Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL II
EVENT DAN PROBABILITAS

OLEH
KELOMPOK XXIII
HARUN SAHARUDDIN 09120200018
MUH. ZHAFRAN ARDZUL A 09120200002
NURUL FADILAH 09120200084
PUTRI HANDAYANI 09120200129

LABORATORIUM STATISTIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Statistika adalah hasil data yang ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel, dan

lain sebagainya. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk

menyimpulkan atau mendeskripsikan data. Informasi kemudian dicatat sekaligus

dikumpulkan baik itu dalam bentuk informasi numerik maupun informasi

kategorik yang disebut sebagai suatu pengamatan (Ahmaddien, 2020).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), statistik adalah angka-

angka atau catatan yang dikumpulkan, dikelompokkan, dan ditabulasi sehingga

didapatkan informasi berkaitan dengan masalah tertentu. Statistika juga telah

banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik itu ilmu-ilmu alam (misalnya

astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan

psikologi), maupun di bidang bisnis (mengenai produk, dll), ekonomi, dan

industri.

Beberapa istilah dalam statistika (ilmu statistik) antara lain populasi, sampel,

unit dan probabilitas. Konsep probabilitas adalah dasar dari sampel dan

inferences tentang populasi yang dapat dibuat dari suatu sampel. Sehingga

sebagian besar konsep dasar ilmu statistik mengasumsikan teori probabilitas

Dalam dunia industri, statistika sebagai metode merupakan kunci sukses untuk

menyelesaikan atau mendapatkan solusi dari sebuah permasalahan. Hampir

seluruh aspek dalam industri menggunakan statistika, salah satu

penggunaannya yakni ketika suatu industri atau perusahaan ingin mengetahui

berapa besar kemungkinan peluang hasil produk baik dan produk cacat yang

dihasilkan di lantai produksi dengan probabilitas (Otaya, 2016).


1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk menerapkan definisi empiris dan probabilitas munculnya suatu

peristiwa.

2. Agar dapat mengetahui nilai probabilitas berdasarkan pendekatan frekuensi

relative.

3. Dapat mengetahui peristiwa yang bersifat mutually exclusive.

4. Untuk mengetahui probabilitas bersyarat .

1.3 Alat dan Bahan

1. Koin (Rp. 200; Rp. 500; Rp. 1000)

2. Kartu UNO

3. Dadu

4. Pallet warna hitam, warna putih dan warna hijau.

5. Kalkulator

6. Lembar Kerja

7. Media Pengujian

1.4 Prosedur Praktikum

1.4.1 Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

1. Lemparkan koin yang permukaannya seimbang.

2. Catat permukaan yang muncul.

3. Ulangi langkah 1-2 untuk masing-masing sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

4. Hitung frekuensi kemunculan masing-masing permukaan.

5. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai ekspetasinya.

6. Ulangi langkah 1-4 untuk kartu UNO dengan permukaan yang tidak

seimbang.

7. Hitung probabilitas kemunculan masing-masing permukaan.

8. Buat kesimpulan.
1.4.2 Percobaan Peristiwa Independent

1. Acak media.

2. Ambil sebuah pallet dalam sebuah wadah yang berisi 40 pallet putih,

40 pallet hitam dan 20 pallet hijau.

3. Catat kondisi pallet.

4. Kembalikan sampel tersebut ke dalam wadah lalu acak.

5. Ulangi langkah 1-4 masing-masing sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

6. Hitung frekuensi kemunculan masing-masing pallet.

7. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi.

8. Buat kesimpulan.

1.4.3 Percobaan Probabilitas Bersyarat

1. Aduk media.

2. Ambil sebuah pallet dalam sebuah wadah yang berisi 40 pallet putih,

40 pallet hitam dan 20 pallet hijau. Dilanjutkan dengan pengambilan

sebuah pallet berikutnya dan cacat hasilnya.

3. Kembalikan ketiga sampel tersebut ke wadah.

4. Ulangi langkah 1-4 masing-nasing sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

5. Hitung kemunculan masing-masing pallet.

6. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspetasi.

7. Buat kesimpulan.

1.4.4 Percobaan Mutually Exclusive

1. Lemparkan 2 buah dadu.

2. Catat angka yang muncul.

3. Ulangi langkah 1-2 sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

4. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi.

5. Buat kesimpulan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Statistik, Statistika dan Metode Statistik

Statistika merupakan cabang dari ilmu matematika yang banyak membantu

kehidupan manusia, oleh karena sifatnya yang membantu kehidupan manusia

maka statistika telah digunakan baik dalam Perindustrian, perdagangan, bisnis,

pendidikan maupun pengambilan keputusan dalam dunia politik.

2.1.1 Statistik

Statistik adalah rekapitulasi dari fakta yang berbentuk angka-angka

disusun dalam betuk tabel dan diagram yang mendeskripsikan suatu

permasalahan. Dapat dikatakan bahwa tabel (tabel biasa, tabel

kontigensi, tabel distribusi frekuensi) dan diagram (diagram batang,

diagram garis atau grafik, diagram lingkaran, diagram pastel, diagram

peta dan diagram pencar) merupakan contoh dari statistik.

2.1.2 Statistika

Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara

Pengumpulan data, pengolahan data atau analisanya dan penarikan

kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisaan yang

dilakukan. Dengan demikian statistik dikatakan sebagai informasi

sedangkan statistika dikatakan sebagai alat atau pengetahuan untuk

menghasilkan informasi tersebut.

2.1.3 Metode Statistik

Metode statistik adalah cara penggunaan statistika secara tepat untuk

menghasilkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya. Jika statistika

adalah ilmu atau pengetahuan yang digunakan untuk menghasilkan

informasi maka cara penggunaan statistika secara tepat sehingga


menghasilkan informasi yang dapat dipercaya disebut dengan metode

statistika atau metode statistik (Jaya, 2010).

2.2 Peranan Statistik

1. Bagi calon peneliti dan para peneliti. Kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas

dari data, baik data itu bersifat kuantitatif maupun kualitatif. kedua sifat data

tersebut dapat dianalisis dengan baik. Para peneliti nantinya akan

membedakan data-data tersebut berdasarkan kelompoknya atau ingin

menggabungkan data yang satu dengan yang lainnya atau ingin meramalkan

pengaruh data yang satu dengan yang lainnya. Dalam menghadapi data

mentah, kita ditantang untuk mengumpulkannya melalui teknik pengumpulan

data baik melalui pengamatan (observasi), wawancara, angket maupun

dokumentasi secara objektif. Setelah data itu terkumpul, maka dilanjutkan

dengan mengolah data tersebut dalam bentuk penyajian data. Bentuk mana

yang akan dipilih tergantung kebutuhan masing-masing. Dalam hal ini

statistik deskriptif sangat diperlukan karena peneliti akan dapat

mendeskripsikan data yang dikumpulkan.

2. Bagi pembaca, dalam membaca laporan-laporan penelitian, laporan-laporan

perusahaan, laju inflasi dan seterusnya, si pembaca dituntut mengerti atau

memahami arti dari laporan tersebut.

3. Bagi pembimbing penelitian, peneliti maupun pembimbing yang bijaksana

mempunyai pandangan yang luas dalam mencari kebenaran. Dalam ilmu

statistik banyak terdapat metode-metode yang dapat digunakan untuk

mencari kebenaran data penggunaanya disesuaikan dengan masalah yang

terjadi. Sebagai peneliti dan pembimbing yang kritis kita harus mampu

menempatkan metode penelitian itu pada fungsinya masing-masing. Jika

mungkin metode tersebut dapat saling mengisi. Metode mana yang diambil

dalam penelitian, jawabannya tergantung dari masalah apa yang akan diteliti.
4. Bagi penguji skripsi, tesis atau disertasi, pembacanya menggunakan metode

statistik sudah selayaknya memahami statistik sehingga dapat meningkatkan

kualitas lulusannya dan wibawa penguji sendiri.

5. Bagi pimpinan/manajer dan administrator, staistik sebagai alat untuk

pengumpulan data baik secara sensus maupun sampling, pengolahan atau

analisis data, penyajian data dalam bentuk laporan manajemen, pengambilan

keputusan atau perencanaan, dan evaluasi atau pengawasan antara data

yang dilaporkan dengan penyimpangan dilapangan, melakukan pemecahan

masalah manajerial, dll.

6. Bagi ilmu pengetahuan atau fisika, statistika sebagai disiplin ilmu berguna

untuk kemajuan ilmu dan teknologi. Karena itu, kita dituntut untuk memahami

statistik lebih mendalam (Ma’ruf, 2018).

2.3 Data

2.3.1 Pengertian Data

Data berasal dari bahasa latin yang artinya memberi. Data adalah

sekumpulan baris fakta yang mewakili peristiwa yang terjadi pada

organisasi atau pada lingkungan fisik yang diberikan sebelum diolah ke

dalam format yang bisa digunakan dan dimengerti serta dapat ditarik

menjadi kesimpulan.

Kaitan ‘data’ dengan ‘informasi’ sangat erat sehingga pada

pembicaraan sehari-hari terkadang kita sering menggunakannya untuk

suatu hal serupa walaupun arti sebenarnya berbeda dimana data adalah

kumpulan fakta-fakta, belum diolah dan ditata serta belum dapat dipahami

oleh pengguna akhir. Sedangkan informasi adalah data yang telah diolah

sedemikian rupa sehingga memiliki makna tertentu bagi penggunanya

(Budio, Fadlan and Sari, 2019).


2.3.2 Syarat Pada Data

Data sebagai bahan baku bagi perencanaan dan pengambilan

keputusan haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Syarat-syarat data

yang baik adalah sebagai berikut:

1. Realibel (dapat diandalkan), yang meliputi:

a. Data harus objektif artinya sesuai dengan keadaan yang benar (as

it is). Data yang tersedia dapat menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya dari objek yang diamati. Misalnya, produksi ikan

menurun dalam lima tahun terakhir dilaporkan meningkat, walaupun

data tertera dalam statistika produksi; tetap saja tidak objektif.

b. Data harus dapat mewakili (representative). Data yang tersedia

mampu mewakili populasi (lingkup yang lebih besar) yang

dimaksud. Misalnya: keadaan ekonomi nelayan ‘tidak miskin’

Kesimpulan ini diambil berdasarkan survei yang respondennya

pemilik kapal saja. Laporan tersebut jelas tidak mewakili sebab

respondennya hanya pemilik kapal, sedang buruh tidak dijadikan

sumber Dimana.

c. Kesalahan baku (standard error) kecil. Data dapat dikatakan baik

bila kesalahan bukunya kecil. Sebaliknya, jika kesalahan baku

besar pertanda data tersebut dianggap bias.

2. Bermanfaat dan berguna, meliputi:

a. Data relevan

Data yang dikumpulkan harus ada hubungannya dengan

masalah yang akan dipecahkan. Misalnya, pemerintah akan

meningkatkan pendapatan nelayan. Untuk memecahkan

persoalan tersebut maka perlu diketahui tentang kepemilikan alat


tangkap ddan potensi sumber daya laut untuk mata pencaharian

alternatif.

b. Data harus tepat waktu (up to date)

Data yang dikumpulkan bersifat kekinian sehingga jika diambil

sebagai bahan untuk pengambilan keputusan atau perencanaan

akan tepat keputusannya (Sunaryo and Ratnaningsih, 2017).

2.4 Pembagian Data

2.4.1. Data Berdasarkan Jenisnya

Dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Data Kualitatif

Merupakan data yang menunjukkan kualitas sesuatu; baik

manusianya, benda-beda, maupun suatu variabel tertentu seperti

motivasi, minat dan lainnya yang berbentuk kategorisasi, karakteristik

berbentuk kalimat, kata-kata atau gambar. Contoh: siswa itu rajin,

motivasi belajarnya rendah dan sebagainya.

2. Data Kuantitatif

Merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang

diangkakan. Contoh: skor ulangan Matematika Rudi 75, skor minat

belajar Andi 105, skor IQ Winda 135, jumlah siswa di kelas X SMA 20

Medan adalah 23 orang. Data kuantitatif dapat dikelompokkan

menjadi:

a. Data Diskrit, data yang diperoleh dari hasil menghitung atau

membilang.

b. Data Kontinu, data yang diperoleh dari hasil pengukuran (Jaya,

2020).
2.4.2. Data Berdasarkan Skala Ukurnya

1. Data Nominal

Merupakan data yang hanya mengandung unsur penamaan

(Bahasa Latin, Nomos = nama). Contoh: jenis kelamin mahasiswa

Fakultas Teknologi Industri terdiri dari laki-laki berjumlah 765 orang

dan perempuan sebanyak 450 orang.

2. Data Ordinal

Merupakan data yang selain megandung unsur penamaan juga

memiliki unsur urutan (Order = urutan). Pada data ordinal selain

dilakukan pembobotan atau penskoran, urutan dari penskoran tersebut

juga memiliki arti atau makna. Posisi letak menentukan kedudukan

kategori data.

3. Data Interval

Merupakan data yang selain mengandung unsur penamaan dan

urutannya juga memiliki sifat interval atau selang, jaraknya bermakna.

Disamping itu, data ini memiliki ciri angka dimana angka nol-nya tidak

mutlak. Pada data interval selain data memiliki skor, memiliki urutan

juga memiliki interval yang jelas satu tingkatan data dengan yang

lainnya.

4. Data Rasio

Merupakan data yang memiliki unsur penamaan, urutan,

intervalnya bermakna dan angka nolnya mutlak, sehingga rasionya

memiliki makna (Jaya, 2020).

2.5 Sumber Data

Sumber data atau inti data dalam sebuah penelitian bisa didefinisikan sebagai

sebuah subjek di mana data tersebut bisa di dapat.


2.5.1 Data Primer

Data primer adalah data langsung. Data yang dikumpulkan dan diolah

sendiri secara langsung dari (data unit) sumber data yang bersangkutan

(Arifin, 2018).

2.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari pihak ketiga atau sumber

data lain (tidak langsung ke sumber data yang bersangkutan), biasanya

dalam bentuk publikasi. Misalnya BPS, BAPENAS, dll (Arifin, 2014).

2.6 Teknik Pengumpulan Data

2.6.1 Berdasarkan Jenis Cara Pengumpulannya

1. Pengamatan (Observasi), yaitu cara pengumpulan data dengan terjun

dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti

(populasi) dapat juga disebut penelitian lapangan.

2. Penelusuran literatur, yaitu cara pengumpulan data dengan

menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada. Cara ini

disebut juga pengamatan tidak langsung.

3. Penggunaan kuesioner (angket), yaitu cara pengumpulan data dengan

menggunakan daftar pertanyaan atau angket atau daftar isian

terhadap objek yang diteliti (populasi).

4. Wawancara (interview), yaitu cara pengumpulan data dengan

langsung mengadakan tanya-jawab kepada objek yang diteliti atau

kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti

(Nasution, 2017).

2.6.2 Berdasarkan Banyak Data yang Diambil

1. Sensus, yaitu cara pengumpulan data dengan mengambil elemen atau

anggota populasi secara keseluruhan untuk diselidiki. Data yang


diperoleh dari hasil sensus disebut parameter atau data yang

sebenarnya (true value).

2. Sampling, yaitu cara pengumpulan data dengan mengambil sebagian

dari elemen atau anggota populasi untuk diselidiki (Nasution, 2017).

2.7 Event (Peristiwa)

Suatu kejadian (event) adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Karena Ω

adalah himpunan bagian Ω dari Ω maka adalah suatu kejadian dan disebut

kejadian universal. Dengan cara sama himpunan nol (Ø) adalah himpunan

bagian dari Ω. Jadi, juga suatu kejadian dan disebut kejadian tidak mempunyai

anggota. Jadi kejadian universal selalu terjadi dan kejadian nol tidak ada kejadian

yang timbul (Haryono and Ratnaningsih, 2018).

Menurut Walpole (1995), kejadian (event) merupakan suatu himpunan bagian

dari ruang sampel.

2.8 Percobaan

Dalam statistika digunakan istilah percobaan untuk menyatakan tiap proses

yang menghasilkan data mentah.

Berikut ini beberapa contoh percobaan dalam statistika:

1. Pada percobaan melempar mata uang logam, hasil yang muncul adalah sisi

gambar (G) atau sisi angka (A).

2. Pada percobaan melempar sebuah dadu bermata enam, hasil yang muncul

adalah sisi mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6.

3. Pada percobaan memilih hari dalam satu minggu, hasil yang muncul adalah

hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, atau Minggu (Mauna. 2019).

2.9 Ruang Sampel

Setiap kemungkinan hasil dalam ruang sampel disebut unsur atau anggota

ruang sampel, atau lebih sering disebut titik sampel. Ruang sampel adalah

himpunan semua hasil yang mungkin pada suatu percobaan (Isrok’atun, 2020).
2.10 Kejadian

Kejadian atau peristiwa himpunan bagian dari ruang sampel. Karena kejadian

adalah bagian dari ruang sampel maka biasanya disimbolkan dalam huruf besar

(Hadinegoro, 2016).

Pengertian kejadian dalam statistika adalah himpunan bagian dari ruang

sampel. Suatu kejadian yang anggota-anggotanya semua titik sampel disebut

kejadian pasti. Sedangkan suatu kejadian yang merupakan himpunan kosong

disebut kejadian mustahil. Bila suatu kejadian dapat dinyatakan sebagai sebuah

himpunan yang hanya terdiri dari sati titik sampel maka kejadian itu disebut

kejadian sederhana. Sedangkan kejadian majemuk adalah kejadian yang dpat

dinyatakan sebagai gabungan beberapa kejadian sederhana. Ruang Kosong

atau Ruang Nol adalah himpunan bagian ruang sampel yang tidak satupun

mengandung satupun anggota. Kejadian ini diberi lambang khusus ∅.

1. Contoh kejadian sederhana yaitu: kejadian munculnya angka pada

percobaan pelemparan dua keping mata uang dapat dinyatakan sebagai Y

= {AA} yang merupakan himpunan bagian dari ruang sampel S = {AA, AG,

GA, GG}

2. Contoh kejadian majemuk : kejadian B menarik sebuah kartu merah dari

sekotak kartu bridge merupakan kejadian majemuk, karena B =

{hear,diamond}.

3. Contoh ruang nol : B = {x/x adalah faktor bukan prima dari 11 selain 1} maka

kejadian B adalah kejadian Ruang Nol karena faktor dari 11 adalah 11 dan

1, 11 adalah bilangan prima.

2.11 Populasi dan Sampel

Populasi adalah bagian keseluruhan dari pengamatan atau objek yang

menjadi perhatian. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi perhatian.
Populasi dan sample masing-masing mempunyai karakteristik yang dapat

diukur atau dihitung. Karakteristik untuk populasi disebut parameter dan untuk

sample disebut statistik.

Populasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Populasi orang atau individu adalah keseluruhan orang atau individu (dapat

pula berupa benda-benda) yang menjadi objek perhatian.

2. Populasi data adalah populasi yang terdiri atas keseluruhan karakteristik

yang menjadi objek perhatian.

Sampel juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Sampel orang atau individu adalah sampel yang terdiri atas orang-orang

(dapat pula berupa benda-benda) yang merupakan bagian dari

populasinya yang menjadi objek perhatian.

2. Sampel data adalah sebagaian karakteristik dari suatu populasi yang

menjadi objek perhatian (Seputra, 2019).

2.12 Titik Sampel

Sering kali kita berhadapan dengan unsur kemungkinan dari suatu kejadian

tertentu bila suatu percobaan dilakukan. Dalam beberapa hal, suatu soal

peluang dapat diselesaikan dengan menghitung titik sampel dalam ruang

sampel. Kita akan mulai pembahasan ini, dengan memperhatikan sifat berikut

ini:

1. Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n 1 cara, dan jika untuk setiap cara

ini operasi ke dua dapat dikerjakan dengan n 2 cara, maka kedua operasi itu

dapat dikerjakan bersama-sama dengan n1n2 cara. Sebagai ilustrasi, jika

sepasang dadu dilemparkan sekali, maka banyaknya titik sampel adalah 36.

Hal ini karena dadu pertama dapat menghasilkan 1 dari enam kemungkinan.

Untuk setiap posisi tersebut, dadu kedua dapat pula menghasilkan 6


kemungkinan. Jadi pasangan dadu itu dapat menghasilkan 6 x 6 = 36

kemungkinan.

2. Jika suatu operasi dapat dilakukan dengan n 1 cara, dan jika untuk setiap cara

ini operasi ke dua dapat dikerjakan dengan n 2 cara, jika untuk setiap cara ini

operasi ke tiga dapat dikerjakan dengan n 3, dan seterusnya, maka deretan k

operasi dapat dikerjakan dengan n1 x n2 x n3 x …x nk cara.

Contoh : Misalkan seseorang akan memakai sepatu, kaos kaki, celana, dan

baju untuk berangkat kerja. Ia mempunyai 2 pasang sepatu, 3 pasang kaos

kaki, 5 baju, dan 4 celana.Maka ia mempunyai pilihan memakai sepatu,

kaos kaki, baju, dan celana sebanyak: 2 x 3 x 5 x 4 = 120 (Prabawanto,

1998).

2.13 Probabilitas

The probability of an event is the proportion (relative prequency) of times

_that the event is expected to occur when an experiment is repeated a large

number of times under identical condition, probability is a measure of a likehood

of the occurance of a random event (Marlina, 2019).

Salah satu bentuk perluasan teori probabilitas adalah imprecise probability.

Penelitian pertama mengenai imprecise probability dilakukan oleh George

Boole pada pertengahan abad ke-19 yang bertujuan untuk mengkombinasikan

teori logika dan probabilitas.

Pada tahun 1920, Keynes memformulasikan dan menerapkan pendekatan

estimasi selang eksplisit untuk probabilitas. Imprecise probability terbagi

kedalam dua bentuk yaitu bentuk kualitatif (probabilitas perbandingan, order

pilihan parsial, dll) dan bentuk kuantitatif (probabilitas interval, teori possibility,

fungsi kepercayaan, ramalan teratas dan terbawah, probabilitas teratas dan

terbawah, probabilitas fuzzy, dll). Pada tahun 2012, Mila Stojaković

memperkenalkan konsep baru dari model imprecise probability yaitu


probabilitas bernilai himpunan yang didefinisikan atas ruang terukur dengan

hasilnya berupa koleksi dari himpunan bagian interval satuan.

Dalam jurnalnya, set valued probability and its connection with set valued

mesure, Stojaković menyatakan bahwa probabilitas bernilai himpunan memiliki

hubungan yang erat dengan ukuran bernilai himpunan. Pada konsep ini, nilai

probabilitas pada akhirnya direpresentasikan dalam bentuk himpunan yang

tersusun dari perluasan teori probabilitas sederhana yang biasa dipakai,

sehingga mendorong penulis untuk mengkaji lebih lanjut mengenai konsep dari

probabilitas bernilai himpunan ini. (Aslikhatul, 2016)

Konsep probabilitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari, mulai dari bidang ilmiah, bidang pemerintahan, bidang

usaha atau industri. Secara umum probabilitas merupakan peluang dan

kemungkinan (Ma’ruf, 2018).

Kata probabilitas sering disebut peluang dan kemungkinan. Secara umum

Probabilitas merupakan peluang bahwa sesuatu terjadi. Secara lengkap

didefinisikan sebagai berikut: “Probabilitas” ialah suatu nilai yang digunakan

untuk mengukur tingkat terjadinya suatu kejadian yamg acak. Agus Irianto

(2009 : 73) mengemukakan teori probabilitas berkembang dari permainan

gamblang, dimana setiap tebakan mengandung unsur kemungkinan keluar

maupun tidak persoalannya terletak pada pilihan itu mengandung kemungkinan

keluar lebih besar daripada kemungkinan tidak keluar atau tidak (Otaya, 2016).

Teori probabilitas dapat dikatakan merupakan salah satu ilmu untuk

“mengukur” ketidakpastian hingga ke tingkat yang lebih manageable dan

predictable. Teori probabilitas digunakan bukan hanya untuk hal-hal yang

praktis, bahkan juga untuk hal-hal yang teoritis ketika model-model matematis

tidak dapat lagi disusun secara komprehensif untuk memecahkan suatu

masalah. Apalagi dunia pendidikan yang pada umumnya memerlukan


pertimbangan yang lebih singkat dan pragmatis sangat mengandalkan konsep-

konsep teori probabilitas.

Statistika adalah “wajah” dari teori probabilitas. Statistika digunakan untuk

melakukan pengukuran kuantitatif yang aproksimatif akan suatu hal. Konsep

metodologis yang digunakan didalam statistika dikembangkan berdasarkan

teori probabilitas. Dalam penggunaanya, hasil pengukuran statistika sudah

dapat dianggap memadai. Namun, untuk memahami apa yang ada dibalik

angka-angka hasil penghitungan statistika tersebut memerlukan pemahaman

mengenai model probabilitas yang digunakannya, yang artinya perlu kembali

ke teori probabilitas. Tanpa pemahaman tersebut, seringkali statistika

digunakan untuk elegitimasi suatu kebohongan (dikenal sebagai kebohongan

statistika) ketika statistia digunakan sementara model dasar probabilitas yang

terkait tidak sesuai/relevan dengan situasi yang sebenarnya (Otaya, 2016).

Probabilitas adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur tingkat

terjadi suatu kejadian yang acak. Kata probabilitas sering disebut peluang dan

kemungkinan (Otaya, 2016). Pendekatan dalam menghitung probabilitas antara

lain:

1. Pendekatan klasik, didasarkan pada asumsi bahwa seluruh hasil dari suatu

eksperimen mempunyai kemungkinan (peluang) yang sama. Perhatikan

suatu kejadian A yang dapat terjadi sebanyak x cara dari seluruh n cara.

Maka probabilitas peristiwa A dapat terjadi (sukses):

𝑥
p I=...........................................................................................
Pr(A) = (Rumus 2.1)
𝑛

Dimana:

Pr(A) = Probabilitas terjadinya peristiwa A

x = Peristiwa yang dimaksud


n = Banyaknya peristiwa yang mungkin

Pendekatan frekuensi relatif, probabilitas suatu kejadian merupakan limit

dari frekuensi relatif kejadian tersebut yang secara teoritis berlaku untuk nilai

n yang besar sekali (tidak terhingga), misalnya merupakan suatu eksperimen

atau penelitian dengan sampel yang besar(Ma’ruf, 2018).

𝑥
Pr(A) = lim dengan fr = 𝑚⁄𝑛
I ........................................................................................... (Rumus 2.2)
𝑛

Dimana:

Pr(A) = Probabilitas peristiwa A

m = frekuensi peristiwa

n = banyaknya peristiwa yang bersangkutan

2. Pendekatan subjektif, didasarkan atas penilaian seseorang dalam

menyatakan tingkat kepercayaan. Jika tidak pengamatan atau pengalaman

masa lalu sebagai dasar untuk menghitung probabilitas, maka pernyataan

probabilitas tersebut bersifat subjektif. Hal ini biasa terjadi dalam bentuk opini

(Ma’ruf, 2018).

2.14 Aturan-Aturan Probabilistik

2.14.1 Peristiwa Bersama

Terjadinya dua atau lebih peristiwa dalam suatu percobaan.

P (XY) = Probabilistik terjadinya X dan Y

P(X+Y) = Probabilistik terjadinya X atau Y

2.14.2 Probabilitas Mutually Exclusive

Dua peristiwa atau lebih dinamakan peristiwa saling lepas jika

kedua atau lebih peristiwa itu tidak dapat terjadi pada saat yang

bersamaan, disebut juga peristiwa saling asing.

O < P (X) <1

Jika P(X) = 0, peristiwa X pasti tidak terjadi


Jika P(X) = 1, peristiwa X pasti terjadi

Kedua hubungan di atas disebut mutually exclusive sehingga:

I................................................................................
P(X) = 1 – P(X) atau P(X) + P (X) =1 (Rumus 2.3)

2.14.3 Peristiwa Bebas (Independent)

Jika probabilitas terjadi peristiwa X tidak mempengaruhi terjadinya

peristiwa Y :

I................................................................................
P(xy) = P(x)P(y) (Rumus 2.4)

Karena x dan y independent maka :

P(y!x) = P(y)

Dua peristiwa atau lebih disebut peristiwa saling bebas apabila

terjadinya peristiwa yang satu tidak mempengaruhi terjadinya

peristiwa yang lain. Probabilitas peristiwa saling bebas dapat

dibedakan atas tiga macam, yaitu:

1. Probabilitas marginal atau probabilitas tidak bersyarat,

probabilitas terjadinya suatu peristiwa yang tidak memiliki

hubungan dengan terjadinya peristiwa lain. Peristiwa-peristiwa

tersebut tidak saling mempengaruhi.

2. Probabilitas gabungan, peristiwa saling bebas adalah

probabilitas terjadinya dua peristiwa atau lebih secara berurutan

dan peristiwa-peristiwa tersebut tidak saling mempengaruhi. Jika

peristiwa A dan B gabungan, probabilitas terjadinya peristiwa

tersebut:

P(A&B) = P(AB)
I ......................................................................... (Rumus 2.5)
= P(A).P(B)

3. Probabilitas bersyarat peristiwa saling bebas adalah probabilitas

terjadinya suatu peristiwa dengan syarat peristiwa lain harus


terjadi. Peristiwa-peristiwa itu tidak saling mempengaruhi. Jika

peristiwa B bersyarat terhadap A, Probabilitas terjadinya

peristiwa tersebut adalah

i .........................................................................
P(B/A) = P(B) (Rumus 2.6)

2.14.4 Peristiwa Tidak Saling Bebas (Dependent)

Dua peristiwa atau lebih disebut peristiwa tidak saling bebas

apabila peristiwa yang satu dipengaruhi atau bergantung pada

peristiwa lainnya. Probabilitas peristiwa tidak saling bebas dapat pula

dibedakan atas tiga macam, yaitu:

1. Probabilitas Bersyarat, peristiwa tidak saling bebas adalah

probabilitas terjadinya suatu peristiwa dengan syarat peristiwa

lain harus terjadi dan peristiwa-peristiwa tersebut saling

mempengaruhi. Jika peristiwa B bersyarat terhadap A,

probabilitas terjadinya peristiwa tersebut:

𝑃(𝐵𝐴)
P (B/A) =
𝑃(𝐴)
i ......................................................................... (Rumus 2.7)

P(B/A) dibaca probabilitas terjadinya B dengan syarat peristiwa

A terjadi.

2. Probabilitas Gabungan, peristiwa tidak saling bebas adalah

probabilitas terjadinya dua atau lebih peristiwa secara berurutan

(bersamaan) dan peristiwa-peristiwa itu saling mempengaruhi.

Jika dua peristiwa A dan B gabungan, probabilitas terjadinya

peristiwa tersebut:

P(A&B) = P(AB) = P(A).P(B/A) .................... (Rumus 2.8)


Jika tiga buah peristiwa A, B, dan C gabungan, probabilitas

terjadinya peristiwa tersebut:

I.......................................................................
P(ABC) = P(A).P(B/A).(C/AB) (Rumus 2.9)

3. Probabilitas Marginal, peristiwa tidak saling bebas adalah

probabilitas terjadinya suatu peristiwa yang memiliki hubungan

dengan terjadinya peristiwa lain dan peristiwa tersebut saling

mempengaruhi. Jika peristiwa A adalah marginal, probabilitas

terjadinya peristiwa A tersebut:

P(A) = ∑ P(BA)
I.......................................................................
= ∑ P(A𝑖̂). P(B/ A𝑖̂) (Rumus 2.10)
= 1,2,3

2.14.5 Probabilitas Bersyarat

Jika peristiwa X menjadi syarat terjadinya atau tidak terjadinya

suatu peristiwa Y maka :

1. Probabilitas peristiwa X terjadi dilalui oleh peristiwa

P( X  Y )
X !Y ) =
P (........................................................................ (Rumus 2.11)
P( X )

2. Probabilitas Y terjadi yang dilalui peristiwa X

P(XY)
i .......................................................................
P(X!Y) = (Rumus 2.12)
𝑃(𝑋)

2.14.6 Hubungan Inklusif : berlaku hubungan antara X dan Y

P(I X  Y ) = P( X ) + P(Y ) − P( X  Y )
............................................................................. (Rumus 2.13)

Variabel acak diskrit X menetukan distribusi probabilitas apabila

untuk nilai-nilai X = X1, X2, ..., Xn terdapat probabilitas P(Xi) = P(X =

Xi) sehingga:
n

I .............................................................................
x =1
P ( Xi ) = 1 (Rumus 2.14)
Sedangkan untuk semua bilangan real dari (−  X) , terhadap

variabel acak kontinyu mempunyai fungsi kepadatan probabilistik

(Probability Density Function):



 X) =  f ( x ) dx
P ( −I....................................................................... (Rumus 2.15)
−

2.15 Probabilitas Beberapa Peristiwa dengan Pendekatan Kombinasi

Pembicaraan mengenai permutasi dan kombinasi selalu berkaitan dengan

prinsip dasar membilang dan faktorial.

2.15.1 Faktorial

Faktorial adalah perkalian semua bilangan bulat positif (bilangan

asli) terurut mulai dari bilangan 1 sampai dengan bilangan

bersangkutan atau sebaliknya. Faktorial dilambangkan : “!”.

Jika n = 1, 2, …, maka:

n = n (n-1) (n-2) …x 2 x 1 = n (n-1 ) ........................ (Rumus 2.16)

Dimana :

1! = 1

0! = 1

2.15.2 Permutasi

Permutasi adalah suatu penyusunan atau pengaturan beberapa

objek ke dalam suatu urutan tertentu.Banyaknya mutasi bergantung

pada ukuran kelompok asalnya dan banyaknya objek yang dipilih dari

kelompok itu.

2.16 Peristiwa Komplementer

Dua peristiwa disebut komplementer apabila peristiwa yang satu

melengkapi peristiwa lainnya atau peristiwa yang saling melengkapi. Jika

peristiwa A dan B adalah peristiwa komplementer, probabilitas terjadinya

peristiwa itu adalah:


Sebuah dadu dilemparkan ke atas, dimana peristiwa-peristiwanya adalah:

A = Peristiwa mata dadu bilangan prima muncul

B = Peristiwa mata dadu bukan bilangan prima muncul

Jika peristiwa A dan B komplementer, tentukan probabilitas munculnya

peristiwa B!

Penyelesaian :
3
P(A) =
6

P(B) = 1 – P(A)

= 1 – 3/6

2.17 Ekspektasi

Misalkan kita punya sebuah eksperimen yang menghasilkan k buah dapat

terjadi. Peluang terjadinya tiap peristiwa masing-masing p1, p2, …., pk dan

untuk tiap peristiwa dengan peluang tersebut terdapat satuan-satuan d1, d2,

…., dk. Satuan-satuan ini bisa nol, positif ataupun negatif dan tentulah p1 +

p2 +….+ pk = 1.

Maka rumus tersebut menyatakan, bahwa jika tiap peristiwa diberi nilai

maka pukul rata diharapkan terdapat nilai sejumlah  pi.di untuk eksperimen
tersebut.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

3.1.1 Latar Belakang

Latar belakang berisi tentang event dan probabilitas dalam ilmu

statistik agar kita dapat mengetahui dan lebih memahami fungsi dari ilmu

statistik dibidang industri. Event dan probabilitas digunakan untuk

memperkirakan/mengetahui kemungkinan – kemungkinan dari suatu

peristiwa.

3.1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini yaitu, untuk menerapkan definisi empiris

dan probabilitas munculnya suatu peristiwa, agar praktikan dapat

mengetahui nilai probabilitas berdasarkan pendekatan frekuensi relatif,

dapat mengetahui peristiwa yang bersifat mutually exclusive dan untuk

mengetahui probabilitas bersyarat.

3.1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum yaitu :

1. Koin (Rp.200, Rp.500, dan Rp.1000)

2. Kartu UNO

3. Dadu

4. Pallet warna hitam,warna putih dan warna hijau

5. Kalkulator

6. Lembar kerja

7. Media pengujian

3.1.4 Langkah – Langkah Praktikum

A. Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

1. Lemparkan koin yang permukaannya seimbang.


2. Catat permukaan yang muncul.

3. Ulangi langkah 1-2 untuk masing-masing sebanyak 20, 60 dan 80

kali.

4. Hitung frekuensi kemunculan masing-masing permukaan.

5. Bandingkan hasil tersebut dengan nilai ekspetasinya.

6. Ulangi langkah 1-4 untuk kartu UNO dengan permukaan yang tidak

seimbang.

7. Hitung probabilitas kemunculan masing-masing permukaan.

8. Buat kesimpulan.

B. Percobaan Peristiwa Independent

1. Acak media.

2. Ambil sebuah pallet dalam sebuah wadah yang berisi 40 pallet

putih, 40 pallet hitam dan 20 pallet hijau.

3. Catat kondisi pallet.

4. Kembalikan sampel tersebut ke dalam wadah lalu acak.

5. Ulangi langkah 1-4 masing-masing sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

6. Hitung frekuensi kemunculan masing-masing pallet.

7. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi.

8. Buat kesimpulan.

C. Percobaan Probabilitas Bersyarat

1. Aduk media.

2. Ambil sebuah pallet dalam sebuah wadah yang berisi 40 pallet

putih, 40 pallet hitam dan 20 pallet hijau. Dilanjutkan dengan

pengambilan sebuah pallet berikutnya dan cacat hasilnya.

3. Kembalikan ketiga sampel tersebut ke wadah.

4. Ulangi langkah 1-4 masing-nasing sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

5. Hitung kemunculan masing-masing pallet.


6. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspetasi.

7. Buat kesimpulan.

D. Percobaan Mutually Exclusive

1. Lemparkan 2 buah dadu.

2. Catat angka yang muncul.

3. Ulangi langkah 1-2 sebanyak 20, 60 dan 80 kali.

4. Bandingkan hasil percobaan dengan nilai ekspektasi.

5. Buat kesimpulan.

3.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pada laporan ini berisi tentang materi event dan

probabilitas yang diperoleh dari hasil referensi buku – buku mengenai event dan

probabilitas dan jurnal digital.

3.3 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian dalam laporan ini berisi urutan atau langkah – langkah

yang harus dikerjakan ketika menyusun laporan.

3.4 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh merupakan hasil pengambilan secara acak terhadap

beberapa percobaan dimulai dari data koin Rp. 200, Rp. 500, Rp. 1000, pallet

warna hitam,warna putih dan warna hijau dan dua buah dadu.

3.5 Pengolahan Data

1. Menghitung frekuensi kemunculan tiap media

2. Menentukan nilai ekspektasi kemunculan tiap media

3. Menghitung persentase kemunculan tiap media

4. Menentukan perbandingan kemunculan tiap media


3.6 Analisis dan Pembahasan

Analisis dan pembahasan berisi tentang pemaparan langkah – langkah

mengolah data yang diperoleh selama praktikum.

3.7 Penutup

Event dan probabilitas memudahkan kita untuk memperhitungkan

kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi pada suatu peristiwa.


3.8 Flowchart

A. Flowchart Keseluruhan

Mulai

Latar Belakang

Tujuan Praktikum

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

1. Pengamatan
2. Pengukuran

Pengolahan Data

1. Mencatat data permukaan koin yang muncul

2. Mencatat data kartu uno yang muncul

3. Mencatat data warna pallet yang muncul

4. Mencatat data mata dadu yang muncul

5. Menghitung frekuensi kemunculan masing – masing

6. Bandingkan dengan nilai ekspektasinya

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Keseluruhan


B. Flowchart Percobaan Apriori dan Frekuensi Relatif

1. Percobaan Apriori Koin Rp 200

Mulai

Lemparkan koin yang

permukaan seimbang

Catat permukaan
yang muncul

tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Apriori Koin Rp 200


2. Percobaan Apriori Koin Rp 500

Mulai

Lemparkan koin yang

permukaan seimbang

Catat permukaan
yang muncul

tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Apriori Koin Rp 500


3. Percobaan Apriori Koin Rp 1.000

Mulai

Lemparkan koin yang

permukaan seimbang

Catat permukaan
yang muncul

tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan permukaan

Hitung ekspektasi kemunculan


permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Apriori Koin Rp 1.000


4. Flowchart Frekuensi Relatif

Mulai

Ambil media

Lempar kartu UNO


pada permukaan datar

Catat permukaan yang


muncul pada kartu UNO

Kembalikan sampel ke
dalam media

Ya

N = 20,60,
80?

Hitung frekuensi
Permukaan kemunculan Permukaan
angka (+) gambar (-)
Hitung ekspektasi
kemunculan permukaan

Hitung persentase kemunculan


masing-masing sisi

Bandingkan dengan nilai


ekspektasi sebenarnya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart Frekuensi Relatif Kartu UNO


C. Flowchart Percobaan Independent

Mulai

Tuangkan pallet kedalam wadah


alat yang telah disediakan

Aduk pallet

Catat warna pallet yang


keluar dari logistic system

Kembalikan sampel ke
wadah

N =20,60,
80? Data cukup

Hitung frekuensi kemunculan kertas

Hitung ekspektasi kemunculan

Hitung persentase kemunculan

Bandingkan dengan nilai


ekspektasinya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.6 Flowchart Percobaan Independent


D. Flowchart Percobaan Probabilitas Bersyarat

Mulai

Penentuan warna pallet cacat


(putih, hitam, hijau)

Tuangkan pallet wadah

Aduk pallet

Catat warna cacat pallet


yang telah ditentukan
Sesuai warna yang
telah ditentukan
(putih, hitam, hijau)
Kembalikan sampel ke wadah

N =20,60, 80?

Hitung frekuensi kemunculan kertas

Hitung ekspektasi kemunculan

Hitung persentase kemunculan

Bandingkan dengan nilai ekspektasinya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.7 Flowchart Percobaan Probabilitas Bersyarat


E. Flowchart Percobaan Mutually Exlusive

Mulai

Lemparkan dua
buah dadu

Catat nilai
yang muncul

tidak
N = 20,60,
80?

ya

Hitung frekuensi
kemunculan

Hitung nilai ekspektasi


yang sebenarnya

Hitung persentase
kemunculan

Bandingkan dengan
nilai ekspektasinya

Buat kesimpulan

Selesai

Gambar 3.8 Flowchart Percobaan Mutually Exclusive


BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Percobaan Apriori Dan Frekuensi Relatif

Tabel 4. 1 Data Pengamatan Apriori dan Frekuensi Relatif

N=20 N= 60 N=80
Per. Koin Kancin Per Koin Koin Per Koin Koin
Ke 500 g . Ke 200 1000 . Ke 500 1000
Aprior F. Aprior F.
Apriori F.Relatf
i Relatif i Relatif
1 G - 1 AG AG 1 G G
2 BM - 2 AG AG 2 G G
3 G - 3 G AG 3 AG AG
4 G - 4 G AK 4 AG AG
5 G + 5 G AK 5 AG AG
6 G - 6 AG AK 6 AG AG
7 BM - 7 AG AG 7 G AG
8 G - 8 G AG 8 G G
9 BM - 9 G AK 9 G G
10 BM + 10 G AG 10 G G
11 BM - 11 AG AG 11 AG AG
12 BM + 12 G AK 12 AG G
13 G - 13 G AG 13 AG AG
14 BM + 14 AG AK 14 G AG
15 BM - 15 G AK 15 G G
16 BM - 16 AG AK 16 G G
17 BM - 17 AG AK 17 G AG
18 G - 18 AG AK 18 G AG
19 G - 19 AG AG 19 AG G
20 BM + 20 G AG 20 AG G
21 G AG 21 AG AG
22 AG AG 22 G AG
23 AG AG 23 G G
24 AG AK 24 G G
25 G AK 25 AG G
26 AG AK 26 AG AG
27 AG AG 27 G AG
28 AG AG 28 AG AG
29 G G 29 AG G
30 G G 30 G G
31 G G 31 G G
32 AG AG 32 G G
33 AG AG 33 AG AG
34 AG AG 34 AG AG
35 AG AG 35 AG AG
36 AG AG 36 AG G
37 G G 37 G G
38 G G 38 G G
39 AG AG 39 G AG
40 AG AG 40 AG G
41 G G 41 AG AG
42 G G 42 G G
43 G G 43 G G
44 G G 44 G G
45 G G 45 AG AG
46 AG AG 46 AG AG
47 AG AG 47 AG AG
48 AG AG 48 G G
49 G G 49 G G
50 G G 50 G AG
51 G G 51 G AG
52 G AG 52 AG AG
53 AG AG 53 AG G
54 AG AG 54 G G
55 AG AG 55 G G
56 AG G 56 G AG
57 G G 57 G AG
58 G G 58 AG AG
59 G AG 59 AG G
60 AG AG 60 G AG
61 G G
62 AG G
63 AG AG
64 AG AG
65 G AG
66 G AG
67 G G
68 AG G
69 G AG
70 AG AG
71 AG G
72 AG G
73 AG G
74 G G
75 G G
76 G AG
77 G AG
78 AG G
79 AG G
80 G G
Sumber : data pengamatan (2022)

Keterangan : BM = Bunga Melati

G = Garuda

AK = Angklung

AG = Angka

(+) = Positif

(-) = Negatif

4.1.2 Percobaan Peristiwa Independent

Tabel 4. 2 Data Pengamatan Peristiwa Independent

Perc. N=20 Perc. N=60 Perc. N=80


Ke Warna Ke Warna Ke Warna
1 HJ 1 HT 1 P
2 HT 2 HT 2 P
3 HT 3 HJ 3 P
4 HT 4 HJ 4 HT
5 P 5 P 5 HT
6 HJ 6 P 6 HJ
7 HT 7 P 7 HJ
8 P 8 P 8 HT
9 P 9 HT 9 HT
10 HJ 10 HJ 10 HJ
11 HJ 11 HJ 11 P
12 HT 12 HT 12 P
13 P 13 HT 13 P
14 P 14 P 14 HT
15 HT 15 P 15 HT
16 HJ 16 HT 16 HJ
17 P 17 HJ 17 HJ
18 HJ 18 HJ 18 HT
19 HJ 19 HT 19 HT
20 HT 20 HT 20 P
21 P 21 P
22 P 22 P
23 P 23 P
24 HT 24 HT
25 HT 25 HT
26 HT 26 HT
27 P 27 HJ
28 P 28 HT
29 P 29 HJ
30 HJ 30 P
31 HT 31 HT
32 HT 32 P
33 HT 33 P
34 HT 34 P
35 HJ 35 HT
36 HT 36 HT
37 HJ 37 HJ
38 HT 38 P
39 P 39 P
40 P 40 P
41 P 41 HT
42 P 42 HJ
43 HT 43 HT
44 HT 44 HT
45 HJ 45 HJ
46 HJ 45 HT
47 HT 47 P
48 HJ 48 P
49 HT 49 P
50 HT 50 HT
51 HJ 51 HT
52 P 52 HJ
53 P 53 HT
54 P 54 P
55 HT 55 P
56 HT 56 P
57 HJ 57 HT
58 P 58 HJ
59 HJ 59 HT
60 P 60 HT
61 HJ
62 P
63 P
64 HT
65 HT
66 HT
67 P
68 P
69 HJ
70 HT
71 HJ
72 HJ
73 P
74 P
75 HT
76 HJ
77 HJ
78 HJ
79 P
80 P
Sumber : data pengamatan (2022)

Keterangan : P = Putih

HT = Hitam

HJ = Hijau

4.1.3 Percobaan Probabilitas Bersyarat

4.1.3.1 Pola Pengambilan Pertama Warna Putih

Tabel 4. 3 Data pengamatan pola pengambilan pertama dengan syarat Putih

N (20) N (60) N (80)


Perc. Perc. Perc.
Ke Warna Kertas Ke Warna Kertas Ke Warna Kertas

1 P 1 P 1 P
2 HT 2 HJ 2 HT
3 HT 3 HJ 3 HT
4 HJ 4 HT 4 HJ
5 P 5 HJ 5 HJ
6 P 6 HT 6 P
7 P 7 P 7 P
8 HT 8 P 8 HT
9 HJ 9 HT 9 HT
10 HJ 10 HT 10 HJ
11 HT 11 HJ 11 P
12 P 12 HT 12 P
13 HT 13 P 13 HT
14 HT 14 P 14 HJ
15 P 15 P 15 HJ
16 HT 16 HT 16 HT
17 HJ 17 HJ 17 HT
18 HJ 18 HT 18 HT
19 P 19 HJ 19 HJ
20 P 20 HT 20 HJ
21 HT 21 P
22 HJ 22 P
23 HT 23 P
24 HJ 24 HT
25 P 25 HJ
26 P 26 HT
27 P 27 P
28 HT 28 P
29 HJ 29 HT
30 P 30 HT
31 P 31 HJ
32 HT 32 HJ
33 P 33 P
34 P 34 P
35 HT 35 P
36 P 36 HT
37 HJ 37 HT
38 P 38 HJ
39 P 39 HT
40 HT 40 HT
41 HT 41 HJ
42 HJ 42 P
43 HJ 43 P
44 P 44 P
45 P 45 HT
46 P 46 HT
47 HT 47 HJ
48 HJ 48 HT
49 HT 49 HJ
50 P 50 HT
51 P 51 HJ
52 HT 52 HJ
53 HJ 53 HT
54 HT 54 HJ
55 HJ 55 HT
56 HT 56 HT
57 P 57 HJ
58 HT 58 HJ
59 HJ 59 P
60 HT 60 P
61 HT
62 HT
63 HT
64 HJ
65 HT
66 HJ
67 HT
68 HJ
69 P
70 P
71 P
72 P
73 HT
74 HT
75 P
76 P
77 HJ
78 HT
79 HT
80 P
Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan : P = Putih

HT = Hitam

HJ = Hijau

Tabel 4. 4 Pengamatan Pola Pengambilan Pertama Dengan Syarat Hitam

N (20) N (60) N (80)


Perc. Perc. Perc.
Ke Warna Kertas Ke Warna Kertas Ke Warna Kertas

1 HT 1 HT 1 HT
2 P 2 HJ 2 HJ
3 P 3 P 3 HT
4 HJ 4 P 4 HJ
5 HT 5 HT 5 P
6 HT 6 HJ 6 P
7 HJ 7 P 7 HT
8 HJ 8 P 8 HJ
9 P 9 HT 9 HJ
10 P 10 HT 10 HT
11 HT 11 P 11 HJ
12 HJ 12 HT 12 P
13 HT 13 HJ 13 P
14 HJ 14 P 14 P
15 P 15 HT 15 HT
16 P 16 HJ 16 HJ
17 P 17 HJ 17 HJ
18 HT 18 HJ 18 HT
19 HJ 19 HT 19 HT
20 HT 20 HT 20 HJ
21 P 21 P
22 P 22 P
23 P 23 HT
24 HT 24 HT
25 HJ 25 HJ
26 HT 26 P
27 HT 27 P
28 HT 28 P
29 HJ 29 P
30 P 30 HT
31 P 31 HT
32 P 32 HT
33 HT 33 HJ
34 HT 34 HJ
35 HT 35 HJ
36 HJ 36 HT
37 HJ 37 HT
38 HJ 38 HT
39 HT 39 HJ
40 HT 40 P
41 HT 41 P
42 HJ 42 HT
43 HJ 43 HJ
44 P 44 P
45 P 45 P
46 P 46 P
47 HT 47 P
48 HJ 48 HT
49 HT 49 P
50 HJ 50 HJ
51 HT 51 HT
52 P 52 HT
53 P 53 P
54 P 54 P
55 P 55 HT
56 HJ 56 HJ
57 HJ 57 P
58 HT 58 P
59 HT 59 HT
60 HT 60 HJ
61 HT
62 HT
63 HJ
64 HJ
65 P
66 P
67 P
68 HJ
69 P
70 HJ
71 HT
72 HT
73 HT
74 P
75 HT
76 HJ
77 P
78 P
79 HT
80 HJ
Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan : P = Putih

HT = Hitam

HJ = Hijau

Tabel 4. 5 Pengamatan Pola Pengambilan Pertama Dengan Syarat Hijau

N (20) N (60) N (80)


Perc. Perc. Perc.
Ke Warna Kertas Ke Warna Kertas Ke Warna Kertas

1 HJ 1 HJ 1 HJ
2 HJ 2 HT 2 P
3 HJ 3 HT 3 HT
4 HJ 4 HJ 4 P
5 HJ 5 HT 5 P
6 HJ 6 HJ 6 HJ
7 HT 7 HT 7 HT
8 HT 8 HT 8 P
9 HJ 9 HJ 9 HT
10 P 10 HT 10 HJ
11 P 11 P 11 P
12 P 12 P 12 HT
13 HJ 13 P 13 HJ
14 P 14 HJ 14 P
15 P 15 HT 15 HJ
16 P 16 HT 16 HT
17 P 17 HJ 17 HJ
18 HT 18 HT 18 P
19 HJ 19 P 19 HJ
20 HJ 20 P 20 HT
21 P 21 HT
22 HJ 22 HT
23 HT 23 [
24 P 24 P
25 P 25 HT
26 P 26 HJ
27 P 27 HT
28 HT 28 P
29 HJ 29 P
30 P 30 P
31 P 31 P
32 HT 32 HJ
33 HT 33 HT
34 P 34 HT
35 HJ 35 HJ
36 HT 36 HJ
37 P 37 P
38 HJ 38 HJ
39 P 39 P
40 HT 40 HJ
41 HJ 41 P
42 HT 42 HJ
43 HJ 43 HJ
44 P 44 P
45 P 45 P
46 HJ 46 P
47 HT 47 P
48 HJ 48 HJ
49 HT 49 P
50 P 50 P
51 HJ 51 HJ
52 HT 52 HT
53 HJ 53 HT
54 P 54 HT
55 P 55 HT
56 HJ 56 HT
57 HT 57 HJ
58 HJ 58 HT
59 HT 59 P
60 P 60 P
61 P
62 P
63 HJ
64 HT
65 HJ
66 HT
67 P
68 HJ
69 HT
70 P
71 P
72 P
73 HJ
74 HT
75 HT
76 HT
77 HT
78 HT
79 HT
80 HJ
Sumber: Data Pengamatan (2022)

Keterangan : P = Putih

HT = Hitam

HJ = Hijau

4.1.4 Percobaan Mutually Exclusive

Tabel 4. 6 Data Percobaan Mutually Exclusive

Perc. N=20 Perc. N=60 Perc. N=80


Ke Dadu l Dadu ll Ke Dadu l Dadu ll Ke Dadu l Dadu ll
1 1 4 1 3 5 1 2 3
2 4 4 2 5 1 2 5 1
3 3 6 3 5 5 3 1 2
4 6 5 4 1 2 4 6 2
5 1 3 5 1 3 5 4 1
6 6 1 6 5 4 6 4 5
7 3 4 7 4 5 7 6 5
8 5 6 8 4 1 8 2 2
9 6 3 9 5 1 9 2 1
10 6 1 10 2 6 10 4 3
11 3 2 11 1 3 11 5 5
12 5 4 12 3 1 12 6 6
13 5 5 13 6 5 13 4 5
5 5 3 14 6 6 14 6 4
15 6 2 15 5 3 15 3 4
16 6 3 16 3 1 16 3 1
17 6 5 17 6 1 17 6 2
18 2 3 18 1 3 18 4 1
19 1 4 19 1 5 19 4 2
20 4 4 20 2 1 20 5 3
21 3 1 21 5 4
22 1 1 22 2 6
23 6 6 23 2 5
24 5 5 24 1 5
25 5 2 25 4 1
26 2 1 26 4 3
27 6 1 27 3 5
28 4 3 28 1 1
29 3 2 29 4 2
30 1 4 30 2 4
31 2 1 31 2 2
32 1 5 32 3 3
33 4 6 33 2 1
34 6 3 34 4 5
35 5 1 35 1 2
36 3 1 36 3 3
37 4 2 37 1 2
38 5 4 38 4 5
39 6 6 39 6 6
40 4 5 40 2 4
41 2 2 41 3 3
42 1 2 42 4 2
43 1 1 43 5 1
44 2 4 44 6 2
45 1 3 45 1 3
46 4 4 46 2 4
47 5 1 47 1 5
48 2 5 48 2 6
49 3 6 49 4 5
50 2 2 50 3 1
51 4 1 51 3 5
52 5 3 52 4 6
53 1 6 53 5 3
54 1 1 54 6 2
55 6 5 55 2 4
56 2 2 56 2 6
57 6 4 57 1 5
58 4 3 58 1 4
59 3 2 59 2 4
60 1 4 60 5 2
61 5 5
62 6 6
63 1 6
64 5 1
65 1 1
66 2 2
67 2 4
68 3 3
69 3 2
70 4 6
71 4 1
72 1 2
73 4 2
74 2 3
75 5 2
76 1 3
77 4 3
78 2 1
79 3 2
80 5 3
Sumber: Data Pengamatan (2022)

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Percobaan Apriori (seimbang = (½)

N = 20

Keterangan : BM = Bunga Melati

G = Gambar

Koin = Rp.500

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin BM = 11 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin G = 9 kali

c. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin BM : Ne(S) = ½.n →

½.20 = 10 kali

d. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin G : Ne(G) = ½.n →

½.20 = 10 kali

e. Persentase kemunculan permukaan sisi koin BM dengan frekuensi

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛


nilai ekspektasi = 𝑁
𝑥100% =

10−11 11−10
100% = 100% = 5%
20 20

f. Persentase kemunculan permukaan sisi koin G dengan frekuensi nilai

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 10−9


ekspektasi = 𝑥100% = 100% = 5%
𝑁 20

g. Perbandingan antara ferkuensi kemunculan permukaan sisi koin untuk

BM lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 11 > 10 dan


Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi koin untuk

G lebih kecil dari nilai ekspektasinya, yaitu 9 < 10.

N = 60

Keterangan : G = Garuda

AG = Angka

Koin = Rp. 200

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin G = 28 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin AG = 32 kali

c. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin G : Ne(G) =

½.n→½.60 = 30 kali muncul

d. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin AG : Ne(AG) =

½.n→½.60 = 30 kali muncul

e. Prosentase kemunculan permukaan sisi koin G dengan frekuensi

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛


nilai ekspektasi = 𝑁
𝑥100%

30 −28 30 −28
= 60
𝑥100% = 60
𝑥100% = 3,33%

f. Prosentase kemunculan permukaan sisi koin AG dengan frekuensi

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛


nilai ekspektasi = 𝑥100%
𝑁

32 − 30
= 𝑥100% = 3,33%
60

g. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi koin

untuk G lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 28 < 30

sedangkan untuk AG lebih kecil dari nilai ekspektasinya, yaitu 32 >

30.`

N = 80

Keterangan : G = Garuda

BM = Bunga melati
Koin = Rp. 500

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin G = 45 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi koin BM = 35 kali

c. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin G : Ne(G) =

½.n→½.80 = 40 kali

d. Nilai ekspektasi kemunculan permukaan sisi koin B : Ne(BM) =

½.n→ 80 = 40 kali

e. Persentase kemunculan permukaan sisi koin G dengan frekuensi

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛


nilai ekspektasi = 𝑁
𝑥100%

40 −45 45 − 40
= 𝑥100% = 𝑥100% = 6,25%
80 80

f. Persentase kemunculan permukaan sisi koin BM dengan frekuensi

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 −𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛


nilai ekspektasi = 𝑁
𝑥100%

40 − 35
= 80
𝑥100% = 6,25%

g. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi koin

untuk G lebih dari nilai ekspektasinya, yaitu 45 > 40 sedangkan

untuk BM kurang dari nilai ekspektasinya, yaitu 35 < 40

4.2.2 Percobaan Frekuensi Relatif (Tidak Seimbang)

N = 20

Keterangan : (+) = Positif

(-) = Negatif

a. Frekuensi kemunculan sisi (+) = 6 kali

b. Frekuensi kemunculan sisi (-) = 14 kali

c. Nilai ekspektasi sisi (+) : Ne(+) = 2/3.n = 2/3.20 = 13,33

d. Nilai ekspektasi sisi (-) :Ne(-) = 1/3.n = 1/3.20 = 6,66

e. Peluang kemunculan koin sisi (+) = 6/n = 6/20 = 0,30

f. Probabilitas 1 – 0,30 = 0,70


g. Perbadingan peluang kemunculan kartu sisi (+) lebih besar dari koin

sisi (-) yaitu 0,30 < 0,70.


𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛
h. Persentase kemunculan kartu sisi (+) = 𝑁
𝑥100%

6
= 20 𝑥100% = 30%

i. Peluang kemunculan kartu sisi (-) = 14/n =14/20 = 0,70

j. Probabilitas 1 – 0,70 = 0,30

k. Perbandingan peluang kemunculan kartu sisi (-) lebih besar dari kartu

sisi (+) yaitu 0,70 > 0,30


𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛
l. Persentase kemunculan kartu sisi (-) = 𝑁
𝑥100%

14
= 20
𝑥100% = 70%

m. Perbandingan antara frekuensi kemunculan kartu sisi (-) lebih kecil

dari nilai ekspektasinya yaitu 6 > 6,66 sedangkan kemunculan kartu

tanda (+) lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 14 < 13,33

N= 60

Keterangan : AK = Angklung

AG = Angka

Koin = Rp. 1000

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi AK = 32 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi AG = 28 kali

c. Nilai ekspektasi permukaan sisi AK : Ne(AK) = 2/3.n = 2/3.60 = 40

d. Nilai ekspektasi permukaan sisi AG :Ne(AG) = 1/3.n = 1/3.60 = 20

e. Peluang kemunculan permukaan sisi AK = 32/n = 32/60 = 0,53

f. Probabilitas 1 – 0,53 = 0.47

g. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi AK dengan

permukaan sisi AG yaitu 0,53 > 0,47


h. Persentase kemunculan permukaan sisi AK adalah

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 32
= 𝑁
𝑥100% = 60 𝑥100% = 53,33%

i. Peluang kemunculan permukaan sisi AG = 28/n = 28/60 = 0,46

j. Probabilitas 1 – 0,46 = 0,54

k. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi AG dengan

permukaan sisi AK yaitu 0,46 < 0,54.

l. Persentase kemunculan permukaan sisi AG adalah

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 28
= 𝑥100% = 𝑥100% = 46,66%
𝑁 60

m. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi lebih kecil

dari nilai ekspektasinya yaitu 32 < 40 sedangkan frekuensi kemunculan

permukaan sisi D lebih besar dari nilai ekspektasinya, yaitu 28 > 20

N = 80

Keterangan : AG = Angka

G = Garuda

Koin = Rp. 200

a. Frekuensi kemunculan permukaan sisi AG = 39 kali

b. Frekuensi kemunculan permukaan sisi G = 41 kali

c. Nilai ekspektasi permukaan sisi (AG) = Ne(AG) = 2/3.n = 2/3.80 =

53,33

d. Nilai ekspektasi permukaan sisi (G) = Ne(G) = 1/3.n = 1/3.80 = 26,66

e. Peluang kemunculan permukaan sisi (AG) = 39/n = 39/80 = 0,49.

Probabilitas 1 – 0,49 = 0,51.

f. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi (AG) dengan

permukaan sisi (G) yaitu 0,49 < 0,51

n. Persentase kemunculan permukaan sisi (AG) adalah


𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 39
= 𝑁
𝑥100% = 80 𝑥100% = 48,75%
g. Peluang kemunculan permukaan sisi (G) = 41/n = 41/80 = 0,51.

Probabilitas 1 – 0,51 = 0,49

h. Perbandingan peluang kemunculan permukaan sisi (G) dengan

Permukaan sisi (AG) yaitu 0.51 > 0.49.

o. Persentase kemunculan permukaan sisi (G) adalah


𝐹𝑟𝑒𝑘.𝐾𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 41
= 𝑥100% = 𝑥100% = 51,25%
𝑁 80

i. Perbandingan antara frekuensi kemunculan permukaan sisi (AG) lebih

kecil dari nilai ekspektasinya yaitu 51 < 53,33 sedangkan frekuensi

kemunculan permukaan sisi (G) lebih besar dari nilai ekspektasinya,

yaitu 41 > 26,66

4.2.3 Percobaan Peristiwa Independent

Jumlah pallet warna putih = 40

Jumlah pallet warna hitam = 40

Jumlah pallet warna hijau = 20

N = 20

a. Frekuensi pengambilan pallet warna putih = 6 kali

b. Frekuensi pengambilan pallet warna hitam = 7 kali

c. Frekuensi pengambilan pallet warna hijau = 7 kali

d. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna putih, Ne(P) = 40/100.n =

40/100.20 = 8 kali

e. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hitam, Ne(Ht) = 40/100.20 =

8 kali

f. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hijau, Ne(Hj) = 20/100.20 =

4 kali
8−6
g. Persentase kemunculan Pallet warna putih = . 𝑛
𝑥 100% =

8−6
20
𝑥 100% = 10%
8−7
h. Persentase kemunculan pallet warna Hitam = . 𝑛
𝑥 100% =

8−7
20
𝑥 100% = 5%

4−7
i. Persentase kemunculan pallet warna Hijau = . 𝑛
𝑥 100% =

7−4
20
𝑥 100% = 15%

j. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna putih lebih kecil dari

pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 6 < 8.

k. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hitam lebih kecil dari

pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 7 < 8.

l. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hijau lebih besar dari

pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 7 > 4.

N = 60

a. Frekuensi pengambilan pallet warna putih = 20 kali

b. Frekuensi pengambilan pallet warna hitam = 24 kali

c. Frekuensi pengambilan pallet warna hijau = 16 kali

d. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna putih, Ne(P) = 40/100.n =

40/100.60 = 24 kali

e. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hitam, Ne(Ht) = 40/100.60 =

24 kali

f. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hujau, Ne(Hj) = 20/100.60 =

12 kali
24−20
g. Persentase kemunculan pallet warna putih = 𝑥 100% =
𝑛

24−20
60
𝑥100% = 6,66%

24−24
h. Persentase kemunculan pallet warna orange = 𝑥 100% =
𝑛

24−24
60
𝑥100% = 0%
12−16
i. Persentase kemunculan pallet warna orange = 𝑛
𝑥 100% =

16−12
60
𝑥100% = 6,66%

j. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna putih lebih besar dari

pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 24 > 20

k. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hitam sama dengan

ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 24 = 24

l. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hijau lebih kecil dari

pada nilai ekspektasi pallet warna orange, yaitu 12 < 16

N = 80

a. Frekuensi pengambilan pallet warna putih = 31 kali

b. Frekuensi pengambilan pallet warna hitam =30 kali

c. Frekuensi pengambilan pallet warna hijau = 19 kali

d. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna putih, Ne(P) = 40/100.80 =

40 kali

e. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hitam, Ne(Ht) = 40/100.80 =

40 kali

f. Nilai ekspektasi pengambilan pallet warna hijau, Ne(Hj) = 20/100.80 =

20 kali
40−31
g. Presentase kemunculan pallet warna putih = 𝑛
𝑥 100% =

40−31
80
𝑥 100% = 11,25%

40−30
h. Presentase kemunculan pallet warna hitam = 𝑛
𝑥 100% =

40−30
80
𝑥 100% = 12,50%

19−20
i. Presentase kemunculan pallet warna hijau = 𝑥 100% =
𝑛

20−19
80
𝑥 100% = 1,25%
j. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna putih lebih kecil dari

pada nilai ekspektasi pallet warna putih, yaitu 31 < 40.

k. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hitam lebih kecil dari

pada nilai ekspektasi pallet warna hitam, yaitu 30 < 40.

l. Perbandingan frekuensi kemunculan pallet warna hijau lebih kecil dari

pada nilai ekspektasi pallet warna hijau, yaitu 19 < 20.

4.2.4 Percobaan Probabilitas Bersyarat

Jumlah pallet warna putih = 40

Jumlah pallet warna hitam = 40

Jumlah pallet warna hijau = 20

1. Untuk pallet dengan syarat putih

N = 20

a. Frekuensi kemunculan pallet cacat (P/P) = 7 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 7 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 6 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet cacat (P/P); Ne(P/P) = 39/99.20 = 7,87 kali

muncul

e. Nilai ekspetasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.20 = 4,04 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet cacat (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
7,87−7
= 20
𝑥100% = 4,35%
h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
8,08−7
= 20
𝑥100% = 5,4%

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
4,04−6 6−4,04
= 20
𝑥100% = 20
𝑥100% = 9,8%

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet cacat, yaitu 7

<7,78, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hitam) lebih

kecil dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hitam), yaitu 7 < 8,08,

dan Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hijau) lebih

besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hijau), yaitu 6 > 4,04.

N = 60

a. Frekuensi kemunculan pallet cacat (P/P) = 22 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 22 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 16 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet cacat (P/P); Ne(P/P) = 39/99.60 = 23,63 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.60 = 24,24 kali

muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.60 = 12,12 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet cacat (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
23,63−22
= 60
𝑥100% = 2,71%

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
24,24−22
= 𝑥100% = 3,73%
60

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
12,12−16 16−12,12
= 60
𝑥100% = 60
𝑥100% = 6,46%

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet cacat, yaitu 22 <

23,63, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hitam) lebih

kecil dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hitam), yaitu

22<24,24, dan Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik

(hijau) lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hijau),

yaitu 16 > 12,12.

N = 80

a. Frekuensi kemunculan pallet cacat (P/P) = 24 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 33 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 23 kali muncul

d. Nilai ekspektasi pallet cacat (P/P); Ne(P/P) = 39/99.80 = 31,51 kali

muncul

e. Nilai ekspektasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

f. Nilai ekspektasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.80 = 16,16 kali

muncul
g. Persentase kemunculan pallet cacat (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
31,51 −24
= 80
𝑥100% = 9,38%

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
32,32−33 33−32,32
= 80
𝑥100% = 80
𝑥100% = 0,85%

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
16,16 −23 23−16,16
= 80
𝑥100% = 80
𝑥100% = 8,55%

k. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet cacat (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet cacat (putih), yaitu

24 < 31,51, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hitam)

lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hitam), yaitu 33

> 32,32, dan Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hijau)

lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hijau), yaitu 23

> 16,16.

2. Untuk pallet dengan syarat hitam

N = 20

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/P) = 7 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/P) = 7 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 6 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet baik (P/P); Ne(P/P) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul
e. Nilai ekspetasi pallet cacat (Ht/P); Ne(Ht/P) = 39/99.20 = 7,87 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.20 = 4,04 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
8,08−7
= 20
𝑥100% = 5,4%

h. Persentase kemunculan pallet cacat (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
7,87−7
= 𝑥100% = 4,35%
20

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
4,04−6 6−4,04
= 20
𝑥100% = 20
𝑥100% = 9,8%

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet baik, yaitu 7 < 8,08,

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hitam) lebih kecil

dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hitam), yaitu 7 < 7,87, dan

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hijau) lebih besar

dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hijau), yaitu 6 > 4,04.

N = 60

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/P) = 19 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/P) = 24 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 17 kali muncul


d. Nilai ekspetasi pallet baik (P/P); Ne(P/P) = 40/99.60 = 24,24 kali

muncul

e. Nilai ekspetasi pallet cacat (Ht/P); Ne(Ht/P) = 39/99.60 = 23,63 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.60 = 12,12 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
24,24 −19
= 60
𝑥100% = 8,73%

h. Persentase kemunculan pallet cacat (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
23,63−24 24−23,63
= 60
𝑥100% = 60
𝑥100% = 0,16%

i. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
12,12 −17 17−12,12
= 𝑥100% = 𝑥100% = 8,13%
60 60

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet baik, yaitu 19 <

24,24, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hitam)

lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hitam), yaitu

24 > 23,63, dan Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik

(hijau) lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hijau),

yaitu 17 > 12,12.

N = 80

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/P) = 29 kali muncul


b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/P) = 28 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 25 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet baik (P/P); Ne(P/P) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

e. Nilai ekspetasi pallet cacat (Ht/P); Ne(Ht/P) = 39/99.80 = 31,51 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet baik (Hj/P); Ne(Hj/P) = 20/99.80 = 16,16 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
32,32 −29
= 80
𝑥100% = 4,15%

h. Persentase kemunculan pallet cacat (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
31,51 −28
= 80
𝑥100% = 4,38%

i. Persentase kemunculan pallet (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
16,16−25 25−16,16
= 80
𝑥100% = 80
𝑥100% = 11,08%

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet baik, yaitu 29 <

32,32, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hitam)

lebih kecil dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hitam), yaitu 28

< 31,51, dan Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hijau)

lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hijau), yaitu 25

> 16,16.
3. Untuk pallet dengan syarat hijau

N = 20

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/P) = 5 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 4 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Hj/P) = 11 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet baik (P/P); Ne(P/P) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul

e. Nilai ekspetasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.20 = 8,08 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet cacat (Hj/P); Ne(Hj/P) = 19/99.20 = 3,83 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
8,08−5
= 𝑥100% = 15,5%
20

h. Persentase kemunculan pallet (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
8,08−4
= 20
𝑥100% = 20,4%

i. Persentase kemunculan pallet baik (hijau)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
3,83−11 11−3,83
= 20
𝑥100% = 20
𝑥100% = 35,85%

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet baik, yaitu 5 < 8,08,

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil

dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hitam), yaitu 4 < 8,08, dan
Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hijau) lebih besar

dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hijau), yaitu 11 > 3,83.

N = 60

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/P) = 19 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Ht/P) = 22 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet baik (Hj/P) = 19 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet baik (P/P); Ne(P/P) = 40/99.60 = 8,08 kali

muncul

e. Nilai ekspetasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.60 = 8,08 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet cacat (Hj/P); Ne(Hj/P) = 19/99.60 = 3,83 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
8,08 −19 19−8,08
= 60
𝑥100% = 60
𝑥100% = 18,2%

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
8,08−22 22−8,08
= 60
𝑥100% = 60
𝑥100% = 69,6%

i. Persentase kemunculan pallet cacat (hijau)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
3,83 −19 19−3,83
= 60
𝑥100% = 60
𝑥100% = 25,28%

j. Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet baik, yaitu 19 <

8,08, Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hitam) lebih


besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hitam), yaitu 22 >

8,08, dan Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hijau)

lebih besar dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hijau), yaitu 19

> 3,83.

N = 80

a. Frekuensi kemunculan pallet baik (P/P) = 31 kali muncul

b. Frekuensi kemunculan pallet baik (Ht/P) = 26 kali muncul

c. Frekuensi kemunculan pallet cacat (Hj/P) = 23 kali muncul

d. Nilai ekspetasi pallet baik (P/P); Ne(P/P) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

e. Nilai ekspetasi pallet baik (Ht/P); Ne(Ht/P) = 40/99.80 = 32,32 kali

muncul

f. Nilai ekspetasi pallet cacat (Hj/P); Ne(Hj/P) = 19/99.80 = 15,35 kali

muncul

g. Persentase kemunculan pallet baik (putih)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
32,32 −31
= 80
𝑥100% = 1,65%

h. Persentase kemunculan pallet baik (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
32,32 −26
= 80
𝑥100% = 7,90%

i. Persentase kemunculan pallet (hitam)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖 − 𝐹𝑟𝑒𝑘. 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛


= 𝑥100%
𝑛
15,35−23 23−15,35
= 80
𝑥100% = 80
𝑥100% = 9,56%
Perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet baik (putih) lebih

kecil dibandingkan dengan nilai ekspetasi pallet baik, yaitu 31 < 32,32,

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet baik (hitam) lebih kecil

dibandingkan nilai ekspetasi pallet baik (hitam), yaitu 26 < 32,32, dan

Perbandingan frekuensi kemunculan pallet cacat (hijau) lebih besar

dibandingkan nilai ekspetasi pallet cacat (hijau), yaitu 23 > 15,35.

4.2.5 Percobaan Mutually Exclusive

Kemungkinan muncul angka yang seharusnya berjumlah:

0=-

1=-

2 = 1 kali yaitu (1,1)


3 = 2 kali yaitu (2,1) (1,2)
4 = 3 kali yaitu (3,1) (1,3) (2,2)
5 = 4 kali yaitu (3,2) (2,3) (1,4) (4,1)
6 = 5 kali yaitu (3,3) (5,1) (1,5) (4,2) (2,4)
7 = 6 kali yaitu (3,4) (4,3) (5,2) (2,5) (6,1) (1,6)
8 = 5 kali yaitu (6,2) (2,6) (4,4) (5,3) (3,5)
9 = 4 kali yaitu (3,6) (6,3) (4,5) (5,4)
10 = 3 kali yaitu (4,6) (6,4) (5,5)
11 = 2 kali yaitu (5,6) (6,5)
12 = 1 kali yaitu (6,6)
N = 20

S = {4,5,7,8,9,10,11}

Frekuensi kemunculan yang sebenarnya

4 = 1 kali yaitu (1,3)

5 = 4 kali yaitu (1,4) (3,2) (2,3) (1,4)

7 = 3 kali yaitu (6,1) (3,4) (6,1)

8 = 4 kali yaitu (4,4) (5,3) (6,2) (4,4)

9 = 4 kali yaitu (3,6) (6,3) (5,4) (6,3)


10 = 1 kali yaitu (5,5)

11 = 3 kali yaitu (6,5) (5,6) (6,5)

a. Frekuensi kemunculan angka 4 ; (1,3)= 1 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 4 yang sebenarnya = (1,3), (3,1),

(2,2), sebanyak 3 kali muncul 3/36 x n= 3 / 36.20 = 8,33.

2. Frekuensi kemunculan angka 4 dari hasil praktikum = (1,3)

sebanyak 1 kali muncul 3/36 x n= 1 / 36.20 = 2,77

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 4 hasil praktikum

lebih kecil dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 2,77 < 8,33.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥100%

2,77
= 𝑥100% = 13,75%
20

b. Frekuensi kemunculan angka 5 ; (1,4) (3,2) (2,3) (1,4) = 4 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 5 yang sebenarnya = (1,4), (3,2),

(2,3), (4,1), sebanyak 4 kali muncul 4/36 x n= 4/ 36.20 = 2,22

2. Frekuensi kemunculan angka 4 dari hasil praktikum = (1,4) (3,2)

(2,3) (1,4) sebanyak 4 kali muncul 4/36 x n= 4/ 36.20 = 2,22

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 5 hasil praktikum

sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 2,22 = 2,22.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥100%

2,22
= 𝑥100% = 11,1 %
20

c. Frekuensi kemunculan angka 7 ; (6,1) (3,4) (6,1) = 3 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 7 yang sebenarnya = (3,4) (4,3) (5,2)

(2,5) (6,1) (1,6) sebanyak 6 kali muncul = 6 /36.20 = 3,33

2. Frekuensi kemunculan angka 7 dari hasil praktikum = (6,1) (3,4)

(6,1) sebanyak 7 kali muncul 3/36 x n=3/ 36.20 = 8,33


3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 7 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 8,33 =

3,33.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥100%

3,88
= 𝑥100% = 19,4 %.
20

d. Frekuensi munculnya angka 8 (4,4) (5,3) (6,2) (4,4) = 4 kali muncul

1. Frekuensi munculnya angka 8 seharusnya (6,2) (2,6), (4,4), (5,3)

(3,5) = 5 kali muncul = 5/36 x n = 5/36 x 20 = 2,77.

2. Frekuensi kemunculan angka 8 dari hasil praktikum = (4,4) (5,3)

(6,2) (4,4) sebanyak 4 kali muncul 4/36 x n= 4/ 36.20 = 11,1.

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 8 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 11,1 >

2,77.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥100%

11,1
= 𝑥100% = 55,5 %
20

e. Frekuensi kemunculan angka 9 ; (3,6) (6,3) (5,4) (6,3) = 4 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 9 yang sebenarnya = (3,6) (6,3) (4,,5)

(5,4) sebanyak 4 kali muncul = 4/36.20 = 2,22

2. Frekuensi kemunculan angka 9 dari hasil praktikum = (3,6) (6,3)

(5,4) (6,3) sebanyak 4 kali muncul 4/36 x n= 4/ 36.20 = 2,22.

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 9 hasil praktikum

sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 2,22 = 2,22.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥100%

2,22
= 𝑥100% = 11,1%
20
f. Frekuensi kemunculan angka 10 ; (5,5) = 1 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 10 yang sebenarnya =

(4,6),(6,4),(5,5), sebanyak 3 kali muncul = 3/36.20 = 1,66.

2. Frekuensi kemunculan angka 10 dari hasil praktikum = (5,5)

sebanyak 1 kali muncul 1/36 x n= 1/ 36.20 = 0,55.

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 10 hasil praktikum

sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 0,55 = 1,66.


𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑥100%
𝑛

0,66
= 𝑥100% = 2,75%
20

g. Frekuensi kemunculan angka 11 ; (6,5) (5,6) (6,5) = 3 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 11 yang sebenarnya = (5,6) (6,5)

sebanyak 2 kali muncul = 2/36.20 = 2,77.

2. Frekuensi kemunculan angka 11 dari hasil praktikum = (3,6) (6,3)

(5,4) (6,3) sebanyak 3 kali muncul 3/36 x n= 3/ 36.20 = 8,33.

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 9 hasil praktikum

sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 8,33 = 2,27.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑥100%
𝑛

2,77
= 20
𝑥100% = 13,85 %.

N = 60

S = (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)

Frekuensi kemunculan yang sebenarnya

2 = 3 kali muncul (1,1) (1,1) (1,1)

3 = 5 kali muncul (1,2) (2,1) (2,1) (2,1) (1,2)

4 = 11 kali muncul (1,3) (1,3) (3,1) (3,1) (1,3) (3,1) (3,1) (2,2) (1,3) (2,2)

(2,2)
5 = 6 kali muncul (4,1) (3,2) (1,4) (2,3) (3,2) (1,4)

6 = 8 kali muncul (5,1) (5,1) (1,5) (1,5) (5,1) (4,2) (2,4) (5,1)

7 = 7 kali muncul (6,1) (5,2) (6,1) (4,3) (2,5) (1,6) (4,3)

8 = 5 kali muncul (3,5) (2,6) (5,3) (4,4) (5,3)

9 = 6 kali muncul (5,4) (4,5) (6,3) (5,4) (4,5) (3,6)

10 = 4 kali muncul (5,5) (5,5) (4,6) (6,4)

11 = 2 kali muncul (6,5) (6,5)

12 = 3 kali muncul (6,6) (6,6) (6,6)

a. Frekuensi kemunculan angka 2 ; (1,1) (1,1) (1,1) = 3 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 2 yang sebenarnya = (1,1) sebanyak

1 kali muncul = 1/36.60 = 1,66

2. Frekuensi kemunculan angka 2 dari hasil praktikum (1,1) (1,1) (1,1)

= 3 kali muncul = 3/36 x n = 3/36 x 60 = 5

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 2 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 5 > 1,66
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

5
= 60
x100% = 8,33%

b. Frekuensi kemunculan angka 3 ; (1,2) (2,1) (2,1) (2,1) (1,2) = 5 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 3 yang sebenarnya = (1,2) (2,1)

sebanyak 2 kali muncul = 2/36.60 = 3,33.

2. Frekuensi kemunculan angka 3 dari hasil praktikum (1,2) (2,1) (2,1)

(2,1) (1,2) = 5 kali muncul = 5/36 x n = 5/36 x 60 = 8,33.

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 3 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 8,33 >

3,33.
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

8,33
= 𝑥100% = 13,88%
60

c. Frekuensi kemunculan angka 4 ; (1,3) (1,3) (3,1) (3,1) (1,3) (3,1) (3,1)

(2,2) (1,3) (2,2) (2,2) = 11 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 4 yang sebenarnya = (1,3) (2,2) (3,1)

sebanyak 3 kali muncul = 3/36.60 = 5

2. Frekuensi kemunculan angka 4 dari hasil praktikum (1,3) (1,3) (3,1)

(3,1) (1,3) (3,1) (3,1) (2,2) (1,3) (2,2) (2,2) = 11 kali muncul = 11/36

x n = 11/36 x 60 = 18,33

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 4 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 18,33 > 5

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

18,33
= 60
x100% = 30,55%

d. Frekuensi kemunculan angka 5 ; (4,1) (3,2) (1,4) (2,3) (3,2) (1,4) = 6

kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 5 yang sebenarnya = (1,4) (2,3) (3,2)

(4,1) sebanyak 4 kali muncul = 4/36.60 = 6,66

2. Frekuensi kemunculan angka 5 dari hasil praktikum (2,3) (2,3) (1,4)

(3,2) (2,3) (4,1) (2,3) (2,3) = 8 kali muncul = 6/36 x n = 6/36 x 60 =

10

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 5 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 10 > 6,66

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

10
= 60
x100% = 16,66%
e. Frekuensi kemunculan angka 6 ; (5,1) (5,1) (1,5) (1,5) (5,1) (4,2) (2,4)

(5,1) = 8 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 6 yang sebenarnya = (1,5) (5,1) (2,4)

(4,2) (3,3) sebanyak 5 kali muncul = 5/36.60 = 8,33

2. Frekuensi kemunculan angka 6 dari hasil praktikum (5,1) (5,1) (1,5)

(1,5) (5,1) (4,2) (2,4) (5,1) = 8 kali muncul = 7/36 x n = 7/36 x 60 =

11,66

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 6 hasil praktikum

lebih besar dari nilai kemunculan seharusnya, yaitu 11,66 > 8,33.

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

11,66
= x100% = 19,43%
60

f. Frekuensi kemunculan angka 7 ; (6,1) (5,2) (6,1) (4,3) (2,5) (1,6) (4,3)

= 7 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 7 yang sebenarnya = (1,6) (6,1) (2,5)

(5,2) (3,4) (4,3) sebanyak 6 kali muncul = 6/36.60 = 10

2. Frekuensi kemunculan angka 7 dari hasil praktikum (6,1) (5,2) (6,1)

(4,3) (2,5) (1,6) (4,3) = 7 kali muncul = 7/36 x n = 7/36 x 60 = 11,66.

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 7 hasil praktikum

lebih besar dari nilai kemunculan seharusnya, yaitu 11,66 > 10

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

20
= x100% = 33%
60

g. Frekuensi kemunculan angka 8 ; (3,5) (2,6) (5,3) (4,4) (5,3) = 5 kali

muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 8 yang sebenarnya = (2,6) (6,2) (3,5)

(5,3) (4,4) sebanyak 5 kali muncul = 5/36.60 = 8,33.


2. Frekuensi kemunculan angka 8 dari hasil praktikum (3,5) (2,6) (5,3)

(4,4) (5,3) = 5 kali muncul = 5/36 x n = 5/36 x 60 = 8,33

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 8 hasil praktikum

sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 8,33 = 8,33

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

8,33
= 60
x100% = 13,88%

h. Frekuensi kemunculan angka 9 ; (5,4) (4,5) (6,3) (5,4) (4,5) (3,6) = 6

kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 9 yang sebenarnya = (5,4) (3,6) (6,3)

(4,5) sebanyak 4 kali muncul = 4/36.60 = 6,66

2. Frekuensi kemunculan angka 9 dari hasil praktikum (5,4) (4,5) (6,3)

(5,4) (4,5) (3,6) = 6 kali muncul = 6/36 x n = 6/36 x 60 = 10

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 9 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 10 > 6,66

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

10
= x100% = 16,66%
60

i. Frekuensi kemunculan angka 10 ; (5,5) (5,5) (4,6) (6,4) = 4 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 10 yang sebenarnya = (4,6) (6,4) (5,5)

sebanyak 3 kali muncul = 3/36.60 = 5

2. Frekuensi kemunculan angka 10 dari hasil praktikum (5,5) (5,5)

(4,6) (6,4) = 4 kali muncul = 4/36 x n = 4/36 x 60 = 6,66

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 10 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 6,66 > 5

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

6,66
= 60
x100% = 11,1%
j. Frekuensi kemunculan angka 11 ; (6,5) (6,5) = 2 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 11 yang sebenarnya = (6,5) (5,6)

sebanyak 2 kali muncul = 2/36.60 = 3,33

2. Frekuensi kemunculan angka 11 dari hasil praktikum (6,5) (6,5) = 2

kali muncul = 2/36 x n = 2/36 x 60 = 3,33

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 11 hasil praktikum

sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 3,33 = 3,33


𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑥 100%
𝑛

3,33
= x100% = 5,55%
60

k. Frekuensi kemunculan angka 12 ; (6,6) (6,6) (6,6) = 3 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 12 yang sebenarnya = (6,6) sebanyak

1 kali muncul = 1/36.60 = 1,66

2. Frekuensi kemunculan angka 11 dari hasil praktikum (6,6) (6,6)

(6,6) = 3 kali muncul = 3/36 x n = 3/36 x 60 = 5

3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 2 hasil praktikum

lebih besar dari nilai kemunculan seharusnya, yaitu 5 > 1,66

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

5
= 60
x100% = 8,33%

N = 80

S = {2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12}

Frekuensi kemunculan yang sebenarnya

2 = 2 kali muncul (1,1) (1,1)

3 = 7 kali muncul (1,2) (2,1) (2,1) (1,2) (1,2) (1,2) (2,1)

4 = 7 kali muncul (2,2), (3,1), (2,2) (1,3) (3,1) (2,2) (1,3)

5 = 9 kali muncul (2,3) (4,1) (4,1) (4,1) (1,4) (3,2) (4,1) (2,3) (3,2)

6 = 20 kali muncul (5,1) (4,2) (1,5) (4,2) (2,4) (3,3) (3,3) (2,4) (3,3) (4,2)
(2,4) (1,5) (2,4) (1,5) (2,4) (5,1) (2,4) (3,3) (4,2) (4,2)

7 = 8 kali muncul (4,3) (3,4) (2,5) (4,3) (5,2) (1,6) (5,2) (4,3)

8 = 12 kali muncul (6,2) (6,2) (5,3) (2,6) (3,5) (6,2) (2,6) (3,5) (5,3) (6,2)

(2,6) (5,3)

9 = 6 kali muncul (4,5) (4,5) (5,4) (4,5) (4,5) (2,6)

10 = 5 kali muncul (5,5) (6,4) (4,6) (4,6) (4,6)

11 = 1 kali muncul (6,5)

12 = 3 kali muncul (6,6) (6,6) (6,6)

a. Frekuensi kemunculan angka 2 ; (1,1) (1,1) = 2 kali muncul


1. Frekuensi kemunculan angka 2 yang sebenarnya = (1,1) sebanyak
1 kali muncul = 1/36.80 = 2,22
2. Frekuensi kemunculan angka 2 dari hasil praktikum (1,1) (1,1) = 2
kali muncul = 2/36 x n = 2/36 x 80 = 4,44
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 2 hasil praktikum
sama dengan nilai kemunculan seharusnya, yaitu 4,44 > 2,22
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
4,44
= 80
x100% = 5,55%

b. Frekuensi kemunculan angka 3; (1,2) (2,1) (2,1) (1,2) (1,2) (1,2) (2,1) =
7 kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 3 yang sebenarnya = (1,2), (2,1)
sebanyak 2 kali muncul = 2/36.80 = 4,44
2. Frekuensi kemunculan angka 3 dari hasil praktikum (1,2) (2,1) (2,1)
(1,2) (1,2) (1,2) (2,1) = 7 kali muncul = 7/36 x n = 7/36 x 80 = 15,55
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 3 hasil praktikum
lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 15,55 >
4,44
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑥 100%
𝑛
15,55
= 80
x100% = 19,43%

c. Frekuensi kemunculan angka 4; (2,2), (3,1), (2,2) (1,3) (3,1) (2,2) (1,3)
= 7 kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 4 yang sebenarnya = (1,3) (2,3) (3,1)
sebanyak 3 kali muncul = 3/36.80 = 6,66
2. Frekuensi kemunculan angka 4 dari hasil praktikum (2,2), (3,1),
(2,2) (1,3) (3,1) (2,2) (1,3) = 7 kali muncul = 7/36 x n = 7/36 x 80 =
15,55
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 4 hasil praktikum
lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 15,55 >
6,66
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
15,55
= x100% = 19,43%
80

d. Frekuensi kemunculan angka 5 ; (2,3) (4,1) (4,1) (4,1) (1,4) (3,2) (4,1)

(2,3) (3,2) = 9 kali muncul

1. Frekuensi kemunculan angka 5 yang sebenarnya = (1,4) (2,3) (3,2)


(4,1) sebanyak 4 kali muncul = 4/36.80 = 8,88
2. Frekuensi kemunculan angka 5 dari hasil praktikum (2,3) (4,1) (4,1)
(4,1) (1,4) (3,2) (4,1) (2,3) (3,2) = 9 kali muncul = 9/36 x n = 9/36 x
80 = 20
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 5 hasil praktikum
lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 20 > 8,88
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑥 100%
𝑛
20
= x100% = 25%
80

e. Frekuensi kemunculan angka 6; (5,1) (4,2) (1,5) (4,2) (2,4) (3,3) (3,3)
(2,4) (3,3) (4,2) (2,4) (1,5) (2,4) (1,5) (2,4) (5,1) (2,4) (3,3) (4,2) (4,2) =
20 kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 6 yang sebenarnya = (3,3) (5,1) (1,5)

(4,2) (2,4) sebanyak 5 kali muncul = 5/36.80 = 11,11

2. Frekuensi kemunculan angka 6 dari hasil praktikum (5,1) (4,2) (1,5)

(4,2) (2,4) (3,3) (3,3) (2,4) (3,3) (4,2) (2,4) (1,5) (2,4) (1,5) (2,4) (5,1)

(2,4) (3,3) (4,2) (4,2) = 20 kali muncul = 20/36 x n = 20/36 x 80 =

44,44
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 6 hasil praktikum

lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 44,44 >

11,11

𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚


4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%

44,44
= 80
x100% = 55,55%

f. Frekuensi kemunculan angka 7; (4,3) (3,4) (2,5) (4,3) (5,2) (1,6) (5,2)
(4,3) = 8 kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 7 yang sebenarnya = (1,6) (6,1) (2,5)
(5,2) (3,4) (4,3) sebanyak 6 kali muncul = 6/36.80 = 13,33
2. Frekuensi kemunculan angka 7 dari hasil (4,3) (3,4) (2,5) (4,3) (5,2)
(1,6) (5,2) (4,3) = 8 kali muncul = 8/36 x n = 8/36 x 80 = 17,77
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 7 hasil praktikum
lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 17,77 >
13,33
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑥 100%
𝑛
17,77
= x100% = 42%
80

g. Frekuensi kemunculan angka 8 ; (6,2) (6,2) (5,3) (2,6) (3,5) (6,2) (2,6)
(3,5) (5,3) (6,2) (2,6) (5,3) = 12 kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 8 yang sebenarnya = (2,6) (6,2) (3,5)
(5,3) (4,4) sebanyak 5 kali muncul = 5/36.80 = 11,11
2. Frekuensi kemunculan angka 8 dari hasil praktikum (6,2) (6,2) (5,3)
(2,6) (3,5) (6,2) (2,6) (3,5) (5,3) (6,2) (2,6) (5,3) = 12 kali muncul =
12/36 x n = 12/36 x 80 = 26,66
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 8 hasil praktikum
lebih besar dari nilai kemunculan seharusnya, yaitu 26,66 > 11,11
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
26,66
= 80
x100% = 33,32%

h. Frekuensi kemunculan angka 9 ; (4,5) (4,5) (5,4) (4,5) (4,5) (2,6) = 6


kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 9 yang sebenarnya = (5,4) (6,3) (3,6)
(4,5) sebanyak 4 kali muncul = 4/36.80 = 11,11
2. Frekuensi kemunculan angka 9 dari hasil praktikum (4,5) (4,5) (5,4)
(4,5) (4,5) (2,6) = 6 kali muncul = 6/36 x n = 6/36 x 80 = 13,33
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 9 hasil praktikum
lebih besar dari nilai kemunculan seharusnya, yaitu 13,33 > 8,88
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
13,33
= x100% = 16,66%
80

i. Frekuensi kemunculan angka 10 ; (5,5) (6,4) (4,6) (4,6) (4,6) = 5 kali


muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 10 yang sebenarnya = (4,6) (6,4) (5,5)
sebanyak 3 kali muncul = 3/36.80 = 6,66
2. Frekuensi kemunculan angka 10 dari hasil praktikum (5,5) (6,4)
(4,6) (4,6) (4,6) = 5 kali muncul = 5/36 x n = 5/36 x 80 = 11,11
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 10 hasil praktikum
lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 11,11 >
6,66
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
11,11
= x100% = 13,88%
80
j. Frekuensi kemunculan angka 11 ; (6,5) = 1 kali muncul
1. Frekuensi kemunculan angka 11 yang sebenarnya = (6,5) (5,6)
sebanyak 2 kali muncul = 2/36.80 = 4,44
2. Frekuensi kemunculan angka 11 dari hasil praktikum (6,5) =1 kali
muncul = 1/36 x n = 1/36 x 80 = 2,22
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 11 hasil praktikum
lebih kecil dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 2,22 < 6,66
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
2,22
= 80
x100% = 6%

k. Frekuensi kemunculan angka 12 ; (6.6) (6,6) (6,6) = 3 kali muncul


1. Frekuensi kemunculan angka 12 yang sebenarnya = (6,6) sebanyak
1 kali muncul = 1/36.80 = 2,22
2. Frekuensi kemunculan angka 12 dari hasil praktikum (6.6) (6,6)
(6,6) = 3 kali muncul = 3/36 x n = 3/36 x 80 = 6,66.
3. Kemunculan jumlah frekuensi angka mata dadu 12 hasil praktikum
lebih besar dari pada nilai kemunculan seharusnya, yaitu 6,66 >
2,22
𝐹𝑟𝑒𝑘.𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
4. Persentase = 𝑛
𝑥 100%
6,66
= x100% = 8,32%
80
BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa

Adapun analisa dari hasil pengamatan dan percobaan yang telah kami

lakukan, maka kami dapat memberikan analisa sebagai berikut:

Tabel 5.1 Hasil Pengolahan Data Percobaan Apriori

Perbandingan
Frek Nilai
Persentase Frekuensi antara
N Kemunculan Ekspektasi
Kemunculan kemunculan dan
(kali) (kali)
nilai ekspektasi
BM 11 10 5% 11 > 10
20
G 9 10 5% 9 < 10
G 28 30 3,33% 28 ˂ 30
60
AG 32 30 3,33% 32 > 30
G 45 40 6,25% 45 > 40
80
BM 35 40 6,25% 35 < 40
Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.2 Hasil Pengolahan Data Percobaan Frekuensi Relatif

Frek Nilai
Persentase
N Kemunculan Ekspektasi Perbandingan
Kemunculan
(kali) (kali)
+ 6 13,33 30% 6 < 13,33
20
- 14 6,66 70% 14 > 6,66
AK 32 40 53,33% 32 < 40
60
AG 28 20 46,66% 28 > 20
G 41 53,33 48,75% 41 < 53,33
80
AG 39 26,66 51,25% 39 > 26,66
Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.3 Hasil Pengolahan Data Percobaan Peristiwa Independent

Frek Nilai
N Kemunculan Ekspektasi Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali) (kali)
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 6 7 7 8 8 4 10% 5% 15% 6<8 7<8 7>4
6,66
60 20 24 16 24 24 12 6,66% 0% 20<24 24>24 19>12
%
11,25 1,25
80 31 30 19 40 40 20 12,5% 31<40 30<40 19>20
% %
Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.4 Hasil Pengolahan Data Percobaan Probabilitas Bersyarat Putih

N Frek Kemunculan
Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 7 7 6 7,87 8,08 4,04 4,35% 5,4% 9,8% 7>7,78 7<8,08 6>4,04
60 22 22 23,63 24,24 2,71% 3,71% 6,46 22<23,63 22<24,24
16 12,12 16>12,12
%
80 24 33 31,51 32,32 9,38% 0,85% 8,55 24<31,51 33<32,32
23 16,16 23>16,16
%
Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.5 Hasil Pengolahan Data Percobaan Probabilitas Bersyarat Hitam

N Frek Kemunculan
Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 7 7 6 8,08 7,87 4,04 5,4% 4,32% 9,8% 7<8,08 7<7,78 6>4,04
8,13
60 19 24 17 24,24 23,63 12,12 8,73% 0,16% 19<24,24 24>23,63 17>12,12
%
80 29 28 32,32 31,51 4,15% 4,38% 11,08 29<32,32 28<31,51
25 16,16 25>16,16
%
Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.6 Hasil Pengolahan Data Percobaan Probabilitas Bersyarat Hijau

Frek Kemunculan
N Nilai Ekspektasi (kali) Persentase Kemunculan Perbandingan
Palet (kali)
P HT HJ P HT HJ P HT HJ P HT HJ
20 5 4 11 8,08 8,08 3,83 15,5% 20,4% 35,85% 5<8,08 4<8,08 11>3,83
60 19 22 19 24,24 24,24 11,51 18,2% 69,5% 25,28% 19<24,24 22<24,24 19>11,51
80 31 26 23 32,32 32,32 15,35 1,65% 7,9% 9,56% 31<32,32 26<32,32 23>15,35
Sumber: Data Pengolahan (2022)

Tabel 5.7 Hasil Pengolahan Data Percobaan Mutually Exclusive

Jumlah Muncul dadu Nilai Nilai


N
angka dadu (kali) Ekspektasi Presentase
4 1 0,66 3,30%
5 4 1,78 8,90%
20
7 3 2,33 1,66%
8 8 1,44 7,20%
9 9 1,78 8,90%
10 1 0,66 3,30%
11 3 0,23 1,15%
2 2 1,35 2,23%
3 5 1,67 2,78%
4 11 6 10%
5 6 0,66 1,10
6 8 0,33 0,55%
60 7 7 3 5%
8 5 3,33 5,55%
9 6 0,66 1,10%
10 4 1 1,66
11 2 1,33 2,21
12 3 1,34 2,23
2 2 0,22 0,27%
3 7 2,56 3,20%
4 7 0,34 0,42%
5 9 0,12 0,15%
6 20 8,89 8,89%
80 7 8 5,33 6,66%
8 12 0,89 1,11%
9 6 2,88 3,61%
10 5 1,66 2,08%
11 1 3,44 4,30%
12 3 0,78 0,97%
Sumber: Data Pengolahan (2022)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Data Probabilitas Apriori dan Frekuensi Relatif

1. Percobaan Apriori (Seimbang = 𝟏⁄𝟐)

N = 20 untuk koin Rp 500


Pada koin 500 ini didapatkan frekuensi kemunculan sisi BM

= 11 dengan frekuensi kemunculan G = 9, presentasi

kemunculan koin BM dengan nilai ekspektasinya yaitu 5% dan

10 kali untuk G presentasinya dan nilai ekspektasinya adalah

5% dan 10 kali. Perbandingan yang kami dapatkan antara

frekuensi kemunculan BM dengan nilai ekspetasi yaitu 11 > 10

sedangkan untuk perbandingan antara frekuensi kemunculan

BM dengan nilai ekspetasi yaitu 9 < 10.

N = 60 untuk koin Rp 200

Pada koin 200 ini didapatkan frekuensi kemunculan G = 28 dan

frekuensi kemunculan AG = 32, presentasi kemunculan koin G dengan

nilai ekspektasinya yaitu 3,33% dan 30 kali, untuk AG presentasinya

dan nilai ekspektasinya adalah 3,33% dan 30 kali. Perbandingan yang

kami dapatkan antara frekuensi kemunculan G dengan nilai ekspetasi

yaitu 28 < 30 sedangkan untuk perbandingan antara frekuensi

kemunculan AG dengan nilai ekspetasi yaitu 32 > 30.

N = 80 untuk koin Rp 500

Pada koin 500 ini didapatkan frekuensi kemunculan G = 45 dan

frekuensi kemunculan BM = 35, presentasi kemunculan koin G dengan

nilai ekspektasinya yaitu 6,25% dan 40 kali, untuk BM presentasinya

dan nilai ekspektasinya adalah 6,25% dan 40 kali. Perbandingan yang

kami dapatkan antara frekuensi kemunculan G dengan nilai ekspetasi

yaitu 45 > 40 sedangkan untuk perbandingan antara trekuensi

kemunculan BM dengan nilai ekspetasi yaitu 35 < 40.


2. Percobaan Frekuensi Relatif (tidak seimbang)

N = 20 untuk UNO

Pada kancing, didapatkan frekuensi kemunculan kartu uno (+) = 6

dan frekuensi kemunculan kancing (-) = 14, presentasi kemunculan

kancing (+) = 30% dengan nilai ekspektasi yaitu 13,33 dan untuk

kancing (-) presentasinya yaitu 70% dan nilai ekspektasinya adalah

6,66. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan

kancing (+) dengan nilai ekspetasi yaitu 14 < 13,33 sedangkan untuk

perbandingan antra frekuensi kemunculan kancing (-) dengan nilai

ekspetasi yaitu 6 > 6,66.

N = 60 untuk koin Rp 1000

Pada koin 1000, didapatkan frekuensi kemunculan AK = 32 dan

frekuensi kemunculan AG = 28, presentasi kemunculan permukaan sisi

AK = 53,33% dengan nilai ekspektasi yaitu 40 dan untuk AG

presentasinya yaitu 46,66% dan nilai ekspektasinya adalah 20.

Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan AK

dengan nilai ekspetasi yaitu 32 < 40 sedangkan untuk perbandingan

antara frekuensi kemunculan AG dengan nilai ekspetasi yaitu 28 > 20.

N = 80 untuk koin Rp 200

Pada koin 200, didapatkan frekuensi kemunculan G = 41 dan

frekuensi kemunculan AG = 39, presentasi kemunculan permukaan sisi

G = 51,25% dengan nilai ekspektasi yaitu 26,66 dan untuk AG

presentasinya yaitu 48,75% dan nilai ekspektasinya adalah

53,33Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan

G dengan nilai ekspetasi yaitu 51 < 53,33 sedangkan untuk


perbandingan antara trekuensi kemunculan BM dengan nilai ekspetasi

yaitu 41 > 26,66.

5.2.1 Percobaan Independent (Bebas)

N = 20

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan frekuensi

Kemunculan pallet warna putih = 6 ,frekuensi kemunculan pallet warna

hitam = 7 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau = 7. presentasi

kemunculan pallet warna putih = 10% dengan nilai ekspektasi yaitu 8, untuk

pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu 5% dan nilai ekspektasinya

adalah 8 dan untuk pallet warna hijau nilai presentasinya yaitu 15% dan nilai

ekspektasinya adalah 4. Perbandingan yang kami dapatkan antara

frekuensi kemunculan pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 6 < 8,

Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan pallet

warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu 7 < 8 sedangkan untuk

perbandingan antara frekuensi Kemunculan pallet warna hijau dengan nilai

ekspetasi yaitu 7 < 4

N = 60

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan frekuensi

Kemunculan pallet warna putih = 20 ,frekuensi kemunculan pallet warna

hitam = 24 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau = 16. presentasi

kemunculan pallet warna putih = 6,66% dengan nilai ekspektasi yaitu 24,

untuk pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu 0% dan nilai

ekspektasinya adalah 24 dan untuk pallet warna hijau nilai presentasinya

yaitu 6,66% dan nilai ekspektasinya adalah 12. Perbandingan yang kami

dapatkan antara frekuensi kemunculan pallet warna putih dengan nilai


ekspetasi yaitu 24 > 20, Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu 24 = 24

sedangkan untuk perbandingan antara frekuensi Kemunculan pallet warna

hijau dengan nilai ekspetasi yaitu 12 < 16

N = 80

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan frekuensi

Kemunculan pallet warna putih = 31 ,frekuensi kemunculan pallet warna

hitam = 30 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau = 19. presentasi

kemunculan pallet warna putih = 11,25% dengan nilai ekspektasi yaitu 40,

untuk pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu 12,50% dan nilai

ekspektasinya adalah 40 dan untuk pallet warna hijau nilai presentasinya

yaitu 1,25% dan nilai ekspektasinya adalah 20. Perbandingan yang kami

dapatkan antara frekuensi kemunculan pallet warna putih dengan nilai

ekspetasi yaitu 31 < 40, Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu 30 < 40

sedangkan untuk perbandingan antara frekuensi Kemunculan pallet warna

hijau dengan nilai ekspetasi yaitu 19 > 20.

5.2.2 Percobaan Probabilitas Bersyarat

1. Probabilitas Bersyarat Palet Putih

N = 20

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 7, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 7 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

6. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 4,35% dengan nilai

ekspektasi yaitu 7,78, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu
5,4% dan nilai ekspektasinya adalah 8,08 dan untuk pallet warna hijau

nilai presentasinya yaitu 9,8% dan nilai ekspektasinya adalah 4,04.

Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan pallet

warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 7 > 7,78, untuk perbandingan

antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi

yaitu 7 < 8,08, sedangkan untuk perbandingan antara frekuensi

kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu 6 > 4,04

N = 60

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 22, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 22 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

16. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 2,71% dengan nilai

ekspektasi yaitu 23,63, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya

yaitu 3,73% dan nilai ekspektasinya adalah 24,24 dan untuk pallet

warna hijau nilai presentasinya yaitu 6,46% dan nilai ekspektasinya

adalah 12,12. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 22 > 23,63,

untuk perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam

dengan nilai ekspetasi yaitu 22 < 24,24, sedangkan untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 16 > 12,12

N = 80

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 24, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 33 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =


23. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 9,38% dengan nilai

ekspektasi yaitu 31,51, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya

yaitu 0,85% dan nilai ekspektasinya adalah 32,32 dan untuk pallet

warna hitam nilai presentasinya yaitu 8,55% dan nilai ekspektasinya

adalah 16,16. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 24 > 31,51,

untuk perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam

dengan nilai ekspetasi yaitu 33 < 32,32, sedangkan untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 23 > 16,16.

2. Probabilitas Bersyarat Palet Hitam

N = 20

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 7, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 7 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

6. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 5,4% dengan nilai

ekspektasi yaitu 8,08, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu

4,35% dan nilai ekspektasinya adalah 7,87 dan untuk pallet warna

hitam nilai presentasinya yaitu 9,8% dan nilai ekspektasinya adalah

4,04. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan

pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 7 < 8,08, untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 7 < 7,78, sedangkan untuk perbandingan antara

frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu

6 > 4,04
N = 60

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 19, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 24 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

17. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 8,73% dengan nilai

ekspektasi yaitu 24,24, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya

yaitu 0,16% dan nilai ekspektasinya adalah 23,63 dan untuk pallet

warna hitam nilai presentasinya yaitu 8,13% dan nilai ekspektasinya

adalah 12,12. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 19 < 23,63

untuk perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam

dengan nilai ekspetasi yaitu 24 > 12,12, sedangkan untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 17 > 12,12

N = 80

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 29, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 28 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

25. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 4,15% dengan nilai

ekspektasi yaitu 32,32, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya

yaitu 4,38% dan nilai ekspektasinya adalah 31,51 dan untuk pallet

warna hitam nilai presentasinya yaitu 11,08% dan nilai ekspektasinya

adalah 16,16. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 29 < 32,32,

untuk perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam


dengan nilai ekspetasi yaitu 28 < 31,51, sedangkan untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 25 > 16,16.

3. Probabilitas Bersyarat Palet Hijau

N = 20

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 5, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 4 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

11. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 15,5% dengan nilai

ekspektasi yaitu 8,08, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu

20,4% dan nilai ekspektasinya adalah 8,08 dan untuk pallet warna

hitam nilai presentasinya yaitu 35,85% dan nilai ekspektasinya adalah

3,83. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan

pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 5< 8,08, untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 4 < 8,08, sedangkan untuk perbandingan antara

frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu

11 > 3,83

N = 60

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 19, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 22 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

19. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 18,2% dengan nilai

ekspektasi yaitu 8,08, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya yaitu

69,6% dan nilai ekspektasinya adalah 8,08 dan untuk pallet warna
hitam nilai presentasinya yaitu 25,28% dan nilai ekspektasinya adalah

3,83. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi kemunculan

pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 19 < 8,08 untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 22 < 8,08, sedangkan untuk perbandingan antara

frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan nilai ekspetasi yaitu

19 > 3,83

N = 80

Pada percobaan pengambilan pallet warna putih, didapatkan

frekuensi kemunculan pallet warna putih = 31, frekuensi kemunculan

pallet warna hitam = 26 dan frekuensi kemunculan pallet warna hijau =

23. Presentasi kemunculan pallet warna putih = 1,65% dengan nilai

ekspektasi yaitu 32,32, untuk pallet warna hitam nilai presentasinya

yaitu 7,90% dan nilai ekspektasinya adalah 32,32 dan untuk pallet

warna hitam nilai presentasinya yaitu 9,58% dan nilai ekspektasinya

adalah 15,35. Perbandingan yang kami dapatkan antara frekuensi

kemunculan pallet warna putih dengan nilai ekspetasi yaitu 31 < 32,32,

untuk perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam

dengan nilai ekspetasi yaitu 26 < 32,32, sedangkan untuk

perbandingan antara frekuensi kemunculan pallet warna hitam dengan

nilai ekspetasi yaitu 23 > 15,35.

5.2.3 Percobaan Mutually Exclusive

N = 20

1. Frekuensi kemunculan angka 4 adalah 1 dengan nilai ekspektasi 8,33

dan presentasi 13,75%


2. Frekuensi kemunculan angka 5 adalah 4 dengan nilai ekspektasi 2,22

dan presentasi 11,1%

3. Frekuensi kemunculan angka 7 adalah 7 dengan nilai ekspektasi 3,33

dan presentasi 19,4%

4. Frekuensi kemunculan angka 8 adalah 4 dengan nilai ekspektasi 2.77

dan presentasi 5,55%

5. Frekuensi kemunculan angka 9 adalah 4 dengan nilai ekspektasi 2,22

dan presentasi 11,1%

6. Frekuensi kemunculan angka 10 adalah 1 dengan nilai ekspektasi

1,66 dan presentasi 2,75%

7. Frekuensi kemunculan angka 11 adalah 3 dengan nilai ekspektasi

2,77 dan presentasi 13,85%

8. Frekuensi kemunculan angka 11 adalah 2 dengan nilai ekspektasi

1,11 dan presentasi 3%

N = 60

1. Frekuensi kemunculan angka 2 adalah 3 dengan nilai ekspektasi 1,66

dan presentasi 8,33%

2. Frekuensi kemunculan angka 3 adalah 5 dengan nilai ekspektasi 3,33

dan presentasi 13,88%

3. Frekuensi kemunculan angka 4 adalah 11 dengan nilai ekspektasi 5

dan presentasi 30,55%

4. Frekuensi kemunculan angka 5 adalah 6 dengan nilai ekspektasi 6,66

dan presentasi 16,66%

5. Frekuensi kemunculan angka 6 adalah 8 dengan nilai ekspektasi 8,33

dan presentasi 19,43%


6. Frekuensi kemunculan angka 7 adalah 7 dengan nilai ekspektasi 10

dan presentasi 33%

7. Frekuensi kemunculan angka 8 adalah 5 dengan nilai ekspektasi 8,33

dan presentasi 5,55%

8. Frekuensi kemunculan angka 9 adalah 6 dengan nilai ekspektasi 0,66

dan presentasi 13,88%

9. Frekuensi kemunculan angka 10 adalah 4 dengan nilai ekspektasi 5

dan presentasi 11,1%

10. Frekuensi kemunculan angka 11 adalah 2 dengan nilai ekspektasi

3,33 dan presentasi 5,55%

11. Frekuensi kemunculan angka 12 adalah 3 dengan nilai ekspektasi

1,66 dan presentasi 8,33%

N = 80

1. Frekuensi kemunculan angka 2 adalah 2 dengan nilai ekspektasi 2,22

dan presentasi 5,55%

2. Frekuensi kemunculan angka 3 adalah 7 dengan nilai ekspektasi 4,44

dan presentasi 19,43%

3. Frekuensi kemunculan angka 4 adalah 7 dengan nilai ekspektasi 6,66

dan presentasi 19,43%

4. Frekuensi kemunculan angka 5 adalah 9 dengan nilai ekspektasi 8,88

dan presentasi 25%

5. Frekuensi kemunculan angka 6 adalah 20 dengan nilai ekspektasi

11,11 dan presentasi 55,55%

6. Frekuensi kemunculan angka 7 adalah 8 dengan nilai ekspektasi

13,33 dan presentasi 42%


7. Frekuensi kemunculan angka 8 adalah 12 dengan nilai ekspektasi

11,11 dan presentasi 33,32%

8. Frekuensi kemunculan angka 9 adalah 6 dengan nilai ekspektasi

11,11dan presentasi 16,66%.

9. Frekuensi kemunculan angka 10 adalah 5 dengan nilai ekspektasi

6,66 dan presentasi 13,88%.

10. Frekuensi kemunculan angka 11 adalah 1 dengan nilai ekspektasi

4,44 dan presentasi 6%.

11. Frekuensi kemunculan angka 12 adalah 3 dengan nilai ekspektasi

2,22 dan presentasi 8,32%.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan percobaan tentang probabilitas yang telah

dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa :

1. Dapat mengetahui tentang definisi empiris dan probabilitas munculnya suatu

peristiwa.

2. Dapat mengaplikasikan tentang nilai probabilitas berdasarkan pendekatan

frekuensi relative.

3. Dengan adanya nilai ekspetasi kita dapat mengetahui nilai ekspetasi dari

suatu kejadian probabilitas.

4. Dapat mengetahui probabilitas atau suatu peluang yang bersyarat.

6.2 Saran

6.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Fasilitas yang disediakan sangat memadai, namun beberapa alat

praktikum harus ditambah.

6.2.2 Saran Untuk Asisten

Apabila ada dalam penulisan laporan yang salah atau kurang jelas,

tolong dikoreksi dengan diberikan penjelasan, agar praktikan dapat

memperbaiki dan memahami Kesalahnnya sehingga kesalahan tidak

terulang kembali sehingga praktikan mudah untuk mengerjakan apa yang

semestinya dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai