Disusun oleh:
Kelompok 1
Jurusan Akuntansi
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu rukun islam yang menjadi unsur pokok bagi tegaknya syariat islam adalah
zakat. Zakat adalah rukun islam yang ketiga dan hukumnya fardhu (wajib) bagi seorang
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Lain halnya dengan infak dan shadaqah
hukumnya tidak diwajibkan kepada seorang muslim karena sifatnya sukarela. Seseorang yang
berhak membayar zakat disebut muzakki sedangkan yang berhak menerimanya disebut
mustahik. Zakat merupakan salah satu alternatif dalam meminimalisir berbagai permasalahan
ekonomi, pembangunan, pendidikan dan sosial. Tujuan utama zakat untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya untuk mengikis kesenjangan pendapatan masyarakat.
Hal ini yang ingin dicapai oleh Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam pembukaaan
Undang-undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum (Siradj 2014). Hal ini
disampaikan (Patmawati 2006) bahwa kesenjangan mengalami penurunan dari 35,97%
menjadi 32% karena zakat.
Seiring berjalannya waktu pengelolaan ZIS mengalami peningkatan. Hal ini ditandai
dengan munculnya lembaga-lembaga amil zakat. (Sudirman 2007) menyatakan bahwa
lembaga amil yang diakui pemerintah yaitu milik pemerintah itu sendiri disebut Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), dan swasta yang disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ). LAZ
adalah bentuk badan hukum yayasan, dan melakukan kegiatannya tidak untuk laba.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) sudah tersebar di seluruh daerah Indonesia, terutama di
Buleleng.
Lembaga Amil Zakat yang berada di Buleleng sendiri adalah Lembaga Amil Zakat,
Infak dan shadaqah Muhammadiyah dan biasanya disingkat LAZISMU. LAZISMU
merupakan lembaga yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui
pendayagunaan ZIS serta dana sosial keagamaan lainnya. LAZISMU dilatar belakangi oleh
fakta bahwa sebagian siswa-siswa yang bersekolah di Persuruan Muhammadiyah berasal
dari keluarga yang tidak mampu dan banyaknya kekurangan biaya operasional dari
pembangunan gedung sekolah. Penelitian (Abubakar 2019) menunjukkan ZIS memiliki
fungsi sosial yang kuat dalam pendayagunaan keperluan pendidikan, seperti penggadaan
gedung sekolah dan tambahan biaya operasional sekolah.
Terdapat tiga tujuan zakat yaitu : (a) Pihak para wajib zakat (Muzakki)
tujuanya untuk mensucikan dari sifat bakhil, rakusegoistis, melatih jiwa untuk
bersikap terpuji berarti bersyukur kepada Allah SWT., (b) Pihak penerima zakat
(Mustahiq) untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhamn primer sehari-
hari dan mensucikan ya mereka dari rasa dengki dan kebencian yang sering
menyelimuti hati mereka melihat orang kaya, Dan (c) Dilihat dari kepentingan
kehidupan social, antara lain bahwa zakat bernilai ekonomi, merealisasi fungsi harta
sebagai perjuangan menegaskan agama Allah dan untuk mewujudkan keadilan social
ekonomi masyarakat.
Pada dasarnya, segala sumber dana yang berasal dari dana publik harus
transparan pengelolaan dan pertanggungjawabannya terlebih lagi dana yang berasal
dari zakat. Pertanggungjawaban dana zakat tersebut bersifat pertanggungjawaban
vertikal dan pertanggungjawaban horizontal. Pertanggungjawaban vertikal yakni
tanggung jawab kepada Allah Swt. Sedangkan pertanggungjawaban horizontal yakni
tanggung jawab kepada masyarakat yang memberikan dana untuk berzakat tersebut.
Lembaga/Badan Amil Zakat wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS dan pemerintah daerah setiap enam bulan dan akhir tahun. Dimana laporan
pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya
oleh Lembaga/Badan Amil Zakat ini pun perlu dilakukan pemeriksaan syariat dan
pemeriksaan keuangan. Yang melakukan Pemeriksaan syariat adalah Kementerian
Agama, kemudian yang melakukan pemeriksaan keuangan yaitu akuntan publik.
1. Fairness (Kewajaran)
Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan
yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
2. Transparancy (Keterbukaan )
Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan.
3. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban
organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku.
Selanjutanya yaitu infaq yang secara bahasa merupakan bentukan dari kata
anfaqaa yang berarti memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam terminologi
syariat, infaq berarti mengeluarkan atau memberikan sebagian pendapatan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Infaq tidak ditentukan
jumlahnya, serta tidak ditentukan pula sasaran penyalurannya. Infaq sangat luas
cakupannya untuk membantu kepentingan pembangunan umat Islam. Dalam Q.S
Al-Baqarah ayat 3 menyebutkan ciri-ciri orang bertakwa yang salah satunya
adalah orang yang berinfaq atau menafkahkan sebahagian rizkinya.
Sedangkan shadaqah yang berasal dari kata shadaqa memiliki arti yaitu
‘benar’. Kata ‘benar’ dalam shadaqah memiliki makna bahwa orang yang
bersedekah adalah orang yang benar imannya. Secara terminologi syariat,
pengertian dan hukum sedekah sama dengan infaq, hanya saja sedekah tidak
hanya dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat material. Namun menyangkut
seluruh aktivitas yang baik yang dilakukan seorang mukmin. Berdzikir,
berdakwah, membaca tasbih, tahmid, dan takbir, serta membuang duri dari jalan,
dan sebagainya adalah termasuk sedekah.
b. Karakteristik ZIS
Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki
kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat
mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang
tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. Infak/sedekah merupakan
donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh
pemberi infak/sedekah. Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus
dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
1. Dana Zakat adalah dana yang dibatasi (restricted funds) yang merupakan
dana kepercayaan (trust and agency), yang dimaksud dibatasi adalah,
dibatasi dari sisi yang mengeluarkan zakat (muzakki) sesuai dengan
nishab dan haul juga dibatasi dalam sisi penyaluran (mustahik) khusus
kepada delapan asnaf yang telah ditetapkan syariah.
2. Dana Shadaqah adalah dana yang tidak dimaksudkan oleh pemberinya
untuk tujuan tertentu, sering disebut general funds atau dana umum karena
tidak ada batasan apapun baik jumlah dana yang diberikan maupun untuk
siapa dana tersebut digunakan, dengan demikian dana ini digolongkan ke
dalam dana yang tidak terbatas atau unrestricted funds.
3. Dana Infaq adalah dana shadaqah yang dimaksudkan oleh pemberinya
untuk tujuan tertentu atau kepada penerima tertentu. Apabila LPZ
merupakan lembaga pengelola zakat yang memiliki program khusus dalam
penyaluran zakatnya, maka dana infaq dan shadaqah dapat disatukan
menjadi dana infaq atau shadaqah. Dalam pembahasan akuntansi zakat
sederhana maka LPZ harus memiliki program untuk apa dana disalurkan,
dengan demikian dana infaq dan shadaqah dapat disatukan dalam satu
nama perkiraan akun yaitu dana infaq/shadaqah.
4. Dana Amil dari Zakat dan Shadaqah ditetapkan sebesar 12,5% oleh
Dewan Syariah.
5. Jika Shadaqah dalam bentuk barang (tanah, bangunan, dan peralatan) baik
dengan akad waqaf atau hibah maka dalam akuntansi harus dinilai dengan
nilai uang sesuai dengan harga pasar atau harga perolehan.
TUJUAN ZIS
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria dari penerima dana ZIS adalah 8
asnaf antara lain:
1. Orang fakir yaitu orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin yakni orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan.
3. Amil zakat yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
4. Muallaf yakni orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak yang mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang dimana tujuan ia berhitungan untuk suatu kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah) yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan
kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah
itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan
sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya. Musafir
Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima oleh
mustahik nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain, tetapi belum
diterima oleh mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah
disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat,
namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam keadaan tersebut,
zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang penyaluran, sedang bagi amil yang
menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang penyaluran dan liabilitas
penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat disalurkan secara langsung
kepada mustahik nonamil.
penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola
kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil.
penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam
pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara
bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola
pemanfaatannya.
Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset
nonkas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar. Aset tidak lancar yang diterima
dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar saat
penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutandari
aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat jika
penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi
untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat
berupa bahan habis pakai , seperti bahan makanan; atau aset yang memiliki umur
ekonomi panjang, seperti mobil untuk ambulan. Aset nonkas lancar dinilai
sebesar nilai perolehan, sedangkan aset nonkas nonkas tidak lancar dinilai sebesar
nilai wajar sesuai dengan SAK yang relevan.
Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset nonkas tidak
lancar yang dikelola amil, maka aset tersebut dinilai sesuai denga SAK relevan.
Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu
sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui
sebagai penambah dana infak/sedekah.
Laporan Keuangan disusun dengan dasar harga perolehan dan berbasiskan kas
untuk pengakuan sumber dan penggunaan dalam Laporan Aktivitas dan basis
akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan saldo dana dalam laporan posisi
keuangan.
Laporan Arus Kas menyajikan sumber dan penggunaan kas dan setara kas atas
dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Laporan Arus Kas disusun
dengan menggunakan metode langsung.
Laporan Aktivitas difokuskan pada penyajian perubahan saldo dana bersih
selama satu periode dan menyajikan jumlah masing-masing saldo dana bersih
berdasarkan ada tidaknya pembatasan oleh penyumbang yang dikelompokkan
menjadi dana terikat dan dana tidak terikat.
Adapun sistem pengakuan dalam LAZ, yaitu Semua penerimaan diakui saat
aset diterima (realization basis) sedangkan pengeluaran diakui dengan dasar akrual
(accrual basis). Penerimaan dana Baznas terdiri dari :
Zakat maal, zakat penghasilan, dan zakat fitrah. Zakat fitrah hanya untuk
titipan dan bukan bagian dari aktifitas pengelolaan.
lnfak, sedekah, hibah, dan penerimaan dari APBN.
Bagi hasil bank syariah yang dikelompokkan sesuai sumber dana
masingmasing dana
Jasa giro bank konvensional yang dikelompokkan ke dalam Dana Non
Syariah.
a. Laporan Posisi Keuangan
Dalam proses penyusunan laporan keuangan BAZNAS tidak terlepas dari proses
pengumpulan bukti penerimaan dan penyaluran dana zakat yang kemudian dicatat dalam
pencatatan harian. Siklus pencatatan harian dilakukan pada saat terjadi transaksi penerimaan
dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah dari para muzakki dan donatur. Pencatatan ini
kemudian dibuatkan laporan kas harian selanjutnya dimasukkan ke dalam laporan
penerimaan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah. Dari laporan berupa daftar total
transaksi selama satu tahun agar bisa tersusunan laporan posisi keuangannya. Di dalam
Laporan Posisi Keuangan, BAZNAS menyajikan posisi aset, kewajiban, dan saldo dana per
tanggal laporan. Penyajian aset dan kewajiban tidak terlalu berbeda dengan laporan posisi
keuangan organisasi lainnya. Namun, pada laporan posisi keuangan OPZ bagian modal
diganti dengan saldo dana. Saldo dana mencerminkan aktiva kelolaan (baik lancar maupun
tidak lancar) yang dimiliki oleh OPZ tahunan BAZNAS.
Dalam format laporan BAZNAS secara umum, terdapat dua kolom berbeda yaitu
tahun 2019 dan tahun 2020. Penyajian ini memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
melihat seberapa besar posisi keuangan dari tahun 2019- 2020. Setelah dianalisa, format
laporan posisi keuangan BAZNAS sebagai laporan utama sudah sesuai dengan yang diatur
pada lampiran PSAK 109. Dilihat dari laporan keuangan BAZNAS merinci saldo dana yang
terdiri dari saldo dana zakat, infak/sedekah, dan saldo dana amil. Biaya yang masih harus
dibayar termasuk dalam kewajiban lancar.
Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan keluar
pada suatu periode tertentu. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas organisasi pada suatu periode tertentu. Laporan arus kas
BAZNAS disusun dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan. Dalam pembuatan laporan arus kas, BAZNAS berpedoman kepada PSAK 2
tentang laporan arus kas, sehingga laporan arus kas BAZNAS sudah sesuai dengan PSAK
109. Berikut penjelasan mengenai laporan arus kas BAZNAS berdasarkan PSAK No. 109.
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi : akun-akun yang disajikan adalah penambahan dan
pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional
BAZNAS seperti pendapatan (dana zakat, sedekah/infaq, dana amil, dll), penyaluran
dan beban.
2. Arus Kas dari Aktivitas investasi : akun-akun ini menjelaskan transaksi pengadaan
aset tetap , pengadaan aset tetap kelolaan dan penjualan aset tetap.
3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan : perkiraan yang termasuk dalam aktivitas
pendanaan adalah perkiraan penerimaan dari aktivitas pencarian dana. Yang pada
tahun 2019 dan 2020 tidak terdapat penerimaan kas dari utang jangka panjang.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan rincian atau penjelasan detail dari
laporan keuangan sebelumnya yang dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan BAZNAS diterangkan berbagai catatan dan penjelasan dari laporan
keuangan yang disajikan. Catatan Atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan keuangan BAZNAS secara utuh. Catatan Atas Laporan Keuangan
juga merupakan salah satu bentuk pengungkapan BAZNAS terhadap kebijakan, aktivitas, dan
keuangannya. Menurut kelompok kami, Laporan yang dibuat oleh BAZNAS sudah cukup
informatif dan bisa menjelaskan dari laporan secara keseluruhan.
Pelaporan keuangan BAZNAS sudah sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam
PSAK 109. Menurut kelompok kami, pembuatan laporan keuangan BAZNAS yang sekarang
sudah baik dan informatif bagi pembaca laporan keuangan. Namun, bila dilihat dari
kepatuhan terhadap PSAK 109, masih perlu diperbaiki.
Terdapat lima kategori rasio yang dapat digunakan oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ),
antara lain:
1) Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur aktivitas operasional Dana Zakat, Infak
dan Sedekah yang terhimpun oleh lembaga zakat. Rasio aktivitas ini dapat diukur
menggunakan 18 rasio, beberapa diataranya yaitu
Zakah Allocation Ratio
Total Penyaluran Dana Zakat
=
Total Penghimpunan Dana Zakat
237.667.923 .278
=
305.347 .256.942
= 0,78
Jadi dana zakat yang dihimpun oleh BAZNAS, yang disalurkan kepada para
mustahik sebesar 78% atau dalam kondisi yang efektif.
Jadi dana zakat yang dihimpun oleh BAZNAS, yang disalurkan kepada para
mustahik tanpa memperhitungkan bagian zakat dari dana amil sebesar 75% atau
dalam kondisi yang cukup efektif.
1. Transaksi
1) Jurnal untuk mencatat pinjaman dari Tuan Ali sebesar Rp 10.000.000,- yang
diakui sebagai kewajiban jangka pendek yang menjadi tanggungan amil.
2. Kasus
Banyak penyelewengan dana zakat yang terjadi di Indonesia misalnya ada kasus
korupsi dana zakat sebesar 461 juta di Pagaralan, Sumatera Selatan pada tahun 2019,
kemudian ada penyalahgunaan dana zakat sebesar Rp7 miliar di Aceh pada 2012.
Lalu juga ditemukan Kasus penyalahgunaan dana donasi juga muncul pada 2017 yang
menggunakan sebagian dana sumbangan yang masuk ke rekeningnya untuk membeli
mobil Fortuner dan iPhone 7. Maka dari itu apa yang harus kemenag lakukan agar
tidak terjadi penyelewengan dana lagi?
Jawab:
Untuk manjaga agar penghimpunan dana masyarakat tetap berjalan sesuai dengan
syariat dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maka Kementerian
Agama inisiatif untuk membentuk tim investigasi pengelolaan dana zakat, infak, dan
sedekah terhadap lembaga amil zakat (LAZ) yang diduga menyalahgunakan
wewenang. Ini termasuk solusi jangka pendek yang diterbitkan oleh Kementerian
Agama. Selain adanya tim investigasi, kemenag juga membentuk inspektorat jenderal
untuk melakukan audit terhadap LAZ yang diduga melakukan pelanggaran
Untuk solusi jangka panjang, Kemenag melaku penyusunan Surat Keputusan Dirjen
tentang Tim Pengawasan Organisasi Pengelola Zakat, serta Surat Edaran Menteri
Agama tentang Pengawasan Terhadap Organisasi Pengelola Zakat. Sehingga nanti
Dalam regulasi itu, akan diatur supaya Lembaga Amil Zakat tidak hanya melaporkan
jumlah dana, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat, infak, dan sedekah
(ZIS), tetapi juga harus melaporkan aktivitas dan kegiatan lembaga agar tidak
menyimpang dari tujuan pengelolaan zakat itu sendiri.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan PSAK 109 terkait akuntansi zakat dan sedekah, dimana zakat
didefinisikan sebagai harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan
syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Sedangkan infak atau
sedekah mengandung istilah yang ditujukan sebagai harta yang diberikan secara sukarela oleh
pemiliknya, baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi. Menurut
undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan
zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang
bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemashlahatan umat Islam. Tujuan ZIS
adalah sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,
menumbuhkan akhlaq mulia dengan menciptakan rasa kemanusiaan untuk saling tolong-
menolong diatanara sesama, serta menjauhkan dari sifat kikir, bakhil, serta rakus. Dan juga
menumbuhkan ketenangan hidup, dan mengembangkan harta yang dimiliki.
Sejarah pengelolaan zakat di Indonesia dimulai pada masa Kerajaan Islam, kemudian
dilanjutkan pada Masa Kolonialisme, dimana pada masa ini diterbitkanlah peraturan yang
tercantum dalam Ordonantie Pemerintah Hindia Belanda Nomor 6200 tanggal 28 Februari
1905. Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, zakat kembali menjadi perhatian para
ekonom dan ahli fiqih bersama pemerintah dalam menyusun ekonomi Indonesia. Kemudian
pada tanggal 22 Oktober 1968 dibentuklah Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS)
yang dipelopori oleh Pemerintah Daerah DKI Jaya di masa Orde Baru. Pengelolaan zakat
yang bersifat nasional semakin intensif setelah diterbitkannya Undang-undang No. 38 tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang inilah yang menjadi landasan legal formal
pelaksanaan zakat di Indonesia.
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima. Zakat yang diterima
dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar jumlah yang diterima, jika dalam
bentuk kas dan nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas. Zakat yang disalurkan kepada
mustahik, termasuk amil, diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar jumlah yang
diserahkan, jika dalam bentuk kas; dan jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas.
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana Infak/sedekah terikat atau
tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi Infak/sedekah sebesar jumlah yang diterima, jika
dalam bentuk kas dan nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas. Penyaluran dana infak/sedekah
diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar: jumlah yang diserahkan, jika dalam
bentuk kas; dan nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Amin Zakat Nasional. (2018, Maret 28). Peraturan Badan Amil Zakat Nasional
Nomor 3 Tahun 2018. Diambil kembali dari Paralegal.id:
https://paralegal.id/peraturan/peraturan-badan-amil-zakat-nasional-nomor-3-tahun-
2018/
Menteri Agama. ( 2020, Januari 29). Peraturan Menteri Agama Nomor 5 Tahun 2020
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif dalam Pengelolaan Zakat.
Diambil kembali dari SIRANDANG:
http://itjen.kemenag.go.id/sirandang/peraturan/5506-5-peraturan-menteri-agama-
nomor-5-tahun- 2020-tentang-tata-cara-pengenaan-sanksi-administratif-d
Menteri Agama Republik Indonesia. ( 2020, September 2). Peraturan Menteri Agama Nomor
30 Tahun 2020 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Anggota Badan Amil Zakat
NAsional. Diambil kembali dari Sirandang:
http://itjen.kemenag.go.id/sirandang/peraturan/5586-30-peraturan-menteri-agama-
nomor-30-tahun- 2020-tentang-tugas-fungsi-dan-tata-kerja-anggota-bada
Pemerintah Pusat. (2011, November 25). Undang-undang (UU) No. 23 Tahun 2011
Pengelolaan Zakat. Diambil kembali dari JDIH BPK RI:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39267/uu-no-23-tahun-2011
Pemerintahan Pusat. (2014, Februari 14). Pelaksanaan Undang Undang Nomor 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Diambil kembali dari JDIH BPK RI:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5451/pp-no-14-tahun-2014
Vidya Nuchaliza, S. (2020, 07 02). Ketentuan Audit atas Pengelolaan Zakat, Infak, serta
Sedekah oleh Masjid. Diambil kembali dari HUKUMONLINE.COM:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5edc83a0e2c4f/ketentuan-audit-
atas-pengelolaan-zakat--infak--serta-sedekah-oleh-masjid/
Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf. (2018). Diambil kembali dari Tamzis:
https://www.tamzis.id/page/21-zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf
Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf. (2021). Diambil kembali dari Lembaga Amil Zakat DASI
NTB: https://dasintb.org/donasi/zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf/
Ikatan Akuntan Indonesia. (2008, 7 4). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109.
Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah. Indonesia.