Standar Kompetensi Penata Anestesi.
c. Peneliti selanjutnya
Sebagai referensi dan sumber data penelitian selanjutnya, terutama
tentang komunikasi efektif anatara Penata Anestesi dan Pasien.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan suatu disiplin ilmu dimana dalam sejarah
perkembangannya komunikasi terlahir sebagai ilmu pengetahuan sosial dan
seni berbicara secara lisan maupun tulisan. Istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin comminicatus yang artinya “berbagi”. Webster’s New Collegiatte
Dictionary (dalam Santoso dan Wardani, 2021) menyebutkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antara individu satu
dengan yang lain, dengan cara menggunakan lambang atau tanda serta
tingkah laku dalam berkomunikasi. Komunikasi menurut Shanon dan Weaver
(dalam Santoso dan Wardani, 2021) merupakan seuatu bentuk interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, baik sengaja atau tidak di
sengaja. Sedangkan menurut David K Berlo (dalam Santoso dan Wardani,
2021), komunikasi adalah suatu instrumen interaksi sosial yang berguna
untuk mengetahui dan memprediksi keberadaan orang lain serta diri sendiri
dalam menciptakan keseimbangan masyarakat. Menurut Carl I.Hovland
(dalam Santoso dan Wardani, 2021) komunikasi merupakan suatu proses
yang memungkinkan seorang komunikator menyampaikan informasi atau
rangsangan yang bertujuan untuk merubah perilaku orang yang diajak
berkomunikasi.

Komunikasi memiliki peranan yang penting bagi manusia mengingat


fungsi utama dari sebuah komunikasi adalah penyebaran informasi dari satu
individu kepada individu lainnya. Komunikasi secara umum memiliki
beberapa fungsi menurut Santoso dan Wardani (2021) adalah sebagai berikut.
1. Dapat menyampaikan pikiran atau perasaan.
2. Tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan.
3. Dapat mengajarkan atau memberitahukan sesuatu.
4. Dapat mengajarkan atau mempelajari dari peristiwa di lingkungan.
5. Dapat mengenal diri sendiri.
8

6. Dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain.


7. Dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan tegang.
8. Dapat mengisi waktu luang.
9. Dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku
kebiasaan.
10. Dapat membujuk atau memaksa orang lain agar berpendapat, bersikap
atau berperilaku sebagaimana diharapkan.

Komunikasi yang suskses tentunya tidak terlepas dari tahapan atau


proses yang benar pula. Santoso dan Wardani (2021) menjabarkan proses
komunikasi sebagai berikut.
1. Pengembangan ide
Langkah pertama dalam proses komunikasi adalah pengirim
mengembangkan atau membuat konsep ide, gagasan atau informasi
yang akan dikirim.
2. Pengkodean atau penyandian (Encoding)
Pengkodean atau penyandian berarti megubah atau menerjemahkan
ide menjadi bentuk yang dapat dipahami sehingga dapat
dikomunikasikan kepada pihak lain.
3. Pengembangan pesan.
Setelah penyandian pengirim mengembangkan pesan yang dapat
dikirim ke penerima. Pesannya bisa dalam bentuk lisan atau tertulis
maupun berupa simbolis atau nonverbal.
4. Pemilihan media.
Pengirim memilih media komunikasi yang akan digunakan, dimana
dia akan menyampaikan pesannya kepada penerima.
5. Pengirim pesan.
Setelah media komunikasi dipilih, langkah selanjutnya adalah
mengirim pesan melalui media yang dipilih.
9

6. Penerima pesan.
Tahap ini hanya melibatkan penerimaan pesan oleh penerima dalam
bentuk mendengar, melihat atau merasakan.
7. Penerjemah dan pemahaman pesan (Decoding)
Decoding adalah interpretasi penerima terhadap pesan yang dikirim.
8. Umpan balik (Feedback)
Pengertian umpan balik adalah respon atau komentar tentang pesan
yang telah telah dikirimkan.

Menurut Santoso dan Wardani (2021), komunikasi memiliki enam


unsur penting, dimana setiap unsur memiliki keterkaitan satu sama lain.
1. Sumber merukapan dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan
dan digunakan dalam rangka mempengaruhi pesan yang hendak
disampaikan. Sumber dapat berupa orang, lembaga atau buku maupun
dokumen dan lain sebagainya.
2. Komunikator yang memiliki peranan yang sangat penting untuk
menentukan keberhasilan dalam mempengaruhi komunikan (penerima
pesan).
3. Pesan merupakan materi yang diberikan oleh komunikator kepada
komunikan.
4. Channel merupakan saluran penyampaian pesan atau sering juga
disebut dengan media komunikasi.
5. Komunikasi yang dibedakan dalam berbagai macam kategori mulai
dari segi sifatnya atau arahanya, hingga jumlah orang yang terlibat di
dalamnya.
6. Efek merupakan unsur-unsur komunikasi yang memiliki definisi hasil
akhir dari suatu komunikasi.
10

B. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah suatu komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap terhadap orang yang terlibat di dalam
komunikasi tersebut. Tujuan dari komunikasi efektif yaitu memberikan
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan oleh si pemberi pesan
kepada penerima pesan, sehingga isi pesan di dalamnya akan lebih mudah
dipahami karena bahasa yang digunakan jelas dan lengkap. Ada beberapa
pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif, antara lain: jalaluddin
(dalam Santoso dan Wardani, 2021) menyebutkan bahwa komunikasi yang
efektif ditandai dengan adanya pengertian yang dapat menimbulkan
kesenangan dan mempengaruhi sikap serta meningkatkan hubungan sosial
yang baik dan pada akhirnya akan menimbulkan suatu tindakan. Sedangkan
Johnson, Sutton dan Harris (dalam Santoso dan Wardani, 2021)
menyampaikan bahwa komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan
didukung oleh aktivitas role-playing atau diskusi maupun aktivitas kelompok
kecil dan materi-materi pelajaran yang relevan. Menurut Mc. Crosky Larson
dan Knapp (dalam Santoso dan Wardani, 2021) menyampaikan bahwa
komunikasi efektif dapat dicapai dengan cara mengusahakan ketepatan
(accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan
dalam setiap melakukan komunikasi.

Adapun unsur-unsur yang ada didalam komunikasi efektif adalah


sebagai berikut (Santoso dan Wardani, 2021).
1. Niat, menyangkut:
a. Apa yang akan disampaikan.
b. Siapa sasarannya.
c. Apa yang akan dicapai.
2. Minta, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu:
a. Faktor objektif: merupakan rangsangan yang kita terima.
b. Faktor subyektif: merupakan faktor yang menyangkut diri si
penerima stimulus.
11

3. Pandangan adalah makna dari informasi yang disampaikan pada


sasaran.serta menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada
pendidikan atau pekerjaan serta pengalaman dan kerangka pikir
seseorang.
4. Lekat adalah informasi yang disimpan oleh si penerima.
5. Libat adalah keterlibatan panca indera sebanyak-banyaknya.

Komunikasi yang baik dapat memberikan dampak atau efek tertentu


pada komunikan atas pesan yang diterima. Agar komunikasi menjadi efektif,
maka penyampaian pesan perlu dirancang dengan baik. Adapun teknik
komunikasi efektif adalah sebagai berikut (Santoso dan Wardani, 2021).
1. Komunikasi persuasif (suatu teknik untuk mengubah sikap dan
pendapat serta perilaku komunikan, yang lebih menekan sisi
psikologis komunikan tersebut).
2. Komunikasi bersifat perintah atau teknik komunikasi instruktif atau
koersi (suatu teknik komunikasi yang berupa suatu perintah dan
ancaman atau sangsi dan lain sebagainya, yang bersifat paksaan
sehingga orang-orang yang djadikan sasaran melakukannya secara
terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing
yang artinya bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko
yang buruk).
3. Hubungan manusia (merupakan terjemahan dari human relation, dan
jika di tinjau dari sisi komunikasi hubungan antara manusia ini
termasuk kedalam komunikasi interpersonal, dimana komunikasi
tersebut berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis).

Berkomunikasi efektif berarti seorang komunikator dan komunikan


memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan yang akan diterima. Oleh
karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya the communication is in
tune, yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama dan mengerti
mengenai isi pesan yang disampaikan. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylavia
12

Moss (dalam Santoso dan Wardani, 2021) komunikasi yang efektif ditandai
dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi
sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan.

C. Standar Kompetensi Penata Anestesi


Standar kompetansi Penata Anestesi adalah suatu pedoman bagi
penata anestesi dalam memberikan atau melakukan tindakan pelayanan
asuhan kepenataan anestesi yang terukur dan terstandar, serta berkualitas di
fasilitas pelayanan kesehatan. Yang memiliki tujuan untuk meningkatkan
kualitas penata anestesi sesuai dengan standar profesi penata anestesi yang
telah di tetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/722/2020 dimana terdiri atas standar kompetensi dan etika
profesi, yang nantinya dapat dipergunakan untuk menunjang kegiatan dalam
melaksankan asuhan kepenataan anestesi sesuai dengan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada. Sehingga bisa dijadikan pedoman dalam membuat
kurikulum dan pengembangan pendidikan.

Standar Kompetensi Penata Anestesi memiliki lima area sebagai


berikut.
1. Etik legal dan keselamatan pasien
2. Pengembangan diri dan profesionalisme
3. Komunikasi efektif
4. Landasan ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi, dan instrumentasi
5. Keterampilan klinis.

Penata Anestesi wajib menguasai kompetensi komunikasi efektif,


sesuai dengan Standar Kompetensi Penata Anestesi. Adapun komponen
komunikasi efektif adalah sebagai berikut.
1. Mampu berkomunikasi dengan pasien dan anggota keluarga
13

a. Membangkitkan rasa percaya diri pasien dan keluarganya


ketika mendiskusikan tentang kesehatan
b. Menggali dan mengembangkan informasi tentang kondisi
kesehatan pasien
c. Memberi penjelasan dan informasi yang akurat kepada pasen
dan keluarganya tentang kesehatan
d. Memberi penjelasan dan informasi yang akurat serta meminta
persetujuan kepada pasien dan keluarganya untuk melakukan
tindakan atau rujukan.
2. Mampu berkomunikasi dengan sesama profesi
a. Memberikan informasi yang tepat mengenai kondisi pasien
baik secara lisan, tertulis, atau melalui media elektronik
dengan mengutamakan kepentingan pasien berdasarkan
keilmuan dalam pekerjaan Penata Anestesi
b. Menelaah kasus pasien bersama tim kerja untuk meningkatkan
pelayanan dan keilmuan dalam pekerjaan Pelayanan Asuhan
Kepenataan Anestesi.
3. Mampu berkomunikasi dengan profesi lain.
a. Memberikan informasi yang relevan tentang kondisi pasien
baik secara lisan, tertulis, ataupun melalui media elektronik
kepada profesi lain sesuai kepentingan pasien
b. Menjalin kerja sama dengan profesi lain dalam memberikan
pelayanan asuhan kepenataan Penata Anestesi kepada pasien
c. Membahas kinerja dan kebutuhan Penata Anestesi yang
diharapkan oleh Stakeholder melalui forum komunikasi
terpadu.

D. Penata Anestesi
Penata anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dalam
bidang keperawatan anestesi atau penata anestesi, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penata anestesi memiliki tugas pokok dalam
14

pelayanan asuhan kepenataan anestesi yang mencangkup praanestesi,


intraanestesi dan pascaanestesi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Penata
Anestesi dijelaskan bahwa Penata Anestesi sebagai tenaga kesehatan yang
memiliki area keilmuan dan kompetisi berkaitan dengan tindakan Asuhan
Kepenataan Anastesi dan berkolaborasi dengan dokter anastesi.

E. Pembedahan atau Operasi


Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh,
yang pada umumnya dilakukan dengan cara membuat sayatan pada bagian
tubuh yang akan dilakukan pembedahan, dan nantinya akan dilakukan
tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Pembedahan sendiri dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu
penyakit yang dialami oleh seseorang, baik cedera atau cacat, serta mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-
obatan sederhana (Apriansyah et al., 2015).

Pre operasi merupakan tahap awal pembedahan dimana sebelum


pasien dilakukan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja operasi,
dalam proses pembedahan yang dimulai dari pra bedah (preoperasi), bedah
(intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pada fase ini ada beberapa
persiapan yang harus disiapkan oleh pasien sebelum dilakukan tindakan
operasi. Dalam fase pra operasi pasien akan mengalami kecemasan yang
disebut dengan kecemasan pra operasi yang terjadi pada masa ketika pasien
diputuskan akan menjalani operasi sampai ketika pasien berada di ruang
operasi untuk dilakukan intervensi bedah. Sehingga sangat diperlukan
dukungan dari keluarga maupun tenaga kesehatan agar pasien merasa nyaman
dan aman untuk menjalani prosedur pembedahan.

F. Penelitian Terkait
15

Arifah & Trise (2012) meneliti tentang pengaruh pemberian informasi


tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik terhadap
tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Bougenville RSUD Sleman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi
tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik terhadap
tingkat kecemasan klien. Desain penelitian ini adalah pra-eksperimental
dengan menggunakan one-group pre-post test design. Jumlah sampel 45
orang dengan teknik pemilihan sampel dengan cara consecutive sampling.
Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner tingkat
kecemasan yang dimodifikasi dari Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,7% responden mengalami
kecemasan ringan, 51,1% mengalami kecemasan sedang, dan kecemasan
berat 2,2% sebelum pelaksanaan pemberian informasi tentang persiapan
operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik. Setelah pelaksanaan
pasien pre operasi tingkat kecemasannya menjadi ringan 82,2%, tingkat
kecemasan sedang 4,4%, dan yang menjadi tidak cemas sebesar 13,3%.
Penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan
bahwa pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan
komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam
menurunkan kecemasan pasien.

Sherko et al., (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Therapeutic


Communication”. Penelitian ini berfokus pada komunikasi terapeutik, serta
mencoba untuk menyoroti pentingnya konsep komunikasi terapeutik, melalui
komunikasi verbal atau nonverbal, yang membuat perawat dapat
mempengaruhi atau membantu klien. Terdapat reaksi yang berbeda terhadap
komunikasi terapeutik, karena semua pasien berbeda dalam karakter, latar
belakang, status sosial, budaya, dan sebagainya. Penelitian ini juga
membandingkan peran perawat dengan peran dokter. Dokter dan perawat
harus menguasai teknik komunikasi terapeutik yang efisien untuk
membangun empati terhadap pengalaman yang diungkapkan pasien. sangat
16

penting bagi mereka untuk memiliki keterampilan terapeutik komunikatif


agar berhasil menerapkan proses komunikatif serta untuk memenuhi standar
perawatan kesehatan bagi pasien. Melalui komunikasi terapeutik, mereka
harus menjalin hubungan, mengidentifikasi kekhawatiran dan kebutuhan
pasien, memperkirakan persepsi pasien termasuk tindakan terperinci seperti
perilaku dan pesan yang disampaikan. Komunikasi terapeutik melibatkan
komunikasi interpersonal antara pasien dan perawat. Komunikasi terapeutik
membutuhkan kesadaran tenaga kesehatan terhadap apa yang disampaikan
secara verbal dan nonverbal. Tenaga kesehatan harus memberikan perhatian
khusus kepada pasien dan teknik yang diikuti karena memungkinkan secara
tidak sadar mempengaruhi pasien melalui penggunaan teknik non terapeutik.
Peran tenaga kesehatan dalam menentukan penyakit melalui langkah-langkah
dan teknik yang diikuti adalah kunci keberhasilan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah bentuk komunikasi yang bertujuan,
memungkinkan tenaga kesehatan dan pasien untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan kesehatan melalui partisipasi dalam hubungan yang
terfokus. Hambatan komunikasi mungkin memiliki efek negatif pada pasien,
menurunkan kepercayaan diri pasien dan dapat menghalangi komunikasi.
Kolaborasi dengan semua anggota tim perawatan kesehatan mungkin
dianggap sebagai kunci keberhasilan komunikasi terapeutik.

Novita (2015) melakukan penelitian dengan judul “Gambaran


Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat Pelaksana pada Pasien di
RSUD Dr. Rasidin Padang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat pelaksana pada
pasien di RSUD dr. Rasidin Padang. Desain penelitian ini adalah deskriptif
yang dilakukan di RSUD dr. Rasidin Padang Penelitian dilakukan pada bulan
Maret sampai dengan Juni 2015. Semua populasi dijadikan sampel yaitu
berjumlah 39 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total
sampling. Pengolahan data melalui tahap editing, coding, entry, dan cleaning.
Data dianalisa secara univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan 5.1%
17

pelaksanaan komunikasi terapeutik fase pra interaksi oleh perawat dalam


kategori kurang baik, 41.0% pelaksanaan komunikasi terapeutik fase orientasi
oleh perawat dalam kategori kurang baik, 0% pelaksanaan komunikasi
terapeutik fase kerja oleh perawat dalam kategori kurang baik, 94.9%
pelaksanaan komunikasi terapeutik fase terminasi oleh perawat dalam
kategori kurang baik dan 48.7% pelaksanaan komunikasi terapeutik yang
mencakup empat fase pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dalam
kategori kurang baik.

Chabibi et al., (2019) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan


Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien Pre Operasi di
Instalasi Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gombong”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
perawat terhadap kepuasan pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RS
PKU Muhammadiyah Gombong. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif korelatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 163 responden,
sampel yang diambil menggunakan accidental sampling. Analisa data
meliputi analisis univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji
statistik Korelasi Kendal Tau. Menggunakan kuisioner komunikasi terapeutik
perawat dengan 24 item pertanyaan dan kepuasan pasien dengan tiga item
pertanyaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat komunikasi terapeutik
perawat dan kepuasan pasien mayoritas cukup. Hasil analisis menunjukan
terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Muhammadiyah Gombong.

Arini et al., (2019) melakukan penelitian berjudul “The Effectivity of


Therapeutic Communication on Pre-Surgery Educationof the Implementation
of Phacoemulsification Technique Cataract Surgery with Local Anesthesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas komunikasi terapeutik
terhadap pelaksanaan operasi katarak. Penelitian ini menggunakan desain
Pre- Experimental dengan pendekatan Post Test Only Control Group.
18

Populasi sebanyak 176 responden akan dijadwalkan operasi katarak untuk


memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
simple random sampling dan 64 responden dibagi menjadi kelompok kontrol
dan intervensi. Analisis data menggunakan uji statistik Paired Sample T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yang
melanjutkan operasi dengan jumlah 30 responden (93,8%) dan jumlah
responden yang menunda operasi hanya dua responden (6,2%), sedangkan
yang menunda operasi hanya dua responden (6,2%). melaksanakan
komunikasi sehari-hari menunjukkan bahwa 22 responden (68,8%)
melanjutkan operasi dan 10 responden (34,2%) menunda operasi. Hasil uji
statistik Paired Sample T-test menunjukkan bahwa nilai P = 0,003 < 0,05
artinya terdapat perbedaan pembedahan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Implikasi dari penelitian ini dapat diterapkan oleh perawat
untuk lebih kreatif dan inovatif, profesional dan terampil dalam menerapkan
komunikasi terapeutik saat memberikan pendidikan katarak pra operasi.

Sulastri et al., (2019) melakukan penelitian tentang “Pengaruh


Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien
Pre Operasi”. Menurut peneliti, kecemasan merupakan masalah yang
berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik fisik maupun psikologisnya. Hospitalisasi
dan rangkaian prosedur tindakan sebelum operasi dilakukan juga dapat
menyebabkan distress akut dan meningkatkan kecemasan pada pasien.
Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
pasien, pasien yang mengalami kecemasan menunjukkan gejela mudah
tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak
nyenyak. Desain yang digunakan adalah Pra Eksperimen. Jumlah sampel 28
responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik Quota
Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan data
menggunakan uji T (T-Test). Dari hasil analisa data didapatkan T hitung
7,111 dan T tabel dengan α = 0,05 adalah 2,052, sehingga diperoleh T hitung
19

7,111 > T tabel 2,052, maka H1 diterima yang artinya ada Pengaruh
Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di Ruang Bedah RSUD dr. Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo. Hal
ini dilihat tingkat kecemasan pasien pre operasi yang dipengaruhi oleh
komunikasi terapeutik. Sehingga diharapkan setiap responden lebih aktif
menanyakan segala sesuatu yang belum diketahui kepada petugas mengenai
kecemasan yang terjadi.

Safitri & Dwiantoro (2019) melakukan penelitian yang berjudul


“Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”. Tujuan dari penelitian ini
yaitu mengidentifikasi gambaran pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
di ruang rawat inap sebuah rumah sakit di Jawa Tengah. Jenis penelitian yang
diganakan adalah kuantitatif deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah
perawat ruang rawat inap dewasa. Total sampel yang diambil yaitu 87.
Instrumen penelitian pada penelitian ini berupa data yang diperoleh dari
perawat dengan menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah
62,07% pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dalam kategori baik; fase
pra-interaksi sebanyak 58,62% dalam kategori baik; fase orientasi sebanyak
59,77% dalam kategori baik; fase kerja sebanyak 62,07% dalam kategori
baik; fase terminasi sebanyak 63,22% dalam kategori baik; empati sebanyak
52,87% dalam kategori baik; warm sebanyak 58,62% dalam kategori baik;
keikhlasan sebanyak 58,62% dalam kategori baik. Komunikasi terapeutik
perawat yang termasuk dalam kategori kurang sebanyak 37,93%.

Penelitian dari Pratiwi et al., (2021) yang berjudul “The Effect of


Communication Between Therapeutic Nurses and Patients on Pre-Surgical
Anxiety Levels” bujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kecemasan pasien pra operasi tentang perawatan
bedah di salah satu rumah sakit di Indonesia. Metode yang digunakan adalah
deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dan metode non
probability sampling dengan teknik quota sampling. Jumlah sampel sebanyak
20

84 orang merupakan pasien pra operasi untuk perawatan bedah di Rumah


Sakit Umum Daerah Tangerang. Data dianalisis secara univariat dan bivariat
menggunakan uji chi- square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84
pasien pra operasi, 50 (59,5%) mengalami kecemasan ringan, dan 43 (51,2%)
menyatakan komunikasi terapeutik perawat dalam kategori baik. Ada
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kecemasan pasien
dengan p-value 0,000 < (0,05). Perawat hubungan komunikasi terapeutik
akan membantu mengurangi tingkat kecemasan pasien pra operasi tentang
perawatan bedah mereka di Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang.

Agustini (2021) Juga meneliti tentang “Gambaran Pelaksanaan


Komunikasi Terapeutik Perawat Anestesi pada Pasien Pre Operasi”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
komunikasi terapeutik prawat anestesi pada pasien pre operasi. Penelitian ini
menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan crosssectional dengan
metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling kepada
seluruh pasien pre operasi yang sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel yang
digunakan sebanyak 100 sampel. Instrumen pada penelitian ini berupa lembar
kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa dari 100 responden pasien pre operasi di RSU Kertha Usada Buleleng
sebanyak 55 responden (55%) mendapatkan komunikasi terapeutik yang baik,
responden yang mendapatkan komunikasi terapeutik cukup baik sebanyak 43
responden (43%), sedangkan yang mendapatkan komunikasi terapeutik
kurang baik sebanyak dua responden (2%).

Aritonang (2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Gambaran


Tingkat Pengetahuan Penata Anestesi Tentang Komunikasi SBAR (Situation
Background, Assessment, Recommendation) Pasien Pasca Anestesi di
Recovery Room” melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan penata anestesi tentang komunikasi SBAR pasien pasca anestesi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
21

Penata Anestesi di Provinsi Bali. Teknik pengambilan sampel pada penelitian


ini adalah total sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini 57 orang.
Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibuat dengan google form.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat.

Adnyani (2021) juga melakukan penelitian tentang “Gambaran


Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Penata Anestesi pada pasien Pra General
Anestesi di RSAD Tk. II Udayana Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan komunikasi terapeutik penata anestesi pada
pasien pra general anestesi di RSAD Tk II Udayana Denpasar. Penelitian ini
menggunakan deskriptif pendekatan cross sectional dengan teknik non
probability sampling dengan metode accidental sampling kepada seluruh
pasien yang akan melakukan operasi dengan menggunakan general anestesi
dan termasuk dalam kriteria inklusi, dengan sampel sebanyak 33 responden,
dan penelitian ini menggunakan intrumen yang berupa kuesioner. Penelitian
ini sebagian besar responden berusia 21-55 tahun sebanyak 25 (75,8%)
responden, dan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 19 (57,6%) responden. Responden yang menerima komunikasi
dengan kategori cukup sebanyak tiga (9,1%) responden dan yang menerima
komunikasi denga kategori baik sebanyak 30 (90,9%) responden. Penelitian
ini menunjukkan komunikasi terapeutik penata anestesi pada pasien pra
general anestesi dinyatakan baik.

Sesuai uraian di atas maka sebagian besar penelitian terkait dilakukan


terhadap perawat secara umum sedangkan penelitian yang akan peneliti
lakukan berfokus pada perawat anestesi. Penelitian di atas sebagian besar
membahas tentang komunikasi terapeutik, namun tidak menggunakan Standar
Profesi Penata Anestesi sebagai acuan, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan mengacu pada standar profesi penata anestesi yang ditetapkan
tahun 2020, sehingga mampu memberikan informasi/referensi terbaru tentang
gambaran pelaksanaan komunikasi efektif Penata Anestesi pada pasien pre
operasi sesuai dengan standar kompetensi terbaru.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai kerangka konsep, variabel dan
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian.

A. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep (conceptual framework) merupakan sebuah model
pendahuluan dari masalah yang akan diteliti, dengan kata lain kerangka
konsep merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang akan di teliti
(Swarjana, 2014). Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Komunikasi efektif Pada Pasien Pre Operasi

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
23

Standar Kompetensi Penata Anestesi disusun untuk menjadi


pedoman bagi penata anestesi dalam memberikan pelayanan asuhan
kepenataan anestesi yang terukur, terstandar, dan berkualitas di fasilitas
pelayanan kesehatan. Kompetensi Penata Anestesi dibangun dengan pondasi
yang terdiri atas etik legal dan keselamatan pasien, pengembangan diri dan
profesionalisme, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa
landasan ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi, dan instrumentasi, serta
keterampilan klinis. Dalam kompetensi komunikasi efektif, Penata anestesi
diharapkan mampu bertukar informasi secara verbal dan non-verbal dengan
pasien, keluarga pasien, masyarakat di lingkungan pasien, sesama profesi,
antar profesi kesehatan, dan stakeholder.

B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan sebuah konsep yang di operasionalkan. Lebih
tepatnya, operasional properti dari sebuah objek agar dapat diaplikasikan dan
menjadi properti dari objek (Swarjana, 2014). Jika variabel tersebut tidak
dapat diukur maka akan menyulitkan dalam analisis secara statistik. Variabel
dapat berupa fisik, bisa juga berupa pikiran maupun berupa perasaan suatu
kejadian dalam kehidupan sendiri (Swarjana, 2014). Dalam penelitian ini
hanya terdapat satu variabel yaitu komunikasi efektif pada Pasien Pre
Operasi.

C. Definisi Operasional
Operasional variabel merupakan definisi yang diberikan kepada
variabel dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Variabel
yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Swarjana, 2014).
24

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian


NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR HASIL UKUR SKALA
OPERASIONA
L

1 Komunikasi Suatu Intrumen yang Hasil pengukuran Dikotomi


Efektif komunikasi yang digunakan dalam adalah skor
mampu penelitian ini adalah minimal 0 dan
menghasilkan kuesioner yang skor maksimal
perubahan sikap mengacu pada 3200. Semakin
terhadap orang Keputusan Menteri tinggi skor
yang terlibat di Kesehatan Republik responden
dalam Indonesia Nomor mengindikasikan
komunikasi HK.01.07/MENKES/ komunikasi
tersebut. 722/2020 tentang efektif yang baik.
Standar Profesi Selanjutnya rata-
Penata Anestesi. rata skor tiap
responden akan
dikategorikan
sebagai berikut:
a. Skor 0 - 20 =
Sangat Kurang
b. Skor 21 - 40 =
Kurang
c. Skor 41 - 60 =
Cukup
d. Skor 61 - 80 =
Baik
e. Skor 81 - 100 =
Sangat Baik
25
BAB IV
METODE PENELITIAN

Pada bab ini memaparkan tentang desain penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel, dan sampling, alat dan teknik pengumpulan data,
teknik analisa data, serta etika dalam penelitian.

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional. Descriptive cross-sectional study merupakan
penelitian yang dilakukan secara cross-sectional (satu titik waktu tertentu).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak
menganalisis hubungan antara dua variabel, tidak ada memiliki variabel bebas
dan variabel terikat, tetapi memiliki variabel yang bersifat umum
membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis
statistik yang digunakan yaitu deskriptif (Swarjana, 2014). Desain penelitian
ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk mencari dan mengetahui Gambaran
Evaluasi Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi Di
Rumah Sakit Umum Kertha Usada.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Kertha Usada. Lokasi
penelitian ini dipilih dengan alasan sebagai berikut.
a. Jumlah pasien yang menjalani pembedahan di Rumah Sakit Umum
Kertha Usada terbilang cukup tinggi, dimana pada tahun 2020
jumlah pembedahan yang ditangani berjumlah 2.541 pasien;
b. Penelitian tentang komunikasi efektif sesuai dengan standar
kompetensi penata anestesi belum pernah dilakukan di Rumah Sakit
Umum Kertha Usada.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Februari – 1 April 2022.
27

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan individu yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu serta dapat diukur sebagai bagian dari penelitian
menurut Mazhindu & Scott (2005) dalam Swarjana (2014). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan menjalani
pembedahan di Rumah Sakit Umum Kertha Usada, dimana diketahui
jumlah pasien yang menjalani operasi pada tahun 2020 adalah 2.541
pasien.
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan individu yang dapat mewakili populasi dalam
proses pengumpulan data penelitian Mazhindu & Scott (2005) dalam
Swarjana (2014).
a. Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel pasien yang akan menjalani
tindakan pembedahan di Rumah Sakit Umum Kertha Usada.
Berdasarkan data pasien tahun 2020 dimana jumlah pasien yang
mengalami tindakan pembedahan adalah sebanyak 2.541 pasen, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin
sebagai berikut.
N
n=
(1 + Ne2)
Keterangan :
n = jumlah anggota sampel
N = jumlah anggota populasi
e = Nilai kritis (batas ketelitian, 0,1)
Perhitungan sampel:

2.541 2.541
n= =
(1 + 2.541 (0,1)2 ) (1 + 2.541 x 0,01)
2.541
n=
25.42
28

n = 99,96 = 100 (dibulatkan)


b. Kriteria Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Consecutive sampling, yang merupakan teknik pengambilan
sampel nonprobability sampling. Nonprobability sampling merupakan
teknik pengambilan sampel yang mengutamakan ciri atau atau kriteria
tertentu dalam penentuan sampel (Swarjana, 2014). Consecutive
sampling merupakan pengambilan sampel penelitian berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria inklusi maupun esklusi
(Daniel, 2011 dalam Swarjana, 2014). Kriteria inklusi dan eksklusi
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan status
fisik ASA 1 dan 2
2) Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien yang
mengalami penurunan kesadaran.

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data


1. Metode pengumpulan data.
Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pemilihan metode
pengumpulan data dalam suatu penelitian sangat menentukan
keberhasilan suatu penelitian (Swarjana, 2014). Pengumpulan data pada
penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner adalah
sebuah form yang berisikan pertanyaan – pertanyaan yang telah
ditentukan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi (data)
dari dan tentang orang – orang sebagai sebuah survei (Swarjana, 2014).
29

Data yang digunakan adalah data primer. Data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari sumber utama (Swarjana, 2014).

2. Alat pengumpulan data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuisioner adalah Lembar kuisioner merupakan instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah data yang luas dalam
waktu yang singkat. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
disusun oleh Peneliti dengan mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/722/2020
tentang Standar Profesi Penata Anestesi yang telah dimodifikasi oleh
peneliti.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti wajib melakukan pengujian atas
alat ukur yang akan digunakan. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui
apakah alat ukur yang telah disusun valid atau tidak. Uji validitas adalah
derajat instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan content,
construct, criterion related, face validity. Uji validitas dilakukan orang
yang expert di bidang yang diteliti melalui rekomendasi dari Pembimbing
I dan Pembimbing II.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
1) Peneliti mengajukan surat rekomendasi izin penelitian kepada
Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
2) Peneliti mengajukan izin ethical clearance ke Komisi Etik
Penelitian (KEP) Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.
3) Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari BPMP Provinsi
Bali.
4) Peneliti mengurus surat ijin dari Kesbangpol Kabupaten
Buleleng.
30

5) Peneliti mengurus surat ijin dari RSUD Kertha Usada.


6) Peneliti menyiapkan lembar permohonan menjadi responden.
7) Peneliti menyiapkan lembar persetujuan menjadi responden
(Informed Consent).

b. Tahap Pelaksanaan.
1) Penelitian dilakukan di ruang pra operasi RSUD Kertha Usada
pada bulan 1 Februari – 1 April 2022.
2) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian pada calon
responden yang akan dijadikan sampel agar mengetahui
bagaimana Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi
Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit
Umum Kertha Usada. Setelah calon responden memahami
maksud dan tujuan penelitian, peneliti memberikan lembar
persetujuan pada calon responden.
3) Calon responden menandatangani lembar persetujuan
penelitian (informed consent) yang menjadi bukti persetujuan
sebagai responden.
4) Peneliti menyerahkan kuesioner kepada responden untuk
selanjutnya dilakukan proses pengisian kuesioner.
5) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden karena
sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
6) Lanjutkan dengan pengolahan data dan analisa data.

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.


1. Teknik Pengolahan data.
Dalam melakukan analisa data, data yang sudah didapatkan
selanjutnya diolah terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengubah
data menjdi informasi. Informasi yang diperoleh dapat dipergunakan
untuk memproses pengambilan keputusan dan melakukan kesimpulan.
31

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah, diantaranya


adalah:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh dan yang dikumpulkan. Editing dilakukan
setelah data terkumpul semua. Pada editing peneliti melakukan
pengecekan data mengenai kelengkapan lembar kuesioner,
identitas responden. Dalam proses editing, semua lembar
kuesioner telah di isi dengan lengkap.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Pada
penelitian ini, peneliti mengklasifikasikan kode pada
karakteristik reponden berdasarkan :
1) Karakteristik responden berdasarkan umur dibagi menjadi
tiga pengkodean yaitu: Umur 15 – 30 (1), umur 31 – 45
(2), umur 46 – 60 (3).

2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yaitu:


Laki-laki (1), dan Perempuan (2).

3) Kategori penilaian jawaban kuesioner adalah sebagai


berikut.
a) Penilaian terhadap evaluasi komunikasi efektif Penata
Anestesi kepada pasien dan keluarga pasien
menggunakan skala dikotomi
b) Lembar kuesioner terdiri dari 32 item pertanyaan,
dimana masing-masing item dinilai dengan
memberikan poin 1 untuk jawaban “Ya” dan poin 0
untuk jawaban “Tidak”
c) Peneliti memberikan poin untuk masing-masing hasil
penilaian:
32

Sangat kurang (SK) =0


Kurang (K) = 25
Cukup (C) = 50
Baik (B) = 75
Sangat Baik (SB) = 100
c. Entry data
Setelah di berikan kode, selanjutnya dilakukan entry data yaitu
kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan ke dalam
master tabel atau database komputer kemudian membuat data
distribusi frekuensi. Data yang di entry dalam penelitian ini
meliputi karakteristik responden dan dari jawaban kuesioner.
d. Cleaning
Cleaning (pembersih data) merupakan proses pengecekan
kembali data yang sudah di masukkan dalam bentuk master
data atau software statistik. Proses cleaning data ini bertujuan
untuk mengetahui apakah data yang sudah di entry terdapat
kesalahan atau tidak. Apabila ada kesalahan maka segera
dilakukan pembersihan data dengan mengetahui missing data,
variasu data dan konsistensi data. Setelah pengolahan data
melalui cleaning dilakukan, maka dapat dijelaskan bahwa tidak
ditemukan adanya missing data dalam penelitian.

2. Analisa Data
Analisis data penelitian adalah salah satu tahapan dari suatu
penelitian yang sangat penting dan harus dikerjakan oleh peneliti.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian
yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Bentuk analisis data
yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisa univariat. Analisis
univariat adalah data yang terkait dengan pengukuran variabel pada
waktu tertentu (Swarjana, 2016).
33

Teknik dengan analisis univariat ini berlaku pada setiap variabel


tunggal untuk memberikan gambaran. Tujuan analisis univariat untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel penelitian dan
menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel dalam
bentuk tabel dan diagram batang sehingga memudahkan orang lain
dalam menginterpestasikan hasil penelitian (Sastroasmor, 2011). Skala
pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah dan ordinal.

F. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia.
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti telah mengajukan surat ijin yang di
tanda tangani oleh Rektor ITEKES Bali dan di sampaikan kepada Direktur
RSU Kertha Usada, Buleleng. Beberapa etika penelitian yang harus
diperhatikan diantaranya adalah:

1. Ijin penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mengajukan surat izin
penelitian kepada Kaprodi Sarjana Terapan Keperawatan
Anestesiologi. Peneliti telah meminta persetujuan penelitian dari
Rektor ITEKES Bali.
2. Inform consent
Inform consent adalah merupakan suatu persetujuan antara peneliti
dan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Inform
consent akan diberikan sebelum penelitian dimulai yang bertujuan
agar responden mengerti, paham dan mengetahui dampak dari
penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini inform consent
diberikan kepada kepala ruangan sebagai permohonan ijin bahwa
peneliti akan melakukan penelitian tersebut.
3. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan atau
34

mencantumkan nama responden dengan inisial pada lembaran alat


ukur. Dalam penelitian ini tidak mencantumkan nama responden.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti sehingga hanya data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
merahasiakan indentitas penata anestesi dan hanya menampilkan data
yang berhubungan dengan penelitian.
5. Protection from discomfort (Perlindungan dari ketidaknyamanan)
Dalam penelitian ini peneliti melindungi responden dari
ketidaknyamanan. Peneliti mengkondisikan kegiatan pengisian
kuesioner tanpa mengganggu tenaga kesehatan serta pasien yang akan
menjalani operasi.
6. Beneficence (Manfaat)
Peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian
ini sehingga responden menjadi tahu dan paham. Hal ini dilakukan
sesuai dengan prinsip beneficence, yaitu bukan untuk membahayakan
orang lain namun untuk memberi manfaat pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, N. (2021). Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Penata


Anestesi pada Pasien Pra General Anestesi di RSAD TK II Udayana
Denpasar.
Agustini, M. (2021). Gambaran pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
anestesi pada pasien pre operasi.
Apriansyah, A., Romadoni, S., & Andrianovita, D. (2015). Hubungan Antara
Tingkat Kecemasan Pre-Operasi dengan Derajat Nyeri Pada Pasien Post
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2014. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(1), 1–7.
Arifah, S., & Trise, I. N. (2012). Pengaruh pemberian informasi tentang
persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik terhadap
tingkat kecemasan pasien pre operasi di Ruang Bougenville RSUD
Sleman. Jurnal Kebidanan, 4(1).
Arini, D., Yuliastuti, C., & Nafi, A. (2019). The Effectivity of Therapeutic
Communication on Pre-Surgery Education of The Implementation of
Phacoemulsification technique Cataract Surgery With Local Anesthesia.
IJECA (International Journal of Education and Curriculum Application),
2(2), 14–19.
Aritonang, A. B. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Penata Anestesi
Tentang Komunikasi I SBAR (Situation, Backgroud, Assesment,
Recomendation) Pasien Pasca Anestesi di Recovery Room.
Babitu, U. Q., & Cyna, A. M. (2010). Patients’ understanding of technical
terms used during the pre-anaesthetic consultation. Anaesthesia and
Intensive Care, 38(2), 349–353.
Chabibi, M., Purwanti, E., & Novyriana, E. (2019). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien Pre Operasi di Instalasi
Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gombong. Proceeding of The
URECOL, 464–472.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/722/2020
tentang Standar Profesi Penata Anestesi.
Kurniawan, A., Kurnia, E., & Triyoga, A. (2018). Pengetahuan Pasien Pre
Operasi Dalam Persiapan Pembedahan. Jurnal Penelitian Keperawatan,
4 (2).
Novita, E. A. (2015). Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik oleh
Perawat Pelaksana pada Pasien di RSUD dr. Rasidin Padang.
Prasanti, D. (2020). Hambatan Komunikasi Perawat dengan Keluarga Pasien
di Ruang ICU RSUD dr. Slamet Garut. Communicology: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 8(2), 153–161.

34
35

Pratiwi, A., Wahyuningsih, T., & Safitri, S. (2021). The effect of


communication between therapeutic nurses and patients on pre-surgical
anxiety levels. Enfermería Clínica, 31, S439–S442.
Prayogi, A. S., Saputri, N. A. S., & Mardalena, I. (2020). Waiting Time Pre
Anestesi Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi.
Jurnal Teknologi Kesehatan (Journal of Health Technology), 16(1), 16–
22.
Rusnoto, R., Purnomo, M., & Utomo, T. P. (2019). Hubungan Komunikasi
Dan Pelayanan Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2), 343–349.
Safitri, I. D., & Dwiantoro, L. (2019). Gambaran Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Faculty of Medicine.
Santoso, A.P.A. dan Wardani, T.S. (2021). Pengantar Komunikasi
Kesehatan. Jakarta Timur: TIM.
Swarjana, I. K. (2014). Metodologin Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Sherko, E., Sotiri, E., & Lika, E. (2013). Therapeutic communication. Jahr:
Europski Časopis Za Bioetiku, 4(1), 457–466.
Soemitro, D. H. (2014). Analisis tingkat health literacy dan pengetahuan
pasien hipertensi di Puskesmas Kabupaten Malang. CALYPTRA, 3(1), 1–
13.
Soewito, B. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi Apendisitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2017. Masker
Medika, 5(2), 579–592.
Sulastri, S., Trilianto, A. E., & Ermaneti, Y. (2019). Pengaruh Komunikasi
Terapeutik Perawat terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi. Jurnal Keperawatan Profesional, 7(1).
36

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN
GAMBARAN EVALUASI STANDAR KOMPETENSI KOMUNIKASI EFEKTIF PENATA ANESTESI PADA
PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM KERTHA USADA
BULAN
N Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni
KEGIATAN 2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022 2022
o
III IV I II III I I I III IV I II II IV I II III I I II III IV I II III I I I III IV I II III IV
V I I V V I
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC
proposal
3 Penyebaran
Proposal
4 Ujian
Proposal
5 Ujian ulang
proposal
6 Pengumpulan
data
7 Penyusunan
Hasil
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan
dan
Pengumpulan
37

Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Penata Anestesi
Pada PasienPre Operasi Di Rumah Sakit Umum Kertha Usada
A. Identitas Responden

Nama Responden :

Tanggal Lahir :

Umur :

Jenis Kelamin Laki-laki Perempua


: n

Tidak SD SMP
Pendidikan Sekolah
:

SMA/SMK D1 D2 D3

D4/S1 S2 S3 Lainnya …………

No. Rekam :
Medis

Diagnosa Medis :
38

N BUTIR PERTANYAAN PENILAIAN


O YA TIDAK
1 Apakah Penata Anestesi mengetahui kondisi pasien secara
umum sebelum bertemu pasien?
(mengumpulkan data sebelum bertemu pasien)
2 Apakah Pasien memperoleh penjelasan tentang tujuan
Penata Anestesi datang kepada pasien?
3 Apakah Penata Anestesi menanyakan identitas pasien secara
lengkap?
4 Apakah Penata Anestesi menanyakan riwayat penyakit
sistemik yang diderita atau pernah diderita oleh pasien?
5 Apakah Penata Anestesi menanyakan riwayat penggunaan
obat-obatan oleh pasien?
6 Apakah Penata Anestesi menanyakan riwayat operasi atau
anestesi sebelumnya kepada pasien?
7 Apakah Penata Anestesi menanyakan riwayat komplikasi
anestesi kepada pasien?
8 Apakah Penata Anestesi memastikan pasien telah melakukan
puasa dengan menanyakan secara langsung?
9 Apakah Penata Anestesi menanyakan riwayat alergi pasien?
10 Apakah penata anestesi menanyakan kebiasaan buruk
(seperti merokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat
terlarang) kepada pasien?
11 Apakah Penata Anestesi menanyakan perasaan pasien
terhadap tindakan/prosedur yang akan dilaksanakan?
12 Apakah Penata Anestesi berupaya mengeksplorasi perasaan,
frustasi, ketakutan diri, emosional pasien?
13 Apakah Penata Anestesi menanyakan tentang keluhan yang
dirasakan pasien?
14 Apakah Penata Anestesi berupaya mendengarkan keluhan
pasien?
15 Apakah Penata Anestesi berupaya mendorong pasien agar
memberikan informasi secara sukarela?
16 Apakah pasien merasa Penata Anestesi telah memfasilitasi
pasien pada situasi sulit, seperti pasien marah, sedih, takut,
atau kondisi khusus?
17 Apakah Penata Anestesi berusaha mengidentifikasi tujuan
pasien berkonsultasi?
39

18 Apakah Pasien merasa Penata Anestesi telah memberikan


situasi yang nyaman dan kondusif kepada pasien?
19 Apakah Pasien merasa Penata Anestesi telah memotivasi
pasien dalam menghadapi kondisi/penyakit yang dialami?
Apakah Penata Anestesi memotivasi pasien dalam
menghadapi kondisi/penyakit yang klien alami?
20 Apakah Penata Anestesi menjelaskan tujuan dari
tindakan/prosedur yang akan dilakukan kepada pasien?
21 Apakah Penata Anestesi memberikan penjelasan tentang
efek dan risiko atas prosedur anestesi dan pembedahan yang
akan dilaksanakan kepada pasien?
22 Apakah Pasien memperoleh penjelasan terkait lokasi
tindakan/prosedur yang akan dilakukan kepada pasien?
23 Apakah Pasien memperoleh penjelasan tentang apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan setelah
dilakukannya tindakan/ prosedur medis?
24 Apakah Pasien memperoleh penjelasan terkait lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk prosedur/tindakan yang akan
dilakukan?
25 Apakah Penata Anestesi meminta persetujuan tentang
tindakan /prosedur yang akan dilakukan?
26 Apakah Penata Anestesi menjelaskan form persetujuan
tindakan yang akan dilakukan?
27 Apakah pasien mengerti bahasa yang digunakan oleh penata
anestesi?
28 Apakah pasien menilai gaya dalam berkomunikasi penata
anestesi baik dan mudah dimengerti?
29 Apakah Penata Anestesi memperhatikan bahasa tubuh,
kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara,
kata-kata yang digunakan atau dihindari
30 Apakah Penata Anastesi memberikan keterampilan
mendengarkan aktif dari apa yang telah disampaikan oleh
pasien ?
31 Apakah Penata Anastesi mampu memberikan teknik
negosiasi, persuasi, dan motivasi terhadap pelayanannya
kepada pasien ?
32 Apakah Pasien menilai Penata Anestesi memiliki sikap yang
tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, bersikap sabar,
dan sensitif terhadap budaya?
40

Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth Calon Responden Penelitian

Di ITEKES Bali

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Luh Riskayani

NIM : 18D10086

Pekerjaan : Mahasiswa semester tujuh Program Studi Sarjana


Keperawatan Anestesiologi, ITEKES Bali.

Alamat : Jalan Dewi Sri Gang Leci No 09, Batu Bulan Gianyar

contact person : 081285358494

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia


menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Gambaran Evaluasi
Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit
Umum Kertha Usada” yang pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada
Februari 2022 s.d April 2022. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Pada
Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Umum Kertha Usada. Saya akan tetap
menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.

Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari


kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar, ………………

Peneliti

Ni Luh Riskayani
18D10086
41

Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……………………………………………….

Jenis Kelamin : ……………………………………………….

Pekerjaan : ……………………………………………….

Alamat : ……………………………………………….

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh


Saudara Ni Luh Riskayani, Mahasiswa Semester tujuh Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul
“Gambaran Evaluasi Standar Kompetensi Komunikasi Efektif Pada Pasien Pre
Operasi Di Rumah Sakit Umum Kertha Usada”, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut, secara
sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Demikian persetujuan ini
saya berikan agar dapat digunakan sebgaimana mestinya.

………..., ………………….
Responden

………………

Anda mungkin juga menyukai