Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP LANJUT USIA TENTANG PENYAKIT


DEGENERATIVE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARANTI

OLEH

Kassamming, SKM., M.Kes

Unggul,
Profesional
Berakhlakul Karimah

STIKES MUHAMMADIYAH
SIDRAP TAHUN 2021

Jalan Syarif Al-Qadri No. 11 Pangkajene – Sidrap


Website : stkmsidrap2009.ac.id;
Email : stkm2009@yahoo.com
Fax/Telp : 0421-91366
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses menua adalah penurunan kemampuan fungsi tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan dan sistem regulasi tubuh (widodo & sumardino, 2016).
Penurunan kemampuan fungsi tubuh tersebut mempunyai potensi timbulnya masalah
baru dalam kelompok masyarakat ini. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu World Health
Organization (WHO) mengatakan bahwa masalah kesehatan dunia bergeser dari
penyakit menular menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak menular
dikenal juga sebagai penyakit degeneratif (Trisnowati, 2018).
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit
degeneratif yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen kematian
tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit degeneratif, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh penyakit degeneratif lainnya (WHO, 2018).
Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia yaitu
64%. Sebagian besar penyakit degeneratif disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler
(30%), selanjutnya kanker (13%), penyakit pernafasan (7%), diabetes (3%) dan yang 10
% disebabkan penyakit PTM lain-nya. (Trisnowati, 2018).
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017
penyebab kematian tertinggi penyakit tidak menular yaitu kardiovaskuler seperti jantung,
stroke dan hipertensi berada di urutan pertama 49,44%, diabetes mellitus19,24%,
Gangguan kecelakaan 7,70%, dan kanker 3,14% (SulSel, 2016).
Studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti di Puskesmas Baranti
Kabupaten Sidenreng Rappang, didapatkan 10 penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif pada lanjut usia. Adapun data yang didapatkan pada tahun 2019 pada bulan
Januari sampai bulan Oktober dengan kasus gout artritis 11,43%, hipertensi 12,16%, dan
diabetes mellitus 2,07% kasus. (Puskesmas Baranti, 2019). Ini menunjukkan bahwa
penyakit tidak menular menjadi ancaman yang harus diwaspadai terutama dalam
melaksanakan upaya promotif dalam melaksanakan hidup sehat agar masyarakat dapat
mengurangi faktor risiko PTM (Trisnowati, 2018).
Pencegahan penyakit degeneratif dapat dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran atas faktor-faktor resiko. Peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan
edukasi atau penyuluhan kesehatan baik secara langsung maupun menggunakan
teknologi. (Hallberg, Ranerup, & Kjellgren, 2016). Persepsi individu dalam memandang
penyakit dipengaruhi oleh tindakan yang dilakukan seperti adanya penyuluhan kesehatan
melalui media massa, koran, majalah ceramah, nasehat dari orang terdekat, adanya kartu
pengingat, faktor penyakit yang dialami oleh anggota keluarga juga dapat memengaruhi
persepsi individu dalam memandang penyakitnya sebagai ancaman ( Haryani & Sahar
(2016).
Menurut Kemenkes RI (2011) penyuluhan kesehatan bertujuan dalam
peningkatan kemampuan dan pengetahuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh
dan untuk masyarakat yang berwawasan kesehatan. Media promosi kesehatan yang dapat
digunakan dapat berbasis kertas (print out) seperti brosur, poster, atau leaflet kemudian
media dengan audio visual berupa film pendek dan power point. Menurut Brock and
Joglekar (2011) penggunaan power point dalam penyuluhan lebih efektif dan
memudahkan untuk pemberian materi karena dapat mencantumkan gambar, foto, bagan,
grafik, suara (audio visual) dan animasi (Aris, 2019).
Informasi dari masyarakat daerah sasaran mitra kegiatan pengabdian masyarakat
di Kecamatan Baranti mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit degeneratif atau disebut penyakit tidak menular pada lansia masih jarang
dilakukan sehingga masyarakat masih kurang mengerti tentang penyakit yang
dideritanya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan pengabdian
masyarakat untuk peningkatan pengetahuan orang lanjut usia tentang penyakit
degeneratif di Desa Sipodeceng Wilayah Kerja Puskesmas Baranti.
1.2 Perumusan Masalah
1. Kurangnya pengetahuan lansia mengenai penyakit degenerative
2. Kurangnya kesadaran lansia mengenai pentingnya pemeriksaan laboratarium
3. Kurangnya team pengedukasi seputar penyakit degenerative dan cara pencegahannya di
wilayah kerja Puskesmas Baranti

1.3 Tujuan Kegiatan


1. Untuk memberikan pemeriksaan gratis dan penyuluhan atau edukasi mengenai
penyakit degenerative dan cara pencegahannya
2. Untuk meningkatkan pemahaman lansia mengenai penyakit degenerative dan cara
pencegahannya pentingnya menjaga pola hidup yang sehat agar terhindar dari penyakit
degenerative
3. Untuk meningkatkan kesadaran lansia akan pentingnya pemeriksaan laboratarium
sebagai deteksi dini penyakit degenerative

1.4 Manfaat Kegiatan


1. Menerapkan pola hidup yang sehat pada lansia agar terhindar dari penyakit
degenerative
2. Meningkatkan kesadaran lansia dalam hal menjaga kesehatan salah satunya dengan
melakukan pemeriksaan laboratarium
3. Meningkatkan angka kesehatan serta meminimalisirkan morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit degenerative pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Baranti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Degenerative


Penyakit degenerative adalah kondisi kesehatan di mana organ atau jaringan terkait
keadaannya yang terus menurun seiring waktu. Penyakit ini terjadi karena adanya perubahan
pada sel-sel tubuh yang akhirnya memengaruhi fungsi organ secara menyeluruh.
Proses penuaan adalah penyebab penyakit degeneratif yang paling umum. Ya, semakin
bertambah usia, maka fungsi jaringan dan organ tubuh pun akan semakin mengalami
penurunan.Itu sebabnya, orang lanjut usia (lansia) lebih mungkin dan lebih umum mengalami
berbagai jenis penyakit degeneratif ketimbang dengan orang yang lebih muda. Meski begitu,
penyakit ini juga bisa menyerang semua kalangan tanpa memandang usia. Beberapa faktor
seperti gaya hidup, riwayat penyakit, dan genetik dapat memengaruhi seseorang untuk terkena
penyakit ini.

2.2 Jenis- jenis Degenerative

Menurut Jurnal Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, ada sekitar 50
jenis penyakit degeneratif yang menyerang lansia, namun yang paling umum adalah:

1. Penyakit kardiovakuler

Penyakit kardiovakuler adalah penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah
di sekitarnya. Bertambahnya usia dapat menempatkan seseorang pada risiko penyempitan
pembuluh darah dan otot jantung yang melemah atau menebal. Selain penyakit jantung itu
sendiri, kondisi lain yang menjadi faktor juga ikut meningkat seiring menuanya seseorang,
yakni hipertensi (tekanan darah tinggi) dan stroke.

2. Masalah pada endokrin

Sistem endokrin Anda mencakup delapan kelenjar utama di seluruh tubuh Anda,
seperti kelenjar tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan pankreas. Sistem ini
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme, fungsi seksual, dan suasana
hati. Jika kadar hormon Anda terlalu tinggi atau terlalu rendah, Anda mungkin menderita
penyakit atau kelainan endokrin. Penyakit dan kelainan endokrin juga terjadi jika tubuh
Anda tidak merespons hormon sebagaimana mestinya. Beberapa contoh penyakit yang
menyerang endokrin dan terkait dengan degenerasi adalah diabetes melitus dan
kekurangan nutrisi.

3. Neoplasma

Neoplasma adalah sebutan lain untuk tumor, yakni massa atau benjolan yang tumbuh
akibat sel-sel membelah dan tumbuh secara berlebihan di dalam tubuh. Neoplasma (tumor)
bisa bersifat jinak atau ganas. Tumpor jinak berarti bukan kanker, sedangkan kanker ganas
dapat menjadi kanker karena perkembangan sel tidak bisa dikendalikan, menyebar, dan
merusak jaringan sehat di sekitarnya.

4. Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit degeneratif yang menandakan pengeroposan tulang


karena tulang semakin lemah dan rapuh. Kondisi ini umumnya membuat lansia bertubuh
bungkuk atau rentan mengalami patah tulang pada tulang pinggul, pergelangan tangan,
atau tulang belakang.
2.3 Tanda dan Gejala Degenerative

Lansia yang memiliki penyakit degeneratif menunjukkan gejala yang berbeda-beda,


tergantung jenis penyakit yang menyerang, seperti:

Gejala penyakit kardiovakuler pada lansia

 Lansia dengan penyakit jantung sangat umum mengalami gejala nyeri dada, sesak
napas, pusing, denyut jantung tidak beraturan, pembengkakan pada bagian tubuh, dan
pingsan.
 Bagi lansia yang mengidap hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala.
Kemungkinan sakit kepala, sesak napas, dan mimisan bisa saja terjadi jika hipertensi
sudah bertambah parah.
 Stroke yang menyerang lansia menimbulkan gejala sakit kepala dan kelumpuhan atau
mati rasa pada wajah, lengan, dan tungkai sehingga membuat mereka kesulitan
berbicara dan berjalan.

Gejala masalah endokrin pada lansia

 Diabetes melitus yang menyerang lansia menyebabkan gejala terus-menerus haus,


sering buang air kecil, kelelahan, pandangan kabur, dan mudah infeksi tapi sulit untuk
sembuh dari luka.
 Malnutrisi pada lansia menimbulkan gejala badan kurus atau kegemukan, nafsu makan
buruk, sering mengalami sembelit, dan tubuh kelelahan sepanjang hari.

Gejala neoplasma (tumor) pada lansia

Gejala tumor jinak pada lansia sama dengan usia lain, seperti menimbulkan benjolan padat
yang bisa terlihat oleh mata atau tidak jika terjadi di dalam tubuh.

Pada kasus tumor ganas, ukurannya akan semakin membesar, bahkan bisa mengubah bentuk
atau ukuran jaringan/organ di dekatnya. Selain itu, akan ada gejala lain yang menyertai seperti
kelelahan, pembengkakan, perdarahan, perubahan kulit, dan gejala lainnya.

Gejala osteoporosis pada lansia

Gejala osteoporosis yang menyerang lansia umumnya berupa nyeri punggung, postur tubuh
membungkuk, tinggi badan berkurang, dan rentan mengalami patah tulang.

2.4 Penyebeb Penyakit Degenerative

Penyebab penyakit degeneratif sangat bervariasi, bergantung dengan jenisnya. Bahkan,


ada juga yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Akan tetapi, usia tetap menjadi faktor
risiko yang turut menyumbang berkembangnya penyakit tersebut.

Umumnya, penyebab penyakit jantung pada lansia adalah penumpukan plak pada
pembuluh darah, sedangkan obesitas dan hipertensi sangat berkaitan dengan pola hidup yang
tidak sehat.

Penyebab diabetes adalah sel-sel di otot dan hati yang resisten terhadap insulin, yakni
hormon yang mengatur kadar gula darah. Sementara penyebab osteoporosis adalah
melambatnya proses pembuatan tulang baru oleh tubuh sehingga membuat tubuh kehilangan
massa tulang sehingga jadi mudah rapuh.
2.5 Faktor Risiko Penyakit Degenerative

Penyakit degeneratif pada lansia semakin besar risikonya karena adanya beberapa
faktor, di antaranya adalah:

Perubahan metabolisme tubuh

Perubahan metabolisme tubuh menyebabkan penurunan produksi hormon testosteron


pada laki-laki dan estrogen untuk wanita biasanya mulai tampak di usia 65 tahun ke
atas.Kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam pengaturan seks, tapi juga proses
metabolisme tubuh, seperti mendistribusikan lemak ke seluruh tubuh. Menurunkan
kemampuan metabolisme tubuh pada lansia bisa menyebabkan penumpukan lemak di perut,
pertanda obesitas. Selain obesitas, gumpalan lemak dapat mempersempit pembuluh darah
sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Pola makan dan pola hidup yang buruk

Kurangnya mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran membuat tubuh kekurangan


serat dan dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh. Di samping itu, kebiasaan
malas bergerak, jarang olahraga, dan merokok juga semakin memperburuk kesehatan
tubuh.Jika gaya hidup tidak berubah, risiko penyakit degeneratuf seperti jantung, diabetes,
kanker, dan osteoporosis akan semakin meningkat.

2.6 Cara Pengobatan penyakit Degenerative

Penyakit degeneratif yang menyerang orang lanjut usia, ada yang bisa sembuh dan ada
juga yang tidak. Meski begitu, pengobatan tetap harus lansia jalani untuk menekan gejala
sekaligus mencegah komplikasi lebih lanjut.

Berikut ini berbagai pengobatan penyakit degeneratif, meliputi:

Pengobatan untuk penyakit kardiovaskuler

Minum obat merupakan pengobatan untuk menekan gejala penyakit sekaligus


mengurangi keparahan gejala. Jenis obat antara penderita penyakit jantung, hipertensi, atau
stroke mungkin saja sama karena ketiganya merupakan penyakit yang saling berkaitan satu
sama lain. Jenis obat penyakit jantung yang biasanya dokter resepkan adalah obat
antikoagulan, obat diuretik, obat vasodilator, obat penurun tekanan darah, dan obat penurun
kadar kolesterol.

Pada beberapa kasus, pasien penyakit jantung atau stroke perlu menjalani prosedur
bedah, seperti pemasangan ring jantung, operasi bypass arteri koroner, atau operasi
pengurangan darah yang memberi tekanan berlebihan di otak.

Pengobatan osteoporosis

Dokter akan meresepkan obat pembangun tulang dan pencegah patah tulang akibat sel-
sel tulang yang mati untuk lansia dengan osteoporosis. Obat osteoporosis yang paling sering
diresepkan adalah biophosphonate. Terapi hormon esterogen juga mungkin lansia jalani
dengan minum obat Raloxifene.
Pengobatan tumor

Tumor jinak bisa sembuh sepenuhnya dengan operasi pengangkatan jaringan. Begitu
juga dengan tumor ganas. Akan tetapi, pengobatan untuk tumor ganas biasanya mencakup
kemoterapi atau radioterapi untuk membunuh sel kanker agar tidak lagi berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, M. (n.d.). Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia melalui Pendidikan Kesehatan


dengan Menggunakan Media Power Point Pendahuluan Proses menua merupakan
tahap akhir dalam proses perkembangan hidup manusia . Menurut Undang-undang RI
nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahtera. 2(2), 164–177.
Aris, M. (2019). Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia melalui Pendidikan Kesehatan
dengan Menggunakan Media Power Point (Vol. 2).
Effendy, N. (2012). Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Ed. 2). Jakarta:
EGC. Karundeng, M. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Dan
Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Di Smk Fajar Bolaang
Mongondow Timur.
Kurniawan, I., & Sulaiman. (2019). Hubungan Olahraga , Stress dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan Medan
Kota. 1(1), 10–17.
Kusumaningrum, E. S. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Degeneratif Pada Lanjut
Usia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis
Web. Retrieved from https://docplayer.info/50901430-
Sistem-pakar-diagnosa-penyakit-degeneratif-pada-lanjut- usia-menggunakan-metode-
certainty-factor-berbasis-web-skripsi.html
Mutaqin, J. Z. (2017). Lansia Dalam Al-Qur’ankajian Term(Tafsir Asy-Syaikh, Al-Kibar,
Al- Ajuz, Ardzal Al-Umur). Retrieved
from http://eprints.walisongo.ac.id/7886/1/104211068.pdf
Photon, J. (2017). Efektifitas Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Mengatur Pola Makan
Lansia Penderita Penyakit Tidak Menular Di Puskesmas Serasan Kabupaten Natuna.
7(2), 33–38.
Ristati Eka Widyanti, L., Kusumastuty, I., & Putri Arfiani, E. (2017). Hubungan
Komposisi

Tubuh dengan Kepadatan Tulang Wanita Usia Subur di Kota Bandung. Indonesian
Journal of Human Nutrition, 4(1), 22–32.
https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2017.004.01.3
Rusmanto. (2016). No Title. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Dan Perilaku
Masyarakat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Filaria Di RW II Kelurahan
Pondok Aren. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24113/1
Sakka, S. (2018). Program studi pendidikan ners jenjang strata satu (1) stikes
muhammadiyah sidrap tahun 2018. (1).
Seran, R., Bidjuni, H., Onibala, F., Studi, P., Keperawatan, I., & Kedokteran, F. (2016).
Hubungan Antara Nyeri Gout Arthtritis Dengan Timur Kecamatan Pasan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal Keperawatan, 4. Retrieved
from https://media.neliti.com/media/publications/107451-ID-
hubungan-antara-nyeri-gout- arthritis-den.pdf
Sianturi, E. T., Kurniawaty, E., Kedokteran, F., Lampung, U., Molekuler, B. B.,
Kedokteran, F., & Lampung, U. (2019). Pengaruh Pektin terhadap Penurunan Risiko
Penyakit Jantung Koroner The Effect of Pectin on Reducing the Risk of Coronary Heart
Disease. 8, 162–167. Sirajuddin, N. (2017a). Hubungan Pengetahuan Lansia Dan
Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-
hari Di Kelurahan Belawa
Kabupaten Wajo.
Sirajuddin, N. (2017b). Hubungan Pengetahuan Lansia Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di Kelurahan Belawa
Kabupaten Wajo.
Sofiana, L., Puratmadja, Y., Sari, B. S. K., Pangulu, A. H. R., & Putri, I. H. (2018).
Pengetahuan Tentang Hipertensi Melalui Metode Penyuluhan. Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 171.
https://doi.org/10.12928/jp.v2i1.443

Anda mungkin juga menyukai