Anda di halaman 1dari 13

SOSIALISASI

P E R M E N K U M H A M N O M O R 7 TA H U N 2 0 2 2 T E N TA N G
P E R U B A H A N K E D U A ATA S P E R M E N K U M H A M N O M O R 3 TA H U N 2 0 1 8
T E N TA N G S YA R AT D A N TATA C A R A P E M B E R I A N R E M I S I , A S I M I L A S I ,
C U T I M E N G U N J U N G I K E L U A R G A , P E M B E B A S A N B E R S YA R AT, C U T I
M E N J E L A N G B E B A S , D A N C U T I B E R S YA R AT
PERTIMBANGAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 28 P/HUM/2021

1 Rezim Pemenjaraan sudah ditinggalkan menuju kepada Rezim Rehabilitasi dan Reintegrasi Sosial

2 WBP bukan menjadi objek, melainkan juga sebagai subjek

3 Filosofi pelaksanaan pidana berupa Pembinaan

4 Pemenuhan hak WBP diberikan tanpa terkecuali (equality before the law)

5 Pemenuhan hak WBP tidak bersifat diskriminatif

6 Syarat tambahan pemenuhan hak dikonstruksikan sebagai reward

7 Pemenuhan hak WBP merupakan otoritas penuh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Penilaian WBP dalam rangka pemenuhan hak WBP dimulai sejak yang bersangkutan menyandang
8
status WBP
AMAR PUTUSAN MA
NOMOR 28 P/HUM/2021

1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk sebagian;


2. Menyatakan:
a. Pasal 34 A ayat (1) huruf (a), Pasal 34A ayat (3), Pasal 43 A ayat (1) huruf (a) dan Pasal 43A ayat
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan,
b. Pasal 34 A ayat (1) huruf (a), Pasal 34A ayat (3), Pasal 43 A ayat (1) huruf (a) dan Pasal 43A ayat
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
c. Mewajibkan kepada Termohon: Presiden RI untuk mencabut Pasal 34 A ayat (1) huruf (a),
Pasal 34A ayat (3), Pasal 43 A ayat (1) huruf (a), dan Pasal 43A ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 99 Tahun 2012, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999, Tentang Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
PASAL YANG DIHAPUSKAN DALAM PUTUSAN MA
1.Pasal 34A ayat (1) huruf a
a. bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tindak
pidana yang dilakukannya;

2. Pasal 34A ayat (3)


(3) Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus
dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pasal 43A ayat (1) huruf a


a. bersedia bekerja sama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara
tindak pidana yang dilakukannya;

4. Pasal 43A ayat (3)


(3) Kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus
dinyatakan secara tertulis oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

12
ALASAN PENERBITAN
PERMENKUMHAM NOMOR 7 TAHUN 2022

Permenkumham
Putusan MA Nomor Nomor 7 Tahun 2022
PP No. 99 Tahun 2012 Perubahan atas
28 P/HUM/2021
Permenkumham
Nomor 3 Tahun 2018
MATERI PERUBAHAN
REMISI
1. Syarat Remisi untuk tindak pidana umum tidak ada perubahan
a. berkelakuan baik;
b. telah menjalani masa pidana lebih dari 6 (enam) bulan;
c. tidak sedang menjalani hukuman disiplin; dan
d. mengikuti program pembinaan dengan predikat baik.
2. Syarat Remisi terkait tindak pidana pada PP 99 berlaku ketentuan: (Pasal 34A ayat 1 PP 99)
a. Justice Collabolator (surat keterangan bersedia bekerjasama untuk membantu membongkar tindak
pidana yang dilakukannya) tidak lagi dipersyaratkan
b. Pertimbangan dari Instansi/Lembaga Lain tidak lagi dipersyaratkan
c. Tetap diwajibkan membayar lunas denda dan/atau uang pengganti bagi narapidana Korupsi
d. Tetap diwajibkan mengucap Ikrar dan telah menjalani program deradikalisasi bagi Narapidana
Terorisme
3. Penilaian berdasarkan Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) baik untuk pidana umum
maupun pidana khusus
MATERI PERUBAHAN
REMISI KEMANUSIAAN (PASAL 29)
Remisi atas dasar kepentingan kemanusiaan diberikan kepada Narapidana:
a. yang dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun;
b. berusia di atas 70 (tujuh puluh) tahun; atau
c. menderita sakit berkepanjangan.

• Besaran remisi diberikan sebesar Remisi Umum yang diperoleh pada tahun berjalan
• Remisi hanya dapat diberikan untuk salah satu kategori
MATERI PERUBAHAN
REMISI TAMBAHAN (PASAL 32)
Dalam keadaan tertentu, Menteri dapat memberikan Remisi tambahan kepada Narapidana dan Anak
dalam hal yang bersangkutan:
a. berbuat jasa pada negara;
b. melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan; atau
c. melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lapas/LPKA.

Penjelasan :
a. Remisi tambahan karena berbuat jasa pada Negara diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan sebesar 1/2 (satu per
dua) dari Remisi umum yang diperoleh pada tahun berjalan.
b. Perbuatan yang bermanfaat bagi kemanusiaan berupa donor darah dan donor organ tubuh
sebesar 1/2 (satu per dua) dari Remisi umum yang diperoleh pada tahun berjalan.
c. Perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lapas atau LPKA menjadi pemuka dan/atau
ikut serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh kerusuhan, huru-hara, bencana alam
sebesar 1/3 (satu per tiga) dari Remisi umum yang diperoleh pada tahun berjalan.
d. Ketiga kategori tersebut harus diperoleh pada saat yang bersangkutan menjalani pidana.
MATERI PERUBAHAN
REMISI TAMBAHAN (PASAL 35A)
1. Remisi tambahan juga dapat diberikan kepada Narapidana yang menjadi saksi pelaku yang bekerja
sama dengan penegak hukum.
2. Diberikan berdasarkan rekomendasi dari pimpinan lembaga yang membidangi pelindungan saksi dan
korban yang berlaku 1 (satu) kali selama menjalani masa pidana
3. Remisi tambahan ini diberikan satu kali selama masa pidana sebesar ½ dari Remisi Umum pada
tahun berjalan
MATERI PERUBAHAN
Pengusulan Remisi karena Keterlambatan Administrasi
1. Diatur di dalam Pasal 27A ayat 1, 2, 3, dan 4
2. Bagi Narapidana dan Anak yang telah memenuhi syarat dan belum pernah diberikan remisi,
dapat diberikan melalui mekanisme usulan susulan
3. Besaran Remisi (Pasal 4 dan Pasal 5 Kepres 174 Tahun 1999):
A. Besaran Remisi Umum :
I. 1 bulan untuk narapidana yang telah menjalani masa pidana 6 bulan – 12 bulan; dan
II. 2 bulan untuk narapidana yang telah menjalani masa pidana12 bulan/lebih.
B. Besaran Remisi Khusus :
I. 15 hari untuk narapidana yang telah menjalani masa pidana 6 bulan – 12 bulan; dan
II. 1 bulan untuk narapidana yang telah menjalani masa pidana12 bulan/lebih.

Contoh:
Terlampir 3 kasus
MATERI PERUBAHAN
INTEGRASI
1. Syarat Integrasi untuk tindak pidana umum tidak ada perubahan
a. Untuk PB telah menjalani 2/3 (dua per tiga) masa pidana, paling singkat 9 (sembilan)
bulan;
b. berkelakuan baik;
c. telah mengikuti program pembinaan dengan baik; dan
d. masyarakat dapat menerima.
2. Syarat Integrasi terkait tindak pidana pada PP 99 berlaku ketentuan:
a. Justice Collabolator (surat keterangan bersedia bekerjasama untuk membantu membongkar
tindak pidana yang dilakukannya) tidak lagi dipersyaratkan
b. Pertimbangan dari Instansi/Lembaga Lain tidak lagi dipersyaratkan
c. Tetap diwajibkan membayar lunas denda dan/atau uang pengganti bagi narapidana
Korupsi
d. Tetap diwajibkan mengucap Ikrar dan telah menjalani program deradikalisasi bagi
Narapidana Terorisme
e. Penilaian berdasarkan Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN)
f. MAP (masih ada perkara lain) dipersyaratkan untuk PB (CMK, CB, CMB dimuat dalam Litmas)
MATERI PERUBAHAN
PENCABUTAN ASIMILASI DAN INTEGRASI
1. Pencabutan sementara oleh Kepala Bapas dihapus
2. Selama proses usulan pencabutan asimilasi dan integrasi, pembimbingan dihentikan
namun tetap dilaksanakan pengawasan oleh Kepala Bapas
3. Kepala Bapas wajib mengembalikan Klien yang dikenakan pencabutan kedalam
Lapas/Rutan
4. Upaya mengembalikan Klien dapat berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai