Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan kerja merupakan bagian yang penting dalam perusahaan.

Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu

perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung

terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut.

Pada dasarnya semua manusia selalu berupaya untuk memperbaiki

keadaan hidupnya sehingga timbul suatu keinginan untuk melakukan suatu

usaha dengan memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Untuk

melaksanakan hal tersebut maka manusia melakukan berbagai penelitian

dengan harapan dapat menemukan suatu metode yang lebih baik dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan

psikologis manusia.

Kemajuan teknologi yang begitu pesat akhir-akhir ini, telah membawa

banyak perubahan mendasar pada sistem kerja. Pekerjaan yang harus dulu

dilakukan secara manual dengan mengandalakan kemampuan semata,

sekarang sudah dapat dikerjakan dengan mesin. Kendati demikian,

penelitian dan pengukuran cara kerja tetap perlu dilakukan agar dapat

memperoleh metode kerja yang terbaik dengan berbagai alternatif yang ada.

Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, tentu diperlikan rancangan

sistem kerja yang baik pula. Oleh karena itu sistem kerja harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan kerja yang diinginkan

dengan menggunakan studi gerakan dan prinsip ekonomi gerakan.

Ekonomi gerakan memperhatikan lingkungan kerja. Kondisi lingkungan

kerja yakni kondisi lingkungan fisik dari ruangan dan fasilitas-fasilitas dimana

manusia bekerja, hal ini meliputi perancangan. Berdasarkan praktek yang


dilakukan, kita dapat mengamati secara detail waktu yang dibutuhkan oleh

seseorang operator untuk menyelesaikan sebuah produk secara bertahap

sehingga dapat dilakukan perbaikan sistem kerja yang berdasarkan prinsip

ekonomi gerakan.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Membiasakan dan meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk melakukan

penelitian – penelitian ilmiah

2. Menetapkan teori – teori yang telah diperoleh dibangku kuliah

3. Membiasakan menggunakan peralatan – peralatan praktikum.

4. Meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk berusaha mengembangkan

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh melalui penelitian.

5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap system kerja.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :

1. Stop watch

2. Lego

3. Diner lamp (pengatur cahaya lampu).

5. Speaker

6. Suara Noises.

7. Lembar Pengamatan

1.4 Petunjuk Pelaksanaan Praktikum

Petunjuk pelaksanaan praktikum pengukuran kerja secara psikomotorik.

1.4.1 Teknik Pelaksanaan Praktikum

1. Setiap kelompok menentukan :

a. Satu orang sebagai operator

b. Satu orang sebagai pengamat waktu

c. Satu orang sebagai pencatat waktu.


2. Setiap selesai satu siklus kerja, pencatat waktu langsung

mencatat pada lembaran pengamatan, berdasarkan pengamatan

yang dilakukan.

1.4.2 Percobaan Perakitan Lego

1. Melakukan perakitan lego dengan empat pola yang terdiri dari

empat work station yang berbeda, pola ditentukan oleh asisten,

satu siklus pekerjaan berakhir jika lego telah selesai dirakit.

2. Beberapa alternatif yang harus dilakukan yaitu:

a. Tingkat kebisingan yakni 0,5 dB, tingkat pencahayaan normal

(terang), tidak ada bau-bauan.

b. Tingkat kebisingan yakni 1 dB, tingkat pencahayaan redup, ada

bau-bauan.

c. Tingkat kebisingan yakni 1,5 dB, tingkat pencahayaan gelap ,

ada bau-bauan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk

diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan

proses produksi dalam suatu perusahaan,namun lingkungan kerja

mempunyai pengaruh lansung terhadap para karyawan yang melaksanakan

proses produksi tersebut. Lingkungan kerja adalah suasana dimana

karyawan melakukan aktivitas setiap harinya.

Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Jika karyawan

menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut

akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja

dipergunakan secara efektif. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak

memadai akan dapat menurunkan kinerja karyawan.

Menurut (Nitisemito dalam Nuraini 2013) lingkungan kerja adalah

segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi

dalam menjalankan tugas yang diembankan kepadanya misalnya dengan

adanya air conditioner (AC), penerangan yang memadai dan sebagainya.

Menurut (Simanjuntak, 2003) lingkungan kerja dapat diartikan sebagai

keseluruhan alat perkakas yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana

seorang bekerja, metode kerjanya, sebagai pengaruh kerjanya baik sebagai

perorangan maupun sebagai kelompok.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja/karyawan yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam melaksanakan

pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil kerja yang maksimal, dimana


dalam lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas kerja yang mendukung

karyawan dalam penyelesaian tugas yang bebankan kepada karyawan guna

meningkatkan kerja karyawan dalam suatu perusahaan.

2.2. Faktor Lingkungan Kerja

Menurut Nawawi (2005) Lingkungan kerja sebagai segala sesuatu

yang ada di sekitar karyawan, yang langsung atau tidak langsung

berpengaruh pada pelaksanaannya. Kondisi lingkungan kerja tersebut

dapat dibedakan sebagai berikut

1. Faktor fisik/material

Faktor fisik/material seperti luas ruangan, kebersihan, penerangan,

suhu udara, kelembaban, ventilasi ruang kerja dan peralatan kerja.

Kondisi lingkungan fisik untuk yang bekerja di sebuah gedung atau

ruangan tertutup dapat diciptakan, diatur dan dikendalikan. Berbeda

dengan yang bekerja diluar atau dilapangan, yang bersifat naturalistik

(alamiyah) dan sebagaimana adanya.

2. Faktor Kimiawi

Faktor ini seperti gas, uap, debu dan lain-lain, sebagaimana faktor

pertama tersebut diatas untuk yang bekerja di dalam gedung, dpaat

diatur dan dikendalikan, sedangkan yang ada diluar/lapangan harus

diterima sebagaimana adanya.

3. Faktor Biologis

Yang terdapat di lingkungan kerja karena kehadiran makhluk

organik, tertutama manusia atau makhluk hidup lainnya yang

menciptakan kesegaran dan kenyamanan dalam bekerja atau

sebaliknya. Misalnya pengaruh bau dalam melaksanakan berbagai

jenis pekerjaan yang bersumber dari tumbuhan dan hewan yang

digunakan dlam bekerja, baik yang hidup maupun yang mati, yang
membusuk atau sisa-sisanya sebagai sampah organik. Faktor ini di

lingkungan sesama karyawan sebagai makhluk hidup dapat berbentuk

bau badan atau mulut, yang dapat mengurangi efektifitas dan efisiensi

komunikasi untuk menciptakan dan membina kerjasama dalam

melakukan tugas sehari-hari.

4. Faktor Fisiologis

Adalah kondisi lingkungan dan peralatan kerja yang berhubungan

dengan postur tubuh, stamina/daya tahan, konsentrasi, kelelahan,

kenyamanan, dan kemudahan penggunaan peralatan dan lain-lain

dalam melaksanakanpekerjaan sehari-hari. Faktor ini disebut juga

faktor ergonomic dalam desain pekerjaan yang fasilitas, peralatan,

prosedur dan mekanismenya harus disesuaikan dengan kondisi

karyawan. Misalnya baju pelindung yang tidak sempit dan kebesaran,

peralatan yang ditempatkan sesuai dengan tinggi tubuh rata-rata agar

mudah dijangkau, kontruksi peralatan kantor tidak menimbulkan

sesuatu yang merugikan kesehatan dan lain-lain.

5. Faktor Psikologis/Mental

Adalah iklim atau suasana kerja yang tenang, menyenangkan atau

sebaliknya yang bersumber dari interaksi antara sesama karyawan

sebagai manusia atau makhluk sosial yang saling membutuhkan satu

dengan yang lain, sesuai posisi masing-masing. Misal hubungan antara

pegawai dengan atasan yang bebas dari tekanan atau antar sesama

karyawan yang diikuti saling pengertian, penerimaan, seling

menghargai, menghormati dan suasana kekeluargaan, kepuasaan kerja

karena faktor upah dan perlakuan secara manusiawi, kesempatan

pengembangan diri, keterbukaan dalam pembinaan dan

pengembangan karier dan lain-lain.


2.3. Indikator Lingkungan Kerja

Menurut robbins (2002) indikator dari lingkungan kerja ini adalah:

a. Lingkungan kerja fisik

Suatu keadaan lingkungan kerja yang berpengaruh langsung

pada kondisi fisik dari karyawan. Adapaun indikator dari lingkungan

kerja fisik adalah:

1. Pengaturan suhu

Merupakan faktor yang penting. Karena suhu udara yang

terlalu panas akan mengakibatkan penurunan semngat kerja

karyawan yang juga akan mengakibatkan penurunan semangat

kerja karyawan yang juga mengakibatkan menurunnya kinerja

karyawan.

2. Penerangan

Merupakan faktor yang penting yang berhubungan dengan

kenyamanan kerja adalah penerangan. Penerangan memegang

peranan penting pada tuga-tugas tertentu. Kenyamanan akan

terasa jika kita bekerja dalam ruangan yang terang dan akan

berbeda suasana jika kita bekerja pada ruangan yang rema-

remang.

3. Mutu udara

Salah satu fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika

menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan

pada kesehatan pribadi pegawai. Udara yang tercemar pada

lingkungan kerja dapat mengakibatkan sakit kepala, mata perih,

kelelahan, lekas marah, dan depresi.


4. Ukuran ruang kerja

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan.

Ruangan yang sempit membuat pegawai sulit untuk bergerak dan

menghasilkan prestasi kerja menurun lain halnya jika ruangan kerja

lebih luas, maka para pegawai merasa rileks dan berpengaruh

terhadap hasil prestasi dari masing-masing pegawai.

5. Pengaturan ruang kerja

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per pegawai,

pengaturan ruang kerja merujuk pada jarak antara orang dan

fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat

dipengaruhi interaksi social. Orang lebih mungkin berinteraksi

dengan individu-individu yang dekat dengan fisik. Oleh karena itu

lokasi kerja berpengaruh terhadap informasi yang ingin diketahui.

b. Lingkungan kerja psikis

Merupakan suatu keadaan lingkungan kerja yang secara tidak

langsung berpengaruh pada fisik, tetapi berpengaruh langsung

terhadap keadaaan psikologi karyawan. Indikator dari lingkungan kerja

psikis adalah sebagai berikut:

1. Kebersamaan

Rasa kebersamaan yaitu interaksi antara karyawan satu

dengan karyawan yang lainnya secara terbuka sehingga tercipta

keterbukaan dalam masalah kerja dan menciptakan kerja yang

berkualitas.

2. Hubungan antar rekan kerja

Suasana yang baik antara rekan kerja juga dapat

mempengaruhi kinerja. Apabila terjadi hubungan yang baik antar

rekan kerja maka kinerja juga dapat meningkat begitu sebaliknya.


3. Sikap atau perilaku karyawan

Sikap merupakan kondisi pernyataan baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenagkan terhadap

obyek, individu, atau peristiwa.

4. Sifat atau karakteristik individu

Kepribadian merupakan sifat atau cara dimana seorang

individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu yang lain,

dengan kata lain kepribadian merupakan sifat yang bisa diukur

yang ditunjukkan oleh seseorang.

5. Keadaan emosi

Emosi adalah keadaan yang berlangsung lebih dalam yang

menggerakkan atau yang memperingatkan apakah karyawan

tersebut sadar tentang hal tersebut atau tidak.

2.4 Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat lingkungan kerja adalah

menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja

meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan

orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan

tepat. Yang artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standard yang benar dan

dalam skala waktu yang ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh

individu yang bersangkutan, dan tidak akan menimbulkan terlalu banyak

pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

Lingkungan kerja yang baik yaitu lingkungan kerja yang kondusif.

Lingkungan kerja yang kondusif di tempat kerja adalah salah satu syarat

untuk menciptakan kinerja perusahaan yang lebih baik. Lingkungan kerja

yang kondusif sendiri bisa tercipta jika adanya komunikasi yang baik antara

atasan dan bawahan maupun antar para bawahan sendiri.


Perusahaan juga harus bisa menciptakan rasa kepercayaan yang tinggi

terhadap bawahan ataupun antar karyawan dalam arti para karyawan

merasa tidak ada rasa saling curiga justru saling menjaga. Jika sudah

tercipta seperti ini maka lingkungan kerja yang kondusif akan lebih mudah

tercipta. Hal di atas inilah yang nantinya akan menimbulkan motivasi kerja

yang tinggi bagi setiap karyawannya, dan akhirnya kontribusi dari setiap

karyawan semakin mudah didapatkan.

Ada banyak hal untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif,

namun yang pasti antara atasan atau pimpinan dan bawahan memiliki visi

yang sama bagaimana lingkungan kerja tersebut memberikan rasa aman

dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya . Perusahaan

perduli dan memperhatikan para karyawannya, demikian juga sebaliknya.

Yang akhirnya bisa menimbulkan motivasi kerja karyawan dan kinerja

perusahaan.

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Lingkungan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam

pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan

maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja

tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha

untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat

mengakibatkan kecelakaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada tradisi – tradisi

fisiologis – Fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Adapun tujuan dan

pentingnya keselamatan kerja adalah sebagai berikut. :


1. Manfaat Lingkungan Yang Aman Dan Sehat

Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya

kecelakaan – kecelakaan kerja, penyakit, dan hal – hal yang berkaitan

dengan stress, serta mampu meningkatkan kulitas kehidupan kerja

para pekerja, perusahan akan semakin efektif. Peningkatan –

peningkatan terhadap hal ini akan mengasilkan :

a.  Mengingkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari

kerja yang hilang

b.  Menginkatnya efisensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen

c.  Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi

d.  Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang

lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim

e. Felksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan

f. Rasio seleski tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya

citra perusahaan.

2. Kerugian Lingkungan Kerja Yang Tidak Aman dan Tidak Sehat

Jumlah biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian –

kerugian akibat kematian dan kecelakaan di tempat kerja dan

kerugian menderita penyakit – penyakit yang berkaitan dengan

kondisi pekerjaan.

2.6 Penelitian Pengukuran Cara Kerja

Penelitian cara kerja merupakan aktivitas yang meliputi penelitian

secara sistematis dan pemeriksaan yang seksama mengenai cara kerja

yang diusulkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dimana efektif, efesien dan dapat menekan biaya.

Sedangkan pengukuran kerja merupakan metode penetapan


keseimbangan antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit

output yang dihasilkan.

Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja

yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata umtuk menyelesaikan suatu

pekerjaan. Disini sudah meliputi kelonggaran pekerjaan yang harus

diselesaikan dalam pengukuran kerja ini bisa digunakan berbagai alat

untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang dapat menyatakan berapa

lama suatu pekerjaan harus berlangsung dan berapa output yang

dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan pekerjaan tersebut. Disisi lain dengan adanya waktu baku

yang sudah ditetapkan ini akan dapat pula ditentukan upah atau intensif

bonus yang akan dibayar sesuai performance yang ditunjukkan oleh

pekerja.

Pada garis besarnya, teknik-teknik pengukuran waktu kerja ini dapat

dibagi atau dikelompokan dalam dua hal, yaitu :

1. Cara langsung

Disebut demikian karena pengukurannya dilakukan pada tempat

pekerjaan yang bersangkutan dijalankan secara langsung dan

mendapatkan hasil seperti yang diinginkan.pengamatan langsung ini

dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:

1). Teknik Penelitian Jam Henti

2).Teknik Uji Petik Kerja (Work Sampling)

3). Cara tidak langsung

Yaitu melakukan perhitungan waktu tanpa tanpa harus ada ditempat

pekerjaan yaitu dengan membawa tabel-tabel yang tersedia. Atau

dengan cara sintesa. Cara sintesa yaitu penentuan / penerapan waktu

yang dimulai dengan menganalisa pekerjaan, kemudian menggunakan


diantara alternatif faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kerja.

Manusia sebagai makhluk sempurna tak luput dari kekurangan,dalam

arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor

faktor tersebut biasa datang dari diri sendiri atau mungkin dari pengaruh

lingkungannya. Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah alternatif-

alternatif cara kerja yang adadilihat dari segi tata letak tempat kerja dan

gerakan kerja yang telah ditentukan, sedangkan patokan yang

digunakan untuk menentukan cara kerja yang baik adalah waktu

penyelesaian.

Kondisi lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat

disekitar tempat kerja seperti lingkungan kerja, kelembaban udara,

pencahayaan, kebisingan, pewarnaan, getaran mekanis, bau-bauan dan

lain-lain.

a. Pengukuran Alat Kerja Dengan Teknik Jam Henti

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti pertama kali

diperkenalkan oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.

Dimana pada pengukuran waktu ini menggunakan jam henti

sebagai alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang

paling banyak dikenal, dan karenanya paling banyak dipakai.

Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur

elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam-henti (stop

watch) yaitu pengukuran waktu secara terus menerus (continous

timing), pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive

timing) dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative

timing). Pada continous timing, pengamat kerja akan menekan

tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan

membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus


menerus sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung.

Untuk metode repetitive timing (sering disebut sebagai  snap-back

method), jarum penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan

(snap-back) lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja

yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu kerjanya kemudian

tombol ditekan kembali dan segera jarum penunjuk bergerak

untuk  mengikuti dan segera jarum penunjuk bergerak  untuk

mengukur elemen kerja berikutnya.

Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk

pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-

ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh

waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang

mana waktu ini akan dipergunakan sebagai waktu standar

penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang melaksanakan

pekerjaan yang sama .

Secara garis besar langah-langkah untuk pelaksanaan

pengukuran waktu kerja dengan jam henti dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Defenisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya

dan diberitahukan maksud dan tujuan pengukuran ini

kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor

yang ada.

2) Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan

penyelesaian [pekerjaan seperti lay out,

karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja yang lain

yang digunakan.
3) Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-

detailnya tapi masih dalam batas-batas kemuduhan untuk

pengukuran waktunya.

4) Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator

untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.

5) Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat,

test pula keseragaman data yang diperoleh.

6) Tetapkan rate of performance dari operator saat

melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat

waktunya tersebut.

7) Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance

yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya

akan diperoleh waktu kerja normal.

8) Tetapkan waktu longgar guna memberikan fleksibilitas.

9) Tetapkan waktu kerja baku (standart time) yaitu jumlah total

antara waktu normal dan waktu longgar

Satu hal yang penting didalam pelaksanaan pengukuran kerja

ini ialah bahwa semua pihak yang nantinya akan dipengaruhi oleh

hasil studi (waktu baku) haruslah diinformasikan mengenai

maksud dan tujuan dari studi, sehingga nantinya bisa tercapai

kerja sama yang sebaik-baiknya di dalam pelaksanaan

pengukuran.

b. Pengukuran Waktu Dengan Uji Petik

Work Sampling ini merupakan salah satu teknik pengukuran

waktu kerja secara langsung sama halnya dengan Stopwacth

Time Study. Pengukuran kerja langsung ini dilakukan dengan cara

langsung mengamati objek kerja. Work sampling merupakan


kegiatan sampling pada seorang operator atau suatu bagian mesin

untuk menentukan besarnya persentase waktu yang dihabiskan

pada setiap aktivitas atau bagian yang mungkin.Teknik Work

sampling pertama kali digunakan oleh L.H.C. Tippett, seorang

berkebangsaan Inggris, untuk meneliti industri tekstil. Work

sampling ini digunakan dalam melakukan pengukuran kerja

dimana pekerjaan bukan merupakan suatu pekerjaan repetitif dan

memiliki siklus panjang sehingga dalam pengambilan data tidak

dilakukan dari pertama hingga akhir pekerjaan namun dengan

pengambilan sample dengan waktu yang ditentukan secara rando

melalui tabel acak maupun Software Excel. Metode WorkSampling

ini dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas (the Law of

Probability).

Teknik sampling kerja ini telah terbukti sangat efektif dan

efesien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi

mengenai kerja mesin atau operatornya dengan waktu yang relatif

lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Metode

sampling kerja sangat cocok digunakan dalam melakukan

pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak terulang data yang

memiliki waktu siklus, waktu yang relative panjang. Pada dasarnya

prosedur pelaksanaan cukup sederhana, yaitu melakukan

pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu yang diambil

secara acak terhadap satu atau lebih mesin/operator dan

kemudiaan mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan kerja

atau menganggur.

Pengukuran kerja secara langsung dengan metode work

sampling ini bertujuan untuk :


1. Ratio Delay Studies

Ratio delay studies dilakukan dengan mengukur ratio delay

dari sejumlah mesin, karyawan/operator, atau fasilitas kerja

lainnya. Contoh aplikasi dari pengukuran ratio delay ialah

perhitungan persentase dari waktu produktif dari mesin atau

orang yang kegiatannya terlibat dalam aktifitas kerja, dan

persentase dari waktu tidak produktif di mana sama sekali tidak

terlibat aktifitas kerja (menganggur atau idle).

2. Performance Measurement

Pengukuran performa ini dilakukan pada seseorang

selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana orang

ini bekerja atau tidak bekerja terutama sekali untuk pekerjaan-

pekerjaan manual.

3. Time Standars

Menentukan waktu baku untuk suatu operasi kerja seperti

halnya yang bisa dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

Adapun keuntungan dari metode Work Sampling antara lain :

a. Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan

pengukuran kerja lebih sedikit bila dibandingkan dengan

stop watch time study.

b. Pengamatan yang dilakukan terhadap obyek lebih efisien

karena tidak perlu mengamati seluruh aktivitas, cukup

dengan pengambilan sampel secara acak dengan waku

random.

c. Pengamatan dapat dilakukan dalam satu periode tertentu

sehingga dapat mengurangi kemungkinan variasi data

yang dapat mempengaruhi hasil.


d. Ratio delay dari obyek studi dapat diketahui sehingga

utilitas dari obyek tersebut juga dapat diketahui

e. Prosedur pelaksanaannya sederhana dan mudah

dilakukan.

Adapun kerugian dari metode Work Sampling antara lain :

1. Hasil yang diperoleh kurang akurat karena tidak adanya

hukum probabilitas.

2. Work sampling tidak ekonomis untuk pengamatan yang

dilakukan untuk satu operator atau operator yang berada

dalam area yang luas.

3. Tidak dapat memberikan informasi yang detail.

4. Perhitungan statistiknya lebih sulit dipahami

2. Cara tak langsung

Cara tak langsung adalah suatu cara untuk menentukan

waktu baku yang data-datanya tidak langsung dilakukan di tempat

berlangsungnya aktivitas/perkerjaan tetapi cukup menggunakan

data-data masa lampau yang telah dibukukan untuk pekerjaan-

pekerjaan yang sejenis.

Cara ini dapat dibagi dua cara, yaitu :

a. Pengukuran waktu data waktu baku

b. Pengukuran data waktu gerakan.

2.7 Analisa Tes Keseragaman Data

Tes keseragaman data kita perlu lakukan terlebih dahulu dengan

menggunakan data yang diperoleh. Untuk mendapatkan pengukuran

standar test keseragaman data bisa dilakukan dengan cara visual atau

mengaplikasikan peta kontrol.


Test keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana dan

cepat. Disini kita hanya sekedar melihat data terkumpul dan sebenarnya.

Mengidentifikasikan dat yang ekstrim. Yang dimaksud sangat kecil dan

jauh menyimpang dari tren rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini

sebaiknya kita buang dan tidak didalam perhitungan.

Misalnya pengukuran yang telah dilakukan dan hasil 16 data,

kelompokkan ke 16 data tersebut dalam sub group yang kemudian

dilakukan langkah-langkah dai pengukuran sebagai berikut :

a. Menghitung harga rata-rata dari rata-rata setiap sub group.

Σ Xi Σ Xi (Rumus 2.1)
X= X=
N atau K

Dimana : X = harga rata-rata dari group ke-1

N = banyaknya data

K = banyaknya sub group yang terjadi

b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian

dengan :

σ=

( Xi−X )2
N−1
(Rumus 2.2)

Dimana : N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan

X = Waktu penyelesaian

c. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :

σ
σx= (Rumus 2.3)
√n

2.8 Analisa Tes Kecukupan Data

Untuk menghitung tes kecukupan data digunakan rumus sebagai

berikut dengan tingkat kepercayaan 68% danh tingkat ketelitian 6%


dimana N merupakan jumlah syarat pengamatan yang telah dilakukan,

maka rumusnya adalah: syarat N’ < N data Cukup

[ ]
2
K
S
√ N ( ∑ x 2 )−( ∑ x )2
N '=
∑x (Rumus 2.4)

Dimana:

N = Jumlah pengamatan yang dilakukan/diuji

N’ = Jumlah data yang diperlukan

Test kecukupan data ini dimaksudkan untuk melihat apakah data yang

diperoleh dari pengukuran lebih kecil daripada pengukuran yang telah

dilakukan. Bila nilai dari hasil pengujian dan test kecukupan data, dimana N

lebih besar dari N’ maka data dikatakan cukup.

2.9 Tes Kenormalan Data

1. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian

dengan

σ=
N−1√
( Xi−X )2
(Rumus 2.5)

Dimana:

N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.

X = Waktu penyelesaian yang diambil dari pengukuran

Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group :

σ
σx= (Rumus 2.6)
√n

Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam mengetes

keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group data


2.10 Studi Waktu

Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku

penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh

seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang

dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi

suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk

sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata

letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana dkk, 2004

dalam Rohman, 2008).

2.11 Waktu Siklus (Ws)

Semua kegiatan kerja akan mempunyai waktu dalam pengerjaanya,

baik dihitung menggunakan stopwatch atau perkiraan. Pengukuran waktu

siklus menggunakan stopwatch demi menghitung waktu dari setiap

gerakan yang terjadi. Diamana setiap personil/operator pengerjaan

inkubasi dapat menghasilkan waktu yang berbeda di setiap geakannya,

sehingga disini dapat dilihat waktu siklus standar yang dilakukan operator

yang mempunyai kemampuan yang baik.Waktu siklus diukur dari rata-rata

waktu pengukuran yang diujikan.

∑ Xi
……….…………
(Ws) = n ...............................................................(Rumus 2.7)

Dimana :

Ws = Waktu Siklus

n = Jumlah pengukuran

Xi = Nilai aktual teramati

2.12 Waktu Normal (Wn)

Syuaib (2012) menyatakan bahwa waktu normal merupakan waktu

yang digunakan oleh seorang pekerja untuk bekerja secara wajar tanpa
usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, pada sistem dan

kondisi lingkungan kerja yang wajar dan secara alami relatif termudah

untuk dikerjakan, dengan prosedur yang umum dan si pekerja

menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Setelah

didapatkan waktu normal, yaitu waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang

dianggap wajar, langkah selanjutnya adalah menentukan waktu baku.

Tiga unsur yang belum ditambahkan sebelum mendapatkan waktu baku

adalah dengan menambahkan unsur kebutuhan pribadi pekerja,

menghilangkan rasa lelah dan hambatan-hambatan yang tidak dapat

dihindarkan.

2.13 Waktu Baku (Wb)

Waktu baku (Wb) adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja

untuk bekerja secara wajar pada sistem dan kondisi lingkungan (dengan

tingkat kesulitan tertentu), dengan prosedur yang umum, dan si pekerja

menunjukan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kata

lain, dimaknai sebagai “waktu acuan yang dapat dijadikan patokan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan secara wajar pada kondisi kerja tertentu.

Persamaan mengitung waktu baku (Syuaib 2012).

2.14 Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran

Faktor penyesuaian atau performance rating merupakan aktivitas

penilai atau pengevaluasian kecepatan operator. Performance Rating

merupakan langkah yang paling penting dalam seluruh prosedur

pengukuran kerja karena didasarkan pada pengalaman, pelatihan, dan

analisa penilaian pengukuran kerja. Metode dalam menentukan besar

faktor penyesuaian menggunakan metode westinghouse. Tujuannya untuk

memberikan kesempatan kepada operator untuk melakukan hal-hal yang

harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan


data waktu kerja yang lengkap dan mewakilisistem kerja yang diamati.

Faktorkelonggaran/allowancemenurut Sutalaksana (2004), Kelonggaran

terdiri dari:

1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, yang termasuk ke

dalamkebutuhan pribadi seperti minum, kekamar kecil dan bekerja.

Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti

itu berbeda-beda.

2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique).

3. Kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan.

Sumber : (Dyah Tri Wilujeng, 2013)

Gambar 2.1 Tabel Faktor Penyesuaian Metode Westinghouse


Sumber : (Sutalaksana, 1979)

Gambar 2.2 Tabel Faktor Kelonggaran


BAB III

METODE PENELITIAN

1.

2.

3.

3.1. Landasan Praktikum

Dalam melakukan praktikum perlu adanya landasan serta tujuan yang

menjadi dasar bagi praktikan untuk melakukan percobaan. Selain itu alat

dan bahan juga penting untuk diketahui. Tidak mungkin untuk melakukan

percobaan tanpa mengetahui alat dan bahan, karena data yang ingin di

kumpulkan harus menggunakan alat dan bahannya juga ada. Selanjutnya

langkah – langkah kerja dalam melakukan percobaan juga harus

dilaksanakan sesuai prosedur agar lancarnya suatu kegiatan praktikum.

3.2. Materi Pengolahan Data

Untuk mendukung proses praktikum maka perlu adanya materi – materi

penunjang. Materi ini berguna dalam melakukan pengolahan data karena

sebagai tambahan informasi.

3.3. Pengolahan Data

Dalam percobaan dilakukan pengambilan data terhadap sebuah obyek 

(lego) yang kemudian diambil datanya dengan cara, mencatat waktu tiap

siklus kerja selesai baik itu stecker maupun pasak. Tiap siklus kerja

dilakukan sebanyak 40 kali.  

3.4. Analisa Hasil Olahan Data

Setalah mengumpulkan data, data tersebut kemudian di olah sesuai

prosedur pengolahan data yang telah dipelajari di BAB II. Berikut langkah –

langkah penyajian data perakitan lego dan pemasangan pasak: 


1. Waktu rata-rata 

2. Uji keseragaman data dan M membuat grafik out of control 

3. Uji kecukupan data 

4. Uji kombinasi dan regresi linear 

5. Analisa varians ( uji t ) 

6. Waktu baku 

7. Analisa Uji F

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.5. Kesimpulan

    Data yang telah dianalisa dan dibahas, kemudian disimpulkan dengan

berdasar pada tujuan percobaan.


3.6. Flowchart

Mulai

Latar Belakang

Tujuan Praktikum

Alat-alat yang digunakan :


- Speaker
- Lego
- Stopwatch
- Lembar Pengamatan
- Danger Lamp

Pengumpulan Data

Pegolahan Data

Uji Rata-rata

Data seragam Data tidak seragam

Kecukupan Data

Data normal Data tidak normal


Data tidak seragam Data tidak seragam
Keseragaman Data

Data cukup Data tidak cukup


Data tidak seragam Data tidak seragam
Regresi linier

A
Data tidak seragam
A

A
Data tidak seragam

Uji T

Perhitungan Waktu Siklus, Waktu


Normal Dan Waktu Baku

Uji T

Analisa dan Pembahasan

Penutup

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart

Anda mungkin juga menyukai