Anda di halaman 1dari 2

Dalam bentuk uraian biasanya skor mentah dicari dengan menggunakan sistem bobot.

Sistem bobot
ada dua cara, yaitu:

Pertama, bobot dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. Misalnya,
untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk soal sedang skor maksimumnya adalah
7. dan untuk soal sukar skor maksimumnya adalah 10. Cara ini tidak memungkinkan peserta didik
mendapat skor maksimum sepuluh. Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu
sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Misalnya, soal yang mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi
bobot 4, dan soal sukar diberi bobot 5. Cara ini memungkinkan peserta didik mendapat skor sepuluh.

Untuk memudahkan pemberian skor, ada baiknya digunakan sistem yang kedua. Sistem bobot yang
diberikan kepada soal bentuk uraian dengan ksud untuk memberikan skor secara adil kepada
peserta didik berdasarkan kemampuannya masing-masing dalam menjawab soal yang berbeda
tingkat kesukarannya.

2. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Objektif

Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu:

a. Tanpa Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula) Biasanya digunakan apabila soal belum diketahui
tingkat kebaikannya. Caranya adalah menghitung jumlah jawaban yang betul saja. Setiap jawaban
yang betul diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Jadi, skor = jumlah jawaban yang
betul.

b. Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula) Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal
tes itu sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya.
Penggunaan rumus tebakan ini bukan karena guru sudah mengetahui bahwa peserta didik itu
menebak, tetapi tes bentuk objektif ini memang sangat memungkinkan peserta didik untuk
menebak. Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah sebagai berikut.

Cara memberi skor untuk skala sikap

Untuk mengukur sikap dan minat belajar, guru dapat menggunakan alat penilaian model skala,
seperti skala sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang
digunakan adalah 5, 4, 3, 2, dan 1 (untuk pernyataan positif) dan 1, 2, 3, 4, dan 5 (untuk
pernyataan negatif). Begitu juga untuk skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti
Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat
(TB). Bagaimana langkah-langkah mengembangkan instrumen skala sikap dan skala minat, sudah
dibahas pada bab sebelumnya. Di sini hanya dikemukakan bagaimana cara memberi skor skala
sikap dan skala minat.

Contoh:

Pak Ari, adalah seorang guru mata pelajaran Akuntansi. Dia ingin mengukur minat peserta didik
terhadap pelajaran Akuntansi. Dia menyusun skala minat dengan 10 pernyataan. Jika rentangan
skala yang digunakan adalah 1-5, maka skor terendah seorang peserta didik adalah 10 (10 x 1= 10)
dan skor tertinggi adalah 50 (10 x 5 = 50). Dengan demikian, mediannya adalah (10+50)/2 = 30.
Jika dibagi empat kategori, maka akan diperoleh tingkatan minat sebagai berikut:
Skor 10-20 termasuk tidak berminat

Skor 21-30 termasuk kurang berminat

Skor 31 - 40 termasuk sangat berminat

Skor 41 - 50 termasuk sangat berminat.

Anda mungkin juga menyukai