Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESEDIAAN MENGIKUTI VAKSINASI COVID-19
PADA USIA LANSIA DI KABUPATEN KUDUS

Oleh :
FEBIAN RESKIHAQ
NIM 25000118120073

Pembimbing :
Dr. dr. Bagoes Widjanarko, MA, MPH Pembimbing I
Aditya Kusumawati, S.KM, M.Kes Pembimbing II

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut (WHO, 2020), COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus corona. Penyakit baru ini belum diketahui
hingga Desember 2019 di Wuhan, China. COVID19 disebabkan oleh
coronavirus, sekelompok besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan dan manusia. Virus corona diketahui
menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia, mulai dari
flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). COVID-19 dapat menyebar melalui udara ketika
orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.1
WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHIEC
(International Public Health Emergency) pada 30 Januari 2020 karena
penyebaran COVID-19 yang begitu cepat. Kematian akibat virus
corona tergantung pada populasi yang terpapar, peraturan, dan
ketersediaan tes laboratorium.
Pada 2 Maret 2020, kasus pertama COVID-19 terdeteksi di
Indonesia. Pemerintah menetapkan COVID-19 sebagai bencana non
alam karena semua provinsi telah mengkonfirmasi kasus dalam waktu
satu bulan sejak kasus pertama yang dikonfirmasi pada Maret 2020.
Penyebaran COVID-19 tidak hanya terjadi di ibu kota, tetapi juga di
pedesaan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan Surat
Edaran HK.02.02/I/385/2020 tentang Penggunaan Masker dan Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) untuk mencegah penyebaran virus
corona (COVID19). Buletin tersebut mewajibkan setiap orang
menggunakan masker saat tidak berada di rumah, selalu berperilaku
hidup bersih dan sehat, serta mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir dan/atau hand sanitizer.
Indonesia secara aktif mengeluarkan berbagai pedoman
pengendalian dan pencegahan penyakit virus corona. Kebijakan
tersebut harus didukung oleh kesadaran masyarakat dan sistem
kesehatan yang baik.2 Kampanye untuk mengganti pengobatan
dengan pencegahan belum ditetapkan dan belum terlambat, karena
virus ini menyebar dengan sangat cepat dan telah memakan banyak
korban jiwa.3 Program sosialisasi telah berdampak pada kesadaran
masyarakat akan kebersihan dan gaya hidup sehat. Dapat
memperbaiki gaya hidup, terutama dengan menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan sabun dan meningkatkan perekonomian
masyarakat. 4

Laporan Gugus Tugas COVID19 menunjukkan bahwa semua


pedoman dan praktik adaptasi kebiasaan baru melalui protokol
kesehatan tidak menghambat laju pertumbuhan COVID19.5
Vaksin COVID19 dirancang untuk mencegah penyebaran
COVID19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
COVID19, mencapai kekebalan kelompok, dan melindungi
masyarakat untuk menjaga produktivitas sosial dan ekonomi. Ketika
tingkat vaksinasi tinggi dan merata di seluruh wilayah, kekebalan
kelompok dapat dibentuk. Dari segi ekonomi, pencegahan melalui
vaksinasi jauh lebih murah daripada pengobatan. Untuk memenuhi
permintaan prioritas, vaksin telah diberikan kepada 1,5 juta kelompok
risiko, yaitu pada akhir Februari 2021, petugas komunikasi dan
perawatan kesehatan akan diprioritaskan.5
Vaksin adalah salah satu cara yang paling efektif dan murah untuk
mencegah penyakit menular. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk
mengembangkan vaksin yang lebih efektif untuk memperlambat
infeksi virus corona. Hingga saat ini, lebih dari 40 perusahaan farmasi
dan akademisi di seluruh dunia telah meluncurkan program
pengembangan vaksin untuk melawan virus COVID-19.6
Pengembangan vaksin COVID-19 terus dilakukan oleh beberapa
lembaga penelitian global, dan ada beberapa merek vaksin yang
tersedia hingga saat ini. Saat mengembangkan vaksin baru,
dibutuhkan setidaknya 12-18 bulan agar vaksin dapat diproduksi
secara massal. Hingga saat ini, delapan vaksin Covid-19 yang
digunakan di seluruh dunia termasuk Sinovac, AstraZeneca,
Sinopharm, CanSino, Moderna, PfizerBioNTech, Janssen dan Sputnik
V.7
Per 13 Oktober 2021, Indonesia memiliki 4.231.046 kasus
terkonfirmasi positif COVID-19 dan 142.811 kematian.8 Salah satu
strategi yang dilakukan pemerintah selama ini adalah dengan
memberikan vaksin gratis sesuai Permenkes RI Nomor 10 Tahun
2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Penyakit Virus Corona. Pandemi 2019 (COVID19)
untuk semua orang.9
Pemerintah menargetkan 70% penduduk Indonesia mendapatkan
vaksinasi COVID-19 hingga akhir tahun 2021 sebanyak 208 juta
target sasaran vaksinasi nasional. Sedangkan program vaksinasi di
Jawa Tengah baru mencapai 18,83%. Dari target 28 juta warga, baru
sekitar 5,4 juta warga yang telah divaksin.9
Dalam pelaksanaan awal, sesuai Permenkes RI Nomor 84 Tahun
2020, kriteria kelompok penerima vaksin adalah: tenaga medis,
pekerja sektor publik, tokoh masyarakat/agama, pekerja sektor publik,
hamil dan menyusui. wanita, guru/instruktur tidak termasuk ibu hamil
atau menyusui dan masyarakat umum, memiliki riwayat penyakit
penyerta.10 Namun, dengan mempertimbangkan risiko kesehatan
masing-masing kelompok sasaran, dilakukan penelitian agar semua
kelompok dapat menerima vaksin tanpa kecuali.9
Target sasaran vaksinasi COVID-19 di Indonesia sebanyak
208.265.720 jiwa. Sampai 13 Oktober 2021, sasaran vaksinasi tahap I
pada masyarakat terdiri dari tenaga kesehatan, petugas publik dan
lansia sebanyak 102.685.817 jiwa. Sasaran vaksinasi tahap II
sebanyak 59.411.498 jiwa dan vaksinasi III sebanyak 1.034.141 jiwa.
Dari data profil Kementerian Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, target
vaksinasi COVID-19 pada kelompok lansia sebanyak 3.681.475
dengan capaian dosis pertama sebanyak 2.801.013 atau 76,08% dan
capaian 2.222.530 atau 60.37%.30
Pelaksanaan vaksinasi dilakukan disemua wilayah dengan
prioritas penyebaran COVID-19 yang cukup tinggi. Kota Kudus
dengan total kasus COVID-19, data 13 Oktober 2021 sebanyak
16.795 jiwa dengan jumlah kematian sebanyak 1.382 jiwa. 8
Di Jawa
Tengah, Kota Kudus menjadi pusat episentrum penyebaran Virus
Corona karena mobilitas masyarakatnya yang cukup tinggi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, target
vaksinasi COVID-19 pada kelompok lansia sebanyak 71.098. Namun,
yang mengikuti vaksinasi rata-rata masih belum mencapai target
dengan capaian dosis pertama sebanyak 42.732 atau 60,1% dan
capaian dosis dua sebanyak 28.366 atau 39,3%.11
Lansia merupakan salah satu kelompok yang beresiko tinggi
terinfeksi COVID 19 karena sistem kekebalannya melemah seiring
bertambahnya usia.29 Menurut analisis data dari seluruh negara pada
New York City Health didapatkan angka kematian sebesar 24,6%
pada umur 65-74 tahun dan umur 75 tahun keatas sebesar 47,7%. 32
Oleh karena itu, kelompok lansia merupakan kelompok kedua setelah
pemberian vaksin COVID19 kepada tenaga kesehatan.
Seiring dengan upaya pemerintah, kontroversi vaksin COVID-19
terus berlanjut di masyarakat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan, UNICEF dan WHO, banyak orang masih
ragu dan menolak untuk menerima vaksin COVID-19 (masing-masing
35% pada kelompok perempuan dan laki-laki).12 Kelompok yang
masih ragu-ragu dan rentan terhadap penolakan dianggap penting
untuk pendidikan lebih lanjut untuk berkontribusi pada keberhasilan
program imunisasi mereka.
Hal ini dikarenakan masyarakat terkendala akses menuju lokasi
vaksin dan adanya keterbatasan akses informasi terkait vaksin
COVID19.31 Lebih lanjut, menjamurnya hoaks yang beredar di
masyarakat membuat masyarakat enggan menerima perlunya vaksin.
Selain itu, keberhasilan vaksin COVID19 ditentukan oleh sejauh mana
masyarakat menerima informasi yang akurat dan efektif. Sayangnya,
berdasarkan temuan penelitian, 26% masyarakat belum pernah
mendengar tentang vaksin COVID19, sementara 70% mengaku
pernah mendengar informasi tentang vaksin dengan tingkat
kepercayaan yang berbeda-beda.12
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan mengikuti vaksinasi COVID-19 pada Lansia
di Kota Kudus. Hasil penelitian diharapkan dapat mengedukasi
masyarakat akan pentingnya vaksinasi di masa pandemi COVID-19 di
Kota Kudus.
B. Rumusan Masalah
Pesatnya perkembangan COVID19 telah berdampak besar pada
negara-negara yang terdampak. Vaksin COVID19 dirancang untuk
menekan penyebaran COVID19, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat COVID19, mencapai kekebalan kelompok (herd
immunity), dan melindungi masyarakat untuk menjaga produktivitas
sosial dan ekonomi. Ketika cakupan vaksinasi tinggi dan merata di
seluruh wilayah, kekebalan kelompok dapat terbentuk. Sampai saat
ini, salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah adalah
pemberian vaksin secara gratis, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi
dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID19), untuk semua masyarakat. Disamping usaha pemerintah
tersebut, kontroversi mengenai Vaksin COVID19 di masyarakat terus
bergulir. Dalam survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan
bekerjasama dengan Unicef dan WHO, sebagian masyarakat
terutama lansia, kelompok yang rentan terhadap COVID 19 karena
kekebalannya melemah seiring bertambahnya usia, masih ragu dan
menolak menerima vaksin COVID-19. Hal ini dikarenakan persepsi
masyarakat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan teori Lawrence
Green bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan,
pengetahuan, sikap), keyakinan, keyakinan, nilai, dan lain-lain), faktor
pendukung (Puskesmas, obat, alat kontrasepsi, jamban, alat
transportasi, dll) dan determinan (sikap dan perilaku petugas
kesehatan, kelompok acuan, perilaku tokoh masyarakat, agama,
peraturan atau standar yang berlaku).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikaji dan diajukan
permasalahan yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan mengikuti vaksinasi COVID19 pada lansia di Kabupaten
Kudus.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan mengikuti vaksinasi pada lansia di
Kabupaten Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan antara faktor predisposisi (usia, jenis
kelamin, penghasilan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan) terhadap kesediaan mengikuti
vaksinasi pada lansia di Kabupaten Kudus.
b. Menganalisis hubungan antara faktor pendukung (puskesmas,
obat – obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban, transportasi)
terhadap kesediaan mengikuti vaksinasi pada lansia di
Kabupaten Kudus.
c. Menganalisis hubungan antara faktor pendorong (sikap dan
perilaku petugas kesehatan, kelompok referensi, perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, peraturan atau norma yang
ada) terhadap kesediaan mengikuti vaksinasi pada lansia di
Kabupaten Kudus.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi masyarakat
Untuk menambah informasi atau wawasan masyarakat tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan mengikuti vaksinasi
COVID-19 sehingga lansia dapat mengikuti vaksinasi COVID-19.
2. Manfaat bagi puskesmas
Untuk dapat meningkatkan peran petugas dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada masa pandemi COVID-19
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan Yehong Zhou (2021) yang berjudul
Willingness to receive future COVID-19 vaccines following the
COVID-19 epidemic in Shanghai, China. Hasil penelitian
menunjukkan hingga 1.071 peserta ditanya tentang kesediaannya
menerima vaksin COVID-19. Sebanyak 747 anak dan 375 orang
tua (>60 tahun) tinggal bersama. Jumlah peserta vaksinasi
diharapkan mencapai 88,6%, anak-anak 85,3% dan orang tua
(28,8%). 119 Partisipan yang tidak mau divaksinasi karena
khawatir akan keamanan vaksin sebanyak 60% dan efektifitas
28,8%. Peserta enggan menerima vaksin COVID19 untuk orang
tua yang tinggal bersama. Kehadiran orang yang lebih tua
mempengaruhi kesediaan peserta dan anak-anak untuk
melakukan vaksin. 13

2. Penelitian yang dilakukan Dewi Sunsetiyany Ichsan (2021) yang


berjudul Determinan Kesediaan Masyarakat Menerima Vaksinasi
COVID-19 di Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan
35,3% responden bersedia menerima vaksin COVID-19 yang
ditentukan berdasarkan usia dan agama. Faktor yang
mempengaruhi kesiapan vaksinasi masyarakat di Sulawesi
Tengah antara lain umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama dan suku. Faktor yang menentukan kesediaan
masyarakat menerima vaksin COVID-19 adalah usia dan agama.
Rekomendasi sosialisasi vaksinasi COVID-19 fokus pada
masyarakat di bawah 40 tahun dan umat Islam. Sosialisasi
vaksinasi COVID19 melalui televisi dan jejaring sosial Facebook
dan Instagram Gugus Tugas COVID19, Badan Pengawas Obat
dan Makanan dan Departemen Kesehatan.14
3. Penelitian yang dilakukan Noer Febriyanti (2021) yang berjudul
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesediaan Vaksinasi
COVID-19 Pada Warga Kelurahan Dukuh Menanggal Kota
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan 81,1% responden setuju
menerima suntikan karena meyakini manfaat vaksin COVID-19
memiliki kemampuan memperkuat sistem kekebalan tubuh dan
mampu melawan penyakit, sedangkan 18,9% responden tidak
setuju divaksinasi. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan
persiapan masyarakat Dukuh Menanggal tentang vaksin COVID19
sudah pada jalur yang benar. Hasil tersebut signifikan 0,000
(<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pengetahuan terhadap kesiapan vaksinasi masyarakat di
Kelurahan Dukuh Menanggal Surabaya.15
4. Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Isnaini (2021) yang berjudul
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Masyarakat
Mengikuti Vaksinasi Covid-19 Di Kelurahan Kuin Utara Kota
Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar
responden tidak berminat mengikuti vaksinasi COVID-19 58 orang
(58,6%). Sebagian besar responden berumur kategori lansia awal
32 orang (32,3%). Responden paling banyak berpendidikan
tingkat menengah 43 (43,4%). Responden sebagian besar
berpengetahuan cukup 49 orang (49,5%). Responden dominan
memiliki sikap negatif 52 orang (52,5%). Kesimpulan penelitian ini
ada hubungan antara umur (p=0,019), pendidikan (p=0,003),
pengetahuan (p=0,021), dan sikap (p=0,000) dengan minat
masyarakat mengikuti vaksinasi COVID-19.16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pandemi COVID-19
1. Pengertian COVID-19
COVID-19 adalah epidemi yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Virus baru ini dan penyakit yang ditimbulkannya
tidak diketahui sampai wabah di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
Saat ini, COVID-19 menjadi pandemi di banyak negara di dunia.
Coronavirus adalah sekelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis virus corona
diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia,
mulai dari batuk dan pilek hingga penyakit yang lebih serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona jenis baru telah
ditemukan menyebabkan penyakit yang disebut COVID19.1
2. Klasifikasi COVID-19
a. Gejala ringan
Dapat melakukan isolasi diri di rumah
- Demam >380C
- Batuk
- Nyeri Tenggorokan
- Hidung Tersumbat
- Malaise (tanpa pneumonia, tanpa komorbid)
b. Gejala sedang
Melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat
- Demam >380C
- Sesak napas, batuk menetap dan sakit tenggorokan
- Pneumonia berat
- Pada anak: batuk dan takipneu
- Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau
kesulitan bernapas + napas cepat:
frekuensi napas: <2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan,
≥50x/menit; 1–5 tahun,
≥40x/menit dan tidak ada tanda
c. Gejala berat
Melakukan isolasi di Rumah Sakit Rujukan
- Demam >380C yang menetap
- ISPA berat/ pneumonia berat:
 Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari:
frekuensi napas >30 x/menit, distress pernapasan berat,
atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar.
 Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%distres
pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat)
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan
menyusui atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang
- Dalam pemeriksanan darah: Leukopenia,
peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit
atipik.17
3. Gejala COVID-19
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering,
dan merasa lelah. Gejala lain yang kurang umum yang mungkin
dialami beberapa pasien termasuk nyeri, kemacetan, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau,
ruam kulit atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki. Gejala
biasanya ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang
terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.
Sebagian besar (sekitar 80%) dari mereka yang terinfeksi sembuh
sendiri tanpa perawatan khusus. Sekitar satu dari lima orang yang
terinfeksi COVID-19 mengalami sakit parah dan kesulitan bernapas.
Orang yang lebih tua (lansia) dan orang dengan kondisi penyerta
seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan paru-paru,
diabetes, atau kanker lebih mungkin untuk memiliki penyakit serius.
Namun, siapa pun bisa terkena COVID19 dan menjadi sangat sakit.
Orang-orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk
disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri dada/sesak,
atau ketidakmampuan untuk berbicara atau bergerak harus segera
mencari pertolongan medis. Jika memungkinkan, fasilitas Kesehatan
harus dihubungi terlebih dahulu, sehingga pasien dirujuk ke fasilitas
Kesehatan yang benar.1
4. Penularan COVID-19
Orang dapat tertular COVID19 dari orang lain yang terinfeksi virus
ini. COVID19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui
percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi
COVID19 batuk, bersin atau berbicara. Percikan-percikan ini relatif
berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat.
Orang dapat terinfeksi COVID19 jika menghirup percikan orang yang
terinfeksi virus ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga
jarak minimal 1 meter dari orang lain. Percikan ini dapat menempel
pada benda dan permukaan lain di dekat orang, seperti meja, gagang
pintu, dan pagar. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda
atau permukaan ini dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau
mulut mereka. Oleh karena itu, penting untuk rutin mencuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir, atau dengan hand
sanitizer berbasis alkohol. WHO akan terus meninjau kemajuan
penelitian tentang epidemi COVID-19 dan membagikan temuan
terbaru.
COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan pernapasan yang
dikeluarkan oleh orang yang batuk atau memiliki gejala lain seperti
demam atau malaise. Banyak orang yang terinfeksi COVID-19 hanya
memiliki gejala ringan, terutama pada tahap awal. Oleh karena itu,
COVID19 dapat menginfeksi orang yang merasa sehat hanya dengan
gejala ringan seperti batuk ringan.
Laporan menunjukkan bahwa orang tanpa gejala dapat terinfeksi
virus, tetapi tidak jelas seberapa sering infeksi ini akan terjadi. WHO
terus meninjau kemajuan penelitian tentang epidemi COVID-19 dan
membagikan temuan terbaru.1
5. Dampak COVID-19
Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap penurunan
kualitas hidup masyarakat di banyak aspek, baik fisik, psikologis,
maupun lingkungan.18
Efek langsung dari pandemi COVID19 memiliki implikasi
kesehatan. Dari sisi kesehatan, dampak dari pandemi COVID19
adalah tingginya kasus positif dan kematian akibat COVID19. Menurut
WHO, COVID-19 telah mewabah di lebih dari 220 negara selama
kurang lebih 26 bulan sejak kasus infeksi pertama di Wuhan, China,
dengan total 386 juta kasus positif dan 5 juta kematian.19
Banyaknya kasus positif COVID-19 membuat sumber daya
pemerintah berfokus pada penanganan COVID-19, baik di pusat
maupun di daerah. Sebagai akibatnya, pelayanan Kesehatan untuk
selain COVID19 menjadi terhambat.20
Selain itu penurunan layanan Kesehatan juga dipengaruhi oleh
sikap pengguna layanan Kesehatan yang merasa khawatir untuk
mengakses layanan Kesehatan.
6. Pencegahan COVID-19
Peran masyarakat dalam memutus mata rantai penularan COVID 19
(penularan dan risiko infeksi) harus dilakukan melalui penerapan
protokol kesehatan. Protokol kesehatan biasanya meliputi:
a. Perlindungan Kesehatan Individu
COVID19 ditularkan melalui droplet yang mengandung virus
SARS-CoV2, yang dapat menginfeksi tubuh manusia dengan
menyerang tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip
pencegahan penularan COVID-19 ke individu dilakukan dengan
mencegah virus menyerang melalui tiga pintu masuk seperti:
- Menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulut
hingga dagu saat keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang
dimungkinkan dapat menularkan COVID-19).
- Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan cairan
antiseptic berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari
menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang
mengandung virus).
- Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang bicara, batuk,
atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan
berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak
maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan
teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa
pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan
sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat
berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar,
dan lain sebagainya.
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi
seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat
yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko
penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit
penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan
paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi
immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut
usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam
beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.
b. Perlindungan Kesehatan Masyarakat
Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya
yang harus dilakukan oleh seluruh komponen dalam masyarakat
untuk mencegah dan mengendalikan infeksi COVID-19. Potensi
penularan COVID-19 di tempat dan fasilitas umum disebabkan
oleh pergerakan, kerumunan, atau interaksi orang yang dapat
menyebabkan kontak fisik. Dalam melindungi kesehatan
masyarakat, peran pengelola, penyelenggara, dan pengelola
tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk menerapkan
sebagai berikut:
a) Unsur Pencegahan (Prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui
sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media
informasi untuk memberikan pengertian dan pemahaman
bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh
masyarakat, dan melalui media mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan
melalui penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang
mudah diakses dan memenuhi standar atau penyediaan
handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang
akan masuk ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan
jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan
pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan
dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun, tidak
menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas
umum dan lain sebagainya.
b) Unsur Penemuan Kasus (Detect)
1) Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi
penyebaran COVID-19, yang dapat dilakukan melalui
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala
demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak
nafas) terhadap semua orang yang ada di tempat dan
fasilitas umum.
c) Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya
penyebaran yang lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan
dinas Kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan
untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan rapid
test atau Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR),
serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Terhadap
penanganan bagi yang sakit atau meninggal di tempat dan
fasilitas umum merujuk pada standar yang berlaku sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Substansi protokol kesehatan pada masyarakat harus


memperhatikan titik kritis dalam penularan COVID-19 yang meliputi jenis
dan karakteristik kegiatan/aktivitas, besarnya kegiatan, lokasi kegiatan
(outdor/indoor), lamanya kegiatan, jumlah orang yang terlibat, kelompok
rentan seperti ibu hamil, balita, anak-anak, lansia, dan penderita
komorbid, atau penyandang disabilitas yang terlibat dan lain sebagainya.
Dalam penerapan protokol kesehatan harus melibatkan peran pihakpihak
yang terkait termasuk aparat yang akan melakukan penertiban dan
pengawasan.17

B. Vaksinasi COVID-19
1. Pengertian Vaksinasi
Vaksinasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang paling
efektif dan efisien untuk mencegah sejumlah penyakit menular yang
berbahaya. Sejarah telah mengakui pentingnya peran vaksinasi
dalam menyelamatkan masyarakat global dari penyakit, kecacatan,
bahkan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
(PD3I). Dalam upaya mengatasi pandemi COVID19, vaksinasi
terhadap COVID19 ditujukan untuk mengurangi
penularan/penyebaran COVID19, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat COVID19, mencapai herd immunity dan menjaga
proteksi masyarakat terhadap COVID19 untuk menjaga produktivitas
sosial dan ekonomi.
Vaksin adalah produk biologis yang diberikan kepada seseorang
untuk melindunginya dari penyakit yang melemahkan atau bahkan
kematian.
Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan terhadap
penyakit tertentu dalam tubuh pasien.
Tubuh akan mengingat virus atau bakteri penyebab penyakit,
mengenalinya dan tahu cara melawannya.21
2. Kandungan Vaksin
Untuk dapat memicu system imun tubuh, pada umumnya vaksin
mengandung:
a. Antigen
Virus atau bakteri yang sudah dibunuh atau dilemahkan untuk
melatih tubuh mengenali dan melawan penyakitnya jika terkena di
masa depan
b. Adjuvant
Substansi pembantu yang memperkuat respons imun terhadap
antigen
c. Pengawet
Untuk memastikan vaksin tetap efektif
d. Stabilisator
Untuk melindungi vaksin selama penyimpanan dan saat
didistribusikan

Semua bahan dalam vaksin telah menjalani uji klinis dan kontrol
ketat untuk memastikan keamanannya. Vaksin yang diproduksi secara
massal melalui proses yang panjang dan harus memenuhi persyaratan
utama yaitu keamanan, khasiat, stabilitas dan efektivitas biaya. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pengawasan ketat
terhadap pembuatan vaksin hingga dinyatakan aman dan imunisasi
masyarakat umum dilakukan.22

3. Manfaat Vaksin
Sama seperti manfaat vaksin lainnya, vaksin COVID19 berguna
untuk melindungi dari infeksi atau penyakit parah akibat COVID-19
dengan cara menginduksi atau merangsang kekebalan tertentu di
dalam tubuh menggunakan vaksin. Dapatkan vaksin COVID-19 dosis
penuh dan ikuti jadwal yang direkomendasikan, serta praktikkan
perilaku 5M (pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir atau hand sanitizer, jaga jarak, jauhi keramaian, dan kurangi
mobilitas) bersifat protektif langkah-langkah yang dapat kita lakukan
untuk menghindari COVID19.23
Vaksin produksi massal telah melalui proses yang panjang dan
harus memenuhi persyaratan utama keamanan, khasiat, stabilitas dan
penghematan biaya. Aspek keamanan vaksin dipastikan melalui
beberapa tahapan uji klinis yang benar dan menghormati kaidah
sains, sains, dan standar medis. Pemerintah hanya menyediakan
vaksin COVID-19 yang sudah terbukti aman dan telah lolos uji klinis
serta memiliki Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM.23
4. Jenis-Jenis Vaksin
Saat melaksanakan program vaksinasi COVID-19 di Indonesia,
pemerintah berupaya memberikan vaksin kepada sedikitnya
208.265.720 penduduk untuk mencapai herd immunity.
Upaya pengadaan vaksin ini dilakukan melalui perjanjian bilateral
dan multilateral seperti Fasilitas COVAX dengan GAVI dan WHO,
atau hibah yang diberikan oleh negara sahabat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia telah
mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk 10 vaksin COVID-19:
Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax,
SputnikV, Janssen, Convidencia dan Zifivax.
Masing-masing vaksin ini memiliki mekanisme pemberian yang
sesuai, jumlah dosis, lama pemberian, untuk platform vaksin yang
berbeda, yaitu unit virus yang tidak aktif, berbasis RNA, vektor virus,
dan proteinuria.7
a. Sinovac
COVID-19 Vaccine (Vero Cell) Inactivated, CoronaVac®
adalah sebuah vaksin inaktivasi terhadap COVID-19 yang
menstimulasi sistem kekebalan tubuh tanpa risiko
menyebabkan penyakit. Setelah vaksin inaktivasi ini
bersentuhan dengan sistem kekebalan tubuh, produksi
antibodi terstimulasi, sehingga tubuh siap memberikan
respons terhadap infeksi dengan SARS-CoV-2 hidup. Vaksin
ini mengandung ajuvan (aluminium hidroksida), untuk
memperkuat respons sistem kekebalan.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet untuk disuntikkan,
dalam kemasan ampul dan alat suntik nonautodisabled
syringe terisi.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet untuk disuntikkan,
dalam kemasan ampul dan alat suntik nonautodisabled
syringe terisi.
Direkomendasikan untuk usia 18 hingga 59 tahun (menurut
EUL WHO). Berdasarkan data yang dikaji, Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE) WHO
merekomendasikan penggunaan pada orang berusia 18 dan
lebih.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (masing-masing
0,5 mL) dengan interval 2 hingga 4 minggu:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 14 hingga 28 hari setelah dosis pertama.24
b. AstraZeneca
Vaksin ChAdOx1-S/nCoV-19 adalah vaksin vektor
adenovirus non-replikasi untuk COVID-19. Vaksin ini
mengekspresikan gen protein paku SARS-CoV-2, yang
menginstruksikan sel inang untuk memproduksi protein S-
antigen yang unik untuk SARS-CoV-2, sehingga tubuh dapat
menghasilkan respons imun dan menyimpan informasi itu di
sel imun memori. Efikasi dalam uji-uji klinis pada peserta yang
menerima vaksin ini dengan lengkap (dua dosis) di inggris,
Brazil, dan Afrika Selatan tanpa memandang interval dosis
adalah 61%, dengan median masa pengamatan 80 hari, tetapi
cenderung lebih tinggi jika interval ini lebih panjang. Data
tambahan dari analisisanalisis interim atas uji klinis di Amerika
Serikat menunjukkan efikasi vaksin 76% terhadap infeksi
SARS-CoV-2 simtomatik.
Suspense cair multi-dosis bebas pengawet.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet untuk disuntikkan,
dalam kemasan ampul dan alat suntik nonautodisabled
syringe terisi. Direkomendasikan untuk usia 18 tahun dan
lebih, termasuk usia 65 tahun dan lebih.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (masing-masing
0,5 mL) dengan interval 4–12. WHO merekomendasikan
interval 8–12 minggu:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: delapan hingga 12 minggu setelah dosis
pertama.24
c. Moderna
Vaksin COVID-19 Moderna adalah sebuah vaksin berbasis
RNA duta (messenger RNA/mRNA) untuk COVID-19. Sel
inang menerima instruksi dari mRNA untuk memproduksi
protein S-antigen unik SARS-CoV-2, sehingga tubuh dapat
menghasilkan respons kekebalan dan menyimpan informasi
itu di dalam sel imun memori. Efikasi menurut uji-uji klinis pada
peserta yang menerima dosis lengkap vaksin ini (dua dosis)
dan memiliki status awal SARS-CoV-2 negatif adalah sekitar
94% dengan median masa pengamatan sembilan minggu.
Semua data yang dikaji mendukung kesimpulan bahwa
manfaat yang diketahui dan potensial dari vaksin mRNA-1273
lebih besar dibandingkan risiko diketahui dan potensialnya.
Suspense multidosis beku, steril, dan tanpa pengawet.
Direkomendasikan untuk 18 tahun dan lebih. Vaksinasi
untuk orang lanjut usia direkomendasikan tanpa batas usia.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (100 μg, masing-
masing 0,5 mL), dengan rekomendasi interval 28 hari:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 28 hari setelah dosis pertama.24
d. Sinopharm
SARS-CoV-2 Vaccine (Vero Cell) adalah sebuah vaksin
inaktivasi terhadap COVID-19 yang menstimulasi sistem
kekebalan tubuh tanpa risiko menyebabkan penyakit. Setelah
vaksin inaktivasi ini bersentuhan dengan sistem kekebalan
tubuh, produksi antibodi terstimulasi, sehingga tubuh siap
memberikan respons terhadap infeksi dengan SARS-CoV-2
hidup. Vaksin ini mengandung ajuvan (aluminium hidroksida),
untuk memperkuat respons sistem kekebalan. Sebuah uji
klinis fase 3 besar menunjukkan bahwa dua dosis dengan
interval 21 hari memiliki efikasi 79% terhadap infeksi SARS-
CoV-2 simtomatik pada 14 hari atau lebih setelah dosis kedua.
Uji klinis ini tidak dirancang maupun cukup kuat untuk
menunjukkan efikasi terhadap penyakit berat.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet, dalam kemasan
ampul dan alat suntik auto-disabled syringe terisi.
Direkomendasikan untuk usia 18 tahun dan lebih.
Vaksinasi rutin untuk anak-anak atau remaja di bawah usia 18
tahun tidak direkomendasikan, tetapi penelitian sedang
berlangsung. Vaksinasi untuk orang lanjut usia
direkomendasikan tanpa batas atas usia.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (masing-masing
0,5 mL) dengan interval tiga hingga empat minggu:
WHO merekomendasikan interval 8–12 minggu:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 21 hingga 28 hari setelah dosis pertama.24
e. Pfizer
COMIRNATY® adalah sebuah vaksin berbasis RNA duta
(messenger RNA/mRNA) untuk COVID-19. mRNA
menginstruksikan sel untuk memproduksi protein S-antigen
(bagian dari protein paku (spike)) yang unik untuk SARS-CoV-
2 untuk menstimulasi respons kekebalan. Dalam uji-uji klinis,
efikasi pada peserta dengan atau tanpa bukti infeksi SARS-
CoV-2 sebelumnya dan yang menerima dosis lengkap vaksin
ini (dua dosis) diperkirakan 95% dengan median masa
pengamatan dua bulan.
Konsentrat multi-dosis beku, steril, dan tanpa pengawet
untuk dilarutkan sebelum diberikan.
Direkomendasikan untuk usia 16 tahun dan lebih.
Vaksinasi untuk orang lanjut usia direkomendasikan tanpa
batas atas usia.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis, direkomendasikan
dengan interval 21–28 hari:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 21–28 hari setelah dosis pertama.24
5. Sasaran Vaksin
Ditetapkan kelompok prioritas penerima vaksinasi program
sebagai berikut:
a. Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga
penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
b. Masyarakat lanjut usia dan tenaga/petugas pelayanan publik
c. Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi
d. Masyarakat lainnya selain kelompok prioritas huruf a, huruf b, dan
huruf c9
6. Dampak Vaksin
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik
terhadap suatu penyakit tertentu sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Tentu, apabila seseorang tidak mendapatkan
vaksinasi maka ia tidak akan memiliki kekebalan spesifik terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi tersebut.
Namun, jika suatu saat anak tersebut keluar dari wilayah dengan
cakupan tinggi tadi, anak tersebut akan memiliki risiko untuk tertular
penyakit karena pada dasarnya ia belum memiliki kekebalan spesifik
yang didapat dari imunisasi.
Dalam hal pelaksanaan vaksinasi COVID-19, orang dewasa/lansia
yang tidak mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap sesuai jadwal
serta mengabaikan protokol kesehatan maka akan menjadi rentan
tertular dan jatuh sakit akibat COVID-19.7
Secara umum, efek samping yang terjadi bisa bermacam-macam.
Efek bersifat ringan dan sementara, tidak selalu terjadi, dan
tergantung pada kondisi tubuh. Efek samping seperti demam, nyeri
otot, dan kemerahan di tempat suntikan merupakan hal yang wajar,
namun tetap harus dipantau.
Manfaat vaksin jauh lebih besar daripada risiko terkena infeksi jika
tidak divaksinasi.
Jika terjadi efek samping pasca imunisasi (KIPI) akan dilaporkan
ke fasilitas medis yang divaksinasi, setelah itu focal point masing-
masing Dinas Kesehatan dan dikaji oleh Komite Pengkajian dan
Penanggulangan KIPI yang ada di setiap daerah maupun Nasional.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir
sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain :
1) Reaksi lokal, seperti nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat
suntikan dan reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis
2) Reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
nyeri sendi (atralgia), badan lemah, mual dan sakit kepala.23
7. Pentahapan Dan Waktu Pelaksanaan Vaksin
Dilaksanakan dalam 3 tahapan dengan mempertimbangkan
ketersediaan, waktu kedatangan Tahapan pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 dilaksanakan sebagai berikut:
1) Tahap I, dilaksanakan mulai bulan Januari 2021 dengan sasaran
kelompok prioritas tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan,
dan tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani
pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, yang berusia 18 tahun ke atas.
2) Tahap II, dilaksanakan mulai minggu ketiga Februari 2021 dengan
sasaran kelompok prioritas:
a. Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
b. Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat
hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi
tugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan,
perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum,
serta petugas lain yang terlibat secara langsung memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
3) Tahap III, dengan sasaran kelompok prioritas masyarakat rentan
dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi, yang berusia 18 tahun
ke atas dan masyarakat lainnya selain kelompok prioritas yang
dilakukan vaksinasi pada tahap I dan tahap II, dilaksanakan mulai
bulan Juli 2021. Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas
penerima vaksin dilakukan dengan memperhatikan Roadmap
WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization
(SAGE) serta kajian/rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli
Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group).7
8. Tempat Pelayanan Vaksin
Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau milik
masyarakat/swasta yang memenuhi persyaratan, meliputi:
a. Puskesmas, puskesmas pembantu
b. Klinik
c. Rumah sakit dan/atau
d. Unit Pelayanan Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)9
9. Kriteria Yang Boleh Dan Tidak Boleh Divaksin
Vaksin diberikan hanya untuk mereka yang sehat. Ada beberapa
kriteria individua tau kelompok yang tidak boleh di vaksinasi COVID-
19 :
a. Orang yang sedang demam dengan suhu > 37,5 °C
b. Orang dengan hipertensi tidak terkontrol, yaitu tekanan darah >
180/110 mmHg (Jika tekanan darah >180/110 mmHg pengukuran
tekanan darah diulang 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) menit
kemudian. Jika masih tinggi maka vaksinasi ditunda sampai
terkontrol.
c. Orang yang mengalami alergi berat setelah divaksinasi COVID-19
sebelumnya (vaksinasi dosis 1) maka tidak bisa mendapatkan
vaksinasi COVID-19 dosis kedua.
d. Orang yang sedang hamil, ditunda sampai melahirkan.
e. Orang yang mengidap penyakit autoimun seperti asma, lupus.
Vaksinasi ditunda jika sedang dalam kondisi akut atau belum
terkendali.
f. Orang yang sedang mendapat pengobatan untuk gangguan
pembekuan darah, kelainan darah, defisiensi imun dan penerima
produk darah/transfuse. Vaksinasi ditunda dan dirujuk.
g. Orang yang sedang mendapat pengobatan immunosuppressant
seperti kortikosteroid dan kemoterapi. Vaksinasi ditunda dan
dirujuk.
h. Orang yang memiliki penyakit jantung berat dalam keadaan sesak.
Vaksinasi ditunda dan dirujuk.
i. Lansia yang pemeriksaannya (sesuai format skrining) menjawab
lebih dari 3 pertanyaan dengan jawaban ya.
j. Orang yang memiliki Riwayat alergi berat setelah divaksinasi
COVID-19 sebelumnya maka vaksin tidak dapat diberikan.

Para penyintas COVID19 dapat divaksinasi 3 bulan setelah


sembuh. Jika target terinfeksi COVID-19 setelah dosis pertama, maka
dosis pertama tidak diulang, tetapi dosis kedua diberikan dengan
interval yang sama yaitu 3 bulan setelah dinyatakan sembuh.23

C. Lanjut Usia (Lansia)


1. Pengertian Lansia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
2998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan
Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.25
Sejak tahun 2000, proporsi penduduk lanjut usia sudah melebihi
7% yang berarti Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara
dengan struktur menua (aging population). Adanya struktur demografi
yang menua mencerminkan angka harapan hidup saat lahir (UHH)
yang lebih tinggi. UHH yang tinggi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pencapaian pembangunan nasional khususnya di
bidang kesehatan.25
2. Karakteristik Lansia
Ciri khas lansia menjadi dilema yang perlu disikapi. Lansia
cenderung mencari kenyamanan dalam pelayanan kesehatan. Dan
juga kondisi senyaman mungkin dengan rekan-rekan mereka. Oleh
karena itu, sangat diperlukan edukasi kepada lansia dengan bantuan
tenaga kesehatan agar vaksinasi terhadap COVID-19 dapat
dilakukan.26
3. Kondisi Kesehatan Lansia
Proses penuaan akan berdampak pada berbagai aspek
kehidupan, baik sosial, ekonomi maupun kesehatan. Dari segi
kesehatan, menurut usia, lansia rentan terhadap berbagai penyakit,
baik karena faktor alam maupun penyakit.25
D. Teori Perilaku
1. Teori Lawrence Green
Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non – behavior causes).
Perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga factor, yaitu
a. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-
faktor yang terdapat dari dalam diri dapat terwujud dalam bentuk
usia, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan nilai – nilai, dan sebagainya.
b. Faktor – faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau
sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat – obatan, alat – alat
kontrasepsi, jamban, transportasi, dan sabagainya.
c. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dari
faktor yang ada diluar individu dapat terwujud dalam bentuk sikap
dan perilaku petugas kesehatan, kelompok referensi, perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, peraturan atau norma yang ada.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

B = f (PF,EF,RF)

Dimana:
B = behavior
PF = predisposing factors
EF = enabling factors
RF = reinforcing factors
F = fungsi

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat


mengenai kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan lainnya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Selain itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku
para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seseorang yang tidak ingin melakukan vaksinasi di pelayanan


kesehatan dapat disebabkan orang tersebut tidak atau belum
mengetahui manfaat vaksinasi bagi dirinya (predisposing factors).
Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari pelayanan kesehatan
tempat untuk melakukan vaksinasi (enabling factors). Sebab lain,
mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain
di sekitarnya tidak pernah melakukan vaksinasi (reinforcing factors).27
2. Kerangka Teori

Faktor – faktor predisposisi


(predisposing factors) :
a. usia,
b. jenis kelamin,
c. pendidikan
d. penghasilan,
e. pekerjaan,
f. pengetahuan,
g. sikap,

Faktor – faktor pendukung


(enabling factors) :
a. puskesmas / Kediaan mengikuti vaksinasi
pelayanan COVID-19
kesehatan
b. obat – obatan,
c. transportasi,

Faktor – faktor pendorong


(reinforcing factors) :

a. sikap dan perilaku


petugas kesehatan,
b. perilaku tokoh
masyarakat,
c. keluarga
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Faktor – faktor predisposisi


(predisposing factors) :
a. usia,
b. jenis kelamin,
c. pendidikan Bersedia
d. penghasilan,
e. pekerjaan,
f. pengetahuan,
g. sikap,

Faktor – faktor pendukung


(enabling factors) :
a. puskesmas / Kediaan mengikuti vaksinasi
pelayanan COVID-19
kesehatan
b. obat – obatan,
c. transportasi,

Faktor – faktor pendorong


(reinforcing factors) :

a. sikap dan perilaku Tidak bersedia


petugas kesehatan,
b. perilaku tokoh
masyarakat,
c. keluarga
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan Kesediaan Mengikuti Vaksinasi
COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
3. Ada hubungan antara pendidikan dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
4. Ada hubungan antara penghasilan dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
5. Ada hubungan antara pekerjaan dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
6. Ada hubungan antara pengetahuan dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
7. Ada hubungan antara sikap dengan Kesediaan Mengikuti Vaksinasi
COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
8. Ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan Kesediaan
Mengikuti Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
9. Ada hubungan antara obat-obatan dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
10. Ada hubungan antara transportasi dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
11. Ada hubungan antara petugas kesehatan dengan Kesediaan
Mengikuti Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
12. Ada hubungan antara tokoh masyarakat dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
13. Ada hubungan antara keluarga dengan Kesediaan Mengikuti
Vaksinasi COVID-19 Pada Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus
C. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif analitik. Peneliti mengumpulkan data lalu menganalisis dari
setiap variabel. Penelitian menggunakan desain Cross Sectional, dimana
penelitian dilakukan dalam satu waktu.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok
lanjut usia (lansia) yang belum mengikuti vaksin pertama, vaksin
kedua maupun keduanya di Kabupaten Kudus. Berdasarkan data
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin BPS Kabupaten
Kudus tahun 2019 terdapat 84.966 lansia.28
2. Sampel
Pengambilan sampel menggunakan Teknik purposive sampling,
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
melakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu secara sengaja.
Teknik ini disebut juga dengan judgement sampling karena proses
pengambilan sampel telah dipertimbangkan dengan menentukan
terlebih dahulu ciri-ciri khusus berdasarkan tujuan-tujuan tertentu
untuk memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Subjek
penelitian diambil dengan melakukan pertimbangan kriteria tertentu
yang telah ditentukan oleh peneliti. yaitu:
1. Lansia berusia 60 tahun ke atas
2. Tinggal dengan anaknya (tidak tinggal sendiri)
3. Berdomisili di kota Kudus
Karena populasi lansia yang tinggal dengan anaknya di
kota Kudus tidak diketahui jumlahnya, maka rumus yang
dibutuhkan untuk mengetahui jumlah sampel adalah
menggunakan rumus Lemeshow, yaitu

Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Za = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai a = 5% = 1.96
P = Prevalensi outcome. Karena data belum didapat, maka dipakai
50%
d = Tingkat ketelitian 10%
Berdasarkan rumus, maka n =
N = (1,96)2 (0,5) (1-0,5)
3,8416 (0,25)
= 96,04
= 96
Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah 96 responden
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
disebut juga dengan variabel bebas, dalam penelitian ini yang
termasuk kedalam variabel bebas adalah
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Penghasilan
f. Pengetahuan
g. Sikap
h. Pelayanan kesehatan
i. Obat-obatan
j. Transportasi
k. Petugas kesehatan
l. Tokoh masyarakat
m. Keluarga
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, atau disebut dengan variabel terikat. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kesediaan Mengikuti Vaksinasi COVID-19
Pada Lansia Di Kabupaten Kudus.
F. Defisini Operasional

No Variabel Definisi Cara dan Hasil Ukur Skala


Alat ukur Ukur
A. Variabel Terikat
1 Kesediaan Kesanggupan Pertanyaan  Ya Ordinal
mengikuti responden dalam  Tidak
vaksinasi lansia Kota kuisioner
COVID-19 Kudus
mengikuti
vaksinasi
COVID-19
B. Variabel Bebas
1 Umur Usia Pertanyaan  60 – 65 tahun Ratio
responden dalam  65 - 70 tahun
pada saat kuisioner  > 70 tahun
penelitian
2 Jenis Jenis kelamin pertanyaan  Laki – Laki Nominal
kelamin respoden dalam  Perempuan
kuisioner
3 Pendidikan Pendidikan pertanyaan  Tamat SD Ordinal
terakhir pilihan  Tamat SMP
responden dalam  Tamat SMA
pada saat kuisioner  Tamat Sarjana
penelitian
4 Pekerjaan Pekerjaan pertanyaan  PNS Nominal
responden pilihan  Guru/Dosen
pada saat dalam  Petani
penelitian kuisioner  Wiraswasta
 Buruh
Harian/Supir/Asisten
RT
 Yang lainnya
5 Penghasilan Penghasilan Pertanyaan  <UMR Ordinal
responden pilihan
pada saat dalam <Rp.2.293.000
penelitian kuisioner  >UMR
>Rp.2.293.000
6 Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner  Benar Ordinal
respoden di dengan 10  Salah
Kota Kudus pertanyaan
pilihan
ganda
7 Sikap Pendapat Pertanyaan  Setuju Interval
maupun pilihan  Ragu-ragu
pandangan dalam  Tidak Setuju
responden kuesioner
saat penelitian
8 Pelayanan Upaya untuk Pertanyaan  Sangat Puas Interval
kesehatan mencegah, pilihan  Puas
meningkatkan, dalam  Cukup Puas
menjaga, kuesioner  Kurang Puas
Mengobati,
 Tidak Puas
dan
memulihkan
Kesehatan
individu,
keluarga,
kelompok, dan
masyarakat
9 Obat-obatan Bahan yang Kuesioner  Sangat Puas Interval
digunakan dengan  Puas
dalam pertanyaan  Cukup Puas
menetapkan pilihan  Kurang Puas
diagnosis,
 Tidak Puas
mencegah,
mengurangi,
menghilangkan
penyakit fisik
dan psikis
kepada
responden
10 Transportasi Kendaraan pertanyaan  Jalan Kaki Nominal
yang pilihan  Sepeda
digunakan dalam  Motor
responden kuesioner  Mobil
saat penelitian
 Yang Lainnya
11 Petugas Orang yang Pertanyaan  Dokter Nominal
kesehatan mengabdikan pilihan  Perawat
diri di bidang dalam  Bidan
Kesehatan kuesioner  Yang lainnya
bagi
responden
saat penelitian
12 Tokoh Orang yang Pertanyaan  Presiden Nominal
masyarakat memiliki pilihan  Kepala Desa
pengaruh pada dalam  Ketua RT
responden kuesioner  Yang Lainnya
saat penelitian
13 Keluarga Status Pertanyaan  Suami Nominal
responden pilihan  Istri
dalam dalam  Anak
keluarga saat kuesioner  Yang Lainnya
penelitian

G. Sumber Data Penelitian


1. Data Primer
Data primer didapatkan secara langsung melalui kuesioner
dengan karakteristik yang sudah ditentukan seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap,
pelayanan kesehatan, obat-obatan, transportasi, petugas kesehatan,
tokoh masyarakat, dan keluarga.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan melalui instansi maupun organisasi,
data sekunder dapat berupa jurnal, sumber pustaka, artikel ilmiah,
atau website yang berasal dari dinas terkait. Data sekunder berfungsi
untuk menunjang penelitian yang dilakukan.
H. Instrumen Penelitian
1. Angket
Susunan pertanyaan yang sudah dipersiapkan yang akan diberikan
kepada responden dalam bentuk lembaran kuesioner.
2. Handphone
Alat yang digunakan untuk mendokumentasi saat pengambilan data
lapangan.
3. Laptop
Laptop yang berisi software seperti SPSS, digunakan saat melakukan
analisis data yang sudah terkumpul dan untuk menyajikan data.
I. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba dilakukan agar mengetahui apakah kuesioner yang telah
dibuat, dapat dipahami dan dimengerti oleh responden atau tidak terjadi
bias pada hasil. Dilakukan pada 10 orang responden, diharapkan
responden paham dan mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.
J. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara
menyebarkan angket secara offline kepada responden yang sudah
ditentukan. Hal ini dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan Kesediaan Mengikuti Vaksinasi COVID-19 Pada
Usia Lanjut Di Kabupaten Kudus.
K. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, menggunakan langkah-langkah pengolahan
data seperti editing, coding, entry data, cleaning dan tabulating.
Editing berfungsi untuk memeriksa data agar saat diolah data
menghasilkan data yang bermanfaat dan berkualitas, coding
merupakan langkah memberi nomor, atau mengkategorikan jawaban
responden, hal ini untuk memudahkan saat memasukkan kedalam
tabel, entry data memasukkan data data kedalam aplikasi yang ingin
digunakan, pada penelitian ini menggunakan SPSS. Lalu cleaning
untuk memeriksa kembali data data yang ingin dimasukkan, jika ada
yang kurang bisa diedit kembali. Tabulating kegiatan menyusun data
yang sudah di koding kedalam tabel, sehingga data mudah untuk
disusun.
2. Analisis Data
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sehingga
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
L. Tahapan Penelitian
1. Tahapan Awal
- Mengumpulkan studi pendahuluan untuk menentukan masalah
yang akan diangkat dalam penelitian
- Menyusun proposal
- Menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
- Kordinasi dengan pihak tertentu untuk penyebaran kuesioner
2. Tahapan Lapangan
- Meminta izin kepada responden untuk melakukan penelitian
- Menjelaskan maksud penelitian
- Memberikan angket
- Mengumpulkan data yang sudah diisi
3. Tahapan Analisis Data
- Mengumpulan data yang sudah didapatkan
- Mengolah data melalui aplikasi SPSS
- Membuat tabel untuk bahan presentasi
- Mengambil kesimpulan dari data yang digunakan untuk
peneltian
DAFTAR PUSTAKA

1. Pertanyaan jawaban terkait COVID-19 untuk publik. Accessed January 13,


2022. https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-
public

2. Putri RN. Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. J Ilm Univ


Batanghari Jambi. 2020;20(2):705. doi:10.33087/jiubj.v20i2.1010

3. Zendrato W. Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap Pandemi


Covid-19. J Educ Dev. 2020;8(2):242-248.

4. Harahap MH, Fibriasari H, Ihsan M, Irfand I, Panggabean DD, Syah DH.


Upaya Peningkatan Pola Hidup Bersih Sehat Di Desa Ibus Melalui
Diseminasi Teknologi Tepat Guna Filter Air, Cuci Tangan Digital Dan
Mesin Pembuat Sabun Untuk Menghadapi Pandemi Covid-19. J Pengabdi
Kpd Masy. 2020;26(4):236. doi:10.24114/jpkm.v26i4.20623

5. Indriyanti D. Persepsi Petugas Puskesmas terhadap Pelaksanaan


Vaksinasi Covid-19 pada Era New Normal. Inspirasi. 2021;12(1):30-41.
http://inspirasi.bpsdm.jabarprov.go.id/index.php/inspirasi/article/view/172

6. Makmun A, Hazhiyah SF. Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin


COVID-19. Molucca Medica. 2020;13:52-59.

7. Vaksin COVID-19 | Covid19.go.id. Accessed January 26, 2022.


https://covid19.go.id/tentang-vaksin-covid19

8. Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 13 Oktober 2021) - Berita Terkini |


Covid19.go.id. Accessed January 26, 2022.
https://covid19.go.id/p/berita/data-vaksinasi-covid-19-update-13-oktober-
2021

9. RI K. PMK No 10 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam


Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19). Permenkes RI. 2021;2019:33.
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2021/02/pmk10-2021.pdf

10. Disease CV, Negara TL, Lembaran T. Permenkes 84Tahun 2020. 2020;
(1559).
11. Informasi Covid-19 Kabupaten Kudus | PPID Kudus. Accessed January
26, 2022. https://ppid.kuduskab.go.id/page/informasi_covid-
19_kabupaten_k

12. Kesehatan K. Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia. 2020;


(November).

13. Zhou Y, Zhang J, Wu W, Liang M, Wu QS. Willingness to receive future


COVID-19 vaccines following the COVID-19 epidemic in Shanghai, China.
BMC Public Health. 2021;21(1):1-10. doi:10.1186/s12889-021-11174-0

14. Ichsan DS, Hafid F, Ramadhan K, Taqwin T. Determinan Kesediaan


Masyarakat menerima Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah. Poltekita
J Ilmu Kesehat. 2021;15(1):1-11. doi:10.33860/jik.v15i1.430

15. Noer Febriyanti. E al. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesediaan


Vaksinasi Covid-19 Pada Warga Kelurahan Dukuh Menanggal Kota
Surabaya. Semin Nas Has Ris dan Pengabdi. 2021;3:1-7.
file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/168-Article Text-499-1-10-
20210424.pdf

16. Mengikuti M, Di VC-, Isnaini M, et al. Faktor-faktor yang berhubungan


dengan minat masyarakat mengikuti vaksinasi covid-19 di kelurahan kuin
utara kota banjarmasin. 2021;43:1-10.

17. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Corona Virus deases (Covid-19). Kementrian Kesehat. 2020;5:178.
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf

18. Banerjee D, Vaishnav M, Sathyanarayana Rao TS, et al. Impact of the


COVID-19 pandemic on psychosocial health and well-being in South-Asian
(World Psychiatric Association zone 16) countries: A systematic and
advocacy review from the Indian Psychiatric Society. Indian J Psychiatry.
2020;62(Suppl 3):S343.
doi:10.4103/PSYCHIATRY.INDIANJPSYCHIATRY_1002_20

19. WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard | WHO Coronavirus (COVID-


19) Dashboard With Vaccination Data. Accessed February 5, 2022.
https://covid19.who.int/

20. Moynihan R, Sanders S, Michaleff ZA, et al. Impact of COVID-19


pandemic on utilisation of healthcare services: a systematic review. BMJ
Open. 2021;11:45343. doi:10.1136/bmjopen-2020-045343

21. Vaksin COVID-19 | Covid19.go.id. Accessed January 14, 2022.


https://covid19.go.id/tentang-vaksin-covid19

22. Masyarakat Umum | Satgas Penanganan Covid-19. Accessed February 4,


2022. https://covid19.go.id/masyarakat-umum/apa-saja-kandungan-vaksin-
2

23. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Tanya Jawab


Seputar Vaksinasi COVID-19. 2021;Mei.

24. WHO. COVID-19 Vaccine ( Vero Cell ),. 2021;(June):1-6.

25. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin “Situasi dan Analisis Lanjut Usia.”
Geriatric. Published online 2014:8.

26. Wilianarti PF, Wulandari Y. Optimalisasi Peran Kader Menggunakan Peer


Group Education Dalam Meningkatkan Cakupan Vaksinasi Covid-19.
SELAPARANG J Pengabdi Masy Berkemajuan. 2021;4(3):872.
doi:10.31764/jpmb.v4i3.5399

27. Mahendra ND, Jaya IMM, MRL A. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Progr
Stud Diploma Tiga Keperawatan Fak Vokasi Univ Kristen Indones.
Published online 2019:1-107.

28. Badan Pusat Statistik. Accessed January 31, 2022.


https://kuduskab.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html#subjekViewTab
3

29. Siagian, T. H. Mencari Kelompok Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus Corona


Dengan Discourse Network Analysis. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia. 2020;9(2):98-106.

30. Kementerian Kesehatan RI. Vaksinasi COVID-19 Provinsi. Accessed


February 25, 2022. https://vaksin.kemkes.go.id/#/detail_data

31. Marsa M. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Vaksin COVID-19


Berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Penerimaan Pada Warga Kelurahan
Pejuang Kota Bekasi Periode April 2021. 2021:1-27.

32. Worldometer. COVID-19 Coronavirus Outbreak. Accessed February 25,


2022. https://wordometers.info/coronavirus/coronavirus-age-sex-
demographics/

Anda mungkin juga menyukai