Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Di susun oleh :
JERID RUNABARI
16 111 030
PENDAHULUAN
Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai sebab yakni umur
rencana jalan yang telah di lewati, genangan air pada permukaan jalan yang tidak
dapat mengalir akibat drainase yang kurang baik, akibat galian pipa air masyarat
yang melintas pada jalan. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan “kajian
mengenai tingkat dan jenis kerusakan yang ada di wilayah Kabupaten Jayapura” Hal
ini di maksud agar masyarakat pedesaan terhindar dari keterisolasian terhadap
masyarakat lainnya untuk memperluas ruang gerak laju perputaran roda
perekonomian.
1) Mengetahui jenis dan tingkatan kerusakan yang terjadi di ruas jalan Dosay
– Maribu dengan panjang ± 5 Km
2) Mengetahui penyebab dan faktor-faktor terjadinya kerusakan jalan di
Dosay – Maribu dengan panjang ± 5 Km
3) Memberikan solusi / alternatif perbaikan masalah kerusakan di ruas jalan
Dosay – Maribu dengan panjang ± 5 Km
1.3. Batasan Masalah
Dari beberapa rumusan masalah yang telah diuaraiakan di atas,adapun ruang
lingkup pembahasan tugas akhir ini akan dibatasi pada :
1) Penelitian ini dilakukan pada ruas jalan Dosay – Maribu dengan Panjang
± 5 Km
2) Tidak melakukan uji sampel pada ruas jalan Dosay – Maribu dengan
panjang ± 5 Km
3) Metode yang digunakan Metode Bina Marga
1) Untuk mengetahui jenis dan faktor – faktor penyebab kerusakan pada ruas
jalan Dosay – Maribu dengan panjang ± 5 Km
2) Menghitung tingkat kerusakan ruas jalan Dosay – Maribu dengan panjang
± 5 Km
3) Memberikan alternatif atau solusi perbaikan kerusakan ruas jalan Dosay –
Waibu dengan panjang ± 5 Km
4) Menghitung perkiraan rencana anggaran biaya untuk tebal lapis tambah
perkerasan pada ruas jalan dosay Dosay-Waibu.
BAB I Pendahuluan
Menjelaskan mengenai latar belakang,perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan manfaat penulisan serta sistematika penulisan
BAB IV Pembahasan
Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kabupaten Jayapura
lebih khususnya pada ruas jalan Dosay – Maribu dengan panjang ± 5 Km,
hasil pengamatan lokasi kerusakan jalan dengan menggunakan metode Bina
Marga terhadap kerusakan jalan di lokasi penelitian dan tindakan perbaikanya.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Jalan merupakan akses yang sangat penting bagi masyarakat jalan juga memiliki alat
transportasi kendaraan yang meliputi berbagai segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap yang di peruntuhkan bagi lalu lintas, jalan berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan air,terkecuali jalan kereta, jalan lori, dan jalan
kabel. ( UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan ). Jalan umum adalah jalan yang
diperuntuhkan bagi lalu lintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh
instasi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Bagian-bagian jalan meliputi manfaat jalan, ruang milik jalan, da ruang pengawasan
jalan:
a. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya.
b. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar
ruang manfaat jalan.
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang
ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan.
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia
dengan bentuk ukuran-ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk
menyalurkan lalu lintas kendaraan maupun pejalan kaki, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat untuk
perencanaan jalan raya yang baik.( clakrkson H. Oglesby, 1999 )
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentu geometriknya harus di tetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan
geometrik ini adalah menghasilkan infrastuktur yang aman dan nyaman kepada pengguna
jalan.
2.2. Klafikasi Jalan Raya
Mengklafikasikan ruas jalan ke dalam peranannya dalam satu sistem jaringan jalan
adalah untuk mempertegas pelayanan terhadap suatu gerak perjalanan . Di dalam
mendukung suatu perjalanan yang harmonis, perencanaan jalan harus mengetahui jalur-
jalur perjalanan yang diperlukan oleh pengguna jalan dalam melakukan gerak
perjalanannya.
Rincian gerak perjalanan jarak jauh, secara hirarki dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Dalam melakukan gerak perjalanan jarak jauh, dan untuk mencapai tujuan akhir
perjalanan, mula-mula pengguna jalan, menggunakan suatu ruas jalan utama,
misal julur bebas hambatan . Jalur jalan ini mempunyai fungsi atau peran
sebagai jalan arteri baik jalan arteri primer maupun jalan arteri sekunder, yang
mempunyai kecepatan rencana tinggi.
b) Karena pengguna jalan menggunakan jalur jalan bebas hambatan sebagai lintas
utama atau lintas awalnya, tentunya ia harus keluar dari lintasan jalur jalan bebas
hambatan tersebut, untuk masuk ke lintasan yang mempunyai peran pelayanan
lebih rendah. Sebelum sampai ke peran jalan yang lebih rendah, pengguna jalan
harus keluar melalui suatu ram ( off ramp ) yang merupakan suatu lintasan transisi.
c) Perjalanan tersebut kemudian akan teru berlanjut keluar dari jalur transisi
memasuki jalur distribusi atau jalur pengumpul yang mempunyai peran sebagai
jalan kolektor baik sebagai jalan kolektor primer ataupun jalan kolektor sekunder.
d) Dari jalur distribusi / pengumpul, gerak perjalanan tersebut masih terus berlanjut
memasuki suatu akses yang berupa jalan lokal, baik lokal primer ataupun lokal
sekunder, menuju terminal atau tujuan akhir perjalanan.
Dengan memasuki tahapan-tahapan jalur tersebut secara hirarkhi, kecepatan
perjalanan tidak selamanya konstan. Kecepatan akan berubah menurun sesuai
dengan hirarkhi dari jalur geraknya masing-masing, yaitu dari kecepatan yang
tinggi di jalur bebas hambatan sampai ke kecepatan yang sangat rendah di jalur
akses. Perbedaan kecepatan itu pada dasarnya diakibatkan oleh peran dari setiap
jalur gerak yang berbeda.Jalan bebas hambatan sebagai jalur arteri, mempunyai
fungsi melayani perjalan jarak jauh dengan mobilitas tinggi.Jalan ini, didesain
dengan kecepatan rencana yang tinggi, dan jalan masuknya dikendalikan secara
penuh.Sedangkan jalan lokal mempunyai fungsi utama untuk melayani perjalanan
jarak pendek yang harus dapat mengakses ke lokasi-lokasi kegiatan di sepanjang
jalan.
Direktorat Jendral Bina Marga dalam menciptakan klasifikasi jalan atas dasar tipe
perencanan geometriknya, dibagi kedalam dua bagian yaitu:
a) Jalan tipe I, yaitu suatu ruas jalan yang aksesnya di kendalikan secara penuh.
b) Jalan tipe II, yaitu suatu ruas jalan yang aksesnya sebagian dengan pengendalian
atau tanpa pengendalian sama sekali.
Jalan yang direncanakan atas dasar jalan tipe I atau jalan dengan pengendalian
akses secara penuh, umunya diperlakukan untuk jalan lintas cepat dan jalan bebas
hambatan.
Yang dimaksud dengan pengendalian akses secara penuh untuk jalan tipe I ini
adalah pengendalian yang dilakukan pada setiap jalan masuk dan jalan
keluarnya.Upaya pengendalian pada akses ini di maksud agar kelancaran arus lalu
lintas dari jalan yang lain, sehingga keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan
serta kelancaran arus lalu lintas jalan tipe I tersebut dapat dipertahankan dengan
baik.
Jenis klasifikasi jalan juga di kelompokan berdasarkan muatan sumbu antara lain
jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelas IIIA, jalan kelas IIIB, dan jalan kelas IIIC. Berikut
penjelasan dari klasifikasi jalan
1) Jalan kelas I adalah jalan Arteri yang dapat melalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat yang di izinkan
lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum di gunakan di Indinesia
namun sudah mulai di kembangkan di berbagai negara maju seperti Prancis
yang telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.
2) Jalan kelas II adalah jalan Arteri yang dapat di lalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi dari 2500 mm. Ukuran
panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat yang di izinkan
10 ton. Jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan petik
emas.
3) Jalan kelas IIIA adalah jalan Arteri atau Kolektor yang dapat di lalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu
terberat yang di izinkan 8 ton.
4) Jalan kelas IIIB adalah jalan Kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 12000 mm. Dan muatan sumbu terberat yang di
izinkan 8 ton.
5) Jalan kelas IIIC adalah jalan Lokal dan Lingkungan yang dapat di lalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm dan muatan sumbu
terberat yang di izinkan 8 ton.
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberap jenis lapisan perkerasan yang
tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut:
Jenis Dan Fungsi lapisan Perkerasan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkan ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.
Lapisan tanah dasar (subgrade) adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan
jalan di atasnya. Menurut spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas
dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan
tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya
dukungnya ( CBR ). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang di
dapatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang di datangkan dari
tempat lain atau tanah yang di stabilisasi dan lain.
Di tinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Lapisan tanah dasar, tanah galian.
Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan
di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat
tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.Kemudian
setelah efek pumping sering terjadipada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas
hambatan, banyak di bangun konstruksi perkerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara
9-10 inch. Pada tahun 1949 di Maryland USA telah di bangun Test Roads atau Jalan
Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan
mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja
perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji di bangun setebal potongan melintang 9-7-9
inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk
sambungan memanjang di gunakan dowel berdiameter 3/ 4 inch dan berjarak 15 inch
di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini di perkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif
dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang di gunakan adalah 18.000
lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pound pada
sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa
perkembangan retak pada pelat beton uji akibat adanya beban pumping.
b) Jenis-jenis Perkerasan Jalan Beton Semen berdasarkan adanya sambungan dan tulangan
plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat di klsifikasikan menjadi 3
jenis sebagai berikut :
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali
retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk
kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen
terhadap adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari
baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas
penampang beton)
Penentuan nilai kondisi jalan dilakukan dengan menjumlahkan setiap angka dan nilai
untuk masing-masing keadaan kerusakan.Perhitungan urutan prioritas (UP) kondisi jalan
merupakan fungsi dari kelas LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata) dan nilai kondisi jalannya,
yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Program pemeliharaan jalan yang tercantum pada Tata Cara Penyusunan Program
Pemeliharaan Jalan Kota No.018/T/BNKT/1990 sesuai nilai UP sebagai berikut :
Tabel 2.27. Penetapan Nilai Kondisi Jalan berdasarkan Total Angka Kerusakan
C. Metode Penanganan
Penanganan kerusakan jalan pada lapisan lentur menggunakan metode perbaikan
standar Direktorat Jenderal Bina Marga 1995. Jenis-jenis metode penanganan tiap-tiap
kerusakan adalah :
1) Metode Perbaikan P1 (Penebaran Pasir)
a. Jenis kerusakan yang ditangani :
Lokasi-lokasi kegemukan aspal terutama pada tikungan dan tanjakan.
b. Langkah penanganannya:
Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke lapangan.
Memberikan tanda pada jalan yang akan diperbaiki.
Membersihkan daerah dengan air compressor.
Menebarkan pasir kasar atau agregat halus
(tebal > 10mm) di atas permukaan yang
terpengaruh kerusakan.
Melakukan pemadatan dengan pemadat ringan (1
- 2) ton sampai diperoleh permukaan yang rata
dan mempunyai kepadatan optimal (kepadatan
95%).
2) Metode Perbaikan P2 (Pelaburan Aspal Setempat)
a. Jenis kerusakan yang ditangani :
Kerusakan tepi bahu jalan beraspal
Retak buaya < 2mm
Retak garis lebar < 2mm
Terkelupas
b. Langkah Penangananya :
Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke
lapangan.
Membersihkan bagian yang akan ditangani
dengan air compressor,permukaan jalan harus
bersih dan kering.
Menyemprotkan dengan aspal keras sebanyak 1,5
2 2
kg/m dan untuk cut back 1 liter/ m .
27
Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke
lapangan.
Membersihkan bagian yang akan ditangani
dengan air compressor,sehingga permukaan jalan
bersih dan kering.
2
Menyemprotkan tack coat (0,2 liter/ m di daerah
yang akan di perbaiki).
Menebar dan meratakan campuran aspal beton
pada seluruh daerah yang telah diberi tanda.
Melakukan pemadatan ringan (1 – 2) ton sampai
diperoleh permukaan yang rata dan kepadatan
optimum (kepadatan 95%).
4) Metode Perbaikan P4 (Pengisian Retak)
a. Jenis kerusakan yang ditangani :
Lokasi-lokasi retak satu arah dengan lebar retakan > 2 mm.
b. Langkah penanganannya :
Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke
lapangan.
Membersihkan bagian yang akan ditangani
dengan air compressor,sehingga permukaan jalan
bersih dan kering.
Mengisi retakan dengan aspal cut back 2 liter/
2
m menggunakan aspal sprayer atau dengan tenaga
manusia.
Menebarkan pasir kasar pada retakan yang telah
diisi aspal (tebal 10 mm)
Memadatkan minimal 3 lintasan dengan baby
roller.
5) Metode Perbaikan P5 (Penambalan Lubang)
a. Jenis kerusakan yang ditangani :
28
Lubang kedalaman > 50 mm
Keriting kedalaman > 30 mm
Alur kedalaman > 30 mm
Ambles kedalaman > 50 mm
Jembul kedalaman > 50 mm
Kerusakan tepi perkerasan jalan, dan
Retak buaya lebar > 2mm
b. Langkah penanganannya :
Menggali material sampai mencapai lapisan
dibawahnya.
Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan
tenaga manusia.
Menyemprotkan lapis resap pengikat prime coat
2
dengan takaran 0.5l iter/m .
Menebarkan dan memadatkan campuran aspal
beton sampai diperoleh permukaan yang rata.
Memadatkan dengan baby roller (minimum 5
lintasan).
29
Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan
tenaga manusia.
2
Melaburkan tack coat 0,5 5l iter/m .
Menaburkan campuran aspal beton kemudian
memadatkannya sampai diperoleh permukaan
yang rata.
Memadatkan dengan baby roller (minimum 5
lintasan).
7) Perbaikan Jalan dengan Overlay
Konstruksi jalan yang telah habis masa pelayanannya, telah
mencapai indeks permukaan akhir yang perlu diberi lapis
tambahan untuk dapat kembali mempunyai nilai kekuatan,
tingkat kenyamanan, tingkat keamanan, tingkat kekedapan
terhadap air dan tingkat kecepatan air mengalir.
30
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
31
dapat digunakan.Data sekunder pada penelitian adalah berupa studi
pustaka yang mendukung pelaksanaan penelitian
Koordinat : 140º24'08"E
Koordinat : 140º22'38"E
Panjang Jalur : ± 5 Km
LOKASI PENELITIAN
32
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian
33
3.4. Alur Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
Jenis Kerusakan jalan Studi Pustaka
Dimensi Kerusakan
Dokumentasi kerusakan jalan
Tingkat kerusakan jalan
Selesai
34
Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian
35
3.5.2. Bagan alur analisa Metode Bina Marga
Mulai
Menghitung Angka
Menentukan Program
pemeliharaan pada perkerasan
jalan
Selesai
36
SUMBER
https://e-journal.unizar.ac.id/index.php./handasah/article/view/359
http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/TEK/articel/download/3893/3749
37