B. Proses Homeostatis
1. Pengertian Homeostasis
Homeostasis berasal dari bahasa Yunani: homeo berarti “sama”, stasis
“mempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi
yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan
pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.
Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-
ubah karena memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan
terhadap lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti
manusia, dapat hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai
kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya (mileu interieur)
sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
Pada tahun 1926, seorang ahli bernama Cannon mendefinisikan bahwa
homeostasis adalah kemampuan proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan dan kecenderungan semua jaringan hidup guna memelihara dan
mempertahankan kondisi setimbang atau ekuilibrium.
Pada tahun 1965, seorang ahli bernama Dubois mendefinisikan bahwa
homeostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap
lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci
keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang
sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian
atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan. Jadi, pengertian
homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu
keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi
yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan, dan
terjadi pada setiap organisme. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiyah akan melakukam mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang.
3. Dasar-Dasar Homeostasis
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasi yaitu Peran sistem saraf dalam mempertahankan kesesuaian
lingkungan dalam dengan kehidupan.
1. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
2. Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh
berbeda.
6. Tahapan-Tahapan Homeostasis
1. Homeostasis primer
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi
homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima
pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya
vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat
dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk
mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
2. Homeostasis Sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain,
vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi
luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit
dan faktor koagulasi. Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan
jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term
response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses
berlanjut ke homeostasis tersier.
3.Homeostasis Tersier
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi
tidak berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
7. Ketidakseimbangan Homeostasis
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis
terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh
lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa
keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional
tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan
terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi
memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian. Hampir semua penyakit
merupakan kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang
di lingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal
jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat
bergangtung pada suhu tertentu. Contoh lain adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu
mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah
mereabsorpsi cairan di ginjal, dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam
jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai
sehingga berakibat fatal. Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk
perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator
homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi
homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah
sehingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.
SOAL LATIHAN!