Anda di halaman 1dari 3

Nama: Zidni Ilman Naafi’a

NIM: 201501030

Mata Kuliah: Estetika Nusantara

Dosen Pengampu:

SOAL

1. Apa yang anda ketahui tentang kebudayaan Jawa? Jelaskan dan lampirkan sumber yang anda
baca
2. Jelaskan ajaran falsafah Jawa hubungan micro, macro, metakosmos
3. Konstruksikan estetika Jawa yang bersumber pada lakon Arjunawiwaha oleh Empu Kanwa
4. Konstruksikan stetika Jawa yang bersumber pada Serat Dewi Ruci
5. Konstruksikan Estika Jawa bersumber pada Kearifan Lokal

JAWABAN

1. Kebudayaan Jawa adalah salah satu Kebudayaan etnis murni di tanah nusantara, Budaya Jawa
telah terbentuk bahkan sebelum tanah nusantara ditemukan dan didatangi oleh pendatang
asing yang membawa serta budayanya untuk kemudian terjadi akulturasi antar budaya yang
bertemu. Sebelum orang Jawa mengenal agama yang dibawa pendatang layaknya Hindu,
Buddha, Kristen, dan Islam., Kebudayaan Jawa menganut erat Animisme dan Dinamisme,
yang artinya percaya dan menghormati bahwa roh-roh nenek moyang dan penunggu setempat
itu ada, dan berusaha untuk membuat mereka tetap tenang daripada mengganggunya dengan
semacam kerusuhan.
Penganut animisme dan dinamisme melakukan ritual dengan menggunakan sesaji dan
mantera. Sesaji dipersembahkan kepada roh yang dituju dan aneka sesaji yang dipilih
mencerminkan kesenangan roh. Apapila roh yang di puja adalah nenek moyang maka
akan diberikan makanan kesukaan mereka sewaktu hidup, seperti buah-buahan tertentu
dan jajanan pasar.
Kebudayaan Jawa menerima pengaruh Hindu dan Budha. Tidaklah membuat jati dirinya
hilang atau musnah, justru yang terjadi adalah kebangkitan budaya Jawa dengan
memanfaatkan unsur-unsur agama Hindu-Budha. 
Agama Hindu-Budha berhasil diserap dan dicerna atau bahkan di Jawakan, yang
kemudian lahir agama atau kepercayaan Hindu-Kejawen dan Budha-Kejawen yang
merupakan bentuk kepercayaan yang dipraktekkan oleh pihak kerajaan dan diteruskan
kepada masyarakat. Kerajaan Hindu-Kejawen dan Budha-Kejawen inilah yang membuat
semakin kuatnya tradisi dan kepercayaan masyarakat Jawa yang serba animisme dan
dinamisme

Dalam kehidupan, Kebudayaan jawa memiliki pandangan tersendiri dalam penafsiran


nilai kehidupan. Kebudayaan Jawa bersifat konstruktif, teoritis, dan filosofis. Nilai-nilai
hidup adalah wujud abstrak kebudayaan yang menjadi pedoman bagi perilaku manusia.
budaya Jawa pada umumnya mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya Jawa dikenal dengan sikap ramah, sopan santun, beretika, dan kesederhanaannya
dalam bersosialisasi. Misalnya sabar, rela (dalam bahasa jawa disebut dengan legowo),
dan nrima  (menerima atau terbuka), andhap asor (rendah hati), tlaten (tekun). Setiap
orang Jawa dengan sendirinya akan menerapkan etika sopan santun yang telah diajarkan
oleh orang tuanya sejak ia masih kecil.

Sumber: Mengenal Kebudayaan Jawa, Yosef Paskah, 04/02/2019, www.qureta.com

2. Mikrokosmos, Makrokosmos, dan Metakosmos dalam falsafah jawa memiliki makna


yang saling berkaitan, Jika Mikrokosmos adalah jagad kecil yang berupa batin dan
manusia itu sendiri (dalam kata lain jiwa dan raga seseorang) maka Makrokosmos adalah
jagad besar berupa Alam Semesta, dalam hal ini Mikrokosmos dan Makrokosmos
memiliki hubungan vertikal-horizontal yang saling melengkapi. Mikrokosmos senantiasa
menjaga keseimbangannya dalam interaksi dengan komponen lainnya yang ada dalam
Makrokosmos untuk menjaga kestabilan Makrokosmos itu sendiri. Sedangkan
Metakosmos terdiri dari alam niskala tak terlihat (tak terindra). Maka alam sakala-
niskala adalah alam terindra dan tak terindra, dalam kosmologi jawa melibatkan alam
sakala sebagai makrokosmos dan mikrokosmos sebagai pemeran/ bagian dari
makrokosmos itu sendiri, dan niskala sebagai alam tak terindra yang memiliki
falsafahnya sendiri.
3. Dalam Kakawin Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa menceritakan tentang bagaimana
Arjuna melewati pelatihan bertapa di gunung Mahameru atas utusan Indra, dalam lakon
tersebut, Indra menguji kefokusan Arjuna dengan mengirim 7 Dewi, (diantaranya
Suprabha, Tiottama, dan 5 dewi lainnya) yang pada akhirnya gagal menggoda Arjuna,
oleh karena itu Arjuna telah lulus dalam tingkat kefokusan dan Siwa pun mengirim
dirinya sendiri dan Raksasa yang kuat dalam wujud babi ganas, Siwa dan Arjuna pun
memanah babi tersebut dan berseteru meributkan siapa yang membunuh babi tersebut.
Pada akhirnya Arjuna menang dan Siwa menampakkan diri dalam wujud aslinya, dan
menganugerahkan arjuna dengan anak panah yang bernama pasupati. Selanjutnya Arjuna
dipanggil kembali ke kahyangan oleh Indra dan diutus untuk mengalahkan
Niwatakacawa, dan keberhasilannya membuatnya dianugerahi menduduki singgasana
Indra selama 7 hari di sorga (setara 7 bulan di dunia manusia), dan dikawinkan dengan
ketujuh bidadari yang sempat menggodanya.
Dalam Lakon tersebut dapat dikonstruksikan dari pelataran cerita tentang pertapaan
arjuna yang menggambarkan ketenangan bak bunga lotus diatas danau, dan
kebijaksanaan dalam berperang tanpa nafsu manusiawi. Selain itu mengambil objek
estetis dari bangunan taman sari di Yogyakarta yang merupakan istana Niwatakacawa,
dan kahyangan yang merupakan alam niskala atau alam tak terindra menurut manusia.
4. Lakon Dewa Ruci yang menceritakan perjalanan Bima dalam mencari air mata
kehidupan menggambarkan tentang seorang manusia yang tengah dalam perjalanan
mencari keyakinan dan kepastian. Hingga ia bertemu Dewa Ruci yang mencerminkan
dirinya sendiri, dan lalu masuk kedalam dirinya (yang mana diartikan masuk kedalam
mikrokosmos di falsafah jawa) dan berhasil memahami betul dirinya sendiri. Maka
dengan itu Bima telah terlepas dari beban duniawi, dengan melepas Hasrat dan hawa
nafsu, mengenal dirinya sendiri yang mana berarti mengenal apa yang ia puja dengan
baik, dan mengerti tujuan kehidupan yang sebenarnya. Dalam lakon tersebut,
tergambarlah kaitan bahwasanya diantara mikrokosmos dan makrokosmos tak ada yang
melebihi satu sama lain, keduanya setara dan memiliki kekompleksan yang sama.
5. Unsur estetika jawa berbasis kearifan lokal merupakan objek estetika yang menggunakan
ciri khas lokal sebagai elemen pembangunnya, entah itu metode, bentuk, ciri khas
daerah, tekstur, hingga visualisasi yang dapat menggambarkan kearifan lokal suatu
daerah. Bahkan meskipun dipadukan dengan budaya lain, nilai kearifan lokal disitu tidak
berkurang bahkan bisa menambah value sebuah karya. Contohnya alat musik gamelan
khas jawa yang diadopsi kedalam genre EDM (Electronic Digital Music), yang pada
dasarnya adalah budaya modern. Contoh artist yang mengakulturasikan kedua budaya
tersebut salah satunya adalah Alffy Reff, dan masih banyak lagi. Bisa juga berupa seni
Lukis, seni patung, film, poster, dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai