Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR ORGANISASI DAN MANAJEMEN BIMBINGAN

KONSELING

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Program &
Manajemen BK Yang Diampu Oleh:

Dosen : Tri Dewantari M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok I - Kelas D/6

Isnaini Sukmawati (1911080329)

Cantika Aurellia A.K ( 1911080043)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatan kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang sangat
sederhana ini. Makalah ini membahas tentang konsep dasar organisasi dan manajemen
bimbingan konseling. Pada akhirnya, saya berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita mengenai motivasi pada umumnya.

Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan
memberikan masukan-masukan yang sangat berarti bagi penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih perlu disempurnakan lagi. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari para pembaca.

Bandar Lampung, 01 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 04


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 04

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan Dan Konseling.........................................02


B. Konsep Dasar Organisasi BK..........................................................................02
C. Dasar-dasar dan Prinsi-prinsip Organisasi. BK ............................................. 03
D. Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling............................... 05
E. Tujuan Dan Manfaat Pengorganisasian BK .................................................. 07

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 09

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapkan antara lain perlu didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan
teratur. Organisasi tersebut dengan secara tegas mengatur kedudukan, tugas, dan
tanggung jawab para personil sekolah yang terlibat.

Organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi
yang tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah masing-masing.
Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dengan
demikian, kehadiran suatu organisasi bimbingan dan konseling tampaknya menjadi
suatu tuntutan alami untuk menjawab kebutuhan pelaksanaan program pelayanan,
khususnya kepada siswa.

B . Rumusan Masalah

1) Apakah konsep dasar organisasi dalam BK?


2) Jelaskan konsep dasar manajemen BK!
3) Apakah Manfaat dan Tujuan perorganisasian?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Bimbingan Dan Konseling

Manajemen berasal dari bahasa inggris “manajemen”dengan kata kerja “to


manage” yang artinya mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol.
Manajemen adalah ilmu mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara
efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi yang
mencapai tujuan tertentu. Pengertian manajemen bimbingan dan konseling adalah
proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor
kepada individu melalui pertemuan tatap muka atau hubungsn timbal balik antara
keduanya agar individu memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalah-masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Atau bisa juga pemberian bantuan atau pertolongan yasng sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada individu melalui pertenmuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah individu
sehingga individu mampu melihat masalahnya sendiri.

Dalam kontek bimbingan dan konseling (BK) manajemen dapat berarti proses
perencanaan, pengorgaisasian, pengarahan dan pengawasan aktifitas-aktifitas yang
berlangsung dalam bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen BK mengupayakan agar
tercapainya efektivitas dan efisiensi serta tercapainya tujuan. Oleh karena itu,
manajemen diperlukan dalam bimbingan dan konseling dengan tiga alasan, yaitu :
a. Untuk mencapai tujuan, b. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan
yang saling bertentangan (jika ada), c. Untuk mencapai efektivitas dan efisien.

B. Konsep Dasar Organisasi Bimbingan dan Konseling

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang
sebelumnya tidak dapat di capai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi
merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi
mencapai satu sasaran tertentu atau serangkain sasaran.
Sebagaimana fungsi organisasi sebagai media menyatukan persepsi dan tujuan
bersama yang hendak dicapai, kehadiran organisasi profesi, khususnya di bidang
bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga pendidikan menjadi sangat
penting. Hal itu karena kegiatan program bimbingan dan konseling berarti suatu
bentuk kegiatan yang mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau
mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan ini
terfokuskan pada pelayanan yang diberikan kepada para siswa dan rekan tenaga
pendidik serta orangtua siswa, dan evaluasi program bimbingan.
Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dalam wadah
organisasi, tenaga pembimbing bekerja berdasarkan suatu program bimbingan yang
direncanakan dan dikelola dengan baik.

C. Dasar-dasar dan Prinsi-prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling

Dasar bagi organisasi bimbingan dan konseling adalah adanya kesepakatan


bersama antar pengurus. Atas dasar kesepakatan itu, pengelolaan dan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dapat melibatkan semua pihak.
Adapun prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, sehingga
tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
2. Prinsip skala hierarki
Dalam suataun organisasi, harus ada garis kewenangan yang jelas dari
pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas
dalam pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip kesatuan perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan.
4. Prinsip pendelegasian wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan.
5. Prinsip pertanggung jawaban
Dalam menjalankan tugasnya, setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
6. Prinsip pembagian pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Agar kegiatan dapat berjalan optimal, dilakukan pembagian
tugas/pekerjaan yang didasarkan pada kemampuan dan keahlian dari tiap-tiap
pengurus.
7. Prinsip rentang pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seoran
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan
tipe organisasi. Semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup
banyak, semakin komplek rentang pengendaliannya.
8. Prinsip fungsional
Secara fungsional, tugas dan wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta
tanggung jawab seorang pegawai harus jelas.
9. Prinsip pemisahan
Tanggung jawab tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang
lain.
10. Prinsip keseimbangan
Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara struktur organisasi yang
efektif dan tujuan organisasi.
11. Prinsip fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri dank arena adanya pengaruh di luar
organisasi, sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai
tujuannya.
12. Prinsip kepemimpinan
Dalam organisasi, apa pun bentuknya diperlukan pemimpin atau dengan kata
lain, organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebu.
Delapan sifat pemimpin yang menjadi pertimbangan dalam sebuah organisasi
yang akan mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan, yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk memusatkan
2. pendekatan pada nilai yang sederhana
3. Selalu bergaul dengan orang
4. menghindari professional tiruan
5. Mengelola perubahan
6. Memilih orang
7. hindari “mengerjakan semua sendiri”
8. Meghadapi kegagalan.

D. Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling

1. Struktur
Menurut buku, “Bimbingan dan Konseling” (2008: 26), struktur organisasi
pelayangan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan tidak harus
sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang
bersangkutan. Meskipun demikian struktur organisasi pada setiap satuan
pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Menyeluruh
b. Sederhana
c. Luwe dan terbuka
d. Menjamin berlangsungnya kerja sama
e. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak
lanjut
2. Personal
Personal layanan bimbingan konseling adalah segenap unsur yang terkait di
dalam struktur organisasi pelayanan bimbingan konseling dengan coordinator guru
pembimbing khusus sebagai pelaksana utama.
Personal yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

a. Personal pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan


(penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di satuan pendidikan.
b. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di satuan
pendidikan masing-masing.
c. Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas
masing-masing.
e. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang seluas-
luasnya.
f. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan (seperti
dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
g. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya”.

Untuk setiap personal yang diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas,


wewenang, dan tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara
keseluruhan organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan
tanggung jawab Guru Pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan
konseling dikaitkan antara seorang Guru Pembimbing dan jumlah peserta didik
yang menjadi tanggung jawabnya langsung. Guru Kelas sebagai tenaga
pembimbing bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling
terhadap seluruh peserta didik di kelasnya.
Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar kecilnya
satuan pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus personil sekolah) yang
dapat dilibatkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan
pendidikan dapat tidak sama. Dalam kaitan itu, tugas, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing personil di setiap satuan pendidikan disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan yang bersngkutan tanpa mengurangi tuntutan akan
efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh
demi kepentingan peserta didik.

E. Tujuan Dan Manfaat Pengorganisasian Bimbingan Dan Konseling

Pengorganisasian bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi


pelaksanaan bimbingan dan konseling, meningkatkan pemahaman terhadap
stakeholder dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, membangun komunikasi
dari berbagai petugas bimbingan dan konseling sehingga terjadi persepsi yang
sama, dan membangun dan menetapkan akuntabilitas dalam layanan bimbingan dan
konseling (Sugiyo, 2011:39).
Adapun manfaat organisasi bimbingan dan konseling, khususnya di sekolah
dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut:
1. Ruang lingkup pelayanan bimbingan jauh lebih luas dan semua siswa harus
mendapatkan pelayanan bimbingan, terutama melalui bimbingan kelompok.
2. Pelayanan bimbingan menjadi usaha yang dilakukan bersama oleh staf bimbingan
sebagai tim kerja.
3. Pelayanan bimbingan dalam semua komponen program bimbingan mendarah
daging dalam kehidupan sekolah.
4. Kedudukan, wewenang, dan tugas konselor sekolah diakui oleh staf pendidik di
sekolah dan di nilai lebih positif karena disamping program pengajaran, terdapat
program bimbingan yang sama sama dikelola secara profesional.
5. Tenaga bimbingan oleh para siswa tidak di pandang sebagai satpam sekolah,
petugas membina disiplin, guru cadangan, ahli menangani kasus kenakalan, serta
kasus keabnormalan, dan sebagainya.
6. Diperjelas bahwa layanan bimbingan mengandung unsur proses, yang membawa
hasil secara gradual sebagai akibat dan usaha tenaga bimbingan dan siswa bersama-
sama, sama seperti pengajaran yang juga mengenal unsur proses.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan manajemen yang dilakukan


oleh konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan berbagai
sumber daya yang ada. Dalam konteks bimbingan dan konseling (BK), manajemen
dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarah, dan pengawasan
aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan koseling, serta penggunaan daya lainnya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawas (controlling).
Pola manajemen bimbingan dan konseling inin terbagi menjdi dua bagian, yaitu pola
profesional dan pola non-profesional. Program manajemen bimbingan dan
konseling dan pelaksanaannya tidak mungkin bisa dilakukan sendiri oleh kepala
sekolahatau oleh petugas bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan.
Aspek yang mendukung dalam kelancaran manajemen bimbingan dan konseling
diantaranya ; perencanaan program bimbingan dan konseling, evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling, dan supervisi kegiatan bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka

Setia

Gibson, Robert L dan Marianne, Bimbingan dan konseling, yogyakarta :

Pustaka Pelajar Hidayat

Andika Fawri, Neviyarni DOI Konsep Manajemen Bimbingan dan Konseling :

https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.266

Hikmat. Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai