Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Semakin hari peranan penerimaan pajak bagi pembiayaan pengeluaran
negara semakin besar sehingga berbagai usaha dilakukan pemerintah dalam
rangka meningkatkan penerimaan pajak, salah satunya dengan mengadakan Tax
Reform (reformasi pajak). Abimanyu dalam Setiyaji (2005) menyebutkan bahwa
reformasi perpajakan adalah perubahan mendasar di segala aspek perpajakan yang
memiliki tiga tujuan utama, yaitu tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas
aparat perpajakan yang tinggi. Reformasi perpajakan di Indonesia pertama kali
dimulai pada tahun 1983, dengan perombakan sistem perpajakan paling mendasar,
yaitu digantikannya sistem official assessment menjadi self assessment. Dalam
sistem baru ini, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan sendiri
kewajiban pajaknya, mulai dari menghitung sendiri penghasilannya, menghitung
sendiri pajak yang terutang, membayar sendiri pajak yang terutang, dan
melaporkan sendiri pemenuhan kewajiban pajaknya.

1.2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1.2.1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam menulis makalah yang berjudul Reformasi
Pajak ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah
dalam menghadapi reformasi pajak
1.2.2. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penelitian serta hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat
bagi:

1
a) Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga
khusunya pada mata kuliah Hukum Pajak.
b) Bagi Akademik
Dapat menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa dan
pihak yang lainnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan
sebagai bahan bacaaan terutama mengenai suatu masalah yang
akan dibahas.

1.3. Ruang Lingkup


Agar penulisan Laporan ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada, maka kami membatasi ruang lingkup yang akan dibahas yaitu tentang
Reformasi Pajak terutama di Indonesia.

1.4. Metodelogi Penelitian

1.4.1. Jenis Dan Sumber Data


Data sekunder yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalkan
dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.

1.4.2. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan ini, penulis membutuhkan data-data yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. Metode
pengambilan data yang digunakan dalam penulisan laporan Reformasi Pajak
ini adalah metode riset perpustakaan (Library Research) yaitu metode
pengumpulan data dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
internet yang dijadikan sebagai landasan teori untuk pembahasan ini.
1.4.3. Analisis Data
Metode Deskriptif Kualitatif yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan) analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada deneralisasi (Sugiono. 2013:1)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Reformasi Pajak


Reformasi Pajak adalah perubahan sistem perpajakan secara signifikan
dan komprehensif yang mencakup pembenahan administrasi perpajakan,
perbaikan regulasi perpajakan, dan peningkatan basis pajak. Bentuk
pelaksanaannya dapat bervariasi tergantung pada kondisi yang dihadapi, termasuk
menambah atau mengurangi tarif pajak, mengubah lapisan penghasilan kena
pajak, mengubah ambang batas penghasilan kenak pajak (PKP), mengubah dasar
pengenaan pajak, memberlakukan pajak-pajak baru dan menghapus pajak-pajak
lama, mengubah komposisi penerimaan pajak maupun melakukan perubahan
mendasar terhadap praktik-praktik dan prosedur administratif perpajakan.

2.2. Tujuan Reformasi Pajak


Tujuan utama dari pembaruan perpajakan, sebagaimana diuraikan oleh
Menteri Keuangan RI, Bapak Radius Prawiro pada sidang Dewan Perwakilan
Rakyat adalah untuk lebih menegakkan kemandirian kita dalam membiayai
pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan
kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan
negara melalui perpajakn dari sumber-sumber di luar minyak bumi dan gas alam.
Selain itu, reformasipajak dilakukan agar sistem perpajakan dapat lebih efektif
dan efisien, sejalan dengan perkembangan globalisasi yang menuntut daya saing
tinggi dengan negara lain. Tentu saja dengan memperhatikan prinsip-prinsip
perpajakan yang sehat seperti persamaan (equality), kesederhanaan (simplicity),
dan keadilan (fairness), sehingga tidak hanya berdampak terhadap peningkatan
kapasitas fiskal, melainkan juga terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro.

2.3. Pajak – Pajak Yang Berlaku Sebelum Reformasi


Beberapa jenis pajak di Indinesia sebelum reformasi perpajakan dibedakan
menjadi pajak negara dan pajak daerah. Sejak zaman penjajahan Belanda
diberlakukan UU yang mengatur pembayaran pajak, yaitu sbb :

1. Staatsblad No 13 Th 1908 tentang Ordonansi Rumah Tangga


2. Staatsblad No 498 Th 1921 tentang Aturan Bea Meterai
3. Staatsblad No 291 Th 291 tentang Ordonansi Bea Balik Nama
4. Staatsblad No 405 Th 1932 tentang Ordonansi Pajak Kekayaan
5. Staatsblad No 718 Th 1934 tentang Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor

3
6. Dan masih banyak UU lain..

2.4. Reformasi Pajak

 Reformasi Pajak Tahun 1983


Reformasi pajak (tax reform) atau pembaruan perpajakan, telah dilakukan sejak
tanggal 1 Januari 1984. Bersamaan dengan dikeluarkannya serangkaian undang-
undang adalah sbb :

1. UU No 6 Th 1983 tentang Ketetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan


2. UU No 7 Th 1983 tentang PPh, dan diubah menjadi UU No 7 Th 1991
3. UU No 8 Th tentang PPN dan PPnBM, direncanakan diberlakukan th 1984 juga
tetapi karena masih ada sesuatu yang harus dipersiapkan lebih matang maka UU
tersebut diperlakukan mulai 1 April 1985
4. UU No 12 tentang PBB mulai diberlakukan tahun 1995
5. UU No 13 tentang Bea Meterai mulai diberlakukan tahun 1995

 Reformasi Pajak Tahun 1994


Reformasi perpajakan terus dilakukan perubahan dan penyempurnaan sesuai
dengan tuntutan perubahan sistem perekonomian. Setelah satu dasawarsa
peraturan pajak dilaksanakan diadakan lagi perubahan terhadap peraturan
perpajakan. UU pajak yang dikeluarkan adalah sbb :

1. UU No 9 Th 1994 tentang UU No 6 Th 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan
2. UU No 10 Th 1994 tentang Perubahan atas UU No 7 Th 1983 tentang PPh
3. UU No 11 Th 1994 tentang UU No 8 Tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM
4. UU No 12 Th 1994 tentang Perubahan atas UU No 12 tentang PBB 

 Reformasi Pajak Tahun 1997


Pada tahun 1997 dikeluarkan lagi serangkaian UU baru, untuk melengkapi UU
yang telah ada, adalah sbb :

1. UU No 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak

4
2. UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. UU No 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
4. UU No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
5. UU No 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan

 Reformasi Pajak Tahun 2000


Pada tahun 2000 seiring dengan perkembangan sosial dan ekonomi, pemerintah
kembali mengeluarkan serangkaian UU untuk mengubah UU yang telah ada,
adalah sbb :

1. UU No 16 Th 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No 6 Th 1983 tentang


Ketentuan Umum& Tata Cara Perpajakan
2. UU No 17 Thn 2000 ttg Perubahan Ketiga atas UU No atas UU No 7 tahun 1983
tentang PPh
3. UU No 18 Thn 2000 ttg Perubahan Kedua atas UU No 8 Tahun 1984 tentang PPN
dan PPnBM
4. UU No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
5. UU No 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
6. UU No 34 Thn 2000 ttg Perubahan atas UU No 18 Thn 1997 tentang Pajak
Daerah & Retribusi Daerah 

 Reformasi Pajak Tahun 2000 (lanjutan)

Pada tahun 2000 untuk lebih memberikan rasa keadilan dan kepastian
hukum, pemerintah akhirnya mengeluarkan UU No 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak pengganti UU No 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak yang kurang berpihak pada WP. Pada tanggal 27 Juli 2007
pemerintah mengesahkan UU No 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
UU No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan agar
lebih memberikan kepastian.Kemudian pada tahun 2008 PPh diubah dengan UU
No 36 Tahun 2008 dan PPn dan PPnBM diubah dengan UU No 42 Tahun 2009.
Tujuan dari penyempurnaan undang-undang pajak adalah dalam rangka
ekstensifikasi dan intesifikasi pengenaan dan pemungutan pajak yang sekaligus
merupakan upaya peningkatan keadilan beban pajak, penghapusan fasilitas pajak

5
yang tidak memiliki landasan hukum yang akan merugikan perekonomian
nasional dan menutup peluang-peluang penghindaran pajak (loopholes).
Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam jangka pnjang diharapkan dapat
meningkatkan investasi dan penerimaan negara untuk menuju kemandirian
pembiayaan pembangunan.

2.5. Sejarah Reformasi Pajak


Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-
cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang
harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa.
Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk natura
berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-
lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau
kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi yang
dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan
sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja
yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.

Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda hingga sebelum tahun 1983


telah diberlakukan cukup banyak Undang-Undang yang mengatur mengenai
pembayaran pajak, yaitu sebagai berikut:

1. Pajak Rumah Tangga;


2. Aturan Bea Meterai;
3. Ordonansi Bea Balik Nama;
4. Ordonansi Pajak Kekayaan;
5. Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor;
6. Ordonansi Pajak Upah;
7. Ordonansi Pajak Potong;
8. Ordonansi Pajak Pendapatan;
9. Undang-Undang Pajak Radio;
10. Undang-Undang Pajak Pembangunan I;
11. Undang-Undang Pajak Peredaran;

Kemudian dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat maka di undangkan


lagi beberapa UU yaitu:
1.      UU Pajak penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No.2 tahun 1968

6
2.      UU no.21 Tahun 1959 tentangpajak deviden yang diubah dengan UU
No.10 Tahun 1967 tentang pajak atas bunga, deviden, dan royalty
3.      UU No.19 tahun 1959 tentang penagihan pajak Negara dengan surat Paksa
4.       UU no.74 tahun 1958 tentang pajak bangsa asing dan
5.       UU no.8 Tahun 1967 tentang tata cara pemungutan PPd, PKK dan PPs
atau Tata cara MPS-MPO.

2.6. Kronologis Undang-Undang Perpajakan Yang


Berlaku Di Indonesia Saat Ini
Sejak tahun 1983, dunia perpajakan di Indonesia memasuki babak baru
yaitu dengan melakukan reformasi sistem dan ketentuan perpajakan. Perubahan
yang dilakukan adalah dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari
sebelumnya yang masih menggunakan official assessment system yang diubah
menjadi self assessment system. Dalam sistem pemungutan pajak yang baru ini,
masyarakat dan Wajib Pajak yang berperan utama dalam melakukan proses
menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya
sendiri. Sejak tahun 1984 di Indonesia berlaku 9 (sembilan) Undang-Undang
Perpajakan. Kesembilan Undang-Undang ini hingga saat ini telah mengalami
perubahan yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP)
a) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
b) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994
c) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000
d) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
e) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

2. Undang – Undang Tentang Pajak Penghasilan


a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
b) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
c) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
d) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
e) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

7
3. Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983


b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1984 (Penetapan Pemberlakuan UU
PPN)
c) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994
d) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
e) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

4. Undang-Undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


a) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
b) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994

5. Undang – Undang Tentang Bea Materai (BM)


a)  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985

6. Undang-Undang tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


(BPHTB)
a) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997
b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 (Penetapan Pemberlakuan UU
BPHTB)
c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000

7. Undang-Undang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP)


a) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997
b) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000
8. Undang-Undang tentang Pengadilan Pajak
a) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002

9. Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


a) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
b) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
c) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek
perpajakan. Reformasi di lakukan agar sistem perpajakan dan lebih efektif dan
efisien, sejalan dengan perkembangan globalisasi yang menuntut daya asing tinggi
dengan Negara lain. Tentu saja dengan memperhatikan prinsip-prinsip perpajakan
yang sehat seperti persamaan, kesederhanaan, dan keadilan, sehingga tidak hanya
berdampak terhadap peningkatan kapasitas fiskal, melainkan juga terhadap
perkembangan kondisi ekonomi makro. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.

3.2. Saran
Reformasi perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
citra pajak di mata wajib pajak maka dari itu pelaksanaan reformasi perpajakan
pada saat ini semoga bisa di pertahankan atau bila perlu di tingkatkan ke arah
yang lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_perpajakan
http://www.pajak.go.id/reformasi-pajak

10

Anda mungkin juga menyukai