Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : ALBATARI M. ALI GUFRON

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041631941

Tanggal Lahir : 10 APRIL 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/HUKUM AGRARIA

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 20 /BANDAR LAMPUNG

Hari/Tanggal UAS THE : MINGGU/19 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ALBATARI M. ALI GUFRON


NIM : 041631941
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/HUKUM AGRARIA
Fakultas : FHISP
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : 20/BANDAR LAMPUNG

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
LIWA, 19 DESEMBER 2021

Yang Membuat Pernyataan

ALBATARI M. ALI GUFRON


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3A. Analisis kendala pelaksanaan landreform di Indonesia!

Landreform di Indonesia pernah diimplementasikan dalam kurun waktu 1961 sampai


1965, mencakup luasan tanah dan petani penerima dalam jumlah yang sangat terbatas,
namun pelaksanaan program tersebut kurang berhasil. Terdapat empat faktor penting sebagai
prasyarat pelaksanaan landreform, yaitu: (1) elit politik yang sadar dan
mendukung, (2) organisasi petani dan masyarakat yang kuat, (3) ketersediaan data yang
lengkap dan akurat, serta (4) ketersediaan anggaran yang memadai. Untuk Indonesia keempat
faktor tersebut sedang dalam kondisi lemah dikarenakan beberapa kendala sebagai berikut.
 Lemahnya Keinginan Elite Politik dan Kapasitas Pemerintah Lokal
Kunci pokok pelaksanaan landreform ada pada politisi, karena permasalahan landreform
ada dalam aspek politik. landreform dianggap sebagai bagian
pekerjaan rutin belaka oleh pemrintah, namun akses masyarakat dan swasta untuk
terlibat kurang jelas posisi dan perannya. Dalam konteks otonomi daerah, di
mana pemerintahan daerah semakin diperkuat, namun aspek landreform secara umum
masih menjadi kewenangan dari pusat. Lebih ironisnya, pemerintah lokal yang lebih
berpihak kepada investor swasta, cenderung menjadi makelar untuk penyediaan tanah
bagi mereka. Kebijakan landreform jelas bukan merupakan
ide yang menguntungkan untuk meraih investor, retribusi, dan pendapatan daerah.

 Ketiadaan Organisasi Masyarakat Tani yang Kuat dan Terintegrasi


Kelompok tani dibangun lebih sebagai sebuah organisasi ekonomi dan sosial, bukan
organisasi untuk aktifitas politik praktis. Namun secara keseluruhan belum terbentuk
satu organisasi yang mampu berperan sebagai basis untuk mengimplementasikan
gerakan landreform ataupun reforma agraria secara lebih luas. Beberapa demonstrasi
yang sering diberitakan media massa menjadikan reforma agrarian sebagai topiknya,
namun baru sebatas tuntutan dengan tujuan memberi kesadaran kepada khalayak.
Organisasi tersebut masih bersifat parsial dan temporal, dan tampaknya masih
bergantung kepada inspirator-inspirator yang berasal dari luar.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Kendala lain adalah karena adanya pemahaman pada masyarakat, bahwa segala
bentuk ketimpangan dan ketidakadilan dalam struktur penguasaan agraria saat ini
dianggap merupakan sesuatu yang natural, semata-mata karena mekanisme pasar,
bukan merupakan kesalahan skenario politik kalangan elit negara.

 Miskinnya Ketersediaan Data Pertanahan dan Keagrariaan


Data yang komprehensif merupakan kebutuhan yang pokok untuk merumuskan
program landreform. Dari sisi akedemis dibutuhkan pengkayaan dari kondisi dan
permasalahan spesifik sosioagraria di luar Jawa, karena pembentukan hukum nasional
selama ini sebagaimana dikritik beberapa pihak, bias hanya dari penggalian antropologis
di Jawa saja. Masalah agraria juga dapat didekati
dari sisi kelembagaan. Khusus dalam konteks agraria, kelembagaan tersebut dapat
dilihat dalam aras mikro dan makro. Keduanya memiliki kaitan yang langsung dalam sisi
politik, ekonomi dan sosial. Pemahaman terhadap kedua
level kelembagaan tersebut juga masih lemah, apalagi bila diingat bahwa kelembagaan
di level mikro akan sangat beragam antar wilayah.

 Ketersediaan dan Alokasi Anggaran yang Kecil


Pelaksanaan landreform secara serentak dan menyeluruh akan menuntut biaya yang
sangat besar, mulai dari persiapannya, pembentukan organisasi pelaksana,
implementasi, sampai dengan pengawasan pasca redistribusi. Sebagai negara
berkembang, sebagian modal pembangunan Indonesia berasal dari pinjaman dari
lembaga asing. Lembaga donor tersebut berkuasa untuk mengontrol penggunaan
pinjaman tersebut. Keterbatasan anggaran merupakan satu alasan pokok
mengapa pemerintahan Orde Baru tidak memilih program landreform yang biayanya
besar dan hasilnya belum tampak dalam jangka pendek. Sebaliknya, karena tekanan
ekonomi kapitalis, maka tanah dijadikan komoditas untuk menarik investor asing
menanamkan modalnya, misalnya dengan regulasi dalam pengembangan perkebunan
besar swasta.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3B. Analisis bagaimana pelaksanaan landreform pada era presiden Jokowi,


berikan dasar hukumnya!
Pelaksanaan landreform adalah bagian penting dari revolusi Indonesia, hal itu
sebagaimana dikatakan oleh Bung Karno yang kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan
landreform tahap pertama yakni pada 1963. Namun, pasca pengambilalihan kekuasaan oleh
Soeharto pada 1966-1967, pelaksanaan reforma agraria cenderung berhenti sama sekali.
Pelaksanaan itu baru bisa kembali dilakukan setelah 50 tahun atau pada masa kepemimpinan
Presiden Joko Widodo.
Komitmen Presiden Jokowi tertuang dalam Perpres No 45 tahun 2016 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2017, maka pada tahun 2017 dan 2018 terbit Perpres No 88 tahun
2018 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan dan Perpres No 86
tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) realisasi program perhutanan sosial pada tahun 2017 adalah seluas
1.917.890,07 hektar, sedangkan realisasi program reforma agraria adalah seluas 5 juta hektar
lahan tersertifikasi. Perjuangan reforma agraria menemukan jalannya kembali di tahun 2018
dengan Deklarasi Hak Asasi Petani yang disahkan oleh Sidang Umum PBB (New York,
Amerika Serikat) pada 19 November 2018 dan diundangkannya Peraturan Presiden No 86
tentang Reforma Agraria pada 24 September 2018. Dalam pelaksanaan reforma agraria
pentingnya kekuatan rakyat, tentara dan aparatur dalam mengawalnya secara ideal
seharusnya reforma agraria di bawah koordinasi kemenko/kementerian tersendiri.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai