Oleh :
FEBIAN RESKIHAQ
NIM 25000118120073
Pembimbing :
Dr. dr. Bagoes Widjanarko, MA, MPH Pembimbing I
Aditya Kusumawati, S.KM, M.Kes Pembimbing II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (WHO, 2020), COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus corona. Penyakit baru ini belum diketahui
hingga Desember 2019 di Wuhan, China. COVID19 disebabkan oleh
coronavirus, sekelompok besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan dan manusia. Virus corona diketahui
menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia, mulai dari
flu biasa hingga penyakit yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). COVID-19 dapat menyebar melalui udara ketika
orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.1
WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHIEC
(International Public Health Emergency) pada 30 Januari 2020 karena
penyebaran COVID-19 yang begitu cepat. Kematian akibat virus
corona tergantung pada populasi yang terpapar, peraturan, dan
ketersediaan tes laboratorium.
Pada 2 Maret 2020, kasus pertama COVID-19 terdeteksi di
Indonesia. Pemerintah menetapkan COVID-19 sebagai bencana non
alam karena semua provinsi telah mengkonfirmasi kasus dalam waktu
satu bulan sejak kasus pertama yang dikonfirmasi pada Maret 2020.
Penyebaran COVID-19 tidak hanya terjadi di ibu kota, tetapi juga di
pedesaan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan Surat
Edaran HK.02.02/I/385/2020 tentang Penggunaan Masker dan Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) untuk mencegah penyebaran virus
corona (COVID19). Buletin tersebut mewajibkan setiap orang
menggunakan masker saat tidak berada di rumah, selalu berperilaku
hidup bersih dan sehat, serta mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir dan/atau hand sanitizer.
Indonesia secara aktif mengeluarkan berbagai pedoman
pengendalian dan pencegahan penyakit virus corona. Kebijakan
tersebut harus didukung oleh kesadaran masyarakat dan sistem
kesehatan yang baik.2 Kampanye untuk mengganti pengobatan
dengan pencegahan belum ditetapkan dan belum terlambat, karena
virus ini menyebar dengan sangat cepat dan telah memakan banyak
korban jiwa.3 Program sosialisasi telah berdampak pada kesadaran
masyarakat akan kebersihan dan gaya hidup sehat. Dapat
memperbaiki gaya hidup, terutama dengan menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan sabun dan meningkatkan perekonomian
masyarakat. 4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pandemi COVID-19
1. Pengertian COVID-19
COVID-19 adalah epidemi yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Virus baru ini dan penyakit yang ditimbulkannya
tidak diketahui sampai wabah di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
Saat ini, COVID-19 menjadi pandemi di banyak negara di dunia.
Coronavirus adalah sekelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis virus corona
diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia,
mulai dari batuk dan pilek hingga penyakit yang lebih serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona jenis baru telah
ditemukan menyebabkan penyakit yang disebut COVID19.1
2. Klasifikasi COVID-19
a. Gejala ringan
Dapat melakukan isolasi diri di rumah
- Demam >380C
- Batuk
- Nyeri Tenggorokan
- Hidung Tersumbat
- Malaise (tanpa pneumonia, tanpa komorbid)
b. Gejala sedang
Melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat
- Demam >380C
- Sesak napas, batuk menetap dan sakit tenggorokan
- Pneumonia berat
- Pada anak: batuk dan takipneu
- Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau
kesulitan bernapas + napas cepat:
frekuensi napas: <2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan,
≥50x/menit; 1–5 tahun,
≥40x/menit dan tidak ada tanda
c. Gejala berat
Melakukan isolasi di Rumah Sakit Rujukan
- Demam >380C yang menetap
- ISPA berat/ pneumonia berat:
Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari:
frekuensi napas >30 x/menit, distress pernapasan berat,
atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%distres
pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat)
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan
menyusui atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang
- Dalam pemeriksanan darah: Leukopenia,
peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit
atipik.17
3. Gejala COVID-19
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering,
dan merasa lelah. Gejala lain yang kurang umum yang mungkin
dialami beberapa pasien termasuk nyeri, kemacetan, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau,
ruam kulit atau perubahan warna pada jari tangan atau kaki. Gejala
biasanya ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang
terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.
Sebagian besar (sekitar 80%) dari mereka yang terinfeksi sembuh
sendiri tanpa perawatan khusus. Sekitar satu dari lima orang yang
terinfeksi COVID-19 mengalami sakit parah dan kesulitan bernapas.
Orang yang lebih tua (lansia) dan orang dengan kondisi penyerta
seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan paru-paru,
diabetes, atau kanker lebih mungkin untuk memiliki penyakit serius.
Namun, siapa pun bisa terkena COVID19 dan menjadi sangat sakit.
Orang-orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk
disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri dada/sesak,
atau ketidakmampuan untuk berbicara atau bergerak harus segera
mencari pertolongan medis. Jika memungkinkan, fasilitas Kesehatan
harus dihubungi terlebih dahulu, sehingga pasien dirujuk ke fasilitas
Kesehatan yang benar.1
4. Penularan COVID-19
Orang dapat tertular COVID19 dari orang lain yang terinfeksi virus
ini. COVID19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui
percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi
COVID19 batuk, bersin atau berbicara. Percikan-percikan ini relatif
berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat.
Orang dapat terinfeksi COVID19 jika menghirup percikan orang yang
terinfeksi virus ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga
jarak minimal 1 meter dari orang lain. Percikan ini dapat menempel
pada benda dan permukaan lain di dekat orang, seperti meja, gagang
pintu, dan pagar. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda
atau permukaan ini dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau
mulut mereka. Oleh karena itu, penting untuk rutin mencuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir, atau dengan hand
sanitizer berbasis alkohol. WHO akan terus meninjau kemajuan
penelitian tentang epidemi COVID-19 dan membagikan temuan
terbaru.
COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan pernapasan yang
dikeluarkan oleh orang yang batuk atau memiliki gejala lain seperti
demam atau malaise. Banyak orang yang terinfeksi COVID-19 hanya
memiliki gejala ringan, terutama pada tahap awal. Oleh karena itu,
COVID19 dapat menginfeksi orang yang merasa sehat hanya dengan
gejala ringan seperti batuk ringan.
Laporan menunjukkan bahwa orang tanpa gejala dapat terinfeksi
virus, tetapi tidak jelas seberapa sering infeksi ini akan terjadi. WHO
terus meninjau kemajuan penelitian tentang epidemi COVID-19 dan
membagikan temuan terbaru.1
5. Dampak COVID-19
Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap penurunan
kualitas hidup masyarakat di banyak aspek, baik fisik, psikologis,
maupun lingkungan.18
Efek langsung dari pandemi COVID19 memiliki implikasi
kesehatan. Dari sisi kesehatan, dampak dari pandemi COVID19
adalah tingginya kasus positif dan kematian akibat COVID19. Menurut
WHO, COVID-19 telah mewabah di lebih dari 220 negara selama
kurang lebih 26 bulan sejak kasus infeksi pertama di Wuhan, China,
dengan total 386 juta kasus positif dan 5 juta kematian.19
Banyaknya kasus positif COVID-19 membuat sumber daya
pemerintah berfokus pada penanganan COVID-19, baik di pusat
maupun di daerah. Sebagai akibatnya, pelayanan Kesehatan untuk
selain COVID19 menjadi terhambat.20
Selain itu penurunan layanan Kesehatan juga dipengaruhi oleh
sikap pengguna layanan Kesehatan yang merasa khawatir untuk
mengakses layanan Kesehatan.
6. Pencegahan COVID-19
Peran masyarakat dalam memutus mata rantai penularan COVID 19
(penularan dan risiko infeksi) harus dilakukan melalui penerapan
protokol kesehatan. Protokol kesehatan biasanya meliputi:
a. Perlindungan Kesehatan Individu
COVID19 ditularkan melalui droplet yang mengandung virus
SARS-CoV2, yang dapat menginfeksi tubuh manusia dengan
menyerang tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip
pencegahan penularan COVID-19 ke individu dilakukan dengan
mencegah virus menyerang melalui tiga pintu masuk seperti:
- Menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulut
hingga dagu saat keluar rumah atau berinteraksi dengan
orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang
dimungkinkan dapat menularkan COVID-19).
- Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan cairan
antiseptic berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari
menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang
mengandung virus).
- Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang bicara, batuk,
atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan
berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak
maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan
teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa
pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan
sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat
berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar,
dan lain sebagainya.
- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi
seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat
yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko
penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit
penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan
paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi
immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut
usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam
beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.
b. Perlindungan Kesehatan Masyarakat
Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya
yang harus dilakukan oleh seluruh komponen dalam masyarakat
untuk mencegah dan mengendalikan infeksi COVID-19. Potensi
penularan COVID-19 di tempat dan fasilitas umum disebabkan
oleh pergerakan, kerumunan, atau interaksi orang yang dapat
menyebabkan kontak fisik. Dalam melindungi kesehatan
masyarakat, peran pengelola, penyelenggara, dan pengelola
tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk menerapkan
sebagai berikut:
a) Unsur Pencegahan (Prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui
sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media
informasi untuk memberikan pengertian dan pemahaman
bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh
masyarakat, dan melalui media mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan
melalui penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang
mudah diakses dan memenuhi standar atau penyediaan
handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang
akan masuk ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan
jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan
pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan
dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun, tidak
menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas
umum dan lain sebagainya.
b) Unsur Penemuan Kasus (Detect)
1) Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi
penyebaran COVID-19, yang dapat dilakukan melalui
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala
demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak
nafas) terhadap semua orang yang ada di tempat dan
fasilitas umum.
c) Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya
penyebaran yang lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan
dinas Kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan
untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan rapid
test atau Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR),
serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Terhadap
penanganan bagi yang sakit atau meninggal di tempat dan
fasilitas umum merujuk pada standar yang berlaku sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Vaksinasi COVID-19
1. Pengertian Vaksinasi
Vaksinasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang paling
efektif dan efisien untuk mencegah sejumlah penyakit menular yang
berbahaya. Sejarah telah mengakui pentingnya peran vaksinasi
dalam menyelamatkan masyarakat global dari penyakit, kecacatan,
bahkan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin
(PD3I). Dalam upaya mengatasi pandemi COVID19, vaksinasi
terhadap COVID19 ditujukan untuk mengurangi
penularan/penyebaran COVID19, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat COVID19, mencapai herd immunity dan menjaga
proteksi masyarakat terhadap COVID19 untuk menjaga produktivitas
sosial dan ekonomi.
Vaksin adalah produk biologis yang diberikan kepada seseorang
untuk melindunginya dari penyakit yang melemahkan atau bahkan
kematian.
Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan terhadap
penyakit tertentu dalam tubuh pasien.
Tubuh akan mengingat virus atau bakteri penyebab penyakit,
mengenalinya dan tahu cara melawannya.21
2. Kandungan Vaksin
Untuk dapat memicu system imun tubuh, pada umumnya vaksin
mengandung:
a. Antigen
Virus atau bakteri yang sudah dibunuh atau dilemahkan untuk
melatih tubuh mengenali dan melawan penyakitnya jika terkena di
masa depan
b. Adjuvant
Substansi pembantu yang memperkuat respons imun terhadap
antigen
c. Pengawet
Untuk memastikan vaksin tetap efektif
d. Stabilisator
Untuk melindungi vaksin selama penyimpanan dan saat
didistribusikan
Semua bahan dalam vaksin telah menjalani uji klinis dan kontrol
ketat untuk memastikan keamanannya. Vaksin yang diproduksi secara
massal melalui proses yang panjang dan harus memenuhi persyaratan
utama yaitu keamanan, khasiat, stabilitas dan efektivitas biaya. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pengawasan ketat
terhadap pembuatan vaksin hingga dinyatakan aman dan imunisasi
masyarakat umum dilakukan.22
3. Manfaat Vaksin
Sama seperti manfaat vaksin lainnya, vaksin COVID19 berguna
untuk melindungi dari infeksi atau penyakit parah akibat COVID-19
dengan cara menginduksi atau merangsang kekebalan tertentu di
dalam tubuh menggunakan vaksin. Dapatkan vaksin COVID-19 dosis
penuh dan ikuti jadwal yang direkomendasikan, serta praktikkan
perilaku 5M (pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir atau hand sanitizer, jaga jarak, jauhi keramaian, dan kurangi
mobilitas) bersifat protektif langkah-langkah yang dapat kita lakukan
untuk menghindari COVID19.23
Vaksin produksi massal telah melalui proses yang panjang dan
harus memenuhi persyaratan utama keamanan, khasiat, stabilitas dan
penghematan biaya. Aspek keamanan vaksin dipastikan melalui
beberapa tahapan uji klinis yang benar dan menghormati kaidah
sains, sains, dan standar medis. Pemerintah hanya menyediakan
vaksin COVID-19 yang sudah terbukti aman dan telah lolos uji klinis
serta memiliki Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM.23
4. Jenis-Jenis Vaksin
Saat melaksanakan program vaksinasi COVID-19 di Indonesia,
pemerintah berupaya memberikan vaksin kepada sedikitnya
208.265.720 penduduk untuk mencapai herd immunity.
Upaya pengadaan vaksin ini dilakukan melalui perjanjian bilateral
dan multilateral seperti Fasilitas COVAX dengan GAVI dan WHO,
atau hibah yang diberikan oleh negara sahabat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia telah
mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk 10 vaksin COVID-19:
Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax,
SputnikV, Janssen, Convidencia dan Zifivax.
Masing-masing vaksin ini memiliki mekanisme pemberian yang
sesuai, jumlah dosis, lama pemberian, untuk platform vaksin yang
berbeda, yaitu unit virus yang tidak aktif, berbasis RNA, vektor virus,
dan proteinuria.7
a. Sinovac
COVID-19 Vaccine (Vero Cell) Inactivated, CoronaVac®
adalah sebuah vaksin inaktivasi terhadap COVID-19 yang
menstimulasi sistem kekebalan tubuh tanpa risiko
menyebabkan penyakit. Setelah vaksin inaktivasi ini
bersentuhan dengan sistem kekebalan tubuh, produksi
antibodi terstimulasi, sehingga tubuh siap memberikan
respons terhadap infeksi dengan SARS-CoV-2 hidup. Vaksin
ini mengandung ajuvan (aluminium hidroksida), untuk
memperkuat respons sistem kekebalan.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet untuk disuntikkan,
dalam kemasan ampul dan alat suntik nonautodisabled
syringe terisi.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet untuk disuntikkan,
dalam kemasan ampul dan alat suntik nonautodisabled
syringe terisi.
Direkomendasikan untuk usia 18 hingga 59 tahun (menurut
EUL WHO). Berdasarkan data yang dikaji, Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE) WHO
merekomendasikan penggunaan pada orang berusia 18 dan
lebih.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (masing-masing
0,5 mL) dengan interval 2 hingga 4 minggu:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 14 hingga 28 hari setelah dosis pertama.24
b. AstraZeneca
Vaksin ChAdOx1-S/nCoV-19 adalah vaksin vektor
adenovirus non-replikasi untuk COVID-19. Vaksin ini
mengekspresikan gen protein paku SARS-CoV-2, yang
menginstruksikan sel inang untuk memproduksi protein S-
antigen yang unik untuk SARS-CoV-2, sehingga tubuh dapat
menghasilkan respons imun dan menyimpan informasi itu di
sel imun memori. Efikasi dalam uji-uji klinis pada peserta yang
menerima vaksin ini dengan lengkap (dua dosis) di inggris,
Brazil, dan Afrika Selatan tanpa memandang interval dosis
adalah 61%, dengan median masa pengamatan 80 hari, tetapi
cenderung lebih tinggi jika interval ini lebih panjang. Data
tambahan dari analisisanalisis interim atas uji klinis di Amerika
Serikat menunjukkan efikasi vaksin 76% terhadap infeksi
SARS-CoV-2 simtomatik.
Suspense cair multi-dosis bebas pengawet.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet untuk disuntikkan,
dalam kemasan ampul dan alat suntik nonautodisabled
syringe terisi. Direkomendasikan untuk usia 18 tahun dan
lebih, termasuk usia 65 tahun dan lebih.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (masing-masing
0,5 mL) dengan interval 4–12. WHO merekomendasikan
interval 8–12 minggu:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: delapan hingga 12 minggu setelah dosis
pertama.24
c. Moderna
Vaksin COVID-19 Moderna adalah sebuah vaksin berbasis
RNA duta (messenger RNA/mRNA) untuk COVID-19. Sel
inang menerima instruksi dari mRNA untuk memproduksi
protein S-antigen unik SARS-CoV-2, sehingga tubuh dapat
menghasilkan respons kekebalan dan menyimpan informasi
itu di dalam sel imun memori. Efikasi menurut uji-uji klinis pada
peserta yang menerima dosis lengkap vaksin ini (dua dosis)
dan memiliki status awal SARS-CoV-2 negatif adalah sekitar
94% dengan median masa pengamatan sembilan minggu.
Semua data yang dikaji mendukung kesimpulan bahwa
manfaat yang diketahui dan potensial dari vaksin mRNA-1273
lebih besar dibandingkan risiko diketahui dan potensialnya.
Suspense multidosis beku, steril, dan tanpa pengawet.
Direkomendasikan untuk 18 tahun dan lebih. Vaksinasi
untuk orang lanjut usia direkomendasikan tanpa batas usia.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (100 μg, masing-
masing 0,5 mL), dengan rekomendasi interval 28 hari:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 28 hari setelah dosis pertama.24
d. Sinopharm
SARS-CoV-2 Vaccine (Vero Cell) adalah sebuah vaksin
inaktivasi terhadap COVID-19 yang menstimulasi sistem
kekebalan tubuh tanpa risiko menyebabkan penyakit. Setelah
vaksin inaktivasi ini bersentuhan dengan sistem kekebalan
tubuh, produksi antibodi terstimulasi, sehingga tubuh siap
memberikan respons terhadap infeksi dengan SARS-CoV-2
hidup. Vaksin ini mengandung ajuvan (aluminium hidroksida),
untuk memperkuat respons sistem kekebalan. Sebuah uji
klinis fase 3 besar menunjukkan bahwa dua dosis dengan
interval 21 hari memiliki efikasi 79% terhadap infeksi SARS-
CoV-2 simtomatik pada 14 hari atau lebih setelah dosis kedua.
Uji klinis ini tidak dirancang maupun cukup kuat untuk
menunjukkan efikasi terhadap penyakit berat.
Suspensi inaktivasi berbentuk cair keseluruhan yang
mengandung ajuvan dan bebas pengawet, dalam kemasan
ampul dan alat suntik auto-disabled syringe terisi.
Direkomendasikan untuk usia 18 tahun dan lebih.
Vaksinasi rutin untuk anak-anak atau remaja di bawah usia 18
tahun tidak direkomendasikan, tetapi penelitian sedang
berlangsung. Vaksinasi untuk orang lanjut usia
direkomendasikan tanpa batas atas usia.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis (masing-masing
0,5 mL) dengan interval tiga hingga empat minggu:
WHO merekomendasikan interval 8–12 minggu:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 21 hingga 28 hari setelah dosis pertama.24
e. Pfizer
COMIRNATY® adalah sebuah vaksin berbasis RNA duta
(messenger RNA/mRNA) untuk COVID-19. mRNA
menginstruksikan sel untuk memproduksi protein S-antigen
(bagian dari protein paku (spike)) yang unik untuk SARS-CoV-
2 untuk menstimulasi respons kekebalan. Dalam uji-uji klinis,
efikasi pada peserta dengan atau tanpa bukti infeksi SARS-
CoV-2 sebelumnya dan yang menerima dosis lengkap vaksin
ini (dua dosis) diperkirakan 95% dengan median masa
pengamatan dua bulan.
Konsentrat multi-dosis beku, steril, dan tanpa pengawet
untuk dilarutkan sebelum diberikan.
Direkomendasikan untuk usia 16 tahun dan lebih.
Vaksinasi untuk orang lanjut usia direkomendasikan tanpa
batas atas usia.
Jadwal yang direkomendasikan 2 dosis, direkomendasikan
dengan interval 21–28 hari:
- Dosis 1: tanggal pemberian awal.
- Dosis 2: 21–28 hari setelah dosis pertama.24
5. Sasaran Vaksin
Ditetapkan kelompok prioritas penerima vaksinasi program
sebagai berikut:
a. Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga
penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
b. Masyarakat lanjut usia dan tenaga/petugas pelayanan publik
c. Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi
d. Masyarakat lainnya selain kelompok prioritas huruf a, huruf b, dan
huruf c9
6. Dampak Vaksin
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik
terhadap suatu penyakit tertentu sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Tentu, apabila seseorang tidak mendapatkan
vaksinasi maka ia tidak akan memiliki kekebalan spesifik terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi tersebut.
Namun, jika suatu saat anak tersebut keluar dari wilayah dengan
cakupan tinggi tadi, anak tersebut akan memiliki risiko untuk tertular
penyakit karena pada dasarnya ia belum memiliki kekebalan spesifik
yang didapat dari imunisasi.
Dalam hal pelaksanaan vaksinasi COVID-19, orang dewasa/lansia
yang tidak mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap sesuai jadwal
serta mengabaikan protokol kesehatan maka akan menjadi rentan
tertular dan jatuh sakit akibat COVID-19.7
Secara umum, efek samping yang terjadi bisa bermacam-macam.
Efek bersifat ringan dan sementara, tidak selalu terjadi, dan
tergantung pada kondisi tubuh. Efek samping seperti demam, nyeri
otot, dan kemerahan di tempat suntikan merupakan hal yang wajar,
namun tetap harus dipantau.
Manfaat vaksin jauh lebih besar daripada risiko terkena infeksi jika
tidak divaksinasi.
Jika terjadi efek samping pasca imunisasi (KIPI) akan dilaporkan
ke fasilitas medis yang divaksinasi, setelah itu focal point masing-
masing Dinas Kesehatan dan dikaji oleh Komite Pengkajian dan
Penanggulangan KIPI yang ada di setiap daerah maupun Nasional.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir
sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara lain :
1) Reaksi lokal, seperti nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat
suntikan dan reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis
2) Reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
nyeri sendi (atralgia), badan lemah, mual dan sakit kepala.23
7. Pentahapan Dan Waktu Pelaksanaan Vaksin
Dilaksanakan dalam 3 tahapan dengan mempertimbangkan
ketersediaan, waktu kedatangan Tahapan pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 dilaksanakan sebagai berikut:
1) Tahap I, dilaksanakan mulai bulan Januari 2021 dengan sasaran
kelompok prioritas tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan,
dan tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani
pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, yang berusia 18 tahun ke atas.
2) Tahap II, dilaksanakan mulai minggu ketiga Februari 2021 dengan
sasaran kelompok prioritas:
a. Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
b. Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat
hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi
tugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan,
perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum,
serta petugas lain yang terlibat secara langsung memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
3) Tahap III, dengan sasaran kelompok prioritas masyarakat rentan
dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi, yang berusia 18 tahun
ke atas dan masyarakat lainnya selain kelompok prioritas yang
dilakukan vaksinasi pada tahap I dan tahap II, dilaksanakan mulai
bulan Juli 2021. Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas
penerima vaksin dilakukan dengan memperhatikan Roadmap
WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization
(SAGE) serta kajian/rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli
Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group).7
8. Tempat Pelayanan Vaksin
Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau milik
masyarakat/swasta yang memenuhi persyaratan, meliputi:
a. Puskesmas, puskesmas pembantu
b. Klinik
c. Rumah sakit dan/atau
d. Unit Pelayanan Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)9
9. Kriteria Yang Boleh Dan Tidak Boleh Divaksin
Vaksin diberikan hanya untuk mereka yang sehat. Ada beberapa
kriteria individua tau kelompok yang tidak boleh di vaksinasi COVID-
19 :
a. Orang yang sedang demam dengan suhu > 37,5 °C
b. Orang dengan hipertensi tidak terkontrol, yaitu tekanan darah >
180/110 mmHg (Jika tekanan darah >180/110 mmHg pengukuran
tekanan darah diulang 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) menit
kemudian. Jika masih tinggi maka vaksinasi ditunda sampai
terkontrol.
c. Orang yang mengalami alergi berat setelah divaksinasi COVID-19
sebelumnya (vaksinasi dosis 1) maka tidak bisa mendapatkan
vaksinasi COVID-19 dosis kedua.
d. Orang yang sedang hamil, ditunda sampai melahirkan.
e. Orang yang mengidap penyakit autoimun seperti asma, lupus.
Vaksinasi ditunda jika sedang dalam kondisi akut atau belum
terkendali.
f. Orang yang sedang mendapat pengobatan untuk gangguan
pembekuan darah, kelainan darah, defisiensi imun dan penerima
produk darah/transfuse. Vaksinasi ditunda dan dirujuk.
g. Orang yang sedang mendapat pengobatan immunosuppressant
seperti kortikosteroid dan kemoterapi. Vaksinasi ditunda dan
dirujuk.
h. Orang yang memiliki penyakit jantung berat dalam keadaan sesak.
Vaksinasi ditunda dan dirujuk.
i. Lansia yang pemeriksaannya (sesuai format skrining) menjawab
lebih dari 3 pertanyaan dengan jawaban ya.
j. Orang yang memiliki Riwayat alergi berat setelah divaksinasi
COVID-19 sebelumnya maka vaksin tidak dapat diberikan.
B = f (PF,EF,RF)
Dimana:
B = behavior
PF = predisposing factors
EF = enabling factors
RF = reinforcing factors
F = fungsi
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Za = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai a = 5% = 1.96
P = Prevalensi outcome. Karena data belum didapat, maka dipakai
50%
d = Tingkat ketelitian 10%
Berdasarkan rumus, maka n =
N = (1,96)2 (0,5) (1-0,5)
3,8416 (0,25)
= 96,04
= 96
Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah 96 responden
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
disebut juga dengan variabel bebas, dalam penelitian ini yang
termasuk kedalam variabel bebas adalah
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Penghasilan
f. Pengetahuan
g. Sikap
h. Pelayanan kesehatan
i. Obat-obatan
j. Transportasi
k. Petugas kesehatan
l. Tokoh masyarakat
m. Keluarga
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas, atau disebut dengan variabel terikat. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kesediaan Mengikuti Vaksinasi COVID-19
Pada Lansia Di Kabupaten Kudus.
F. Defisini Operasional
10. Disease CV, Negara TL, Lembaran T. Permenkes 84Tahun 2020. 2020;
(1559).
11. Informasi Covid-19 Kabupaten Kudus | PPID Kudus. Accessed January
26, 2022. https://ppid.kuduskab.go.id/page/informasi_covid-
19_kabupaten_k
25. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin “Situasi dan Analisis Lanjut Usia.”
Geriatric. Published online 2014:8.
27. Mahendra ND, Jaya IMM, MRL A. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Progr
Stud Diploma Tiga Keperawatan Fak Vokasi Univ Kristen Indones.
Published online 2019:1-107.