Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Diare
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984
mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24
jam). Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti lembek, cair, berdarah,
berlendir, atau dengan muntah (muntaber). Penting untuk menanyakan kepada
orangtua mengenai frekuensi dan konsistensi tinja anak yang dianggap sudah tidak
normal lagi. Diare dibedakan menjadi dua waktu serangan (onset), yaitu diare akut (2
minggu) .
Menurut Kemenkes RI (2014) Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi pada tinja, yang melembek atau mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya. Diare adalah buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya, neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih dari satu bulan dan anak
bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
2. Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi: virus: Rotavirus (40-60%),
Adenovirus; bakteri : Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio cholerae,
dan lain-lain;parasit: Entamoeba histolytica , keracunan makanan; malabsorpsi:
kabrohidrat, lemak, dan protein; alergi: makanan, susu sapi serta imunodefisiensi:
AIDS (Widoyono, 2011: 195).
Menurut Kemenkes RI (2014) beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan
insiden beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: Shigella dan V
cholerae.
b. Kurang gizi beratnya Penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat
pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.
c. Campak, diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat
dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Automune Deficiensy Syndrome)
pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak
parogen dan mungkin juga berlangsung lama.

3. Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare


Menurut Widoyono (2011) penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan
oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal
terjadi dengan mekanisme berikut ini :
a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi
bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik
tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke
rumahrumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di
rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan
b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka
makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.
c. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan
menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan
makan yang merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan
mikroba.
d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air
besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung .
4. Jenis-Jenis Diare Menurut Kemenkes RI (2014)
jenis-jenis diare adalah sebagai berikut:
a. Diare Akut Cair Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 7 hari.
b. Diare bermasalah Diare bermasalah terdiri dari diare berdarah, kolera, diare
berkepanjangan (prolonged diarrhea), diare persisten/kronik dan diare dengan
malnutrisi.
c. Diare berdarah Diare berdarah atau disentri adalah diare dengan darah dan lendir
dalam tinja dan dapat disertai dengan adanya tenesmus.
d. Kolera Diare terus menerus, cair seperti air cucian, tanpa sakit perut, disertai
muntah dan mual diawal penyakit.
e. Diare berkepanjangan Diare berkepanjangan (prolonged diarrhea) yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari. Penyebab diare
berkepanjangan berbeda dengan diare akut. Pada keadaan ini kita tidak lagi
memikirkan infeksi virus melainkan infeksi bakteri, parasit, malabsorpsi, dan
beberapa penyebab lain dari diare persisten.
f. Diare persisten/diare kronik Diare persisten/diare kronik adalah diare dengan atau
tanpa disertai darah, dan berlangsung selama 14 hari atau lebih. Bila sudah
terbukti disebabkan oleh infeksi disebut sebagai diare persisten.
5. Epidemiologi
masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai penyebab
kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.  Setiap
tahun, diare membunuh 525.000 balita dan menyebabkan 1,7 juta anak menderita
diare di dunia. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan
bahwa diare berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan
peringkat ke-5 pada balita. Diare banyak terjadi di negara berkembang. Di negara
dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun pada anak kurang
dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi
di wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 diare merupakan penyebab kematian tertinggi pada 31,4% bayi dan
25,2% balita dari seluruh penyebab kematian pada bayi dan balita. Kajian masalah
kesehatan berdasarkan siklus kehidupan tahun 2011, yang dilakukan Badan Penelitian
Kesehatan di 15 kabupaten/kota mendapatkan kematian akibat diare 17,4% pada bayi
dan 13,3% pada balita. Dari hasil Riskesdas 2018, kejadian diare berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat)
sebesar 6,8 % untuk semua golongan umur, sedangkan untuk balita ada 11%.  Dari
hasil tersebut meskipun terdapat kecenderungan penurunan kematian dan kesakitan
akibat diare namun masih merupakan masalah terbanyak di Indonesia.
Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan ISP, Kementerian
Kesehatan menunjukkan bahwa angka kesakitan diare semua umur
tahun 2012 adalah 214/1.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare pada
balita adalah 900/1.000 balita. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan
semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur.
Pola hidup masyarakat pada daerah waekatin , kecamatan fena fafan kabupaten buru
selatan ini masih jauh dari tindakan sehat dimana sungai menjadi tempat dan atau
difungsikan sebagai tempat pembuang tinja, mandi dan keperluan sehari-hari. Lokasi
yang berada dipegunungan sehingga menyebabkan masyarakat memiliki pola pikir
yang belum dikatakan luas. Tahun 2020 terjadi kasus kematian akibat dari penyakit
ini, sehingga mengakibatkan kurang lebih 5 nyawa anak melayang, kelalaian orang
tua menjadi salah satu penyebab, dimana menurut mereka diare merupakan hanya
penyakit biasa atau tidak berbahaya sehingga mengacuhkan mereka untuk tidak
terlalu memperhatikan anak yang berada dalam kondisi demikian.
6. Gejala Klinis
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain:
a. Gejala Umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah.
b. Gejala Spesifik
1) Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
2) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.
7. Pengobatan Menurut Widoyono (2011:198) pengobatan diare berdasarkan derajat
dehidrasinya yaitu : a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A Pada keadaan ini, buang air besar
terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih
lincah dan masih perlu makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan oleh
ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di
rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air the, maupun oralit
(pengobatan terapi A). b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B Diare dengan
dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan
pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6- 10% dari berat badan. Untuk mengobati
penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai
berikut : Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan : usia 5 tahun 1200 mL. Setelah
itu, tambahkan setiap kali mencret : usia 5 tahun 400 mL

Anda mungkin juga menyukai